Saturday, November 27, 2021

Membeli kekuasaan dan Tuhan.


 


Langit merah jambu menyelubung Pulau Seribu. Malam merangkak begitu lamban di antara deru terbang burung layang-layang. Hening mengepung diriku yang terkurung di sebuah cottage. Baru semalam aku berada di sini. Aku teringat dengan kampung halamanku, yang ada di kaki gunung di Sumatera. Memang tidak ada laut, tapi selalu kurindukan. Kehidupan desa itulah yang aku rindukan. Tidak ada kemunafikan. Hidup berjalan begitu harmonis antara alam dan manusia. Pagi bangun sebelum ayam berkokok. Pergi ke ladang bersama kerbau. Soren kembali ke rumah dalam kelelahan. Tidak ada waktu mau ngerumpi, menghidupkan intrik antar teman. Rutinitas yang tidak membelenggu.


Besok siang akan ada pertemuan dengan elite partai di Pulau ini. Tepatnya arisan kaum bedebah. Mengapa ? Mereka bertemu dengan motif sama dan pendapat juga sama. Dan berakhir pendapatan sama, tentunya. Disamping kamarku ada Mira.  Aku tahu, dia sudah bersuami dan punya anak dua saat pertemuan terakhir beberapa tahun silam. Tetapi sejak dia bergaul dengan politisi. Hidupnya berubah. Uang mengalir deras ke rekeningnya. Tetapi suaminya pergi darinya dan dua anaknya dibesarkan oleh kedua orang tuannya. Uang ternyata membuat dia berjarak dengan orang yang dia cintai. 


Terdengar langkah ke arah kamarku. Itu pasti Mira. Benarlah. Dia masuk ke kamarku yang memang tidak terkunci. “ Belum tidur kamu “ Sapanya dengan rokok mild dijepit di sela jari lentiknya.

“ Belumlah.” Kataku tersenyum. Dia duduk di teras cottage itu menemaniku menikmati malam.

“ RUU bypass itu sudah aku pelajari. Sudah pula dimuat ke dalam DIM. Jadi mudah dipilah dan dibicarakan dengan cepat. Semua elite partai sudah sepakat untuk menjadikan ini jalan mereformasi ekonomi.”

“ Darimana kamu dapatkan semua informasi itu ? Emangnya gampang revisi puluhan UU dalam satu paket RUU Bypass ? Kataku skeptis.

“ Ah itu sebenarnya kan sudah direncanakan secara detail oleh presiden sebelumnya. Bahkan sudah ada kajian akademisnya. Tinggal ganti judul aja. “

“ Tetapi bagaimana dengan procedur pembuatan UU. Apa iya bisa selesai cepat. Merevisi satu UU saja butuh waktu tahunan, apalagi puluhan.”.

“ Di republik ini tidak ada yang tak bisa diatur. Tuhan dan kunci sorga  aja bisa diatur apalagi soal hanya regulasi.” Katanya tersenyum. Aku terdiam. 


Memang RUU ini sangat bagus. Terutama bagi kami pengusaha  dan expert yang diaspora di luar negeri. Kami punya financial resource dan market resoruce serta tekhnologi resource. Tentu kami ingin pulang ke tanah air membangun negeri. Apalagi presiden sekarang tidak terkait dengan masa lalu yang korup. Sangat benci bisnis rente dan mendukung ekonomi kreatif untuk memanfaatkan sumber daya dalam negeri.


“ Gimana apa sudah confirmed soal dana politk golkan UU ini” Kata Mira tersenyum indah kearahku. Dia berdiri dari duduknya dan menghampirku. Jongkok depanku. Wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Putih dan bibir tipis, Memang menggoda.


“ Engga usah kawatir. Sekarang timing-nya. Itu para elite bersama pengusaha rente udah kekenyangan mereka. Udah engga peduli lagi dengan agenda reformasi ekonomi. Karena harga sawit jatuh. Mereka engga lihat lagi jutaan hektar lahan sawit itu sebagai sumber uang. Harga minyak mentah dan batubara udah jatuh. Engga lagi menguntungkan. Jadi walau RUU bypass itu akan merampas lahan mereka, mereka engga peduli amat.” Katanya memegang bahuku dengan kedua lengannya. Seakan memohon agar aku percaya dia dan tidak ragu jadi koordinator tarik uang dari teman teman.


“ Tetapi mengapa mahal sekali? Sampai triliunan? Kataku mengerutkan kening.


“ RUU tanpa uang bukannya RUU namanya tetapi skripsi, say. “Katanya satire.


“ Semahal itu ?


“ Lah satu RUU saja disahkan perlu uang engga sedikit. Apalagi ini akan merevisi 72 UU. Kalikan saja uangnya. “Katanya tertawa dan aku tersenyum, tepatnya menyeringai.


“ Kamar kamu nyaman. Mengapa kita harus beda kamar.? Kata Mira. Dia pergi ke tempat tidur. Merebahkan dirinya dengan mata terpejam.  Aku diamkan saja. Lebih baik di teras menatap bintang dan mendengar deburan ombak bertemankan wine. Keesokannya elite dari semua partai termasuk tokoh agama datang ke pulau itu. Walau  pertemuan ini terkesan Sersan,  namun Mira bisa buktikan kekuatan akses politiknya. 


***

Setahun kemudian aku bertemu Mira di Singapore. “ Semua informasi dari teman teman kamu valid. Aku datangi mereka satu persatu. Mereka semua setuju sokongan bantu dana pembuatan RUU. Rata rata mereka sumbang USD 2 juta. Terbukti RUU itu selesai jadi UU. Walau demo terus terjadi. Itu engga ada urusan. Sekali elite politik setuju, semuanya jadi mudah. Yang menentang dianggap melawan konstitusi.” Kata Mira waktu kami makan malam di Marina bay.


“ Jadi kamu happy ya. Semua lahan akan jadi milik negara lewat Bank Tanah. Sistemnya bagi hasil dengan negara. Rasio GINI lahan  turun, akan lebih adil. Peluang bisnis rente akan menyempit. Itu akan jadi peluang siapa saja yang mau kerja keras. Presiden sekarang akan dicatat sejarah sebagai presiden yang sukses melaksanakan agenda reformasi ekonomi secara total. Dalam 20 tahun kedepan indonesia akan menjadi raksasa ekonomi. Masa depan ekonomi akan cerah.” Kata Mira lagi. Aku tersenyum 


Dalam hati aku berdoa semoga benar. Soal uang keluar untuk para bedebah itu tidak penting amat. Apalah arti pengorbanan untuk kemerdekaan ekonomi. Dan itu lagi itu hanya uang. Bukan pengorbanan nyawa seperti perjuangan kemerdekaan mengusir kolonial.


***

Berkali kali aku telp Mira. tetapi telpnya off. Sepertinya dia ganti nomor atau tidak mau ditemui. “ Ada apa? Begitu mudahnya. Hanya anak remaja dan mahasiwa yang gugat , hakim konsititusi memutuskan UU itu inkonsititus. Alasan cacat formil.” kata saya dalam pesan singkat. 


“ Maaf bro. Aku lagi di Paris. Kamu kan tahu, sekarang harga sawit, minyak, batubara melambung tinggi. Relokasi industri baterai sedang trend.  Bisnis digital membentuk cluster jadi oligarki baru. Jadi mereka anggap UU itu harus dibatalkan. Karena merugikan masa depan bisnis rente. Maklum, lahan dan izin konsesi bisnis  diperlukan agar mudah  digadaikan ke bank. Dengan UU itu kan engga bisa digadaikan ke bank. Paham ya Bro. Mudah? itu dari awal memang dirancang mudah dibatalkan. Kangen bro. Kapan ke Paris.? “ Jawaban pesan singkatnya dengan nada tidak merasa bersalah. Yang salah aku. Karena begitu naifnya percaya utopia. 


" Mereka telah tabuh genderang perang dengan kami. Permainan belum selesai. Engga ada uang keluar sia sia. Kami tidak pecundang. " Jawabanku lewat pesan singkat.


" Merevisi UU itu dengan cara merevisi UU Pembentukan Perundang Udangan agar asas formil UU  terpenuhi, engga mudah Bro. Itu sama saja mengubah prinsip demokrasi dari UUD 45 yang sudah diamandeman. Kecuali kita kembali ke sistem Demokrasi terpimpin Orla. Kalaupun sebelum revisi masih berlaku UU itu, namun tidak lagi ada unsur kepastian. Karena dua tahun tidak selesai revisi itu, maka UU Itu batal permanen. Udah ya. " Reply Mira. Mungkin Mira tertawa membaca pesan singkat itu. Mentertawakan kenaifanku. Negeri ini punya segala galanya. Yang tidak ada adalah niat baik. Itu karena kaum terpelajar, termasuk togoh agama tidak berakhlak. Orang kaya rakus. Orang bodoh yang dungu. Kalau Cina, apapun bisa dibuat tetapi Indonesia apapun bisa dibeli termasuk kekuasaan dan Tuhan.***


Disclaimer : Nama dan tempat adalah fiksi belaka.


Hidup bersemangat.





Di Shanghai di suatu cafe yang terletak dalam Hotel,  aku janjian dengan teman untuk bertemu. Ketika masuk cafe temanku belum datang. Aku memesan minuman ringan. Wanita melintas di depanku. Ia terlihat menawan. Tubuhnya beraroma lembut parfum. Rambut sebahu dengan poni. Mantel panjang warna coklat membungkus tubuh semampainya dari dinginnya malam. Parasnya oval. Mata gemintangnya dibingkai warna ungu pucat. Maskara melentikkan bulu matanya yang panjang. Bibir tipisnya berulas warna shocking pink berkilat tersapu lipgloss. Oya, ini Jumat malam. Sudah pasti wanita   menikmati  malam panjang friday nigh.


Kulihat ia berhenti sejenak. Mengeluarkan handphone mungil warna merah darah di dalam genggaman tangannya. Ia tampak mengangguk-angguk sejenak. Kemudian ia memasukkan handphone itu ke dalam tasnya. Lantas segera berjalan cepat setengah menunduk ke arah table. Aku sempat berpikir sebentar. Kalau 15 menit tidak ada orang lain di tablenya, aku akan hampiri. Lewat 15 menit, ada pria mendatangi table itu. Aku perhatikan, mereka sudah kenal lama. Keliatan akrab. 


Tak berapa lama ada kegaduhan kecil. Pria itu menyiram wine ke wajah wanita itu. Pengunjung terkejut. Suara pria itu terdengar keras membully wanita itu. Wanita itu hanya menunduk. Mungkin menahan tangis. Pria itu bayar bill. Kemudian menarik lengan wanita itu dengan keras untuk berdiri. Tetapi wanita itu berontak. Terjadi saling tarik. Akhirnya wanita itu terjatuh. Spontan saya berdiri segera melangkah ke arah wanita itu. Membantunya berdiri.  Waktu pria itu mau melayangkan tangannya. Saya tahan. Hanya sekian detik, pria itu menatap saya sebelum dia berlalu. 


“ Apakah anda tidak apa apa.” Kata saya menegur dalam bahasa inggris. Dia tersenyum walau terkesan terpaksa. “ Ya. Saya tidak apa apa.” jawabnya dalam bahasa inggris sempurna. Dia seperti sedang menahan sedih atau marah. Wajahnya nampak dingin. “ Dia pantas marah. Saya terlalu naif. “ Katanya dengan air mata berlinang.  “ Saya punya hutang 60.000 yuan ( sekitar Rp. 90 juta). Saya belum bisa bayar. Dalam sebulan ini sudah berkali kali saya ingkar janji. Wajar dia marah. Apalagi saya menolak diajak tidur. 


“ Pacar ?


“ Bukan. Dia relasi saya. Bekerja di lembaga keuangan di sini.”


“ Hutang personal atau  bisnis.”


“ Hutang personal tapi untuk bisnis. “


“ Bisnis apa ?


“ Saya eksportir produk fashion merek international. Tadi saya maklon. Belakangan saya berencana bangun pabrik garmen khusus produk branded. Sudah hampir setahun cari investor, belum juga dapat. Sekarang saya nyaris bangkrut. Hutang dimana mana. Untuk bayar apartement saja tidak ada uang. Mungkin besok , musim dingin ini saya tidur di jalan.” Katanya. Aku berusaha memotivasi dia untuk tabah. Karena dia eksport garmen, pembicaraan jadi lancar. Aku kuasai bisnis process garment. Kenal dengan semua supply chain. Dia pun sangat kompeten soal garmen. Apalagi dia lulusan Akademi design dan tekstil. Tak terasa pembicaraan berlangsung lebih 1 jam.


“ Kamu ada proposal bisnis yang bisa saya pelajari.”  Tanyaku. Dia tatap aku. Mungkin engga begitu percaya. Tapi akhirnya dia tersenyum. “ Apakah anda tertarik untuk kerjasama? 

“ Kirim saja proposalnya. “ Kataku kembali menegaskan. Dia gunakan hapenya sebentar. “ tolong beri tahu alamat email anda.” tanyanya. Aku berikan alamat email. “ Saya sudah kirim proposalnya. “ Lanjutnya.

“ Baik, Saya akan pelajari. Saya rencana besok sore kembali ke Hong kong. Apa bisa ketemu waktu sarapan pagi. Di Hotel ini” Kata saya. 

“ Terimakasih. Saya pasti datang.” Dia mulai tersenyum cerah. “ Kenalkan nama saya Alin “ 

“ Oh ya. Saya B “ Kata saya. Kami berjabat tangan.



***

Jam 8 pagi dia sudah ada di Lobi hotel. Saya ajak dia ke restoran yang ada di lantai 4. 


 “Saya sudah pelajari proposal kamu. Kamu punya keahlian bidang design dan teksti. Punya pengalaman sebagai eksportir walau sekedar broker. Tahu pasar dan kuasai supply chain. Kamu kompeten bermitra dengan saya. Tetapi ada catatan yang harus diperbaiki"


“ Oh ya apa yang harus diperbaiki.”


“ Saya tahu produk fashion ini sebagian dikerjakan handmade. Saya tidak melihat data kapasitas pabrik sejenis di Shanghai. Saya ingin tahu skill rata rata pekerja China. Karena ini menyangkut kualitas dan kapasitan pabrik yang akan kita bangun.  Kemudian, proses produkis saya maunya, kita hanya kerjakan bagian handmade. Khusus kerah dan lipatan jahitan bawah dan pinggir. Selebihnya kita serahkan kepada rekanan. Saya butuh rekanan yang punya kompetensi mengerjakan produk branded. Itu aja. “


“ Oh  Anda paham sekali bisnis garment.”


“ Ya setuju.? tanya saya. Focus kepada rencana bisnis dia. 


“ Tentu saya setuju. Tunggu waktu makan siang nanti kita ketemu lagi. Semua data yang anda perlukan sudah ada. Proposal sudah saya perbaiki. “ katanya sigap. Dia tidak jadi sarapan. Langsung berdiri dan pergi. Janji akan ketemu lagi makan siang. Saya geleng  geleng kepala. Semangat bisnisnya luar biasa.  Aku  telp Lena, sekretarisku di Hong Kong. " Lena, saya sudah kirim file proposal. Suruh Wenny check semua data suppy chain.  Suruh James periksa data buyer yang ada di Eropa. Pastikan sebelum jam 12 siang saya sudah dapat semua confirmasi. Apakah data itu valid atau tidak. " Kata saya. Kalau benar data  proposal vali. Ini peluang yang sudah lama aku dambakan. Yaitu jadi mitra strategis pemilik merek produk fashion berkelas dunia. Kalau tidak, aku akan lupakan Alin. Engga perlu ketemu lagi.


Siangnya usai meeting dengan ralasi, aku temui Alin yang sudah menantiku lebih 1 jam. Dia tersenyum menyambutku di lobi. “ Udah makan? tanyaku.  Dia hanya tersenyum. Tapi aku tahu dia belum makan. Aku ajak dia kerestoran yang ada di hotel. Proposal yang dia serahkan sudah diperbiki. Lengkap dengan data yang aku perlukan. Aku tersenyum. 

“ Sudah berapa lama kenal dengan buyer di Eropa ini? Tanya saya.

“ Dua tahun lebih. Saya hanya jadi broker saja. " Katanya seraya memperlihatkan lembaran dokumen LC yang pernah dia kerjakan.

“ OK. Sekarang kamu siap kalau saya ajak ke Eropa. Kita temui buyer itu.” 

“ Ke Eropa ? dia terkejut.

“ Ya. “

“ Ya siap. Tapi saya harus urus visa dulu. “

“ Ya uruslah. Saya tunggu kamu di Hong Kong. “ Kataku. Dia terdiam dan menunduk. .

“ Alin, ini ada uang. Kamu pakai untuk bayar utang dan sewa apartement. “ Kataku menyerahkan amplop berisi USD 25,000. Dia terkejut. Bibirnya bergetar menatap saya. 

“ Saya tidak pernah mendapatkan empati seumur hidup saya. Saya kerja paruh waktu untuk selesaikan kuliah saya. Bagaimanapun terimakasih.”. Katanya. Saya mengangguk dengan tersenyum. Lama dia tatap saya kembali. Lambat laun mendung diwajahnya hilang. Dia tersenyum. “ Saya berjanji tidak akan mengecewakan anda.”


***


Tahun 2008 setelah pabrik garmen berdiri. Tiga bulan operasional, aku datang ke pabrik di Dongguan. Alin tersenyum melihat aku datang ke pabrik. Aku keliling pabrik.Melihat para pekerja sedang menjahit pakaian. Aku lihat ruang quality control dan finishing. Aku juga lihat gudang dan proses loading untuk ekspor. Saya tatap dia ketika masuk kamar kerjanya. Kemudian saya baca laporan kinerja atau produktivitas pabrik.


“ Kenapa statistik kinerja pabrik masih dibawah 50%” kataku


“ B, sabar. Kita masih berproses mendidik mereka”


“ Dengar lin, Kalau tiga bulan tidak ada progress kinerja mereka. Itu artinya ada yang salah. Ini bukan lagi bisnis tapi penampungan sosial. Kita bukan pemerintah yang harus bersabar untuk didik orang. Kita bukan Tuhan yang harus mencintai semua. “


“ Tapi B, kapasitas yang ada sekarang sudah bagus”


“ Bagus! “ Suaraku kencang. “ Jangan berpikir dengan cara kamu. Karena kamu itu pecundang. Makanya kamu dibuang oleh pria. Sampah bagi mereka. Itu bukan salah mereka, Tetapi mindset kamu memang sampah” Lanjut ku, tetap dengan nada tinggi.Dia menangis.


“ Kita manusia memang punya standar berbeda satu sama lain. Itu sebabnya nasip orang berbeda beda.Dan saya tidak mau bernasib sama dengan kamu, karena mengikuti standar kamu. Paham! “ Kataku. Dia menangis terus. Tetapi tidak meratap.


“ Kenapa kamu nangis? Tanya saya lagi. Dia diam. “ Sekali lagi kamu menangis depan saya, kamu keluar. Saya tidak ada masalah hilang uang pada tahap awal daripada saya stress terus bemitra dengan pecundang. Ingat Lin, saya tidak anti kesamaan gender. Bagi saya wanita dan pria sama. Tidak rasis. Semua sama bagi saya. Ukuran saya, apakah menguntungkan atau tidak. Kalau engga, sorry to say..saya buang kamu” Kataku lagi. Dia mengangguk.


“ Pastikan tiga bulan ke depan, kinerja meningkat. “ Kataku berlalu dari kamar kerjanya.


Dari pabrik aku terus ke Hong Kong. Di Hong kong aku telp Wenny. “ Wen, bantu saya”


“ Ada apa ?


“ Tadi saya habis marahin ALin. Dia nangis. Bantu tenangkan dia”


“ Bagus. Biarin aja. Engga usah dibujuk. “


“ Tapi dia nangis, karena mungkin kata kata saya kasar.”


Wenny tertawa. “ B, wanita china itu tidak pernah menyerah. Tidak baper mereka. Kalau dia nangis bukan karena kata kata kamu, tetapi karena dia sedang menyalahkan dirinya sendiri. Mereka tidak pernah menangis karena ulah orang lain. Pahami itu. Santai aja” Kata Wenny.


Empat bulan kemudian aku datangi pabrik. Aku sudah terima laporan statistik kinerja pabrik. Aku puas, Karena produksi meningkat 4 kali dari sebelumnya. Sehingga aku bisa tingkatkan volume ekspor dan kontrak outsourcing.


***


Sampai di pabrik aku liat Alin sedang dibagian produksi. Memang sebagian besar pekerja baru. Aku perhatikan dia sedang mengarahkan pekerja bagian quality control. Dia lihat aku datang. Mukanya pucat. Masih takut dia dengan ku.


“ Lin, “seruku” Bisa temanin saya makan malam di Shenzhen” Pintaku.


“ Ya ya.” Katanya bergegas sambil memanggil GM nya, dia bicara sebentar dengan GM. Kemudian segera menghampiri saya. “ mari jalan” Katanya. Dia setirin kendaraan untukku. Selama dalam perjalanan dia tetap diam dan terkesan tegang. Aku diamkan saja sambil tiduran.


Sampai di restoran, masih tegang wajahnya. “ B.” ada pria menegur saya. “ Saya disuruh ibu wenny untuk menemui anda di sini.”


“ Kamu dari property agency”


“ Ya. “


“ Ok, kamu bicara dengan wanita itu. Tanya ke dia. Apartemen seperti apa dia mau” Kataku melirik ke arah ALin. Mereka bicara sebentar. “ B, semua apartemen yang dia tawarkan mahal semua”


“ Kamu focus ke ukuran apartement dan lokasi yang dia tawarkan Bukan harga. Soal harga urusan saya” Kataku


“ B, ..” Airmatanya berlinang.Kemudian dia berlutut. “ Eh bukan berlutut. Peluk saya..” kata saya. Dia segera berdiri dan peluk aku. Kuat sekali pelukannya. “ Terimakasih..” Katanya.


“ Saya beri kamu rumah karena itu standar saya untuk eksekutif saya. Jadi engga perlu terimakasih. Dan itu tidak gratis, Pastikan terus kamu berprestasi baik dan menguntungkan perusahaan” Kata saya “ Kalau kamu ingin mencintai orang lain cintai diri kamu sendiri dulu. Kalau kamu mau selamatkan orang, selamatkan diri kamu lebih dulu. Kalau kamu ingin mengubah dunia, ubah diri kamu dulu. Paham !” Lanjut saya. Dia tersenyum dan mengangguk “ mimpai”


Setelah dia selesai dengan agen properti. Dia perlihatkan Photo apartemen yang sudah dia pilih. Wajahnya riang. Aku senyum aja.


investasi awal aku USD 3 juta. Alin dapat saham 30% dalam skema share loan yang harus dia bayar dari deviden. Bangunan pabrik kami sewa di Kawasan Industri Dongguan, China. Setahun kemudian  pabrik garmen sudah ekspor ke Eropa. Itu tahun 2008. Kalau tadinya kami hanya produksi 4 merek. Tetapi tahun 2013, kami udah produksi berbagai merek. Pabrik sudah punya sendiri. Tidak lagi sewa. Berkat dukungan pembiayaan dari Bank Of China, kami sudah merambah ke pabrik aksesoris wanita seperti Kancing, kacamata dan ikat pinggang. 


“ Kamu harus sempatkan waktu bergaul. Siapa tahu dapat pacar. Kan bisa menikah. “ Kataku  satu waktu.


“ Dulu waktu saya tidak punya uang. Pacaran sama pria kaya, saya diperlakukan seperti keset kaki. Bahkan pria yang tadinya kuanggap teman, dia tiduri saya namun ketika saya berhutang dia bentak dan siram wine ke muka saya di depan umum. Waktu kuliah. saya punya pacar  pria miskin. Dia baik. Saya terpaksa kerja paruh waktu dan cuti di kampus agar dia lebih dulu selesai kuliah. Tetapi setelah dia dapat kerjaan. dia pergi ke wanita lain tanpa rasa  bersalah.


Saya bertemu dengan kamu disaat saya sedang terpuruk dalam usia emas saya. Kamu memang cepat mendukung saya, tapi itu tidak too good to be true. Saya harus kerja keras siang malam merealiasirkan bisnis ini. Karena kamu kan rewel sekali dan sangat detail dalam setiap perencanaan. Kamu bisa telp saya dini hari, kapan saja. Telp harus diterima.  Belum lagi kamu kadang tempramental kalau saya lambat memahami kamu. Saya akhirnya sadar. Hidup ini keras. Terlalu naif mengharapkan kebahagian dari sebuah perkawinan." katanya. Seakan dia punya dendam masa lalu. 


" Hidup ini memang keras tapi lihatlah orang kebanyakan,  mereka bisa menikmati kebahagiaan dengan cara sederhana dan tetap punya harapan walau harus menghadapi kehidupan yang kadang terasa tidak adil. Menikahlah..sebelum kamu terlambat dan kamu menyesal“ Kataku.


Lama lama aku tidak ingin lagi provokasi dia untuk menikah. " Saya memang tidak punya suami dan atau pacar. Namun saya ada kamu. Kamu pria yang jadi boss saya dan juga mentor saya. Ketika saya memeluk kamu saya merasa hidup begitu aman. Dan itu saja yang saya sukuri dan selalu berterima kasih kepada Tuhan. Cukup."  Katanya dengan wajah merona.  Kini usianya sudah kepala 4 tetap bersemangat dan  tetap cantik tentunya. 


Lima tahun kemudian, saya datang ke apartemen Alin tanpa memberi tahu terlebih dahulu. Dia terkejut melihat kedatangan saya. Saya lihat isi apartemennya. Di dinding kamarnya ada photo saya dengan dia di Shanghai empat tahun lalu “ My winter my valentine” Tulisan diphoto itu, Saya senyum aja.


“ Sebelum saya kerja sama kamu, kamu sangat romantis. Tapi setelah masuk ke bisnis? Tidak ada lagi kemesraan itu. Tapi berubah jadi tanggung jawab dan kepedulian. I do love you.,” kata Alin “ And even if the sun refused to shine. Even if romance ran out of rhyme. You would still have my heart, Until the end of time. You're all I need, my love .. lanjutnya. Saya senyum aja.


***



Saturday, November 20, 2021

Jalan Tuhan, bukan jalan Agama.



 



Tadi siang dia berjanji akan datang. Yang saya harapkan selalu di kafe itu senyumnya akan mengembang. Ketika melihat saya. Karena berdekatan dengan sahabat, katanya. Biasanya kami akan menghabiskan waktu dengan percakapan. Tapi akhirnya saya lebih banyak mendengar. Dia memang hebat, moderat atau bisa juga sesat. Kaya akan ilmu dan sangat realistis. Rasional. Ketika melihat hidupnya baik baik saja. Padahal sebagai pengusaha dia hidup serba tidak pasti. Saya berpikir apakah benar dia baik baik saja?


Dulu setahun sebelum jatuhnya Soeharto, dia sangat sibuk sebagai anggota Pokja merancang UU berkaitan dengan gerakan muamalah umat. Saya sebagai mahasiswi dan aktifis keagamaan mendukungnya. Sangat mendukung. Bagi saya, UU itu adalah jalan bagi umat menguasai ekonomi nasional menurut akidah. Kalau secara ekonomi sudah mengikuti tuntunan agama, maka ridho Allah akan datang. Semua akan serba mudah. Benarlah, UU itu disahkan setelah Soeharto jatuh. Tapi saat itu dia sudah tidak lagi aktif sebagai anggota Pokja. Ketika saya mengucapkan selamat. Tidak ada reaksi apapun dari dia. Karena dia sudab sibuk dalam dunia kapitalis. Membangun usaha di luar negeri. Namun dia tetap idola saya.


Tahun 2006 saya menikah dengan pria yang juga tokoh agama. Dia tidak datang. Namun dia mengirim karangan bunga dan SMS, mengucapkan selamat. Tak lupa mendoakan. Sejak itu saya tidak lagi berkomunikasi dengan dia.  Tahun 2009, saya bercerai. Karena tidak siap dipoligami. Saat itu saya dihujat tidak taat kepada suami. Tidak ingin mendapaktan kunci sorga. Tidak siap diuji keimanannya, lebih mencintai Allah atau manusia?. Memahami agama dan sorga, terlalu rumit bila syarat harus berbagi ranjang dengan orang asing. Saat terasing di linkungan orang sholeh, saya merindukan dia. Kami mulai kembali berkomunikasi. Dialah orang yang mau mendengar kekecewaan saya dan dia memaklumi sikap saya.


Bukan itu saja. Sebagai janda dengan satu anak. Saya lebih memilih sibuk dalam kegiatan sosial keagamaan. Tak ingin menikah lagi. Setiap ada kegiatan sosial , setiap saya SMS dia, selalu dijawab “ Rin, saya udah transfer uangnya. Semoga sukses ya”. Suatu saat saya utarakan kesulitan keuangan. Karena pecah kongsi dengan teman dalam bisnis penyewaan Perlengkapan perkawinan. “Rin, saya udah kirim uang”. Tanpa disadari saya merasa dia sudah jadi tempat sandaran hidup. Walau dia bukan suami, tetapi dia selalu ada untuk saya, dan selalu mengerti saya.


***


Namun secara prinsip pemikirannya membuat saya berjarak dengan dia. Saya bukan orang yang mengerti bahasa isyarat. Apalagi kalau itu mengandung makna filosofis berat. Saya cuma tahu karena saya merasa. Bukan karena teori-teori yang tercantum dalam buku-buku kaum sekular. Keadaanya jelas. Dalam dunia kapitalis. Setiap orang adalah pedagang. Bisa untung, bisa juga rugi. Masalahnya, umat selalu rugi. “ Kalian tidak rugi, hanya tidak meraih seperti harapan. Mungkin juga terlalu besar harapan. Sehingga disebut rugi. Kalau kalian memang rugi, sudah lama kalian kelaparan dan berhenti berharap. Mati sebelum ajal datang. Nyatanya sekarang semua baik baik saja” Katanya dengan enteng. 


“ Kamu tidak bisa menyederhanakan masalah. Ini masalah umat. Masalah mayoritas penduduk negeri ini. Soal keadilan“ Kata saya.


”Kenapa harus rumit memikirkan hidup ini. Kalau sebotol Jonny Walker bisa menyelesaikan. ” Katanya


”Hah?!” Saya terkejut. Sejauh itukah dia berubah. Kemana idola saya yang dulu? yang selalu bersemangat untuk jalan kebenaran.


“ Kenapa kamu berubah? Kata saya.


“ Tidak ada yang berubah. Saya masih tetap di jalan Tuhan. Bukan jalan Agama. “


“ Murtad kamu! Kafir kamu. “ Kata saya keras.  Dia tersenyum. Kemudian tertawa. Seperti tidak merasa tersinggung. Apakah dia tidak bisa lagi membedakan salah dan benar.? Namun sebelum saya meragukan sikapnya dia dengan santai menjelaskan. Adakah pelajaran berharga dari Rasul tentang kekalahan yang menyakitkan ? Adakah pelajaran berharga dari Rasul. Rasa senang atas kemenangan berakhir kepada kekalahan yang mempermalukan ? demikian pertanyaan yang diajukannya. 


Ia melanjutkan, setelah mencapai kemenangan dalam perang Badar, pasukan Nabi penuh percaya diri tampil gagah berani menjemput sahid dalam perang Uhud. Nabipun mengatur strategi dengan begitu rapinya. Diminta semua pasukan mentaati taktik dan strategi itu dengan sebaik baiknya. Ketika perang berlangung. Dalam posisi diatas angin atas musuh, terjadi kekacauan barisan pertahanan. Pasukan pemanah yang diminta untuk tetap di posisinya di atas bukit, turun kebawah untuk ikut memperebutkan harta rampasan. Pada saat itulah kaveleri musuh dibawah pimpinan Khalid Bin Walid melakukan pukulan balik.


Tanpa terduga , serangan dari balik bukit pasukan kavelery musuh itu membuat kacau pertahanan pasukan muslim. Keadaan menjadi terbalik. Kalau tadinya Pasukan Islam sudah hampir mencapai kemenangan, kini tersudut. Akhirnya mengalami kekalahan. Dalam perang Uhud itu, banyak sahabat Rasul yang gugur termasuk pama Rasul, Hamzah. Nabipun mengalami luka luka dalam perang itu. Bahkan sholatpun Nabi harus sambil duduk karena banyak luka ditubuhnya. Paham kamu? Itu artinya Nabi kekasih Allah saja tunduk dengan sunnatullah. Siapa kita ? yang berharap mirracle melawan kezoliman.


Ini sebuah pembelajaran yang sangat mahal bagi kaum muslim ketika itu. Bahwa disiplin dalam perjuangan adalah kunci sebagai pemenang. Ya, dalam kehidupan sekarang ini, dalam situasi pribadi maupun organisasi maka kedisiplinan sangat penting. Dunia ini adalah the battle of life. Hanya mereka yang cerdik, disiplin dan terorganisir baiklah yang akan tampil sebagai pemenang. Itu yang tidak dimiliki oleh pemimpin umat. Lihatlah. Begitu banyak ormas. Itu artinya sulit dipesatukan dalam barisan yang sama. Liatlah fakta, begitu banyak aliran dalam agama. Bagaimana mau disiplin barisan. ? Ya kalau kalah, itu sudah sunattulah. “ Katanya. 


“ Saya sedikit tercerahkan  walau tidak sepenuhnya menerima. Masih banyak yang dipertanyakan sikap kamu? Kata saya.


”Kenapa perlu dipertanyakan, Sayang. Perubahan yang seperti kamu mau tidak akan terjadi. Sehebat apapun Agama, politik, sains tidak akan mengubah peradaban. Yang bisa mengubah itu adalah Tuhan. Perubahan yang lebih baik terjadi karena  pada diri setiap orang ada Tuhan. Masalahnya kita mentuhankan selain Tuhan. Kita mentuhankan agama. Itu yang salah. Paham ya sayang. “ Katanya.


Tapi di manakah sekarang ia? Saya lirik jam. Sudah sejam berlalu. Dia tidak juga datang. Saya merindukannya. 


”Hah?!” Terkejut saya ketika bahu ditepuk seseorang.


”Boleh saya ambil bangku yang tak terpakai?”Katau pengunjung kafe.


”Hah?!”


Saya tidak bisa menentukan. Saya sudah menunggu satu jam dengan perut kosong. 


”Boleh saya pakai bangkunya, Mbak?”


”Maaf, ada yang saya tunggu.” Kata saya. Memang saya butuh dia, butuh tempat bersandar.  Saya tidak akan kecewa kalau akhirnya dia tidak datang. Karena kalau saya SMS, dia selalu jawab “ Rin, saya udah transfer ya.” 

Jalan menemukan rizki...

  “ Ale, bosoboklah kita” kata Mardi lewat SMS kemarin. Walau kami jarang sekali bertemu. Mungkin setahun belum tentu ketemu. Kami saling ma...