Tuesday, May 20, 2025

Terlalu rakus..

 




“ Bro, tolong dikritisi tulisan saya ini sebelum saya posting di jurnal ilmiah.. “ demikian tulis Marie via email. Mungkin sudah sebulan saya tidak ada waktu baca draft nya. Kemarin sore dia bisnis trip ke Jakarta. Sempatkan untuk bertemu saya. Tentu saya sanggupi. Dia ekonom dan juga dosen. Di luar itu dia juga sebagai konsultan ekonomi. Sebagian besar clients nya adalah  MNC. 


Topik bahasannya tentang fenomena pengangguran. Saya maklum. PHK terjadi dimana mana. Bukan hanya di Indonesia. Negara maju juga. Memang penyebabnya mudah diketahui. Akibat ketidak pastian geopolitik global, suku bunga tinggi, volatilitas kurs, gangguan rantai pasokan, yang semuanya berimplikasi kepada inefisiensi ekonomi. Selalu PHK sebagai solusi.  


Bagi business yang memang  secara struktur sudah sunset akibat perubahan tekhnologi memilih pailit. PHK total. Bagi yang masih bisa bertahan dan punya prospek, mengubah proses produksi lewat otomatisasi. PHK tidak bisa dihindari. Tapi tidak significant. Masih juga belum kokoh, biasanya mengubah business model yang tidak butuh tenaga kerja banyak.  PHK akan sangat significant. Fenomena ini terjadi meluas hampir diseluruh dunia terutama negara yang mengandalkan eksport dan FDI. Sementara jumlah tenaga kerja yang siap masuk lapangan kerja terus bertambah. Ini akan menambah jumlah pengangguran. 


Kami bertemu di Burgundy Café,  Grand hyatt. “ Riset saya membuktikan bahwa PHK terjadi meluas akibat kebijakan pemerintah di bidang fiscal dan moneter  yang tidak pro job. Ini masalah mudah dipahami tapi tidak mudah diselesaikan. Sudah seperti benang kusut. Apapun solusi selalu berujung debat tak berujung” kata Marie mengawali diskusi. Saya menyimak saja.


“ Gimana perspektif kamu soal fenomena PHK ini? Tanyanya.


“ Menurut saya PHK ini sudah terjadi sejak 10 tahun lalu. Sebagai akibat dari fenomena imbalance economy global. Terutama ketidak seimbangan antara moneter dan fiscal. Yang berujung kepada ketidak seimbangan dari sisi demand and supply. Sifatnya structural sekali. Ini bukan masalah ekonomi semata. Tetapi lebih kepada masalah mental atau mindset. Kerakusan ingin makmur sendiri. 


Ada negara yang terus memacu produksi. Yang akhirnya pertumbuhan ekonomi stuck. Over supply  terjadi dimana mana. Ada negara yang terus memacu uang beredar lewat leverage hutang dan finanicialisasi PDB. Rasio utang terhadap PDB sudah diatas wajar.  Likuiditas jadi ketat. Pertumbuhan stuck bahkan slow down. Semuanya menimbulkan paradox. “ kata saya tersenyum menguatkan kesimpulannya.


“ Padahal ada  tekhnologi IT yang digadang gadang sebagai lompatan peradaban 4 G, 5 G dan 6 G  dalam system produksi dan konsumsi yang efisien, malah justru karenanya banyak bisnis tradisional kalah besaing dan tumbang. Banyak pekerja formal beralih ke informal. Ini melahirkan inefisiensi dari sisi sosial cost, yang berujung middle income trap.”  Kata Marie 


“ Gimana pendapat kamu ? tanya Marie. Saya senyum aja sambil seruput kopi. “Apakah kamu percaya bahwa sumber masalah ekonomi itu lebih disebabkan oleh factor diluar ekonomi? Tanya saya. Ini penting agar diskusi bisa efektif. Dia mengangguk, walau terkesan tidak sependapat.


“ Semua industry high tech itu berujuan menghasilkan nilai tambah tinggi. Mereka perlu bahan baku dari Mineral tambang atau industry ekstraksi. Di dunia ini  hanya ada 10 pemain. Semua perusahaan tambang dimanapun pasti terhubung dengan 10 pemain ini. Mereka menjadi diktator menentukan harga dan ekosistem bisnis. Kita semua tahu Freeport pemilik IUP di Papua. Kita juga tahu inalum sebagai pengendali Freeport. Tetapi tidak banyak orang tahu siapa dibalik teknologi, pasar dan modal freeport. Ya salah satu dari 10 raksasa itu.


Misal kamu atau siapapun dapat IUP diatas 5000 hektar, kemanapun kamu cari market ekspor, kagak mungkin dapat. Kalau market tidak pasti. Tidak ada bank yang mau biayai. Kalau tidak ada kepastian modal, walau IUP di tangan, jangan harap dapatkan teknologi. Namun sekali kamu terhubung dengan top 10 itu, kamu udah kena trap lewat skema counter trade off set.  Semua hal berkaitan dengan modal, tekhnlogi dan market bukan lagi masalah.  Itu memanjakan kamu sebagai penikmat rente.


Mereka top 10 itu engga mau tahu soal lingkungan rusak. Karena mereka sudah bayar kamu. Tugas kamu membeli penguasa lewat pengaruh uang atau politik elektoral. Hidup kamu hedonis dan tugas kamu hanya menghadapi gugagatan aktifis lingkungan dan rakyat yang terampas tanahnya. Itu tidak ada masalah. Akan ada aparat dan ormas agama yang akan menenangkan. 


Begitu besar sumber daya dikorban, namun yang menikmati hanya segelintir saja. Bahkan serapan tenaga kerja juga rendah. Setiap Rp. 1 triliun investasi pada industry pada karya seperti alas kaki dan tekstil menyerap pekerja sebanyak 6.500 orang. Sementara industry ekstraksi nickel hanya 156 orang. Batubara lebih rendah lagi. Hanya 44 orang. Sangat rakus.  Sementara kita tahu industry ekstraksi itu menjadi pemasok bahan baku bagi industry high tech. Investor nya sama saja. Sama sama mindset rakus. Sama sama pemain bursa.  


Mari perhatikan struktur cost satu 1 unit Hape Iphone 15. Ongkos produksinya hanya USD 130. Di tambah ongkos design dan royalty jadi USD 423. Itu harga pokok siap dijual. Bayangin aja. Beda ongkos design lebih dua kali lipat dari ongkos produksi yang melibatkan angkatan kerja luas dan sumber daya. Selisih itulah lambang kerakusan manusia. Belum puas? Itu hape dibeli konsumen dengan harga USD 1200. Itu artinya hampir tiga kali dari harga pokok. Betambah lagi kan rakusnya. 


Mengapa sangat rakus? Itu karena kerakusan investor bursa yang ingin value saham meningkat ratusan kali. Lebih gila lagi, investor bursa bertransaksi saham itu pakai skema leverage. Rasio profit jadi ribuan kali tampa melibatkan ribuan pekerja. Hanya main depan terminal.  Nah semua kerakusan ini berdampak kepada meningkatnya uang beredar, yang tidak menciptakan trickle effect down. Hanya berputar di atas saja, yaitu elite berduit. Rasio GINI melebar. Imbalance economi terjadi.


Nah, pada akhirnya kerakusan pasti terbentur dinding paradox. Dimana daya beli melemah dan laba perusahaan turun. Apakah investor itu peduli dengan kinerja perusahaan terpuruk? Tidak. Mereka malah alihkan uangnya ke surat utang negara. Mengapa? Sudah bisa ditebak. Pemerintah pasti membuat kebijakan stimulus lewat penerbitan surat utang.  Agar bisa memompa likuiditas ke dunia usaha. Tambah lagi income mereka dari bunga dan yield surat utang. Artinya dalam situasi booming maupun krisis mereka tetap cuan. Sementara mayoritas rakyat disaat booming tidak menikmati kemakmuran dan terpuruk disaat krisis.


Saat sekarang keadaan ekonomi serba tidak pasti. Itu istilah sederhana menyebut dampak buruk dari kerakusan. Dunia ini cukup untuk semua orang di planet bumi ini. Tetapi tidak cukup untuk satu orang rakus.  Kini Industri padat karya RI sedang bermasalah. Mulai dari tekstil, CPO, hingga tembakau, itu udah end. Bukan lagi trend bisnis yang reliable bagi investor. Para pemilk uang lebih memilih menikmati rente dari kerakusan negara berhutang. Proses PHK akan terus berlanangsung. Karena memang selama ini kapasitas berlebih dari yang bisa diserap pasar. “ kata saya. 


Marie dari tadi menyimak dan wajahnya  keliatan berubah serius. “ Jadi apa solusinya ? tanyanya.


“ Model pertumbuhan yang dipimpin investasi telah mencapai batasnya. Itu harus akui dulu oleh para ekonom. Baru kita bisa lanjut diskusi. “ Kata saya tersenyum. Marie menangguk. “ Disituasi sekarang kan ekspansi kredit dan spending APBN tidak lagi memberikan reward yang reliable. Itu tercermin dari volatilitas kurs dan defisit anggaran. Artinya ada yang salah dalam sistem  ekonomi, yang tadinya kita percayai akan membawa kemakmuran bagi semua.


Solusinya hanya satu, yaitu konsumsi domestic.  Mengapa? Lebih 50% PDB kita didukung oleh belanja domestic. Artinya Focus kepada inward looking policy pada sektor pertanian, industri kreatif, pariwisata, dan manufaktur yang akan efektif menyerap lapangan kerja, yang tentu meningkatkan kesejahteraan. Sektor industry ekstraksi engga usah jadi focus, apalagi jadi andalan ekspor. 


Tentu dibutuhkan reformasi struktural untuk mengubah model ekonomi secara signifikan. Ada beberapa opsi reformasi yang tersedia, meskipun bervariasi dalam kelayakan finansial dan politik. Diantaranya adalah mengurangi kesenjangan desa dan kota lewat reformasi tata niaga. Alokasi fiskal kepada sector produksi dan menghapus anggaran populis. Memotong jalur distribusi lewat warehouse ecommerce market place yang terhubung dengan ekosistem financial  dan market. Memberikan insentif bagi industry substitusi impor dan memperbesar alokasi belanja APBN kepada produksi dalam negeri.


Reformasi ini membutuhkan peran aktif masyarakat secara luas, maka reformasi politik dan birokrasi juga perlu dilaksanakan secara konsisten. Yang menjamin transfaransi dan akuntabilitas. Yang memastikan perang terhadap korupsi dan state capture harus dimenangkan. Mengapa? Agar rakyat punya keyakinan negara hadir dalam solusi dan niat baik. Tanpa itu, reformasi tidak akan berjalan smooth.  berujung kepada nation fail. “ Kata saya.


“Apakah mungkin? Kata Marie dengan berkerut kening. “ Reformasi ekonomi dan politik membutuhkan social engineering. Itu tidak akan terjadi tanpa perubahan mindset. Seperti kata aktifis di AS, pemerintah juga bagian dari creator imbalance economy, yang membuat segelintir orang kaya semakin kaya dan miskin semakin terpuruk. Dan penguasa menikmati itu. I dont think so mereka mau berubah ” Lanjutnya. Saya diam saja. Inilah susahnya. Bila akademisi jadi paham lapangan. Dia tidak lagi focus kepada hal akademis tetapi berubah jadi aktifis social dan politik.


Saya tidak tahu mengapa dia suka diskusi dengan saya. Padahal saya tidak punya pengetahuan akademis. Saya hanya pebisnis yang tamatan SMA. Belajar dari pengalaman praktis dan gemar berliterasi“ Saya suka karena kamu bisa melihat ekonomi dari perspektif lain. Terutama dari praktek lapangan“ katanya satu waktu. Tapi saya tidak yakin alasannya hanya itu. Terbukti bila saya business trip ke New York dia juga tidak menolak saya ajak dinner and date.



5 comments:

Anonymous said...

👍

Anonymous said...

Terima kasih pak.. Saya sangat senang baca ini.. Apa yg saya pikirkan tervalidasi.. Saya bingung penjelasan nya bagaimana dan di sini sangat luas.. Terima kasih pak..

Anonymous said...

Terima Kasih

Anonymous said...

Saya warijan bisa kah cek inbox fb
Suwun suwun

Anonymous said...

Terimakasih

Ojol dan Exploitasi lewat skema

  Kadang dalam hidup kita perlu barang sejenak untuk menjauh dari keramaian. Namun tidak jauh dari keluarga besar. Begitu juga dengan saya. ...