Friday, September 29, 2023

SDA itu kutukan...

 




Banten harus dikalahkan. Tapi bagaimana? kas sudah hampir habis karena perang delapan tahun. Selat Sunda tidak pernah bisa dikuasai Kompeni. Pasukan Banten begitu kuat. Kesultanan Banten mencoba membikin kapal-kapal besar yang dilengkapi baterijj, barisan meriam, untuk menandingi kapal-kapal VOC. Prajurit yang dipimpin para kiyai yang gagah berani. Ternyata tidak semudah menaklukan Mataram. Trunajaya. Lelaki itu telah tewas di tangan para pembesar Mataram. Kini ancaman satu-satunya tinggal Banten. Darimana uang untuk terus berperang. ini sudah berlangsung 8 tahun. Belum juga ada tanda tanda Banten takluk. Meski kompeni memonopoli perdagangan opium namun itu tidak cukup kas terkumpul untuk biaya perang. 


Demikian Tuan van Goens berpikir keras di meja kerjanya.  Dia berusaha menemukan siasat yang jitu untuk memenangkan perang. Seorang opsir tiba-tiba mengetuk pintu. “Tuan Gubernur, para penambang telah tiba di pelabuhan,” kata opsir bernama Heinrich Schumann dengan sikpa hormat sempurna. Mata Tuan van Goens sekonyong berbinar. Aha..ini solusi. Ya emas. Solusi untuk dapatkan uang untuk biaya perang menjatuhkan Sultan Ageng. Dia memang meminta para penambang dari Sachsen untuk mencari emas di Hindia.


***


Dari geladak, Henze bisa melihat kapal melepas sauh di pelabuhan Batavia. Ia ingin lekas-lekas menjejakkan kaki di pantai, minum bir dan mengisi perutnya dengan makanan lezat. Sudah sejak berbulan-bulan lalu ia kehilangan selera dengan masakan juru masak kapal. Delapan bulan lalu seorang utusan VOC dari kantor pusat Amsterdam datang ke Sachsen dan meminta para penambang bekerja untuk VOC di Sumatera. Henze bersama ketujuh belas awaknya dan 5 ahli tambang diminta mencari emas di sana. 


Malamnya Henze dan kelima kawannya makan dengan lahap di cafe dan restoran itu. Dia bertemu dengan Heinrich Schumann. Yang bercerita panjang lebar, membangga-banggakan keberaniannya bertualang di Hindia selama belasan tahun. Kepada Henze dan kawan-kawan, ia mengaku berasal dari Duesseldorf. Kehidupan yang sulit memaksanya mengadu nasib di Hindia, bertempur di banyak medan bersama Mayor Isaac de Saint-Martin, lelaki Perancis penggemar lukisan yang tersohor piawai menyusun siasat. Tapi sebuah sabetan parang saat pertempuran di Ternate membikin kaki kirinya invalid seumur hidup. Kompeni tak mau lagi memakainya. Setahun lalu, dengan meminjam uang dari rentenir ia membikin restoran Rhine. 


Henze hanya mendengar tanpa reaksi apapun. Apalagi diceritakan  oleh Heinrich Schumann dalam keadaan setengah mabuk. Dia hanya senang melihat piring 5 ahli penambang itu licin. Menu restoran ini tak terlampau mewah, tapi masakannya cocok di lidah mereka. Meski emas adalah penyebab dirinya terlibat dalam petualangan, tapi itu bukan satu-satunya alasan kenapa dirinya mau pergi ke Hindia. Tujuan utamanya adalah menikmati tubuh wanita. Noni Hindia Belanda. Blasteran Belanda pribumi. Kecantikannya dikabarkan pula oleh para pelaut dan orang-orang di Tanjung Harapan, Ceylon, dan bandar-bandar lain sewaktu mereka singgah, “Het paradijs op aarde.” Secuil firdaus yang jatuh ke dunia.


“Adakah perempuan Eropa di kapal kalian?” tanya Schumann dengan bahasa Jermannya yang sudah kaku.


“Istri atasan kami, Nyonya Olitzsch,” sahut Henze


“ Sudah lama saya mendambakan seorang istri Eropa. Perempuan Eropa yang tinggal di Batavia terlampau sedikit. Setiap kali mereka turun dari kapal, para lelaki Eropa yang kesepian selalu berebut menyunting mereka. “ kata Schumann.


“Dari semua lelaki di Hindia, Tuan Gubernurlah yang paling beruntung,” kata Schumann kemudian. “Meski ada istri, ia bisa dengan mudah mendapatkan perempuan lain, dan entah mengapa dia suka sekali wanita pribumi dan lebih bernafsu dengan wanita jawa blasteran Belanda.”


***

Henze tengah celingukan di depan sebuah rumah saat seorang lelaki bersuara berat menegurnya dari balik pagar. Ia rada menyesal karena tadi memilih jalan-jalan sendiri, meninggalkan kawan-kawannya di klinik. “Kau orang baru?” tegur lelaki itu. Henze tak lantas menjawab. Ia menoleh kanan-kiri, takut-takut teguran itu bukan buat dirinya. Tahu tak ada orang lain di dekatnya, ia lalu menunjuk ke arah dadanya sendiri. “Aku?”


“Iya. Betul kau,” kata orang di balik pagar. “Kau orang baru? Kulihat kau seperti kebingungan.”


“Betul, Tuan. Baru seminggu aku tinggal di kota ini. Aku sedang mencari jalan pulang.” Henze mendekat ke arah pagar.


“Ah kau bukan orang Belanda. Logat Belandamu buruk sekali.”


“Aku orang Sachsen. Baru sebentar belajar bahasa Belanda.”


“Sachsen?”


Kemudian keduanya mengenalkan diri. Pieter Mossel, nama lelaki itu, pedagang budak yang cukup makmur di Batavia. Ia mengajak Henze untuk mampir. Tak biasanya ia mengajak orang asing mampir ke rumahnya. Kali ini tiba-tiba saja ia ingin mendengar kabar Eropa yang telah ditinggalkannya lebih dari dua puluh tahun silam.


“Jadi apa pendapatmu tentang kota ini? Tak terlampau buruk, bukan?” Mossel berkata setelah Henze menceritakan Eropa yang dilihatnya terakhir kali.


“Entahlah…. Sudah dua minggu kapal ke Sumatera belum datang. Belum ada kabar kapan kami berangkat.” Ia menundukkan wajah. Sejurus kemudian ia meneruskan, “Beberapa kawanku meringkuk di klinik. Di sini, cuaca tropis malah memperburuk sakit mereka.”


“Hanya yang kuat yang bertahan,” Mossel menyela.


“Kudengar di sini juga sulit mencari perempuan. Kebetulan saya perlu sedikitnya 15 budak untuk kerja di penambangan Sumatera. “ Kata Henze kepada Tuan Mossel.


Mossel tak menjawab. Air muka lelaki itu berubah murung.


***


Seorang opsir datang terengah-engah masuk ke cafe dan Bar. Ia membuka topinya dan lekas memesan minuman. Pelayan restoran segera menghampirinya dengan membawa bir dalam gelas besar. Seperti orang kehausan, opsir berwajah pucat itu lantas menandaskan bir di gelasnya dalam dua tegukan. Ia lekas meminta minuman yang sama kepada si pelayan. Sang pemilik restoran yang mengintip dari sejarak segera menghampirinya.


“Opsir,” sapa Schumann, “siang-siang sudah minum. Gadis yang kau incar pasti jatuh ke pelukan lelaki lain.” 


Opsir itu mendongak. Ia tertawa pelan sebelum menanggapi omongan Schumann. “Bukan perempuanku, tapi istrinya Tuan Mossel.”


“Mossel? Pengusaha budak?”


“Ya,” jawab opsir itu. “Dan yang lebih memalukan, istrinya jatuh ke pelukan budak laki-lakinya.”


Schuman terbahak. Ia menarik kursi di hadapan opsir itu, lantas duduk di situ. “Sudah lama aku tak mendengar cerita menggelikan. Lantas bagaimana nasib Mossel?”


“Ia mati gantung diri.”


“Semoga Tuhan menerimanya di surga,” kata Schumann seraya membikin tanda salib.


“Perempuan adalah sumber bencana.” Kata opsir itu. Schumann tak menyahut. Ia tak begitu setuju dengan kata-kata opsir di hadapannya.


“Kisah menggelikan ini menyeretku ke dalam masalah,” ujar opsir itu lagi. “Aku harus mencari di mana budak itu bersembunyi.”


“Bersembunyi?”


“Ia kabur dari pelukan janda Tuan Mossel dengan menggondol perhiasan dan uang tak sedikit. “ Kata opsir dengan geram. “ Kau tahu uang itu untuk apa? Lanjutnya. Schumann  menggelengkan kepala. 

“ Untuk membebaskan para budak.” kata opsir dengan mata marah.


“Lalu apa masalahnya?”


Opsir itu tak langsung menjawab. Ia meneguk bir yang baru saja diantarkan ke mejanya. Schumann mengernyitkan dahi.


“Nah dengan uang dan perhiasan itu, dia gunakan menyuap tangsi militer Belanda untuk dapatkan senjata dan amunisi,  membantu pasukan Sultan Ageng berperang melawan kompeni,” kata opsir itu meneruskan.


Henze mendengar pembicaraan itu. Dia membayangkan Nyonya Matje, istri pemilik kapal yang ikut berpetualang ke HIndia Belanda.  Dia kangkangi berkali di kapal itu dan akhirnya dia lupakan.  Mati saat melahirkan bayi haramnya. Setelah itu Tuan Olitzsch  merasa bersalah atas kematian istrinya. Karena dia tak bisa lepas dari pagutan vagina juru masak budak wanita asal Tiongkok. Akhirnya bunuh diri juga.


***


Di tengah samudra, sebuah kapal berbendera Belanda terapung-apung menuju Sumatera Barat. Berdiri di geladak seraya menatap hamparan air yang biru, Henze membiarkan angin laut menampar-nampar wajahnya. Seseorang akan melihat kepedihan pada matanya yang remang-remang. 


Masih terngiang Schumann mengucapkan belasungkawanya delapan hari lalu. Henze datang ke Cafe mengabarkan kematian semua ahli penambang di klinik. Tanpa sempat memelototi bongkahan-bongkahan emas di Sumatera. Kini tersisa sembilan penambang bukan ahli, termasuk dirinya, yang akan mencari emas tanpa semangat dan harapan.


“Semestinya kalian tak datang kemari. Tempat ini seperti neraka,” kata Schuman waktu itu. “ Sumber daya alam yang melimpah bukanlah kekayaan untuk kemakmuran tetapi kutukan. Terutama kutukan dari para kiyai yang memimpin pasukan Sultan Ageng, berperang dengan kompeni.


Henze putuskan pulang ke Eropa. Pulang dengan kalah dan tangan hampa. Tuan van Goens kehilangan harapan mendapatkan sumber daya emas untuk biaya perang menaklukan Sultan Ageng. Dari geladak, lamat-lamat Henze melihat daratan nun jauh di seberang lautan. Ia berharap itu tanah Eropa. Disana sains berkembang ditengah hipokrit budaya. Suami yang selalu membayangkan vagina wanita hindia belanda. Nyonya membayangkan penis hitam budak pribumi yang keras. Dan lucunya itu dibayangkan ketika mereka sedang bersenggama. Dan setelah itu menghina merendahkan kaum jajahan. Ironi memang.

Saturday, September 23, 2023

Masa depan yang lebih baik...

 



Tahun 2008,  di Rotterdam saya bertemu dengan mentor saya dalam bisnis keuangan. Tadinya dia berkarir di wall street sebagai investment banker. Dia mengundang saya minum teh di apartement nya di Utrecht. “ Saya kangen indonesia. Kangen sukabumi. Di situ leluhur saya pernah tinggal. "Katanya sambil memperlihatkan album tempo doeloe. “ betapa kami pernah berbuat kesalahan dimasa lalu dengan bangsa kamu. Tapi kalian selalu penuh senyum kepada kami. Seakan telah melupakan masa lalu. Kalian tidak pernah dendam kepada Bangsa lain walau pernah menjajah. Karena yang kalian perangi sebenarnya adalah ketidak adilan.“ katanya berlinang air mata. 


“ Bangsa Indonesia itu bangsa hebat. Bangsa pemberani. Tapi juga bangsa yang punya nilai nilai budaya yang halus, yang menghormati orang terpelajar nan bijak sebagai sumber inspirasi untuk cinta dan kasih sayang. “ Kata Daniel. “ Sejauh itu sejarah kehidupan nusantara yang dikuasai kerajaan berkembang berdasarkan nilai budaya itu. Tentu semua bersumber kepada agama.  Seperti kerajaan Hindu, Kutai , Tarumanegara, Sriwidjaya, Mataram Kuno. 


Namun sejak abad ke 9 munculah paham feodalisme. Kerajaan Majapahit sudah menerapkan sistem feodalisme itu untuk mengembangkan wilayah kekuasaannya. Feodalisme berasal dari bahasa Inggris feudalism. Kata feudal berasal dari bahasa Latin feudum yang sama artinya dengan fief, yakni sebidang tanah yang diberikan untuk sementara, bukan hak milik permanen, maksudnya hanya selama dia menjabat, kepada seorang vasal. Vasal adalah penguasa bawahan atau pemimpin militer, sebagai imbalan atas pelayanan yang diberikan kepada lord sebagai pemilik tanah tersebut. Inti dari feodalisme adalah tanah sebagai sumber kekuasaan, orang yang berkuasa adalah orang yang punya tanah.


Namun kekuasaan Majapahit berlahan lahan runtuh karena masuknya pengaruh Islam ke Nusantara. Islam menawarkan ajaran egaliterian. Jelas saja sangat cepat diminati oleh  rakyat yang merasa diperlakukan tidak adil oleh kekuasaan. Dengan cepat islam  diterima secara luas termasuk oleh keluarga kerajaan Majapahit terutama para vasal yang ada di beberapa wilayah taklukan majapahit. Setelah wafatnya Hayam Wuruk terjadilah perebutan kekuasaan antara keluarga kerajaan. Antara anak kandung dengan  anak selir. Perang saudara melemahkan Majapahit. 


Sejak itu beberapa wilayah kekuasaan Majapahit memisahkan diri, akhirnya pada abad ke 14 runtuhlah kerjaaan Majapahit. Kemunculan Kerajaan Demak sebagai contoh bangkitnya para vasal. Itu terjadi pada masa kemunduran Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1478 Demak menjadi Kerajaan Islam pertama dan terbesar di pesisir Pulau Jawa. Kerajaan Demak merupakan pelopor penyebaran agama Islam di Nusantara lantaran dukungan para Wali Songo.


Pada abad ke 17 Belanda melalui VOC konsorisum dagang Belanda masuk ke Indonesia. Mereka datang untuk berbisnis yang tentu direstui oleh kerajaan. Kebetulan saat itu sering terjadi konflik internal antara keluarga kerajaan. Konflik ini membutuhkan dana untuk menang. Dan VOC menawarkan senjata dan meriam kepada kerajaan untuk menumpas kaum oposisi kerajaan. Perang saudara yang tak berkesudahan ini membuat kerajaan itu bangkrut dan tidak bisa membayar utang kepada VOC. Karena itu pada abad ke 18 VOC juga bangkrut. Kebangkrutan VOC di bailout oleh kerajaan Belanda. Sejak itulah hubungan Belanda dengan Kerajaan bukan lagi bisnis tapi sudah masuk kolonialism.


Sistem kolonialisme itu tidak secara langsung tapi lewat kolaborasi dengan sistem feodalisme kerajaan. Itu berlangsung lebih dari 2 abad. Ketidak adilan terjadi meluas. Seperti sistem tanam paksa pada abad ke 18 dan kewajiban bayar pajak, yang tidak mampu bayar ya kerja paksa atau kerja Rodi. Lewat sistem inilah Belanda membangun unit business tambang, perkebunan. Dari proses ini membuat elite bangsawan kerajaan semakin kaya, pedagang etnis China yang dekat  dengan bangsawan menikmati rente. Suap dan upeti menjadi jadi. Sementara rakyat semakin miskin. Wabah kelaparan melanda Jawa.


Karena itulah muncul lagi gerakan islam untuk keadilan, yang dimotori oleh kaum pedagang. Pada tahun 1906 Serikat Islam mengadakan kongres yang pertama kali. Gerakan untuk keadilan melawan kolonialisme Belanda ini bersifat universal dan dari gerakan ini, dua tahun kemudian munculah gerakan kebangsaan yang dikenal Boedi utomo. Kamu tahu, Gerakan Boediutomo ini dimotori kaum terpelajar yang sebagian besar dibina oleh gerakan kaum fremason, gerakan international elite Yahudi. Sepertinya karena prinsipnya sama yaitu soal keadilan, maka gerakan ini langsung diterima oleh Sarikat Islam. Yang dalam proses berikutnya munculah komunis international untuk memperjuangkan nasip buruh. Itu juga didukung oleh sarikat islam. “ Lanjut Daniel.


“ Jadi sumber penyebab terjadinya perubahan karena gerakan islam itu sendiri dan itu dipicu oleh mengakarnya feodalisme. “ Kata saya menyimpulkan.


“ Benar. “ kata Daniel seraya mengangguk. Dia terdiam. Saya juga menanti selanjutnya dia berbicara. “Kita tahu. “ Lanjut Daniel. “ Sejarah mencatat, sebelum teks proklamasi dibacakan pada 17 agustus 1945 silam, yaitu ketika teks itu dirumuskan. Terdapat salah satu perubahan signifikan pada naskah, dimana awalnya ditulis Wakil-Wakil Bangsa Indonesia dengan ditandatangani oleh 50 (lima puluh) orang yang hadir, kemudian atas usul Sukarni, dirubah menjadi “Atas Nama Bangsa Indonesia” dan ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta. 


Perubahan tersebut, lanjut Daniel, secara simbolik menjadi pertanda tertutupnya pintu feodalisme di Indonesia. Inilah pertama kalinya dalam sejarah Bangsa Indonesia, kata bangsa atau rakyat mempunyai arti yang sangat penting. Peristiwa tersebut secara simbolik merupakan pertanda kemenangan Rakyat Indonesia, bukan hanya wakil-wakil Bangsa Indonesia”, tukasnya. Kemerdekaan Indonesia sesungguhnya merupakan pertarungan antara “atas nama rakyat” dan “wakil-wakil bangsa Indonesia”, yaitu pertarungan antara demokrasi dan feodalisme. Dari teks proklamasi tersebut, kita bisa melihat bahwa sudah tertutup pintu untuk feodalisme. Ini menjadi semangat apocalipso rakyat mempertahankan kemerdekaan demi tegaknya keadilan bagi semua”, terangnya.  


“ Kamu tahu engga. “ Lanjut Daniel kemudian “ Perang dunia kedua memang sadis. Apalagi perang pacific. Tetapi perang yang paling brutal dan heroik adalah perang Ambarawa. Tidak sedikit pasukan sekutu yang mati. Dan memaksa mereka keluar dari Ambarawa dengan malu. Mengapa malu? karena walau serangan tentara rakyat itu terkesan bunuh diri namun mereka lakukan dengan sangat terorganisir. Mereka sudah menerapkan strategi perang modern.


Sebelum serangan kolosal dilakukan. Sistem komunikasi pasukan sekutu sudah mereka lumpuhkan lebih dulu lewat serangan khusus pasukan komando. Itu fatal sekali bagi sekutu. Dengan putusnya komunikasi, praktis pasukan sekutu terisolasi dari pasukan induknya. Mereka juga lumpuhkan jalan darat . Jadi benar benar di kepung. Tidak  memungkinkan pasukan sekutu bisa keluar dari kepungan.


Ya bagaimanapun harus diakui. Walau mereka sangat cerdik namun juga konyol. Mengapa konyol? karena mereka sengaja mengepung pasukan sekutu sampai peluru habis. Setelah itu mereka giring perang terbuka. Perang kuno. Senjata tajam tanpa bedil. Golok beradu dengan sangkur, bayonet. Itu seperti ladang pembantaian bagi pasukan sekutu. Para pejuang Indonesia sangat mahir menggunakan senjata tajam dan bambu runcing dan mereka sangat tenang menjemput maut. “ katanya dan hening. Saya tetap setia menyimak.


“ Bagaimana mungkin para prajurit usia belasan tahun. Bahkan Sudirman, Komandan tempurnya berusia 29 tahun. Bisa mengalahkan pasukan sekutu. “ Katanya dengan tatapan kosong. Itu dia dapat cerita dari ayahnya yang pernah bertugas di Indonesia sebagai tentara sekutu. Lantas apa yang menyebabkan mereka begitu militan dan nekat. Tanyanya kepada saya. Saya diam saja. Saya siap menyimak.


Menurut saya, lanjut Daniel. “ itu karena ada fatwa ulama sejawa tentang perang Jihad. Fatwa itu bukan tentang perang agama. Tetapi perang jihad untuk keadilan. Jadi nilai jihadnya sangat universal. Tidak sekterian. Makanya diikuti oleh seluruh golongan. Hampir semua pondok pesantren mengirim santrinya untuk berjihad. Bahkan Kolonel Soedirman sebagai Panglima Divisi V Purwokerto menjadi komandan lapangan, adalah komandan Hizbul Wathan, kepanduan di bawah Muhammadyah. Kebetulan dia juga guru Muhammadyah. Pada setiap moment perjalan sejarah bangsa indonesia,  semangat egeliter islam sebagai pemersatu perang melawan ketidak adilan. Kekuatan indonesia itu ada pada Muhammadiah dan NU“ Daniel terdiam lagi. Saya setia menyimak.


Kini feodalimse tetap exist. Ya feodalisme gaya baru. Rasio GINI lahan sangat timpang. 1% rakyat menguasai 60% lahan dan ruang. Pada setiap konflik agraria dimana  hak equality rakyat dihadapan hukum tidak ada. Tidak ada bargain rakyat dihadapan pemodal. Selalu penguasa atas nama kepentingan pemodal memaksakan aturan soal ganti rugi dan ganti untung.  Ya pemodal itu sama seperti kolonialisme yang memberikan bantuan dana kepada kaum vadal lewat Pilpres dan Pilkada agar berkuasa, dan selanjutnya bekerja untuk kepentingan pemodal. 


Ini PR bagi bangsa indonesai terutama generasi muda untuk terus memperjuangkan keadilan, dengan cara menghancurkan feodalisme. Saya merangkul Daniel dengan tersenyum.  Dia paham akan sikap saya. Satu satunya cara meraih masadepan yang lebih baik adalah dengan cara mengubah masa lalu. Ya hari ini berbuat , belajar pada masa lalu untuk hari esok yang lebih baik.

Saturday, September 16, 2023

Uang kotor batinpun kotor

 




Setiap sore aku melihat Mbak Diah duduk depan teras rumahnya. “ Ale. Jangan lupa doain Mbak ya.” Tegurnya saat aku hendak pergi ke Masjid. Aku diam saja. Kulitnya putih bersih. Dia pandai bersolek. Keliatan cantik memang. Ayahnya sudah meninggal. Dia yatim. Ibunya dagang sayur di pasar. Waktu aku kelas 1 SMA, Mbak Diah menikah dan diboyong suaminya ke Jakarta. Sejak itu aku tidak pernah lagi bertemu Mbak Diah di terasnya. Teman temanku cerita kalau Mbak Diah sudah jadi orang kaya di Jakarta. Mungkin doaku dikabulkan Tuhan. Entahlah.


Setahun kemudian, aku dapati Mbak Diah duduk di teras rumahnya. Seperti biasa dia tersenyum menegurku. AKu hanya menunduk.  Dari temanku aku tahu Mbak Diah sudah bercerai dengan suaminya. Dia pulang ke Tanjung karang sebagai janda tanpa anak. Aku tidak tahu dimana Mbak Diah kerja. Hanya yang kutahu, setelah aku pulang sholat maghrib di Masjid, aku pasti berpapasan dengan Mbak Diah di jalan. Dia senyum menatapku. Aku cepat menunduk.  


Seusai dagang kaki lima di pasar, aku pulang. Dekat gang rumahku, dari jauh aku melihat Mbak Diah turun dari Motor. Dia digonceng pria. Oh itu mungkin pacarnya” pikirku. Aku pura pura tidak tahu. Dia berdiri depan gang. Namun saat aku mau masuk gang, Mbak Diah mendekatiku. “ Ale, bareng mbak ya.” katanya. Aku mengangguk aja. Tetapi aku terkejut melihat wajahnya ada lebam di bibir dan keningnya. “ Ada apa mbak. Kenapa muka mbak.” tanyaku.


“ Pacarku mau jual aku ke boss. Tapi aku engga mau. Dia pukul aku.  Besok aku engga berani kerja lagi.Takut dipukul lagi “ Kata Mbak Diah dengan airmata berlinang


“ Emang mbak kerja dimana ?


“ Aku kerja di cafe dan Bar di Panjang.”


“ Oh.. “ 


“ Ale, aku tempo hari menikah. Suamiku bawa ke Jakarta. Ternyata hanya sebulan bulan madu. Setelah itu aku dijual ke boss. Setelah itu aku jadi pelacur. Aku engga tahan. Dan berhasil lari pulang ke rumah orang tua, di sini ” katanya. Aku engga paham arti kehidupan. Yang kutahu jadi wanita cantik seperti Mbak Diah memang beresiko. Apalagi miskin. Saat itu aku kelas 3 SMA.


Seminggu kemudian, malam hari Mbak Diah lewat tempat aku dagang kaki lima di Pojok Jalan Pemuda. Dia berhenti  dan tersenyum. “ Ale, rame dagangnya.” 


“Lumayan mbak. Kan malam minggu ini” Kataku.


“Mbak udah dapat kerjaan di Biskop Merdeka. Jual  karcis di loket.” Katanya.


“ Ya Alhamdulilah Mbak. “ 


“ Ale doain mbak terus ya. Ale kan anak sholeh.” 


“ Ya mbak saya doain terus.” Kataku. Tetap menunduk. AKu tidak pernah menatapnya secara langsung.


Tak berapa lama datang motor tepat berhenti depan aku dagang. Dua pria datang. sala satunya  menarik lengan Mbak Diah. Dia berusaha bertahan dari hentakan pria itu. Tidak mau pergi. Mbak Diah teriak. Entah kenapa aku replek mendorong pria itu. Diah terkejut.” Jangan ikut campur lue” teriaknya. Temannya datang menyerangku. Namun belum sempat dia naik ke trotoar, kakiku sudah sampai dadanya. Dia terjatuh. Pria yang sedang berusaha menarik Mbak Diah balik menyerangku, namun cepat aku tangkis dan sapu kakinya. Dia terhempas di trotoar. Aku tatap mereka berdua. Entah kenapa mereka pergi begitu saja.


Aku lihat lengan Mbak Dia merah bekas dipagut keras oleh Pria itu.” Itu tadi pacarku. Dia preman. “ kata mbak Diah dengan wajah geram.” Tapi Ale, Seru mbak Diah dengan wajah kawatir. “  gimana kalau dia bawa teman temanya. Kamu dagang di sini lagi? kata Mbak Diah. Dia justru mengkawatirkan aku daripada dirinya. “ Engga apa apa mbak. Saya akan tetap dagang di sini. “kataku tersenyum. “ Sebaiknya Mbak pulang aja.” sambungku.


“ Tapi aku harus kerja Ale.”


Aku hanya diam. Itu hidupnya. Itu resiko yang harus dilaluinya. Aku tidak bisa berbuat banyak. 


Setelah Mbak Diah pergi.  Sebelum aku tutup lapak, datang rombongan pria dengan empat motor. Mereka berhenti tepat depan aku dagang. Aku tenang aja. Mereka turun serentak. Mendatangiku. Salah satu dari mereka mengancamku dengan pisau. Yang lain aku liirk. Ada yang bawa celurit. “ Lu jagoan ya. Ayo lawan gua. Mati lue sekarang sama gua.” teriaknya. Orang sekitar tempatku dagang menjauh. Ada rasa takut akan terjadi pembantaian sebentar lagi. AKu diam aja tapi tetap waspada.


Salah satu mereka mengayunkan celurit kearah kepalaku. Dengan cepat aku gunakan kursi tempatku duduk sebagai senjata dan perisai. Aku memang tidak menangkis celuritnya tetapi menghindar seraya mengayunkan kursi ke rahangnya. Dia terjatuh. Pada waktu bersamaan ayunan kursi itu juga nyasar ke orang yang mengancamku dengan pisau. Tepat mengenai rusuk sebelah kiri bagian bawah.Keduanya terjatuh. Cepat sekali kejadianya. 


Aku diam saja melihat mereka terjatuh. Aku tahu itu sakit sekali. Karena aku belajar arah pukulan yang membuat orang semaput. Apalagi kursi itu aku buat sendiri tanpa senderan. Jadi efektif untuk senjata. Ada orang melerai “ Lue orang mending pergi aja. Ini anak kaliawi. Kalau dia lapor ke temannya. Lue orang pasti diburu teman temanya. Kampung lue orang bisa diserbu mereka”  katanya. Mereka keliatan takut saat mendengar aku anak kaliawi. Akhirnya mereka pergi.


Seminggu setelah kejadian itu aku dapat kabar Mbak Diah pergi merantau ke Jakarta. Setahun setelah itu aku juga pergi merantau ke Jakarta.


***


Tahun 85 aku bertemu  lagi dengan Mbak Diah di Hotel HI, Barito cafe and Bar.  Sebagai pebisnis muda, memaksa aku harus sering menjamu relasi di hotel berbintang. Aku tidak pernah lupa Mbak Diah. Dia juga tidak lupa. Dia hanya tersenyum melihatku. Tidak mau tegur aku. Karena dia sedang bersama pria baya. Aku kenal pria baya itu pejabat. Aku maklum. Dan lagi aku memang tidak merindukannya.


Lalu, suatu saat aku ingat. Mbak Diah datang ke Barito Room HI. Dia datang sendirian. Aku bersegera mendekatinya. Mengajaknya gabung di tableku. Aura wajahnya tidak seperti sebelumnya. Aku mengantarnya pulang. Tetapi dia menolak. Setelah aku paksa, diapun menyerah.  “Ale, ku sudah tidak lagi tinggal di Kalibata. “ 


“ Ya sabar aja Mbak. “


“ Aku tadinya jadi umpan rekanan pemerintah untuk menghibur pejabat. Mungkin karena aku putih dan sedikit sipit, mereka suka aku, ale. Eh salah satu pejabat jadikan aku piaran. Tapi hanya tiga bulan dia udah bosan. Ajudannya minta aku keluar dari rumahnya.“ Kata Mbak Diah.


Aku duduk di kursi belakang kendaraan bersama Mbak Diah. Aku sempat melirik ke samping.  Entah mengapa mataku mengarah ke buah dadanya. Pakaiannya Tanktop. Sepertinya dia merasa. “ Ale, kamu mau lihat tubuh Mbak? Katanya menatapku. Dekat sekali wajah kami. " Kita Check in aja di Hotel. Aku memang engga dapat tamu hari ini” katanya dengan nada datar. 


“ Engga mbak. Saya tidak pernah beli untuk sex. “ kataku menunduk malu. Aku keluarkan uang pecahan Rp 10.000  dari balik  tas tanganku. Aku serahkan ke tangan Mbak Diah dua puluh lembar. Aku tahu mbak Diah sedang tidak punya uang. Dia terkejut. “ Ale kenapa baik sekali dengan Mbak? katanya menatap kosong ke arahku.”  Uang sebanyak ini. Ale bisa beli wanita cantik lebih dari Mbak. Ini bisa hidupku sebulan. “ lanjutnya. 


Aku diam saja.


“ Dulu waktu di tanjung karang. Ale lindungi mbak dengan resiko terbunuh. Sampai kini sikap Ale engga berubah terhadap Mbak. Mengapa?


Aku diam saja. Mau jawab apa ? Itu udah nature ku. “ Engga apa apa kan mbak.?” kataku cepat. Kawatir Mbak Diah tidak nyaman aku berbuat baik dengan dia.


“ Kalau gitu Ale cepatlah menikah. Kan udah kaya dan punya uang. Kenapa belum menikah?


“ Ya mbak, Ada pacar tapi tidak mau dinikahi. Entah mengapa dia menolak diajak nikah.”


" Ale orang baik. Pasti akan dapat jodoh yang baik pula. " Kata Mbak Diah. 


Aku diam saja. 


" Aku tahu dari Papisan. Kamu sering order anak asuhannya untuk jadi umpan ke pejabat.” Kata Mbak Diah. Aku terkejut. Ternyata dia asuhah agent modeling khusus prostitusi. Mbak Diah tersenyum. Aku tersentak malu. " Ale tidak pantas bisnis seperti itu. Hidup Mbak udah melewati batas. Tidak mudah untuk kembali normal. Tapi Ale masih punya kekuatan dan kesempatan untuk terus jadi orang baik. Jangan larut bergaul dengan pejabat, Mereka jahat dan tidak bisa jujur, apalagi setia kepada keluarga dan negara. Hidup mereka lebih rendah dari Mbak, pelacur." 


Aku termenung akan kata kata terakhir Mbak Diah.  Memang aku sering mengumpan pejabat dengan wanita cantik, bahkan aku sempat gunakan wanita asing dari Philipina untuk mendapatkan kontrak dengan BUMN. Ya, apa bedanya aku dengan Mbak  Diah? Memang aku bukan pelacur tetapi aku menjadi sumber penyebab pejabat melacurkan jabatannya. Sama sama tidak bermoral dan mendapatkan uang dari cara cara dilaknat oleh Tuhan. 


Kutatap dari samping. Mbak Diah nampak tidak baik baik saja. Tepat lampu merah Sarinah, sebelum aku bicara Mbak Diah sudah membuka pintu kendaraan. “ Aku berhenti di sini saja, Ale.” Dia keluar dari kendaraan dan melambaikan tangannya dengan sedikit senyum. Keesokannya aku bertekad untuk meninggalkan bisnis haram. Akhirnya pada moment yang tertentu aku bisa keluar dari bisnis suap menyuap. Setahun setelah itu aku menikah. Bukan pilihanku tapi pilihan orang tuaku. Setelah itu aku tidak pernah bertemu lagi dengan Mbak Diah. Sepertinya dia ditelan bumi. Tapi doaku selalu untuk dia.

Friday, September 15, 2023

Negeri diatas Awan.

 




Saya bertemu dengan Florence di cafe pavorit kami. Wajahnya nampak murung. Galaukah dia? saya diamkan saja. Tetapi dia menutup mata saya dengan telapak tangannya “ Kenapa sih pandangin gua terus? emang gua anak ABG? Gua udah tua tahu! “ Kata Florence.


“ Lue sahabat gua sejak saya usia 20 tahun. Gua suka lu. Salah!


“ Ya gua tahu. Tapi udah dech jangan seperti kita muda dulu. Engga perlu goda gua. Genit luh .” Katanya merengut.


“ Ada apa kamu? kenapa nampaknya seperti galau? 


“ Coba dech lu bayangin. Rakyat yang tinggal turun temurun sebelum Indonesia merdeka, mau diusir begitu saja dari lahan mereka di Pulau Rempang hanya karena membela kepentingan investor “ kata Florence. Oh ini soal Pulau Rempang. Saya mengangguk. “ Lantas apa bedanya dengan era Kolonial ? lanjutnya.


“ Ah kamu aja yang baper. “ Kata saya santai. FLorence meolotot mau tabok saya. “ Kamu terlanjur punya persepsi bahwa kemerdekaan itu adalah hak semua rakyat atas sumber daya dan lahan. Engga begitu say. Merdeka kita itu adalah kelanjutan dari sistem kolonialisme. Walau berganti era namun esensinya tetap sama. yaitu kekuasaan kaum pemodal. Itu tidak pernah berubah sejak sebelum Indonesia di proklamirkan. Hanya saja jalan perubahan itu berliku..” Sambung saya. Sepertinya Florence mengerutkan kening dan termenung. “ Coba jelaskan mengapa gua  terjebak soal persepsi kemerdekaan itu” tanya Florence


Saya senyum aja. Engga mau jelaskan. Nanti dia makin stress. Usianya tidak beda dengan saya. Usia 60 tahun. Dulu masih muda dia marah, saya engga kawatir. Tapi usia menua, kawatir darah tingginya naik. Saya inginkan dia sehat. “ Jelek, “ teriak Florence. Kalau suasana hatinya tidak sedang blue selalu panggil saya dengan sebut jelek “ Jelaskan ke gua. Apa maksud lue soal persepsi merdeka yang salah itu. “ Kata Florence. 


“ Ok gua ceritain tapi jangan dipotong kalau gua  sedang bicara” 


“ ya gua siap menyimak “ katanya. Saya seruput kopi dan entah mengpa saya termenung ke sejarah masa lalu.


“ Dibalik sejarah kisah proklamasi kemerdakaan yang kita baca. Apakah kita pernah merenung tentang suasana kebatinan Soekarno dan Hatta saat akan memproklamirkan kemedekaan Indonesia. Para pemuda pelopor yang mayoritas kaum kiri maksa Soekarno Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan. Jepang sudah jatuh. Apalagi yang ditunggu, kata para pemuda militan itu. Tapi Soekarno dan Hatta menolak. Bahkan para pemuda itu sempat menculik mereka berdua dan diancam akan dibunuh bila tidak segera memproklamirkan kemerdekaan. Tetap saja mereka berdua menolak. Nah cobalah renungkan. Renungkan suasana batin mereka..Bahkan saat akhirnya Kemerdekaan Indonesia di proklamirkan juga, di kediaman Soekarno di Jalan Penggansaan, Jakarta, Soekarno sedang sakit malaria. Dia juga tidak serius amat.  Terpaksa saja. ” Kata saya. Florence bengong. 


‘ Mengapa Soekarno Hatta sampai ragu memproklamirkan kemerdekaan Indonesia ? 


“ Kala itu, Soekarno , Hatta sangat tahu diri. Mereka bukan siapa siapa dihadapan Pemerintahan Dai Nippon. Jepang walau sudah kalah perang dunia kedua tidak punya legitimasi menentukan masa depan Indonesia. Yang berhak itu adalah pemenang perang, dan dalam hal ini adalah Belanda dan sekutunya. “Kata saya. Saya seruput lagi kopi dan hisap rokok dalam dalam.


“ Tantangan yang dihadapi mereka dalam mencapai kemerdekaan adalah Belanda yang ingin kembali berkuasa di Indonesia. Di sisi lain, Belanda mengakui juga kaum feodal yang bernaung dibawah sistem kerajaan yang sudah eksis sebelum Indonesia merdeka.  Soekarno Hatta bukan keluarga kerajaan. Mereka berdua sama dengan elite pergerakan yang tidak legitimit. Kalau diibaratkan era sekarang, mereka berdua dianggap pemberontak, kaum radikal dan para pemuda kiri pendukungnya dianggap teroris. 


Dan lagi Soekarno Hatta tidak punya kekuatan akar rumput. Mereka hanya intelektual yang dianggap berbahaya oleh pemerintahan kolonial. Tapi mereka punya sahabat yang cerdas dan militan. Dia adalah Sutan Sjahrir, yang punya akses kepada kekuatan akar rumput kaum kiri. Soekarno , Hatta dan Sutan Sjahrir sudah bersahabat jauh sebelum Indonesia merdeka. Walau ketiganya adalah nasionalis namun cara mereka memperjuangkan nasionalisme itu berbeda jalan. Soekarno ingin merangkul semua golongan dalam satu barisan nasional ( front nasional). Hatta condong kepada sosialis religius.  Sedangkan Sjahrir adalah sosok sosialis international. Ketiga orang ini punya keyakinan sama. Yaitu anti kolonialisme.


Sebagai sahabat antar mereka tidak ada sekat. Kadang bertengkar, kadang tersenyum dan kadang saling becanda. Hubungan lebih kepada personal. Mereka  bertiga pernah di penjara dan dibuang kepengasingan oleh Belanda. Hatta dan Sjahrir diasingkan ke Pulau Banda Neira. Soekarno dibuang ke Bengkulu. Setelah Jepang masuk dan Belanda terusir, mereka dibebaskan. “ Kata saya. Saya terdiam. Lama. 


“ Terus..” desak Florence.


“ Ya. Selanjutnya mereka atur strategi. Soekarno dan Hatta tampil di permukaan mengutamakan jalan dialogh dengan Dai Nippon , dan kemudian dengan Belanda, walau tahu itu tidak produktif untuk dapatkan kemerdekaan. Sementara Sjahrir bergerak dibawah tanah. Memprovokasi kaum kiri (komunis ) untuk mengganyang kaum feodal. Kalau lue baca sejarah Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56, tidak ada satupun wakil dari keluarga kerajaan. Sebagian besar yang hadir dalam acara proklamasi itu adalah kaum kiri. Kebanyakan mereka penghuni Asrama Menteng 31 yang diasuh oleh Sutan Sjahrir.


Kaum kerajaan yang pertama kali proaktif mendukung berdirinya republik adalah kesultan Yogyakarta dan Surakarta. Sementara kerajaan lain seperti kerajaan Melayu setuju bergabung dengan Republik tapi tidak melebur. Tetap mempertahankan kerajaan dalam sistem federal. Bisa dibaca sejarah hasil rapat Komite Nasional Indonesia (KNI) di Medan pada tanggal 3 Februari 1946. “ Kata saya. 


“ Tentu kerajaan yang masih eksis itu hambatan serius bagi Soekarno dan Hatta terutama dalam berunding dengan Belanda. “ Kata Florence.


“ Ya benar. Itu sebabnya Soekarno dan Hatta perintahkan Sjahrir untuk menggerakan kaum kiri melakukan revolusi sosial di Sumatera timur yang merupakan kekuasaan Kesultanan Melayu. “ Kata saya.


“ Mengapa kaum kiri? Tanya Florence. Dia sepertinya larut dalam kisah ini.


“ Karena kaum kiri udah pengalaman melakukan pemberontakan di era kolonial Belanda. Para aktifis dan organisasi bawa tanah mereka memang militan dan punya cara hebat menggerakan kaum tertindas, seperti para petani yang lahannya digusur oleh Belanda atas restu kerajaan. Para buruh kebun dan tambang yang dapat upah ala kadarnya, kerajaan malah ikut mendukung penindasan oleh kolonias Belanda. 


Nah aksi ini motori oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Barisan Harimau Liar (BHL). Volksfront dan Partai Sosialis Indonesia (Parsi) besutan Mr. Amir Syarifuddin yang berdiri November 1945. Organisasi inilah yang melakukan aksi. Walau Kerajaan islam Melayu sangat kuat dan didukung ulama, engga ada urusan bagi mereka.  Tak terbilang korban dari kaum bangsawan dan raja yang dibantai mereka. Benar benar bar bar. Satu keluarga bangsawan dikumpulkan di halaman masjid dan dibunuh. Dikubur dalam satu lubang. Ya kalau boleh dikatakan revolusi Indonesia adalah revolusi kaum kiri revolusi bau amis darah.


Walau keluarga kerajaan dibunuh dan kesultanan runtuh oleh revolusi sosial rakyat, namun tidak menghllangkan legitimasi  eksistensi kesultanan itu dihadapan Belanda dan PBB. Pengakuan kedaulatan Indonesia sesuai dengan hasil KMB yang berlangsung di Den Haag, Belanda, 23 Agustus - 2 November 1949. Mengakui keberadaan Indonesia Serikat atau negara federal. Mengapa? karena memang saat itu sudah terbentuk negara negara federasi seperti Negara Indonesia Timur (NIT) yang berdiri tahun 1946. Negara Sumatera Timur tahun 16 Februari 1946. Negara Sumatera Selatan pada 30 Agustus 1948, daerah meliputi Palembang dan sekitarnya, dengan Presiden Abdul Malik. Negara Pasundan. Negara Jawa Timur pada 26 november 1948. Negara Madura  pada 21 Januari 1948. 


Juga Balanda melegitimasi terbentuknya negara Kalimantan Barat, Kalimantan Timur Dayak Besar (daerah Kalimantan Tengah) Daerah Banjar (Kalimantan Selatan) Kalimantan Tenggara,  Jawa Tengah,  Bangka Belitung,  Riau Kepulauan. Semua negara itu, delegasinya hadir dalam KMB. Mereka itu melanjutkan monarki di Indonesia. Belanda memang mendesign Indonesia seperti negara di Timur Tengah. Jadi sebenarnya Belanda ingin melanjutkan kolonialisme dalam bentuk pan nasionalis atau republik Indonessia serikat ( federal).


Namun Soekarno , Hatta dan Sjahrir smart. Mereka provokasi elite islam. Maklum anggota Parlemen Republik Indonesia Serikat mayoritas tokoh islam. Mereka tampil kepermukaan setelah kaum kiri sukses mengganyang elite kesultanan. Pada waktu bersamaan  Sjahrir menggerakan mesin politik kaum kiri untuk melakukan revolusi rakyat melawan negara bentukan Belanda itu. Chaos ini memang dibenarkan oleh konstitusi RIS pada pasal 43 dan 44. Penggabungan antara negara atau daerah dimungkinkan karena kehendak rakyat. 


Di tengah krisis politik itu. Parlemen setuju dengan gasasan Natsir untuk kembali ke negara kesatuan. Dengan demikian, negara RIS berakhir dan secara resmi pada 17 Agustus 1950 terbentuk kembali NKRI. Dengan Soekarno sebagai Presiden dan Moh Hatta sebagai Wakil Presiden RI. Setelah itu Pemilu langsung digelar tahun 1955 untuk melegitimasi Republik Indonesia. “ Kata saya.


“ Terus dimana bedanya era sekarang dengan era kolonialsme” tanya Florence. Saya tersenyum. Memang kadang naif orang terpelajar di Indonesia. 


“ Duh say, yang harus kamu tahu. “ Kata saya. “ Tanpa dukungan Politik AS terhadap Indonesia, tidak mungkin Belanda diam saja saat krisis  politik di   wilayah federal itu terjadi. Belanda tahu kok chaos politik itu karena rekayasa Soekarno yang memang dari awal menolak negara federal, dan tidak nyaman bila irian barat tidak termasuk yang diakui sebagai bagian dari Indonesia. Serangan militer Indonesia merebut irian barat tahun 1962  itu juga dukungan AS. Tanpa itu, tidak mungkin Indonesia bisa menang mudah dan sukses melakukan referendum Politik Irian Barat yang melegitimasi kekuasaan Indonesia. " Sambung saya. Kembali hisap rokok.


" Setelah itu " Lanjut saya. " Soekarno berusaha melepaskan diri dari jejak sejarah dukungan AS dan sekutu. Dia membentuk Gerakan non Blok setelah indonesia resmi keluar dari PBB. Dia juga berdansa dengan .China untuk mengimbangi hegemoni AS. Tapi karena itu Soekarno di jatuhkan oleh kekuatan inteligent CIA. Seoharto tampil ke panggung kekuasaan dengan bau amis darah kaum kiri. Dia patuh kepada AS, jadi golden boy pama Sam. 32 tahun kekuasaan Soeharto, hampir 90% wilayah Indonsia dikuasi AS dan sekutunya lewat konsesi MIgas dan Mineral tambang. Sementara kaum kiri diganyang dan kaum agama dibonsai” kata saya. Saya hisap rokok dan seruput kopi. Saya termenung.


“ Terus..” desak florence.


“ Era reformasi, UUD 45 di amandem. Pada tahun 2002, OECD berkantor di DPR sebagai mentor melakukan amandemen  UUD 45. Semua partai yang kini berkuasa adalah mereka yang merubah UUD 45. Dari 194 ayat, 3 Pasal Aturan Tambahan, 2 Aturan Peralihan yang terdapat dalam UUD 2002 hanya 25 ayat yang terdapat dalam UUD 45 dipertahankan. Jadi ini bukan amendment tapi merubah UUD 45. “ Kata saya.


“ Bagaimana struktur Indonesia setelah perubahan UUD 45 ini ?


“ Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan langsung oleh rakyat tapi bukan lagi penguasa tertinggi. Karena MPR sebagai wakil rakyat tertinggi diubah. MPR hanyalah sekedar majelis pertemuan bersama atu joint session assembly yang tidak punya kewenangan mengubah dan menetapkan UUD, karena bukan merupakan lembaga tertinggi pelaksana kedaulatan rakyat; menggunakan sistem presidensial, dan memisahkan perekonomian nasional dengan kesejahteraan  sosial.


Sehingga mengakibatkan sistem perekonomian Negara tidak lagi dilandasi oleh asas kekeluargaan untuk keadilan sosial, tetapi telah berubah menjadi sistem ekonomi individualistis dan bebas seperti pemikiran ekonomi kapitalistis. Pada tahun 2002, Asian Development Bank memberikan pinjaman lunak kepada Pemerintah Indonesia untuk mendukung Program Financial Governance and Social Security Reform senilai USD 250 juta. 


Saya ingat ketika bantuan itu diberikan, salah satu teman aktifis berkata bahwa ada dua agenda besar dari program ini, yaitu mereformasi koperasi dan jaminan social dalam Blue Print Economic reform. ST-MPR 2002,  secara konstitusional, bangun usaha koperasi tidak lagi dianggap perlu atau wajib dikembangkan di Indonesia. Sehingga secara konstitusi Koperasi sebagai alat perjuangan rakyat dalam bidang ekonomi tidak lagi mendapat tempat istimewa dihadapan Negara.


Kemudian diperkuat lagi dalam amandemen UUD 45 Pasal 33 dengan menambah ayat 4. Ayat  ini seakan mengingkari secara halus ayat 1,2, dan 3-nya dimana perekonomian disusun secara prinsip demokrasi. Jadi tidak ada lagi perlakuan istimewa kepada satu pelaku ekonomi. Siapapun dapat mengusahakan perekonomian secara bebas alias liberalisasi perekonomian. Hal ini tertuang dalam ayat selanjutnya yaitu ayat 5 dimana ketentuan lebih lanjut diatur UU. UU yang mana? lihat saja UU penanaman modal dan UU Cipta Kerja,  yang kental sekali nuansa liberalnya. “ kata saya.


“ Oh..” Florence berlinang air mata.” Ternyata persepsi saya selama ini salah. Ternyata kemerdakaan itu hanya omong kosong. Itu tak lain kelanjutan dari sistem kolonialisme dimana kepentingan pemodal dan investor sebagai prioritas. 


“ Dan kamu harus tahu. Tahun 2003 keluarlah UU BUMN dan tahun 2003 juga UU SJSN masuk dalam proglegnas. Tahun 2004 UU SJSN disahkan. Dengan demikian pendekatan BUMN dan SJSN yang kemudian melahirkan UU BPJS memang bisnis oriented. Rakyat sebagai konsumen harus siap membayar atas dasar ekonomi semata. Jangan kaget kalau jasa dan Produk BUMN dan tarif BPJS tidak pernah turun, terus naik dari tahun ke tahun. 


Bukan hanya dari tarif negara rampas penghasilan rakyat, tetapi juga lewat pelemahan kurs rupiah. Belum cukup puas, Lewat tangan investor dengan alasan pembangunan ekonomi,  negara melegitimasi penggusuran tanah milk rakyat. Ganti untung dalam jangka pendek tapi merugikan rakyat  dalam jangka panjang. “ Kata saya. Florence bengong dan akhirnya termenung. Airmatanya berlinang. Saya tahu dia marhaen sejati. Dari muda saya tahu dia sangat setia dengan idiologi Seokarno. Kaum marhaen pasti menangis kalau mendengar rintihan rakyat ditengah konflik agraria.


“ Engga usah dipikirkan terlalu jauh.” Kata saya dan rangkul dia “ Besukur saja, kita bukan korban dari sistem kekuasaan, tapi kita justru menikmati hidup makmur berkat kemerdekaan. Soal rakyat miskin, itu udan takdir mereka jadi korban kebodohan atas nama agama dan idiologi. Biarkan itu tugas pemerintah yang urus. Setiap era ada tangan Tuhan untuk mengubahnya. Sejarah membuktikan itu. “ Kata saya. Florence tersenyum. 


“ Lue kan punya rumah di Singapore. Punya tabungan jutaan dollar. Kenapa engga menetapkan aja disana. Lupakan saja Indonesia. Nikmati masa tuan dengan damai disana.” Kata saya.

“ Disana engga ada lue. Engga rame hidup gua tanpa lue.” kata FLorence dengan wajah bersemu merah. Saya senyum aja.

Hijrah dari atmosfir kemiskinan

  ” Udah tembus 16 ribu rupiah harga beras sekilo. Gula juga udah tembus 17 ribu rupiah. Cepat sekali berubah harga. Sebentar lagi listrik j...