Kadang dalam hidup kita perlu barang sejenak untuk menjauh dari keramaian. Namun tidak jauh dari keluarga besar. Begitu juga dengan saya. Pertama yang saya lakukan matikan hape. Kemudian pergi ke tempat yang orang lain tidak mengenal saya atau tidak mungkin bertemu dengan orang lain yang mengenal saya. Di Hong Kong saya punya fave café untuk “me time”. Bukan café mewah. Café sederhana di kawasan Kowloon. Di Jakarta saya biasanya pilih masjid besar yang jauh dari tempat tinggal saya.
Dalam Me Time, saya lebih banyak tafakur. Banyak berjalan banyak di lihat. Banyak membaca banyak ilmu didapat. Banyak membari banya mendapat. Lama hidup mendapat hikmat. Bersusah susah dulu. Senang kemudian. Sakit dahulu, bahagia didapatkan. Begitu nasehat orang tua kita. Agar tidak kalah dalam derita. Tetap bersemangat tanpa buruk sangka Masa depan ditapak dengan suka cita.
Hidup memang tidak ramah. Makanya tak perlu bicara remah remah. Focus kepada agenda besar. Untuk berani langkah besar. Banyak kisah sukses jadi iktibar. Silahturahmi terjalin atas dasar cinta. Menawarkan peluang menjadi mitra. Bukan yang jadi tujuan harta. Tetapi keuntungan dalam prinsip setara. Negeri makmur karena kerja keras. Kemajuan tidak didapat dengan mudah. Berseluncur diatas gelombang ganas. Untuk jadi bangsa yang tak mudah menyerah.
Kalau semua mudah. Tentu kemakmuran mudah didapatkan. Tapi itu harus dicapai dengan kerja berlelah. Sampai batas tak terganggungkan. Pemimpin harus bisa menginspirasi. Agenda besar dengan visi besar demi legacy generasi. Agar masa depan bukan sekedar penantian kosong. Karena omong kosong dan harapan kosong. Kerja keras dan berani adalah keniscayaan. Bahwa Tuhan benar mejamin rezeki makan. Tapi burung tidak pernah dikirim Tuhan makanan. Burung harus terbang melintasi pulau dan benua untuk makan.
Hikmahnya adalah percaya kepada Tuhan. Maka harus percaya kepada hukum ketetapan Tuhan. Tidak ada arti manusia tanpa kreatifitas. Kecuali hanya kumpulan manusia malas. Akan terhina oleh zaman. Yang tak pernah ramah kepada kaum rebahan. Banyak mimpi, miskin perjuangan. Negeri kita adalah negeri yang dirahmati Tuhan. Tapi kita kadang lupa nikmat Tuhan. Lupa bahwa hidup bukan soal menyembah Tuhan. Tapi bertahan ditengah keterbatasan dalam kesabaran.
Setelah sholat isya. Saya duduk di teras Masjid. Ada driver motor ojek yang juga duduk diteras. Jelas dari jaketnya. Nampak lelah. Yang memang lelah. Karena hidupnya di leverage pihak aplikator. Analoginya dalam perang. Para jenderal ada di garis belakang mengendalikan pergerakan pasukan di garis depan lewat platform IT system. Sementara pasukan di garis depan, menyediakan sendiri senjata dan peluru. Resiko tanggung sendiri. Kalau menang yang dapat nama markas komando. Yang naik pangkat duluan ya jenderal.
Sistem yang mengexploitasi dirinya untuk kepentingan aplikator. Menumpang tawa di tempat ramai. Nelangsa dalam kesendirian. Sabarkah dia? Atau pasrah tidak berdaya? Entahlah. Yang jelas, Aplikator itu adalah bisnis model, yang lahir dari dapur financial engineering dan social engineering. Mereka hanya menyediakan platform IT system yang memungkinkan antara driver dan konsumen berinteraksi secara real time menghasilkan cash-in. Ini memang bagian dari agenda pemain hedge fund yang ada dibalik business model.
Jadi, kalau ingin tahu bagaimana system kapitalis bekerja secara real dan vulgar, maka itulah yang terjadi pada Aplikator ojol. Mereka hanya berinvestasi dan menanggung biaya operasi pada system back office market place, sementara di front line pihak lain yang menanggung investasi dan biaya operasi. Memang fee yang didapat Aplikator kurang dari 1/3 pendapatan driver, namun jumlah itu sangat besar bila dihitung dari total driver yang ada.
Perputaran Cash dari business model ini sangat besar. Tentu sangat mudah di-kapitalisasi meningkatkan value saham, memperbesar asset dan mengalirkan uang investor dari bursa ke dalam brankas mereka. Artinya value dari business model ini tidak ada kaitannya dengan kesejahteraan dari driver sebagai basic revenue. Mengapa ? dari awal memang design business model meng-utilize sumber daya pihak lain untuk mendapatkan laba berlipat dengan resiko sekecil mungkin.
Sebatas itu bisa dimaklumi. Karena begitulah value dari kehadiran technologi. Selalu pemenang adalah yang menguasai high tech. Namun yang jadi masalah adalah business model itu dengan mudah menimbulkan moral hazard. Mengapa? Perhatikan. Awalnya mereka tebas income driver sebagai mitra. Kemudian mereka IPO, spread ownership terjadi. Secara berlahan harga perdana terus turun mendekati gocap. Pemegang saham publik tekor.
Hingga laporan terakhir yang tersedia publik, GoTo (Gojek Tokopedia) belum pernah mencatatkan keuntungan (laba bersih positif) sejak merger dan bahkan sejak masing-masing entitas berdiri. Resiko itu semua ditanggung oleh mitra dan pemegang saham minoritas. Aplikator enggga merasa berdosa dan bersalah. Tentu mereka punya alasan macam macam. Tapi apakah driver punya hak melakukan audit? Tidak. Artinya, istilah mitra itu tak lain alasan mereka menganeksasi pihak yang lemah.
Kemudian selesai ? tidak. Tahap berikutnya adalah rencana aksi korporat dalam bentuk M&A. Merger and acquisition antara GoTo dengan Grab. Dua duanya sama saja. Belum mencatat net profit sejak berdiri. Grab punya falsafah. Growth first profit later. Ya resiko selama growth dibebankan kepada investor dan mitra.
" Perhatikan." Kata teman. " Keduanya bertujuan membangun new persepsi untuk terbentuknya harga saham pada proses book building setelah M&A dilakukan. Artinya M&A itu bertujuan memang exit dari kerugian dan cerita lama, untuk masuk cerita baru, kelak akan exit lagi. Begitu aja terus seperti operasi ponzy. Agenda nya memang create money lewat skema ilusi dan business model aneksasi." Sambung teman.
Saya menghela napas dalam lamunan. Saya dekati driver ojol itu. Menyapanya dengan ramah seraya menyalaminya. “ Udah lama ngojek nya pak ?
“ Ya. Sejak saya di PHK 4 tahun lalu. “ Jawabnya tersenyum. “ Awalnya pendapatan lumayan. Namun dari tahun ketahun semakin banyak driver karena semakin banyak PHK. Pendapatan terus drop. Sekarang untuk dapattan Rp. 150.000 sehari susah banget. Kadang harus kerja dari pagi sampai malam. Belum tentu dapat Rp. 150.000. “ Sambungnya dengan wajah lesu.
“ Sudah berkeluarga ? tanya saya.
“ Udah. Tapi sejak tahun lalu istri saya pergi dari rumah. Tinggalkan saya. Dia memilih jadi selir orang lain. Anak perempuan saya dibawanya. Anak laki laki ikut saya. Saya ngontrak rumah. Untung anak laki laki saya walau kelas 3 SD dia sangat mandiri. Jadi saya bisa tinggalkan dia sendirian di rumah selama saya ngojek. “
“ Motor punya sendiri? Tanya saya lagi.
“ Ya pak. Tapi cicil di leasing. Masih tersisa Rp. 4 juta lagi baru lunas. “ Katanya. “ Kalau sudah lunas saya mau buka usaha tahu goreng aja. “ Lanjutnya. Saya melihat ada keberanian dia untuk berubah. Ini sunattullah. Manusia pada akhirnya akan bereaksi dengan berani pada posisi sangat tak berdaya. Masa muda saya membuktikan itu. Jatuh bangun biasa. Terpuruk adalah bagian dari proses kehidupan. Yang semua orang pasti melewatinya.
Saya lihat kendaraan Awi untuk jemput saya sudah datang" Bapak ada nomor rekening bank.? “ Tanya saya. Dia agak terkejut menatap saya. “ Boleh saya tahu” lanjut saya dengan tersenyum. Dia beri juga nomor rekeningnya. “ Bapak yang sabar ya. Jaga Kesehatan. “ Kata saya seraya menyalaminya dan berlalu.
“ Wi, kirim uang Rp 20 juta kepada rekening yang barusan gua SMS” kata saya sebelum kendaraan melaju. “ Siap” kata Awi. Moga driver itu baik baik saja. Hidup memang semakin sulit. Pemerintah diharapkan tempat berlindung bagi yang lemah namun tak berdaya dihadapan aplikator yang bagian dari network oligarki.
10 comments:
Apakah pikiran n hati orang kaya n yang berkuasa sudah pada beku ya?
Empati sudah lari
Pelajaran pagi ini mengandung Bawang merah...bikin mata pedes
Thank You Bang.. Sy pun Merasakan seperti apa yg di rasakan bapak Ojol yg abang ceritakan.. Untuk mendapat 130rb..susah nya minta ampun.. Blm lagi potongan dr grab setiap 10 orderan masuk di potong 20rb oleh aplikator.. Untuk biaya grab hemat.. Jika driver tidak ikut program Grab Hemat seharian tidak di beri orderan.. Walaupun di beri paling hanya 1 atau 2 orderan.. Trimakasih bang untuk tulisan nya yg menjari saksi kejam nya aplikator..
Senang membacanya babo
Mau nangis bacanya opa
Algoritma dalam masyarakat dan teknologi:
Harari membahas bagaimana algoritma digunakan dalam berbagai aspek kehidupan modern, seperti teknologi, politik, dan ekonomi. Ia menyoroti potensi algoritma untuk menciptakan dunia yang manipulatif, memantau, dan memberikan pilihan yang terbatas.(Yoval Norah Harari dalam Sapien)
Saya terdampak hak pensiun tdk dibayar, sempat bengong dan terlana setahun, berusaha untuk bangkit mulai dari Nol, setuju dg usaha Bang Ojol untuk usaha
sendiri 👍👍
Saya melihat sistim ojol ini ada ketidak Adilan tapi saya sulit menyerap dan analisa nya. Syukur Babo bisa menguraikan dimana ketidak Adilan nya. Semoga ada sistim yg bisa mengangkat harkat driver ojol
Begitulah kehidupan, terus berjalan walau terkadang dihadapkan pada pilihan yg sulit. Teknologi memang sebuah keniscayaan tapi diperlukan ke'arif'an untuk bisa jadi kesejahteraan. Regulasi adalah intinya. Tanpa regulasi yg baik teknologi tak ubahnya mesin penghancur terutama bagi kalangan bawah yg tak memahaminya. Semoga segera berubah menjadi lbh baik.
Semoga mas Ojol tdk pengsan
Post a Comment