Friday, April 11, 2025

Keculasan Amerika..

 



Sore hari Marina mengatur saya bertemu dengan Hengky di kantornya. " Pak Ale, gimana tawaran kerjasama dengan Yuan.” Tanya Hengky. Dia menyerahkan lagi proposal lengkap dengan rencana pengembangan industri downstream CPO. Saya diam saja. Saya baca juga engga proposal itu. Dia sudah bahas ini lebih dari 1 tahun. Tetapi saya tidak pernah mau follow up secara serius. Walau dia chasing. Saya diam saja. Hari ini saya terpaksa bicara juga.


Anda tahu, sejak tahun 2019 China itu importir terbesar kedua minyak sawit. Tekhnologi oleokimia China sangat maju. Bahkan mereka sudah mampu menghasilkan pakan ternak berprotein tinggi dari expeller. Itu sudan menggeser jagung. Tahun ini mereka sudah beli CPO dan PKO diatas 10 % total produksi Indonesia. Ambisi mereka ingin menguasai spply chain global Industry. Beberapa perusahaan China saat sekarang melalui proxy nya sudah kuasai lahan lebih dari 100.000 hektar di Indonesia. 


Kerjasama dengan pengusaha Sawit agak dikurangi. Karena Pemerintah engga komit dengan No Deforestation, No Peat, No Exploitation atau NDPE. Pemerintah tutup mata dengan pemain sawit yang nakal yang tidak sepenuhnya patuh dengan NDPE. Terus apa saya harus juga begitu? Ogah saya. Kata saya. Hengky bengong.


Saya ingat tahun 90an saat pengusaha malaysia dan singapore menawarkan kerjasama jadi proxy mereka untuk menguasai program PIR kebun Sawit. Dulu juga saya tolak. Ogah ikutan. Saya memang bukan orang baik, tetapi saya tidak akan menggadaikan negeri ini. Anda tahu, semua pengusaha harus punya mindset memprioritaskan kepentingan nasional. Kalau engga, siapa yang akan jaga ratusan juta rakyat yang lemah dalam segala hal. Thing about it. “ Kata saya segera mengakhir meeting itu dan permisi keluar. Marina ikuti saya keluar ruangan.


***


Kami memilih nongkrong  di café di Kawasan SCBD. “ Sekarang setiap rendezvous dengan teman  teman, selalu yang jadi topik pembicaraan soal Trump. Ada yang pro dan ada yang kontra. Masing masing punya sudut pandang berbeda. “ Kata Marina tersenyum. Marina sahabat lama saya. Bisnisnya supply chain pharmasi yang berkantor di Singapore namun client maklonnya  nya di Indonesia adalah pabrik pharmasi.


“ Keliatan sederhana. Hanya karena Trump menaikan Bea Masuk barang impor, dengan tujuan memperkecil defisit neraca perdagangan dan sekaligus meningkatkan penerimaan pajak impor. Dari beleid itu AS bisa memperkecil defisit anggaran dan memperlebar ruang fiscal. “ kata Marina. Saya senyum aja. Memang kalau ketemu Ina, kami lebih banyak diskusi hal yang positif. Kebetulan punya concern yang sama.


“ Engga sesederhana itu dear persoalannya. Ini bukan sekedar tarif.” Kata saya.


“ Memang sederhana. “ Tangkis Marina. “ Dan lagi yang dipajaki Trump kan konsumen AS. Bukan konsumen negara lain. Itu hak pemerintah AS sebagai negara berdaulat.“  sambung Ina.


“ Ya engga bisa AS menyebut itu soal kedaulan negara. Karena tarif itu terkait dengan tatanan global yang digagas AS sebagai pemenang perang dunia kedua  dan memaksa semua negara mematuhinya. Dan setelah established. AS seenaknya break ! Dan bukan sekali ini saja“ kata saya. 


Marina menatap saya dengan tanda tanya. Sepertinya dia tertarik mengetahui perspektif saya tetang tarif Trump lebih jauh “ Bisa cerahkan gua” Pinta Ina.  Saya tersenyum sambil seruput kopi dan hisap rokok. “ Pada tahun 1944 sebelum kekalahan German dan Jepang pada perang dunia kedua dan perang pasti dimenangkan oleh sekutu. Kala itu secara harfiah tidak ada ekonomi negara yang berfungsi secara global kecuali AS. Atas inisiatif AS diadakan pertemuan dengan 44 negara sekutunya. Diadakan di Hotel Mount Washington , di Bretton Woods, New HampshireBertujuan membentuk sistem perdagangan baru dan sistem moneter baru.  


Wajar bila pada pertemuan itu melahirkan Bretton Woods agreement. Juga dibentuk IMF sebagai the last lending resource. International Bank for Reconstruction and Development atau Bank Dunia. Esensinya menjadikan mata USD sebagai mata uang dunia. Namun menggunakan Gold standar. Artinya uang kertas dinilai berdasarkan harga emas. Pada awalnya  ditetapkan $35 per ons emas. Tentu dapat trust dari dunia international. Terutama dalam rangka menciptakan alat tukar yang stabil. 


Apalagi setelah perang Dunia Kedua, Gold standar ini efektif sebagai bagian dari pemulihan ekonomi akibat perang. Terbukti memang gold standar ini menciptakan kemakmuran ekonomi yang luar biasa sepanjang tahun 50-an dan 60-an. Selama 25 tahun berikutnya, USD dengan gold standar sukses meningkatkan perdagangan global.  " kata saya. Kembali seruput kopi. Marina asik menyimak.


Nah, ketika di era pemerintahan Presiden Richard M Nixon pada tahun 1969, AS menyadari bahwa ekonomi dunia telah tumbuh sangat cepat dan dari skala sangat besar. Moral hazard tidak bisa dihindari. Federal Reserve mencetak banyak dolar. Akibatnya, jumlah dolar yang beredar empat kali lebih banyak daripada jumlah emas dalam cadangan. Itu artinya AS merampok hasil kerja keras negara lain lewat cetak uang USD.


Memang pada pada tahu 1944 nilai tukar $35 di peg satu ons emas itu fair enough. Namun dalam perkembangannya, emas juga jadi komoditas. Harga emas melambung. Nilai tukar itu sudah tidak reliable. Pada tahun 1971 USD benar-benar dinilai terlalu tinggi. Itu berarti impor sangat murah, dan ekspor sangat mahal. Nah AS mengalami defisit perdagangan pertama sejak abad ke-19. AS mengalami masalah ketenagakerjaan. Untuk pertama kalinya, AS mulai berbicara tentang kehilangan daya saing. “ kata saya.


“Duh sama dengan sekarang, ya”  Timpal Ina. 


“ Ya sama. Hanya bedanya kalau sekarang, AS terlalu banyak mencetak uang lewat system moneter uang fiat, yaitu pelonggaran quantitative dan  penerbitan surat utang. Makanya terasa murah barang impor dan ekspor jadi mahal. Defisit perdagangan terjadi.” Kata saya. Keliatan ina mau potong lagi pembicaraan saya. “ Jangan dipotong saya bicara. Saya bukan dosen. Engga punya cukup memori menyimpan pengetahuan. “ Kata saya.


“ Ya ya” Ina  tersenyum. “ Lanjut…”


“ Dampak tahun tahun berikut di era NIxon sangat serius. Inflasi hampir tidak terkendali. Jika inflasi terus berlanjut, nilai dolar akan jatuh. Nixon khawatir negara lain akan rush emas dan AS pasti tidak bisa delivery. Itu akan menjadi skandal besar dan default atas Breton Wood. “ Kata saya seraya seruput kopi. “ Nixon tentu tidak mau AS jadi korban system gold standar.”  Kata saya.


“ Mengapa? 


“ Selama beberapa dekade, lewat Marshall Plan AS membantu memberikan pinjaman kepada semua negara sekutunya. Tentu memakmurkan Eropa dan Jepang paska perang. AS juga mengangkat ekonomi dunia lewat world bank, USAID, IMF. Artinya dunia juga menikmati keculasan system mata uang gold standar. Namun keculasan itu dianggap lebih merugikan AS. Makanya pada tahun 1971, AS menghentikan mindset policy Marshall Plan.” Kata saya.


“ Terus..” 


“ AS berniat mendevaluasi mata uang USD. Namun karena sudah dipatok dengan emas, jadi complicated. Nixon mencari solusi dengan mengundang tekhnorat financial dan ekonomi terkemuka. Pertemuan diadakan di Camp David. Saat itu juga hadir wakil  konglomerat financial. Namun Pertemuan itu dirahasiakan.  Kawatir menimbulkan spekulasi. Hasilnya pada 15 Agustus 1971 melepaskan USD dari emas dan memodernisasi sistem moneter global dengan system uang fiat. Sejak itu kaum monetarist membuat kebijakan meningkatan uang beredar lewat sekuritisasi asset“ Kata saya.


“ Duh itu kan masalah substansial sekali. Itu sama saja AS menipu banyak negara. Mengapa waktu itu tidak ada yang protes ? Tanya Ina dengan kening berkerut. Saya tersenyum menatap Ina.“ 90% kekayaan global dikuasai oleh 1 % konglomerat financial. Kalau 1% setuju tentu tidak ada masalah. “ Kata saya seraya seruput kopi dan hembuskan asap rokok.


“ Bisa sebutkan nama  konglomerat financial yang hadir dalam pertemuan Camp David itu ?


“ Yang datang hanya Peter Peterson. Dia mewakili 13 orang konglomerat financial yang anonymous. Kita tahu siapa Peterson. Pendiri Blackstone Group, yang juga menjadi member dari commitment holder the fed. “ kata saya.


“ Terus..”


“ Dalam pertemuan itu, Peterson menyampaikan pesan dengan sangat jelas. Bahwa daya saing Amerika lebih dari sekadar nilai tukar dan negosiasi perdagangan. Dia yakin bahwa yang benar-benar dibutuhkan AS adalah lebih banyak investasi berkualitas tinggi guna menyerap  tenaga kerja kelas menengah dan itu perlu investasi dibidang R&D.


Pesan itu diamini oleh para peserta dalam pertemuan itu. Dan sejak itu AS mulai membangun basis ekonomi yang bertransformasi kepada daya saing competitive advance. Tentu moneter tetap jadi kekuatan geopolitik AS. Bahkan lebih besar hegemoninya setelah itu” Kata saya.


“ Artinya, perubahan dari gold standar ke fiat itu karena konspirasi antara pemerintah AS dan konglomerat financial ? Kok dunia diam aja? Tanya Ina.


“ Saat itu perang dingin sedang melanda. Semua negara terbelah dua blok Barat dan Timur. AS menunjukan taringnya dalam perang Korea dan terakhir perang Vietnam. Mana ada negara blok Barat yang berani protes.  Apalagi setelah itu, Nixon berkunjung ke China. Padahal sekian puluh tahun tidak ada hubungan diplomatic dengan China. Sepertinya AS butuh aliansi baru selain Jepang dan Eropa. Jadi jepang dan Eropa tidak lagi jadi anak emas AS.” Kata saya seruput kopi." 


“Artinya perang demi perang itu, jangan jangan ulah konglomerat financial yang drive AS agar bisa excuse dan rebalancing ekonomi global” Kata Ina  dengan paranoid.


Saya senyum aja.


“ Termasuk kemajuan China sekarang berkat dukungan AS” Kata Ina.  


“ Tepatnya bukan AS sebagai negara, Tetapi berkat dukungan 13 konglomerat Anonymous. Kamu kan tahu, Alan Greenspan setelah pensiun dari Chaiman the Fed jadi advisor di China. brookings institute yang merupakan Lembaga think thank AS yang disponsori group commitment holder the fed juga punya cabang di China. “ Kata saya dengan tersenyum. Ina terhenyak.


“ Mengapa Trump itu tidak menyelesaikan masalah imbalance economy dan imbalance trade lewat berunding dengan negara mitranya. Kenapa langsung membuat keputusan sepihak. Mengapa ? Tanya Ina.


“ Dulu ketika Nixon membuat keputusan mengubah USD dari gold standar ke fiat, itu juga keputusan sepihak. Walau akhirnya setelah pengumuman itu ada gejolak global, namun itu justru dimanfaatkan Nixon  untuk dapatkan persetujuan dari semua negara. NATO, No Another alternatif To Objection. Jadi Trump hanya copy paste dari presiden sebelumnya, yang bersandar kepada kedigdayaan AS, ya American great. “ Kata saya.


“ Kira kira apakah akan sama hasilnya keputusan Trump seperti era Nixon? Membuat American tetap great” tanya Ina. Saya seruput kopi lagi.


“  Sejak adanya WTO dan Globalisasi. Masalah internasional dan domestik kini sudah terintegrasi. Keputusan domestic akan berdampak otomatis kepada international. Ketentuan Tarif resiprokal sebagai cara mengurangi defisit perdagangan AS, itu sangat  berbahaya. Karena ini akan jadi preseden bagi negara lain untuk memainkan cara seperti ini. Dunia benar benar menghadapi ketidak pastian dan ketidak stabilan“  kata saya.


“ Contohnya ?


“  Bisa saja karena itu, Indonesia menaikan tarif impor migas dari Singapore. Kan bisa bubar Singapore. Atau Malaysia stop alirkan air dan listrik ke Singapore. Kan bisa kacau. Atau China yang menguasai 20% supply chain global, membatasi supply chain nya lewat non trarif barrier. Harga ekspor supply chain China jadi mahal. Akan banyak pabrik di dunia ini yang beroperasi tidak efisien. Walau ada proteksi atas produk domestic.  Tetap aja akan sulit bersaing dengan produk jadi China itu sendiri.” Kata saya.


“  Akibatnya defisit anggaran negara mitra dagang China akan menganga. Utang negara akan terus bertambah. PHK akan meluas. “ Kata Ina menyimpulkan. Dia terdiam. “ Oh paham gua. Artinya ada banyak kesamaan antara apa yang terjadi sekarang dan apa yang terjadi pada tahun 1971. Ada inflasi dan defisit perdagangan yang besar. Dan menjadi tambah rumit sekarang karena ada China sebagai pesaing baru AS yang juga kuat dalam skala ekonomi. “ Sambung Ina.


“ Ya, terutama dari mata uang digital Yuan. Itu ancaman serius terhadap USD. Karena akan banyak negara menggunakan mata uang digital Yuan. AS tidak bisa lagi seenaknya merasa punya hegomoni dengan USD sementara produktifitas rendah dan akumulasi asset real juga rendah. Itu sama saja dengan mata uang crypto. Hanya bernilai dan berharga pada komunita terbatas, just money but nothing “ Kata saya.


“Paham gua, Ale. Sumber masalah itu karena sistem monetarist yang memungkinkan adanya sekuritisasi asset, pelonggaran uang beredar yang menciptakan bubble asset di pasar. Moral hazard yang sulit dihindari. Membuat orang mudah terjebak dalam rakus. Ternyata benar kata Agama. Bahwa perdagangan derivative tanpa phisik itu dosa. Valuasi yang tidak sesuai dengan nilai intrinsic juga dosa. Semua agama samawi punya prinsip larangan sama. Karena agama mendidik manusia agar tidak terjebak rakus. Kita tahu yang bisa menjadi sumber ketidak adilan adalah sifat rakus


Ternyata pengetahuan sejarah lue dalam konteks ekonomi dan perdagangan sangat substansial. Itu memudahkan lue memahami fenomena ekonom Global. Lue tahu apa yang salah dan apa yang benar. Yang benar itu adalah hiduplah sederhana. Ya seperti life style lue sekarang.“ Kata Ina. Saya tersenyum.



5 comments:

Anonymous said...

Terima kasih Babo

Anonymous said...

Sangat mencerahkan

Anonymous said...

Mokaseh babo

Anonymous said...

Matur nuwun

Anonymous said...

Tarimo kasih pencerahanyo Babo

Rekayasa sosial kemandirian

  Setelah teman pergi. Saya tetap di cafe sendirian di kawasan SCBD. Saya pindah ke table bar. Tampa menoleh saya lirik di samping saya ada ...