Saturday, December 10, 2022

Presiden alat oligarki bisnis

 




“ Ira batalkan kontrak baja dengan Yuan. Kita punya masalah dengan kapasitas produksi yang overload di Brazil, Australia. Karena dianggapnya Yuan Holding bagian dari China. Kebijakan Trumps memang bertujuan menggusur semua bisnis China yang terkait dengan Industri hulu di AS. Gimana B? Kata Wenny saat bertemu dengan saya tahun 2018 di Hong Kong.


Tahun 2011 Pabrik baja di Dearborn dan Columbus plants di Ohio, Maryland dan West Virginia, AS. Diakuisisi oleh Yuan Holding dari Alex konglomerat Rusia. Kemudian dijual lewat exit strategi ke Ira konglomerat AS asal Italia. Dengan skema exit strategi itu Yuan masih punya saham 30% lewat margin SWAP. Sebagai penjamin Global Bond 144 A (S), Yuan punya hak sebagai supply chain biji besi atas PI  yang ada di Brazil dan Australia. 


“ Trumps terlalu kuat. Dia didukung oleh konglomerat baja AS yang beroperasi di dalam dan luar negeri. Maklum pasar protektif yang diciptakan Trumps lewat perang tarif dengan China, memang bertujuan untuk menguasai sumber daya bisnis Tambang baja di manapun. Sama seperti dulu AS ciptakan perang di Timur tengah, dengan tujuan menguasai sumber daya Migas. Hanya saja sekarang AS tidak gunakan pendekatan hard power senjata tapi kebijakan tarif” Kata George ketika saya temui di London.


“ Jadi itu sebabnya Ira bermaksud akuisisi PI Yuan di Brazil dan Australia, dan juga paksa Yuan divest 30% saham di pabrik Ira? 


“ Ya.” Kata George dengan wajah lesu. Saya tahu, teamnya yang langsung dibawah kendali saya sudah bekerja keras untuk menghadapi Ira tetapi keadaan semakin memburuk. Posisi Yuan, no another to objection atas sikap Ira. 


Saya hubungi Ira via telp tapi dia tidak mau jawab. Wah ini ajak perang dia. Saya memilih tidak akan hubungi Ira lagi untuk bicara. Saya harus pastikan dia bertemu saya nanti dalam keadaan berlutut. 


***

Tahun 2019 bulan juni. Pagi hari jam 10 pagi di Hotel Royal Savoy Lausanne, Swiss, saya janjian dengan Fink akan bertemu saat sarapan pagi. Dia salah satu member dari BC, dan saya member dari BBC, kelompok muda dari BC. Pertemuan diatur Victor teman saya di Moscow.


“ B, sehat ? “ Katanya menyalami saya.


“ Sehat. “


“ Pastikan kamu atur pertemuan Putin dengan Biden. Dan saya akan bantu kamu menangkan perang dengan Ira.” Katanya to the point. Saya tahu dia sibuk sekali.


“ Apakah mungkin saya bisa tahu apa agenda pertemuan itu ?


“ B, saya mau harga minyak naik lagi. Portfolio saya terlalu besar di Oil and Gas. “ 


“ OK saya maklum. Saya akan usahakan” kata saya tegas. 


“ Ok. Terimakasih. Lebih cepat kamu atur pertemuan itu semakin cepat masalah kita, kamu dan saya selesai.” Katanya berdiri. Dia menyalami saya sebelum beranjak pergi dari resto. 


Seminggu kemudian  saya bertemu dengan Quillian di sebuah cafe di DC. Wanita ini keliatan sangat cerdas. Namun terkesan hati hati sekali bersikap. Usianya mungkin belum 50 tahun. Sekitar 40 tahun. Cantik dalam usia mature. “ B, Trumps harus diakhir kekuasaannya. Dia menghambat pasar bebas dan mengabaikan moral kepemimpinan AS. “ Katanya mengawali pembicaraan. Dia team kampanye Biden. " Ini dokumen yang bisa kamu pelajari." Dia memberikan dokumen untuk saya pelajari strategi kemenangan Biden. Ini sangat rahasia. Tapi dia percaya karena rekomendasi dari Fink.


***


Saya bertemu dengan Alex di Apartement nya yang mewah di Moscow. “ Saya sudah atur pertemuan kamu dengan Putin. Jam berapa dan kapan, saya belum tahu pasti. Tapi mereka akan hubungi kamu langsung lewat SafeNet. “ kata Alex. Kemudian kami bicara kosong. Lewat satu jam, saya undur diri.  “ B, saya akan bantu sediakan uang untuk Biden. Kamu tidak sendirian. “ Kata Alex memastikan bahwa dia peduli dengan saya. “ Itu rencana bagus walau beresiko.” Lanjutnya.


Dua hari kemudian, jadwal pertemuan ditentukan. Pertemuan di Kremlin. Ini kali pertama saya bertemu Putin.  Hanya berdua saja, kecuali anjing yang ikut duduk di pojok ruangan. Kesan saya dia memang cerdas dan sangat tahu arti kekuasaan. Mengapa ? Pertemuan hanya 10 menit. Saya datang dan dia membuat keputusan sendiri. “ Pastikan kemenangan Biden” Katanya setelah selesai mendengar rencana saya. Itu tentu setelah dia baca dokumen yang saya serahkan ke ALex. Dia pasti sudah baca. 


Usai pertemuan itu saya minta agar Viktor bergabung dengan team Alex untuk memobilisasi uang yang diperlukan oleh Quillian dalam kampanye Biden.  Urusan selanjutnya saya tidak ikuti. Viktor sangat paham apa yang harus dilakukan. Dia team saya dan sudah terbiasa kerja dengan kalangan underground. 


*** 


Desember 2020, Trumps resmi kalah Pilpres. Biden mendapatkan 306 suara electoral college, dibandingkan 232 suara yang diperoleh Donald Trump.  Dalam pidato setelah pengumuman kemenangan, Biden berkata " demokrasi AS telah didorong, diuji, dan diancam" dan "terbukti kokoh, jujur, dan kuat.” 


Maret 2021, Ira minta bertemu dengan saya. Tapi telpnya saya block. Pertemuan diwakilkan oleh George, Wenny  dan Tom di New York. Ira setuju untuk lanjutkan peran Yuan holding untuk jadi supply chain pabrik bajanya. Membatalkan recana divestasi saham Yuan di Pabriknya. Dengan demikian Yuan holding bisa lanjutkan PI di Brazil dan Ausi. Yuan terhindar dari tarif pajak Trumps. Hubungan AS dan China melunak. Pintu negosiasi perdagangan kedua negara kembali dibuka. 3 bulan setelah itu, atau pada bulan Juni, Pertemuan antara Biden dan Putin terlaksana di Jenewa, Swiss. 


Bulan februari 2022, Putin memerintahkan serangan ke Ukrania. Setelah itu harga baja, Minyak dan Gas meroket naik. Masalah Fink dan Yuan selesai.  " The mission accomplished. Everything was done according to schedule" Kata Viktor via SafeNet. Saya terhenyak menerima laporannya. Oligarki politik dipaksa terbentuk untuk kepentingan oligarki bisnis. Itulah gunanya demokrasi. Walau karena itu korban berjatuhan. Merobek rasa kemanusiaan. 


Disclaimer : just fiction


Friday, December 09, 2022

Nafsu memenjarakannya



“ Teman kita Akok, masih ingat kan. Dia ingin jumpa kau. Dia udah setahun di penjara. Kalau sempat temuilah dia” Itu SMS masuk dari sahabatku Badar. Aku termenung. “ Akok? Bukankah dia tajir dan sukses sebagai pengusaha. Diantara teman teman saat jadi group sales perusahaan Jepang, dia lebih dulu sukses dibandingkan kami. Akok memang creative dan penampilan dia memang lebih cakap dibandingkan aku. Pernah satu waktu tahun 80an. Photonya hanya bersempak terpajang di Majalah Mode berkelas khusus Pria. 


“ Tak malu kau dengan photo ini? Kataku.


“ Ah manapula aku pikir malu kalau uang yang kudapat dari berphoto ini cukup untuk bayar sewa bilik sebulan. “ Katanya cuek dan terbukti semua teman teman kagum dengan dia. “ Tubuhnya atletis dan giginya rata serta wajahnya seperti orang Philipina. Memang dia punya nilai jual kalau di photo ini. Walau ini majalah pria, tetapi konsumennya para wanita” kata teman temanku. Tahun 85 Akok kembali ke Medan. Dia sepertinya tidak sanggup bersaing di Jakarta. Gagal. Sejak itu kami tidak lagi berkomunikasi.


Tahun 90 aku bertemu lagi dengan Akok di Singapore. Dia cerita bahwa dia buka usaha kebun Sawit. Bagaimana dia bisa langsung sukses hanya 5 tahun setelah pulang kampung dalam keadaan gagal di Jakarta. 


“ Tahun 88 “ Katanya mulai cerita. “ aku dapat tawaran dari relasi di Singapore. Dia minta aku membangun kebun sawit dan kemudian dia akan beli kebun itu dengan harga ditentukan didepan. Bagaimana modal? Engga usah kawatir. Dia akan beri pinjam. Nanti akan diperhitungkan ketika lahan siap ditanam. Katakanlah perhektar dia buka harga Rp. 25 juta. Sementara ongkos real untuk buka lahan hanya Rp. 20 juta. Jadi aku untung Rp. 5 juta. Nah kalau 5000 hektar , hitung sendiri berapa aku untung?


Keliatan sederhana ya. Tapi prosesnya tidak sederhana. Dari ceritanya aku tahu. Dia buat PT untuk dapat izin Perkebunan Besar Sawit. Bila lahan masih hutan, dia tebang. Kayunya dia jual. Hasil jual itu masuk ke kantongnya. Kalau lahan rakyat , dipaksa jual oleh aparat dengan harga murah. Lahan dibersihkan dengan menyerahkan kepada kontraktor land clearing agar bisa ditanam sawit. Setelah proses land clearing selesai, tuganya selesai. Selanjutnya transaksi jual beli saham antara dia dan pengusaha Singapore dilakukan.  Pengusaha singapore menunjuk proxy lokal sebagai pemegang saham. Dia menerima uang penjualan saham itu setelah dipotong modal  awal yang dia terima. Kesimpulannya dia tidak keluar modal. Hanya andalkan kedekatan dengan penguasa, dia bisa kaya raya tanpa resiko apapun.


Dari ceritanya, aku dapat simpulkan. Banyak pihak yang tanpa alasan rasional menerima uang.  Aku katakan tidak rasional karena memang tidak ada alasan yuridis atau moral mereka terima uang. Siapa itu ? Lurah, camat, Bupati sampai Gubernur kebagian uang. Termasuk Menteri, TNI dan POLRI juga kebagian. Termasuk elite politik. Semua yang terkait dengan  perizinan dia suap. 


Kemudian para kotraktor land clearing mendapatkan uang tidak wajar.  Karena mereka hanya membakar lahan dan engga peduli dampak lingkungan. Konsultan lingkungan dapat uang tidak wajar. Karena mereka buat studi hanya copy paste dari studi yang pernah dibuat tanpa melalui studi menyeluruh secara objective. Konsultan projek membuat perencanaan juga dapat uang tidak wajar. Karena mereka juga hanya copy paste.  


Seharusnya mereka dibayar karena skill nya tapi mereka kerja ala kadarnya. Karena tahu pekerjaannya hanya pelengkap formal syarat dikeluarkannya izin. Dan tahu bahwa pejabat juga tidak peduli kalau syarat itu benar valid atau tidak.


Kemudian, lanjut ceritanya. Setelah transaksi pelepasan saham di lakukan, pengusaha singapore menyediakan equity 30% dari nilai proyek kebun sawit + PKS, dan 70% dari bank lokal  untuk melakukan proses penanaman dan produksi. Ketika produksi, CPO dibeli oleh pengusaha singapore dengan harga murah. Maklum itu memang kebun dia sendiri. Pemegang saham hanya proxy saja. Jadi kesimpulannya pengusaha singapore dapat resource dan dapat juga modal dari bank lokal. Dan mereka mendapatkan laba dengan pengorbanan kecil.  


Dari skema bisnis inilah membuat para pejabat kaya raya, anggota DPR kaya, Konsultan kaya, kontraktor kaya, LSM dan Ormas kaya, semua kecipratan uang dari menjarah sumber daya lahan nasional. Mengapa ? karena merekalah gerombolan bandit kelas menengah yang saling melindungi agar hidup makmur. Mereka membuat singapore makmur. Mereka bergaya hidup hedonisme dikota kota mahal di luar negeri. Memanjakan diri di tempat berkelas. Punya selir di semua apartemen mewah yang di belinya, anak anak sekolah di luar negeri. 


Kalau harga CPO tinggi, mereka lakukan transfer pricing untuk menghindari pajak. Laba dan penjulan epskor disimpan di luar negeri. Negara disuruh onani aja soal surplus ekpor. Kalau harga jatuh , pengusaha sawit surrender. Yang korban ya bank dan rakyat, termasuk negara.  Kelakuan pengusaha sawit tidak ubahnya dengan pengusaha rente yang kelola bisnis tambang dan lisensi impor komoditas.  Bisnis mereka hanya bertumpu kepada kepiawaian suap, dan ijon kekuasaan sebelum Pilkada atau Pilpres digelar. Bagaimana dengan Rakyat kecil ? mereka hanya jadi buruh kasar. Kadang tanahnya dirampas paksa. 


Tahun 2000, aku bertemu lagi dengan Akok di Singapore. Kami amprokan di hotel Mandarin Orchard. “ Kalau mau kaya raya ini saatnya.” katanya. “ Bandar ku di singapore tugasin aku beli aset lewat lelang BPPN. Harga kita atur dan mainkan. Bisa dapat diskon sampai 80%. “ Lanjutnya. Lagi lagi bisnis yang berhubungan dengan suap yang mudah mendatangkan uang.


Sejak itu aku tidak pernah lagi komunikasi dengan Akok. Apalagi tahun 2004 aku hijrah bisnis ke China. Duniaku hanyalah pedagang. Aku tidak segagah Akok yang dengan penampilan menarik mudah melobi pejabat dan aparat. Aku memang cerative tetapi tidak punya bakat menghamba kepada investor, apalagi jadi proxy asing dan terus membelai telor pejabat. Biarlah Akok kaya dengan caranya, dan aku dengan caraku. Yang harus kerja keras dan bersiap kalah dalam persaingan di negeri orang. Mungkin itu sudah jalan hidup kami.


***

Aku sempatkan juga datang ke Penjara untuk menemui Akok. Aku membayangkan wajah murung dan kesepian yang akan aku temui. Tapi apa yang kudapati saat bertemu dengan dia?. Wajahnya tidak nampak sedih. Kamar penjarannya seperti hotel berbintang. Para sipir jadi ajudan dia, yang siap dia suruh suruh. Selama aku dalam kamarnya, dia tetap sibuk mengendalikan bisnisnya dari penjara. Lewat telp selular dan telp satelit dia berbicara dengan relasinya di dalam maupun luar negeri. Kalau dia perlu sex, sipir bisa antar dia ke hotel untuk check in.  Istri dan anak anaknya semua tinggal di Amerika.


“ Berapa tahun kenanya” Tanyaku untuk tahu berapa tahun vonis penjara dia.


“ 8 tahun. Tapi kalau dipotong remisi umum, remisi khusus, remisi kemanusiaan, remisi tambahan. Hukuman hanya 5 tahun. Jadi, tiga tahun di penjara aku sudah bebas bersayarat. “


“ Gimana dapatkan remisi?


“ Pakai uanglah “ katanya tersenyum. 


“ Aku dengar kau sudah sukses di luar negeri.” Katanya. 


“ Ah biasa aja. " Kataku.


“ Sekarang apa kegiatan kau?


" Sekarang ya, aku udah mengurangi aktifitas bisnis. Maklum usia engga muda lagi. Tahu dirilah. Walau aku  tidak lagi terlibat langsung dalam menejemen namun aku tidak perlu kawatir. Semua perusahaan dikelola secara profesional dan otoritas bursa dan pajak ikut mengawasi kerja mereka. Jadi amanlah..” Kataku.


“ Ya benar itu. Karena bisnis yang kau jalankan tidak perlu elus telor pejabat dan aparat. Semua dikerjakan secara profesional. Tapi aku? engga bisa. “ katanya menggelengkan kepada. “ Semua direksi dan karyawanku menjalankan bisnis rente. Tanpa suap, engga bisa jalan bisnis.”

“ Gimana kalau kau beli aset ku. Aku punya saham di beberapa perusahaan. Aku bisa perintahkan proxyku untuk lepas saham semua kepada kau. Bantulah aku. Aku mau cutloss dan hidup nyaman di masa tuaku.” Lanjutnya. Aku hanya senyum. Aku kenal Akok. Dia temanku, tetapi dia tidak punya batasan moral yang jelas. 


Penjara tidak akan mengubah dia jadi lebih baik. Jangankan teman, negarapun dia jual untuk kepentingan pribadinya. Dia sudah terlalu dalam masuk ke dalam lubang senggama kehidupan hedonis. Sulit untuk keluar kecuali kematian memisahkannya dengan kehidupan ini. Kehidupan Akok sama dengan para pengusaha rente yang bersenggama dengan pejabat dan aparat korup. Sebenarnya mereka adalah para gangster sekelas mafioso. Mereka tidak mencintai siapapun kecuali dirinya sendiri. Semua dianggapnya bisa dibeli, termasuk sex, kehormatan dan kekuasaan.


Saturday, December 03, 2022

Penikmat Uang lendir



Apa cara terbaik untuk memastikan keadilan dan persaingan bebas dalam perekonomian kita? Tanya Florence saat saya datang ke Apartement nya. Dia meletakan secangkir kopi diatas meja. “ Apakah mungkin keadilan bisa tercipta karena praktek bisnis mengejar rente. “ Lanjutnya. Dalam usia menua, hal yang menarik bagi kami berdua adalah berdiskusi. Kami bersahabat sejak usia remaja. Walau dia S2 dari Luar negeri. Dan saya hanya tamatan SMA, namun kami sama sama suka membaca. Kalau dia kaya dalam pengetahuan teori namun saya lebih banyak memahami dari segi praktek sebagai pebisnis yang mengelola Investment holding berskala MNC.


“ Saat ini “ kata Florence. “ Di mana orang-orang sukses memiliki koneksi yang kuat dengan kekuasaan. Pencarian rente sudah terlalu umum. Apalagi perburuan rente itu juga berkolaborasi melibatkan negara secara langsung lewat SWF. Antara yang memiliki SDA dan yang memiliki SWF saling memanfaatkan. Ketika Hashim sedang terlilit kredit macet. Sandiaga melalui Recapital Advisory menawarkan diri sebagai konsultant untuk melakukan recovery lewat refinancing atas saham 40% di PT. Adaro. Hashim setuju. Namun apa yang terjadi kemudian? Dengan data tentang keadaan Hashim, Sandi bekerja sama dengan Bank Mandiri untuk ambil bagian dari proses akuisisi ADARO melalui skema arbitrase. 


Karenanya Deutsche Bank sebagai kreditur memaksa Hashim melepas saham ADARO kepada Sandi. Ini proses hostile take over yang cerdas. Karena Sandi engga keluar uang sama sekali. Semua dana dari Bank Mandiri yang ketika itu dipimpin Agus Martoyo. Kenapa Bank Mandiri percaya memberikan pinjaman kepada Sandi? karena pinjaman itu dijamin oleh investor institusi, ya GIC. Hashim meradang marah. Merasa dikianati oleh Sandi. Tetapi mau gimana lagi. Ini bisnis. “


“ Ada yang tanya kepada saya bagaimana Saratoga begitu cepatnya berkembang. Darimana mereka dapat uang ? Tanya saya


“ Sumber dananya dari pasar uang dan perbankan. “


“ Mengapa begitu mudahnya dia dapatkan dana ? 


“ Ya karena setiap portofolio investasinya terkait secara tidak langsung dengan Government of Singapore Investment Corporation Private Limited (GIC) “


“ Apa itu GIC ? 


“Merupakan perusahaan dana investasi semacam SWF yang didirikan Pemerintah Singapura pada tahun 1981 untuk mengelola cadangan devisa Singapura. GIC berinvestasi dalam ekuitas, fixed income, instrumen pasar uang, real estate, dan investasi khusus. 


Portofolio investasi GIC dikelola tiga anak perusahaannya: GIC Asset Management Pte Ltd (pasar publik), GIC Real Estate Pte Ltd, dan GIC Special Investments Pte Ltd (investasi ekuitas terbatas, private-equity investment). Ciri khas portfolio yang didukung oleh GIC adalah bisnis rente atau yang tidak terkait dengan penyerapan tenaga kerja secara luas namun padat modal dan tekhologi seperti tambang , kebun sawit, property, telekomunikasi, jaringan tower (BTS), infrastruktur , logistic system, IT.


Pada tahun 2008, The Economist melaporkan bahwa Morgan Stanley memperkirakan aset GIC sekitar US$330 miliar, sehingga GIC merupakan dana investasi pemerintah terbesar ketiga di dunia.  Bukan hanya Sandi yang menjadi proxy dari GIC ada beberapa pengusaha Indonesia yang mendadak jadi konglomerat di era reformasi. 


Apakah salah ? 


Tidak juga. Karena untuk menjadi proxy dari GIC tidak mudah. Saratoga dapat dipercaya GIC karena hubungan baik keluarga William dengan petinggi GIC. Kemudian, pada 2005 Sandi ajak Boy Thahir, Teddy Rachmat untuk akuisisi saham New Hope perusahaan Australian yang punya saham 60% di Adaro. Saat itu Saratoga, yaitu Sandi, Edwin Soeryadjaya, Benny Subianto sudah ada 40% saham di Adaro. Mereka konsosium, yang terdiri dari Saratoga, Triputra, TNT, dan Persada Capital untuk take over 60% saham  New Hope di Adaro. 


Berkat bisnis rente itu, kini usaha mereka sudah berkembang luas. Meliputi Adaro Mining, Adaro Services, Adaro Logistics, Adaro Power, Adaro Land, Adaro Water, Adaro Capital. Tahun 2019 Majalah Forbes menempatkan Boy Thahir urutan ke 17 orang terkaya di Indonesia. Tahun 2015 Sandi mundur sebagai Dirut Saratoga digantikan oleh Michael Soeryadjaya, putra sulung dari  Edwin Soeryadjaya.  Sampai kini Saratoga dipimpin oleh Michael. Sandi hanya sebagai pemegang saham bukan pengendali. Pengedali tetap ada pada Edwin.


“ Terus gimana tawaran kerjasama dari China.” Tanya Florence kemudian. Dia menyerahkan proposal lengkap dengan rencana pengembangan industri downstream CPO. Saya diam saja. Saya baca juga engga proposal itu. Dia sudah bahas ini lebih dari 1 tahun. Tetapi saya tidak pernah mau bahas secara serius. Saya diam saja. Akhirnya saya terpaksa bicara juga.


China itu saat sekarang melalui proxy nya sudah kuasai lahan lebih dari 100.000 hektar di Indonesia. Mereka tidak pernah komit dengan No Deforestation, No Peat, No Exploitation (NDPE). Empat perusahaan yang salah satunya yang tawarkan kerjasama dengan kita itu, menguasai supply chain di China. 7 dari 10 pemain besar sawit Indonesia terikat kontrak jangka panjang dengan mereka. Pemain sawit yang kerjasama dengan China tidak ada yang sepenuhnya patuh dengan NDPE. Terus apa saya harus juga begitu? Ogah saya. Kata saya. Florence bengong.


Kamu tahu, sejak tahun 2019 China itu importir terbesar kedua minyak sawit. Tekhnologi oleokimia China sangat maju. Bahkan mereka sudah mampu menghasilkan pakan ternak berprotein tinggi dari expeller. Itu sudan menggeser jagung. Tahun ini mereka sudah beli CPO dan PKO diatas 10 % total produksi Indonesia. Ambisi mereka ingin menguasai spply chain global Industry untuk menjadi ekosistem dari hulu ke hilir. Makanya mereka sangat agresif tawarkan kerjasama dengan banyak pengusaha kebun sawit.


Saya ingat tahun 90an saat pengusaha malaysia dan singapore melalui proxy nya di Indonesia menguasai program PIR nya pak Harto untuk meningkatkan luas kebun Sawit. Perburuan rente sudah terjadi sejak Orba, kata saya.


“ Angus Deaton, “ Kata Florence “ Dia memenangkan hadiah Nobel di bidang ekonomi untuk karyanya tentang kemiskinan global, mengatakan bahwa rent-seeking berdampak kepada rasio GINI melebar. Ini merupakan ancaman utama bagi kapitalisme global. Dia mengutip industri keuangan selama krisis 2008 serta obat-obatan, di mana pelobi meyakinkan Medicaid untuk mendanai resep obat opioid berbahaya bagi pekerja berpenghasilan rendah, sebagai contoh utama. “Semua talenta itu dikhususkan untuk mencuri barang, bukannya membuat barang,” katanya, dan menunjukkan bahwa menaikkan pajak orang kaya tidak menyelesaikan masalah ini.


Kalau alasan kebijakan yang mendukung rente itu untuk meningkatkan pajak bagi pendapatan negara dan kemudian dari pajak itu distribusi kemakmuran lewat subsidi dilaksanakan. Lewat regulasi intervensi dilakukan. Itu juga tidak tepat. Dalam:  Man, Economy and State , Murray Rothbard menulis bahwa “semakin banyak pemerintah mengintervensi dan mensubsidi, semakin banyak konflik kasta akan tercipta dalam masyarakat, karena individu dan kelompok hanya akan mendapat keuntungan dengan mengorbankan satu sama lain.” 


Demikian pula yang dicatat studi ekonomi dalam sebuah primis tentang perburuan rente bahwa “jika peraturan mengatakan bahwa tidak apa-apa menggunakan cara politik untuk membuat rente dengan mencegah orang lain bersaing dengan Anda atau dengan secara paksa mengambil kekayaan orang lain, orang secara alami, akan cenderung menghabiskan sumber daya yang berharga untuk mencoba mendapatkan akses ke sana. Ekonomi tidak akan efisien. Yakinlah.” Kata Florence.


“ Yang pasti, menentang perburuan rente tidak sama dengan menentang semua peraturan pemerintah, dan beberapa akan menganjurkan upaya mengurangi hubungan antara regulator dan bisnis yang mereka atur. Orang lain akan berpendapat bahwa rent-seeking adalah konsekuensi tak terelakkan dari regulasi. Misal, Masalah business nickel terkait dengan kebijakan hilirisasi mineral. Pemerintah focus kepada hilirisasi dan larangan ekspor mentah. 


Smelter  punya hak menjual biji nikel ( konsentrat ) ke pasar ekspor dengan kondisi 1 : 1. Artinya kalau kamu produksi turunan nikel 100 ton, kamu punya hak mengekspor konsentrat 100 ton juga. Kalau tidak ada smelter, walau kamu punya konsesi tambang, bisnisnya ya hanya jadi pemasok Smelter.  Walau sudah ada aturan mengenai HPM dan HPA, harga tetap saja dipermainkan oleh trader yang punya stockfile dan punya kontrak dengan smelter. Tentu smelter juga bermain. Apalagi umumnya trader juga punya tongkang sendiri dan kadang ada juga yang punya truk sendiri. Nah disinilah dilema bagi penambang Nikel yang tidak ada smelter. Modal berkuasa.


Jumlah penambang ada banyak. Dari kelas ilegal, 100 hektar  sampai dengan yang ribuan hektar. Berdasarkan data resmi dari  APNI, saat ini dari 328 IUP Nikel–di luar 2 KK, tidak sampai 100 perusahaan pertambangan di sektor hulu yang benar-benar aktif melakukan produksi bijih Nikel. Nah kalau kamu punya tambang nickel di Sulawesi, maka yang jadi rumit adalah soal logistik. Karena medan yang jauh dari pelabuhan dan belum tersedianya infrastruktur yang luas khusus untuk tambang nikel. Jadi tidak mudah membawa nikel ke pelabuhan muat. Rantainya dari stockfile di lokasi tambang harus diangkut dengan truk ke stockfile ke pelabuhan antara. Kemudian menggunakan tongkang untuk dibawa ke pelabuhan laut.  Dari pelabuhan laut diangkut ke smelter. 


“ Mengapa tidak banyak smelter dibangun? Tanya Florence.


“ Membangun smelter itu tidak mudah dan tidak murah. Tanpa jaminan market sangat beresiko. Ini padat modal. Misal untuk kapasitas 40.000 ton nickel matte per tahun, investasi mencapai USD 425 juta. Belum lagi anda harus bangun sendiri pembangkit listrik untuk kebutuhan energi yang besar. Saat sekarang smelter, baik pyrometalurgi maupun hydroperlurgi, menurut data APNI totalnya 81 industri, yang terdiri dari 71 perusahaan pyrometallurgy dan 10 perusahaan Hydrometallurgy, jumlahnya diperkirakan akan bertambah. Kondisi industri hilir tersebut saat ini ada beberapa badan usaha masih dalam proses perizinan, ada yang mangkrak." Kata saya.


Terus dimana rentenya? 


Contohnya untuk nikel kadar 1,8% dengan kadar air 35% harganya US 53 (HPM). Jika melalui trader, maka HPM-nya akan dikurangi antara US$ 1 - US$ 3. Misalnya dipotong US$ 3, harga HPM yang diterima penambang adalah US$ 50 per ton bijih nikel. Jika penambang melakukan kontrak trading dengan smelter, umumnya berbasis CIF. Pihak smelter hanya memberikan subsidi US$ 0 - US$ 3 per ton. Sementara biaya untuk tongkang antara US$ 4, 8, 10, sampai US$ 12 per ton bijih nikel.


Berapa harga di Shanghai sekarang? per ton USD 83. Jadi perbedaan harga dengan lokal USD 30. Beda harga 65% lebih mahal di Shanghai. Artinya dari disparitas harga saja smelter sudah untung 65%. Belum lagi smelter dapatkan insentif melimpah dari negara; bebas dari pajak ekspor atau bea keluar. Memang sudah ada rencana penerapan pajak ekspor produk hilirisasi nikel setengah jadi (NPI) akan berlaku pada tahun 2022.  


Realisasi? masih tunggu.  Mereka juga mendapat insentif pembebasan pajak atau tax holiday (pph badan) selama 25 tahun. Tidak pula membayar pajak pertambahan nilai (ppn). Dan karena tidak menambang dan hanya membeli ore dari penambang dengan harga murah, maka industri smelter tidak membayar royalti tambang sepeserpun. Itulah harga dari kebijakan hilirisasi nikel.


Sementara dari perspektif kepentingan masyarakat lokal dan kelestarian lingkungan, lebih terlihat sebagai kutukan bagi masyarakat setempat. Kutukan yang merusak ekosistem, yang kemudian berimbas pada penghidupan ekonomi masyarakat lokal. Celakanya, pemerintah bergeming. Yang tampak hanya pembiaran dan keinginan untuk menikmati keuntungan ekonomi sesaat semata. Belum terdengar ada rencana intervensi besar-besaran untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat setempat dan kepentingan kelestarian lingkungan yang akan menjamin masa depan kehidupan generasi mendatang.” Kata Saya.


“ Terus gimana dengan tawaran dari China?” 


“ Ogah ikutan. Saya memang bukan orang baik, tetapi saya tidak akan menggadaikan negeri ini. Kamu tahu, semua pengusaha apalagi udah international kelas, harus punya mindset memprioritaskan kepentingan nasional. Kalau engga, siapa yang akan jaga ratusan juta rakyat yang lemah dalam segala hal. Thing about it.” Kata saya seraya seruput kopi.


Sunday, November 27, 2022

Ketidak adilan memangsa mereka..

 




Aku turun di Kawasan Pantai Indah kapuk. Berjalan kaki kearah Jantung CBD. Di tempat ini pasti tidak ada cerita soal ketidak adilan sosial. Mereka yang tinggal di kawasan ini sanggup menghadapi krisis lebih 3 tahun. Setidaknya mereka menikmati passive income dari suku bunga yang tinggi. Tabungan mereka lebih dari cukup untuk terus konsumsi. Ketika orang bingung jadi korban PHK, dan harga melambung. Di kawasan ini penghuninya tidak terpengaruh apapun dengan beragam keluhan di luar sana. 


Sebelumnya aku mampir ke outlet beli rokok. Depan toko itu aku melihat wanita kurus dengan wajah ketakutan. Mungkin juga lapar. Aku tidak begitu perhatikan. Terus masuk ke toko untuk dapatkan rokok sebungkus. Wanita usia belum 20 tahun itu masih ada depan toko tapi pinggir jalan. Dia kebingungan. Aku dekati. “ Nak, kamu mau kemana ?


Dia menangis dengan wajah takut. “ Aku diturunkan disini. Aku tidak tahu bagaimana pulang. “ 


“ Kemana pulangnya ?


“ Ke Mangga Besar.”


“ Kamu udah lama di Jakarta?


“ Baru tiga bulan. “


“ Terus ngapain ke kawasan ini?


“ Tadi datang diantar mami ke apartemen. Mami janji akan jemput keesokan  paginya. Tapi tamuku marah marah. Dia suruh supir keluarkan aku. “ Katanya menangis.


“ Siapa nama kamu ?


“ Nama saya Marni. Aku berasal di daerah Pantura Jawa. “ 


“ Ya udah, aku pesankan ojol. Nanti kamu naik ke mangga besar. Kamu engga usah bayar. Aku bayar” kataku. Dia menggil dengan menggeleng gelengkan kepala. “ Aku tidak mau ke tempat mami. Bisa mati aku.”


Aku bingung. Apa yang harus aku lakukan? 


“ Jadi apa rencana kamu. Pulang kampung ya? saya ongkosi”


Dia menggelengkan kepala. “ Aku tidak mau pulang” 


“ Kenapa ? Tanyaku. Dia terdiam. Tatapannya kosong. Akhirnya air mata menganak di tubir matanya. Dia menggeleng gelengkan kepala.  “ Usia 11 tahun aku diperkosa. Sejak itu aku dianggap tidak ada harga lagi. Tidak ada yang bisa dijual dari ku.  Kami miskin. Harta keluarga miskin adalah perawan anak gadisnya” Terdengar suaranya lirih. Aku terhenyak. Di hadapanku ada korban human trafficking. Aparat tidak akan penduli tanpa ada keberanian dia melaporkan. Aku berpikir keras. Apa yang harus aku lakukan. Di hadapanku ada anak manusia yang lemah dan tak tahu akan kemana melangkah.  “ Kamu mau kerja jadi pembantu rumah tangga di Apartemen? Tanyaku dalam keadaan tak berdaya juga.


Dia tatap aku seraya menghapus airmatanya. “ Mau. Aku bisa masak dan cuci pakaian” Katanya. Sepertinya dia punya keberanian untuk keluar dari masalah.


“ Ya udah ikut aku ke apartement itu” Kataku menunjuk ke apartement Florence. 


***

Florence bisa menerima Marni sebagai ART. Setidaknya menemani dia di rumah. Mungkin karena sikap Florence yang keibuan dan penyayang. Membuat Marni jadi relax. Diapun cerita…


Waktu SLP orang tuaku menjualku kepada lik Par. Usia 11 aku sudah kehilangan perawan. Aku tak mengerti apa yang menarik dari tubuh kurus keringku. Sejak itu aku tak mau lagi pergi bermain, keluar rumah hanya untuk sekolah atau disuruh simbok ke warung. Aku ingat selalu mandi berlama-lama karena merasa tak pernah bisa bersih lagi. Tidur bagai kepompong, berbalut seprai putih sambil berharap tak bangun lagi esok pagi. Godaan untuk bunuh diri bukan tak ada, sayang uang jajanku tak pernah cukup untuk beli obat serangga. Gantung diri jelas tak menarik minat. Pasti sakit sekali mati dengan cara seperti itu.


Setamat SLTP aku tidak bisa terus ke SMU. Kerja di pabrik secara informal dan dibayar apa adanya. Tak cukup untuk hidup dua minggu. Ketika tawaran Yu Sri datang, aku seperti kejatuhan bintang. Ia mengajak ke kota untuk sekadar bantu-bantu di rumahnya. Aku tahu simbok berat hati melepasku. Apa daya bayangan uang kirimanku kelak begitu menggodanya. Apalagi bapak sudah lama lari dengan perempuan nakal. Penghasilan simbok sebagai buruh tani tentu jauh untuk dikatakan layak. 


Mungkin saja simbok lega dengan kepergianku, tak ada lagi aib yang ditutupi.  Aku tahu, ia sering menangis diam-diam ketika mengelus-elus kepalaku di tengah malam. Tentu ia paham penderitaanku, bukankah selama sembilan bulan kami pernah berada pada raga yang sama? Ternyata bayangan kota di benakku selama ini amat jauh dengan kenyataannya. Meski rumah-rumah di sana lebih bagus daripada di desa, tapi tak ada gedung bertingkat dan Monas seperti di buku pelajaran. ”Ini bukan Jakarta, bodoh! Ini Subang, negeri seribu impian ” sergah Yu Sri.


Ternyata yang dimaksud bantu-bantu itu mengurusi Yu Sri. Menyiapkan air mandi, masak, termasuk menyediakan minuman hangat sepulang kerja. Yu Sri pulang kerja menjelang pagi. Berangkatnya waktu Isya dijemput ojek langganan. Aku tak berani tanya-tanya lagi karena matanya melotot waktu kutanya kantornya di mana. 


Lama-lama aku mulai menduga-duga Yu Sri kerja apa. Pantas saja ia harus bergincu begitu rupa dengan bahu terbuka. Aku tak mau ambil pusing selama ia rajin mengirimi uang kepada simbok sebagai bayaran tenagaku. Untuk diriku, cukuplah uang jajan ala kadarnya. Toh aku selalu makan kenyang di rumahnya. Dua tahun berlalu, Yu Sri mengeluh tak sekuat dulu lagi. Ia mulai sering masuk angin. Aku sudah hafal saat ia mulai sibuk mencari duit benggol untuk kerokan. Kudengar ia berkata kepada temannya kalau pelanggannya tak sebanyak dulu.


Akhirnya aku terbawa masuk lingkungan warung remang-remang itu. Jadi ini memang kantornya Yu Sri. Untung saja Mami di situ masih punya nurani, ataukah memang usiaku yang masih belum cukup? Mungkin saja memang seperti itu jenjang yang harus ditempuh untuk menjadi Lonte. Jadi aku cuma bantu-bantu cuci piring dan bersih-bersih. Kadang-kadang juga bantu keperluan perempuan-perempuan di situ.


Di siang hari aku bisa bernapas lebih lega, sebab malam hari telingaku tersiksa mendengar tawa mereka yang berubah seperti ringkik kuda. Makin malam makin ramai pesanan makanan dan minuman. Musik dangdut berdentum keras. Truk besar banyak diparkir di luar. Sopir-sopir dengan wajah berkilat oleh keringat sejenak melepas lelah, dikelilingi gelak dan bisik undangan syahwat. Beberapa dari mereka kemudian menghilang ke kamar-kamar di belakang. Tak tahu pasti aku, mereka sekadar melepas lelah ataukah sejenak melupakan beban hidup?


Kupikir jadi lonte di sini bukan hanya karena terimpit kemiskinan, tapi sudah jadi gengsi. Ada yang menganggap sebutan jablay sebagai kebanggaan. Nelayan di Subang hingga Indramayu kehilangan penghasilan akibat anomali cuaca dan banjir rob. Dalam keputusasaan, keluarga mereka memilih prostitusi sebagai jalan keluar ekstrem. Kakak beradik bisa bekerja di satu warung bahkan kabarnya ada yang seizin orangtua. Kelihatannya hanya Yu Sri yang satu-satunya pendatang. Pasti ada seseorang yang membawanya ke sini dulu.


Marni menghela napas barang sejenak. Kami menyimak.


Yu Sri jarang kerja lagi karena sakit-sakitan sampai suatu hari berhenti sama sekali. Aku tak tahu ia sakit apa sebab banyak sekali keluhannya. Ia rutin pergi berobat entah ke mana. Tempatnya pasti jauh karena pergi pagi dan pulang malam hari, malah kadang-kadang tak pulang dua hari. Pulangnya selalu dengan obat satu tas keresek. Suatu hari Mami memberiku baju baru dan mengajari dandan. ”Besok malam, mulailah belajar menemani tamu di meja.” Ia diam sejenak sambil menggerak-gerakkan kuas kecil di pipiku. ”Jangan mau diajak ke kamar dulu ya!” suaranya tetap rendah tapi tegas.


Malam berikutnya, seperti kerbau dicocok hidung aku didorong Mami bergabung dengan kelompok kecil di sudut ruangan. Ada dua orang lelaki di sana yang menyambut dengan senyum penuh arti. Beberapa perempuan di sana ikut juga tersenyum, ada yang tulus ada juga yang dengan bibir setengah terangkat. Biasa itu, anak baru diterima sebagai teman juga sebagai pesaing.


Jarum jam seperti lambat bergerak menunggu malam usai. Satu tamu pergi datang tamu lainnya. Tubuhku sudah lelah dan betisku pegal-pegal karena sepatu berhak tinggi. Mulutku juga pegal tersenyum dari tadi, meski aku lebih banyak berdiam diri. Selama seminggu itu aku cuma menemani tamu minum-minum.


Marni terdiam. Seakan berpikir atau menahan sedih.. Florence terus menyimak.


Dua orang tamu datang ke rumah. Katanya mereka dari tempat Yu Sri biasa berobat. Tanpa basa-basi ajarkan bagaimana mencegah penularan penyakitnya. Kemudian semua anjuran dua orang tamu itu kujalani sungguh-sungguh. Kalaupun aku harus tertular, itu pasti takdir atau kebodohan. Yu Sri kelihatan lega aku tak tanya-tanya soal penyakitnya. Sama leganya waktu ia tahu aku mulai menemani tamu minum di warung Mami.


Keesokannya Mami menjualku kepada agent yang akan memperkerjakan aku sebagai Lonte di Jakarta. Ternyata mami menipu agent itu. Katanya aku masih perawan. Sebenarnya aku ragu aku tidak perawan. Karena ingat dulu, kali pertema disentuh pria tidak ada darah berlebih. Tapi ternyata ketika agent itu menjual aku, pembeli kecewa besar. Terbukti aku tidak perawan lagi. Pembeli itu usir aku dan akhirnya aku bertemu dengan bapak ini.” demikian cerita Marni menoleh kepadaku. Florence berlinang air mata. 


" Ya kamu kerja di sini saja. Gaji kamu sebulan Rp. 3,5 juta. Di apartement ini hanya ada ibu dan asisten. Sebenarnya Ibu tidak selalu makan di rumah. Tapi kalau kamu bisa masak, ibu akan makan di rumah. Nanti kamu akan ibu sekolahkan sampai tamat SMU. Mau ya." kata Florence. Marni menganguk dan menangis.


***


Di jalan pulang. Aku bicara dengan driver Ojol. Dia korban PHK. 


" Awalnya Ojol memberikan income cukup. Tapi lambat laun, driver terus bertambah. Pelanggan semakin sulit didapat. Fee aplikasi semakin besar. Biaya hidup terus naik." Kata Driver. Aku berempati dan menyimak. “ Pak, kalau orang bingung harga naik sementara pengahasilan tidak naik. Itu. Artinya ketidak adila sistem sedang bekerja mengorbankan rakyat kecil. “ Kata Driver Ojol.


Aku terhenyak. 


“ Sistem ekonomi lah yang membuat proses produksi jadi naik. Diawali dari suku bunga bank naik, ongkos jasa naik, ongkos pasokan juga naik. Seharusnya upah juga naik. Tetapi para buruh tidak punya posisi tawar dihadapan pemberi kerja. Ada lautan manusia di luar sana yang tidak bekerja. Yang kapan saja bisa menggantikan pekerja yang mogok. Mereka  bisa diusir kapan saja. “ Demikian supir Ojol berkata kepadaku.


Aku tidak akan berdebat dengan kamu tentang mengapa orang miskin dan gagal menjadi kaya. Kamu bisa saja mengatakan simiskin itu karena mereka malas dan bodoh. Tidak bermoral. Lemah iman.  Itu hak kamu. Sejak usia muda aku akrab dengan ketidak adilan.  Setiap hari aku lihat dan saksikan. Bahkan aku sendiri merasakan. Jadi jangan salahkan aku bila berempati kepada mereka.


Aku tidak marah kepada pemerintah. Itu hak mereka bila terlalu sering berjanji tentang kemakmuran.  Nyatanya hanya untuk segelintir saja. Akupun tidak akan menagih janji itu. Siapalah aku? hanya jelata. Namun aku percaya bahwa Tuhan sayang kepada simiskin. Bahkan saat orang berbuih lidah bicara agama merendahkan pelacur. Aku percaya, Tuhanku tetap sayang pada pelacur. 


Setidaknya saat ketidak adilan itu terjadi dihadapanku, Tuhan gerakan hatiku untuk berbuat.  Sedikit Tuhanku beri, sedikit itulah aku tegakan keadilan. Andaikan tidak terjangkau tanganku untuk meraih mereka semua. Empati kuberikan. Lewat tulisan aku bersuara. 

Mengapa Hijrah ke China.

  Sore itu saya makan malam dengan Florence dan Yuni. Kebetulan Yuni ada business trip dari Hong Kong ke Jakarta. Yuni kini CFO Yuan Holding...