Friday, April 16, 2021

Jalan terjal menuju taubah.

 




Pria itu datang ke KTV tidak seperti tamu lainnya. Dia tidak mau menyentuhku  walau aku sudah di booking dan bisa diperlakukan sesukannya. Usai waktu KTV, dia memberiku tip lebih besar dari tamu lainnya. Apakah dia menyukaiku dan ingin berhubungan lebih dari sekedar hubungan client dan pramuria KTV. Entahlah. Pernah satu saat, aku tidak masuk kerja.  Menurut mami son, dia tidak memilih wanita lain. Apakah dia sedang menggodaku? Apakah dia terpesona denganku. ? 


Ah tidak mungkin. Aku bukan pilihan tepat. Banyak yang lebih cantik dariku. Kalau dia mau istri simpanan, tentulah dia pilih yang lebih cantik. Soal service? Aku tidak pernah ada kesempatan service dia. Sudahlah.  Biarkan dia dengan sikapnya. Mungkin dengan duduk di ruang KTV bersama temanya, dan memberi tip kepada pramuria adalah kesenangan tersendiri baginya. Apa peduliku.


Suatu saat dia datang ke rumah sakit. Ternyata dia tahu aku sakit dari Mamin Son. Dia pindahkan aku kamar VIP. Dia hanya diam menatapku. Tak ada kata penghibur.  Tapi dia tanggung semua biaya. Sekeluar dari rumah sakit. Aku merasa ada cahaya dalam relung sanubariku.  Aku harus berubah. Aku harus mencari pekerjaan lain yang lebih terhormat.  Tapi aku tidak ada uang untuk bayar hutangku kepada mamison. Ketika dia tahu rencanaku. Dia membayar hutangku.


 “ Beranilah untuk berubah. Dan tetap sabar walau cobaan berat.” Katanya singkat ketika memberi tahu bahwa hutangku sudah dibayarnya. Setelah itu aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Walau aku tahu Hapenya, aku tidak berani telp dia. Dia hanya pria yang misterius dan memberikan solusi too good to be true kepadaku. Aku tidak boleh baper. Walau mungkin aku sudah jatuh cinta dengannya.


***


Empat tahun setelah keluar dari dunia malam. Aku memang berubah dalam segala hal. Walau pekerjaanku sebagai administrasi gudang coldstorage  namun lebih dari cukup untuk hidupku sendiri. Aku sudah bisa sewa rumah sendiri. Aku juga menaggung seorang ponakanku yang yatim piatu. Aku tidak butuh apa apa lagi. Kecuali bersukur kepada Tuhan. 


“ Murni kamu ada dimana? SMS masuk. Tertera namanya Doni. Di hapeku aku sebut namanya “Mas-ku”.

“ Di rumah mas..” 

“ Boleh engga ke rumah akmu?

“ Boleh mas. Datang aja. “ Kataku seraya memberi alamat lengkap.


Belum jam 10 malam mas Doni sudah sampai. Dia tampak kumuh. Tidak seperti biasa.

“ AKu bangkrut, Mur. “ Katannya berwajah muram.

“ Sabar ya mas.”

“ istriku pergi ke Singapore ikut anaknya setelah rumahku disita bank.  “ katanya tertunduk lesu. “ Aku tidak punya apa apa lagi. Hanya baju yang melekat di badan” Lanjutnya. 

“ Kalau Mas engga keberatan. Mas bisa tinggal di rumahku sementara. “ Kataku mengusulkan begitu saja. Dia terkejut menatapku. Seperti tidak percaya yang baru didengarnya. 

“ Terimakasih Mur. Moga engga lama saya merepotkan kamu. Saya ad peluang bisnis yang sedang saya urus. Moga cepat berhasil dan aku bisa keluar dari rumah’

“ Amin. Semoga dimudahkan Tuhan rencana Mas.” 


Setelah itu Mas Doni tinggal di rumahku. Setiap hari dia keluar rumah. Kami hanya bertemu malam hari. Itupun dia tidak merepotkanku. Dia punya kunci sendiri. Tidur di dekat dapur. Pagi pagi aku membuat sarapan untuk dia sebelum pergi ke kantor. Selalu diatas meja makan aku letakan uang Rp. 100 ribu untuk ongkos dia. Aku pergi kerja dia belum bangun. 


Tiga bulan Mas Doni di rumahku. Dia pamit ke kalimantan membawa relasi bisnisnya dari luar negeri untuk meninjau tambang batu bara. Setelah itu Mas Doni mengabarkan bahwa dia sementara menetap di Kalimantan. Tak lupa berterimakasih. Setelah itu itu kami sudah jarang komunikasi. Aku berdoa semoga dia baik baik saja.


Setahun kemudian, mas Doni datang menemuiku lagi. Sekarang dia sudah berbeda dari sebelumnya. Penampilannya sama seperti awal aku bertemu dengannya. Dia sudah kaya lagi. Dia membelikan rumah untukku. Saat itu aku benar benar tersanjung. Namun saat itu juga Mas Doni bilang bahwa dia sudah kembali ke istrinya. Aku senang saja. 


Suatu hari di hari minggu, aku kedatangan wanita dan pria ke rumahku. Aku persilahkan mereka masuk
“ Kamu Murni ? Kata pria tamu.

“ Ya benar. Ada apa ? 

“ Kamu perusak rumah tangga orang ya. “ Suara pria muda itu menggelegar. Aku terkejut. Jantungku berdetak kencang. Aku yakin anak muda ini putra dari Mas Doni dan perempuan itu istrinya.

“ Maaf, apa maksud anda?

“ Papa saya selingkuh dengan kamu. Dan rumah mewah ini pasti pemberiannya! Kata anak muda itu dengan emosi.

“ Dasar lonte kamu! Teriak wanita itu. 

Aku terdiam. Entah mengapa aku menangis. “ Maafkan saya. Rumah ini memang pemberian dia tanpa pernah saya minta. Kalau kalian mau ambil, ambillah. Saya keluar sekarang”  kataku.

“ Minggat  kamu.! Teriak anak muda itu dengan garang.
“ Ya udah keluar kamu! Kata wanita itu.

Tanpa banyak bertanya lagi, aku langsung masuk kamar dan  keluar membawa tas dengan isi pakaian. Anak asuhku kubawa pergi. Sejak itu juga hape mas Doni aku block. Tempat tinggalku  yang baru aku rahasiakan kepada teman teman kantor.


Aku tidak menyalahkan keluarga Mas Doni. Anaknya tentu berhak atas ayahnya. Tentu mereka inginkan kedua orang tuanya rukun kembali. Istri Mas Doni tidak salah. Dia berhak lindungi suaminya.   Setidaknya dengan kebangkutan Mas Doni dan akhirnya bisa bangkit kembali, keluarganya bisa mendapatkan hikmah untuk saling memperbaiki diri dan merubah menjadi lebih baik. 


Aku juga tidak salah.  Kalau aku membantu mas Doni, itulah caraku berterimakasih kepada Mas Doni. Apakah aku pantas dapatkan keadilan atas kesalahan yang tak kuperbuat terhadap Mas Doni?  Itu tidak penting bagiku. 


Allah memang Maha Pengampun atas dosa dosa manusia. Namun ampunan itu tidak didapat dengan hanya lewat kata dan penyesalan. Tetapi harus dibuktikan dengan sikap konsiten di jalan yang benar.  Sama halnya dengan keimanan. Tidak ada keimanan tampa cobaan. Pada akhirnya rasa sukur dan sabar itulah menjadi pendamai jiwa, walau sakit tak tertanggungkan namun aku tetap harus berprasangka baik kepada Tuhan.


Menjelang usia 40 tahun aku bertemu dengan duda yang berkarir di Bank. Dia bisa menerima masalaluku. Mendukung karirku. Kini, Karirku diperusahaan cold storage semakin bagus. Aku sudah jadi pimpinan unit business. Aku mengendalikan empat processing fish di Indonesia, Thailand, China, Korea. Pimpinanku yang juga wanita Jomblo adalah inspirasiku untuk memahami itu semua.  Kadang satu pintu tertutup, Tuhan bukakan pintu lain. Selalu indah akhirnya.

Sunday, April 11, 2021

Sesal.

 


Tahun 2013, saya bertemu Andi di KL“ Lue tahu kan, abeng” Tanyanya. Saya mengangguk. Betapa tidak. Abeng sahabat saya. Kami berteman sejak tahu 80an. “ Sekarang dia tidak punya apa apa lagi. Dia diusir oleh istri dan anak anaknya. Tengoklah dia. Dia ngekos di Mangga besar “ Lanjut Andi.  


Saya teringat tahun 89, setelah saya bangkrut. Saya datang menemui Abeng di Ruko nya kawasan Kota. “ Tuhan sedang jewer lue Ale. Engga apa apa. Biasa laki laki. Bangkrut itu untuk ajarkan lue naik kelas.” Kata Abeng setelah tahu saya bangkrut. Dia dukung rencana saya untuk ekspor pumice stone. Dia beri saya modal untuk satu container. Dan ketika saya sukses dan kembalikan uang “ Ale, pakai aja uang itu. Kalau sudah longgar kembalikan. Jangan terlalu terbawa perasaan. Kita kan teman.” Katanya. Sejak itu kami semakin dekat. Saat saya akan berangkat ke China untuk hijrah, dia sempatkan datang ke Bandara antar saya. Dia beri semangat istri saya untuk terus dukung saya. Dia belikan jacket musim dingin " ALe perlu jacket ini. Di china dingin kalau lagi winter " Katanya.


Sepulang dari KL, saya sempatkan datang ke tempat Kos Abeng. Saat saya datang pagi hari. Dia terkejut. Dia peluk saya lama. “ Ada apa Beng. ? kenapa engga telp gua? Tanya saya. Abeng diam saja sambil tertunduk.


“ Sejak perusahaan gua serahkan ke anak gua yang tertua untuk kelola. Gua praktis pensiun aja. Kemudian bini gua diangkat oleh anak gua sebagai direktur keuangan. Gua sendirian aja di rumah. Pas gua sakit, yang urus nurse. Entah mengapa mereka curiga gua selingkuh dengan nurse. Akhir cerita gua dibuang oleh mereka. Adik gua rawat gua di Bangka. Setelah sembuh gua balik ke jakarta. Karena gua mau urus uang gua di Singapore.” Kata Abeng dengan nada datar. Saya juga tidak mau bertanya lebih jauh. Itu masalah keluarganya.


“ Ale, bisa bantu gua.” tanya.


“ Ya pastilah. Apa yang harus gua bantu?


“ Beberapa tahun lalu gua ada teken kontrak investasi di Singapore. “ Katanya seraya menyerahkan kontrak dari balik tasnya yang kumuh. Saya baca kontrak itu. “ Kita ke singapore hari ini. Lue cepatan mandi. “ kata saya. Dia segera mandi. Dari mangga besar kami go show ke bandara. Hanya dua jam saya urus, investasi Abeng di Asset manager itu bisa saya cairkan. Jumlahnya USD 5 juta.


“ Terima Kasih Ale. Padahal udah capek gua urus. Engga juga cair. Tapi ama lue sebentar doang, selesai.” Kata Abeng berlinang air mata.


“ Lue ya, aneh. “ Saya mengerutkan kening. “ Gua kan teman lue. Kenapa engga tel kalau ada masalah.”


“ Ale, gua malu. Kata teman teman lue udah jadi orang hebat, Apa iya masih ingat gua. Malu ale. Gua tahu diri.” Katanya. 


" Ingat engga. Waktu gua bangkrut. Lue bantu gua dan lue ajarkan gua untuk tetap bersemangat. Dan beri gua modal. Lue pikir gua lupa ? Lue udah gua anggap saudara kandung gua. Walau kita jarang ketemu, tetapi dihati gua lue tidak pernah hilang. Pahamkan Beng? Abeng menunduk dan akhirnya mengangguk.


“ Terus apa rencana lue dengan uang itu? tanya saya. Abeng hanya diam. 


" Ya udah. Tapi ingat. Kalau ada masalah telp gua ya Beng." Kata saya maklum. Tidak mau desak dia. Sejak itu dia tidak pernah telp saya lagi. Tapi dari AWi saya tahu usahanya semakin berkembang sebagai eksportir sarang walet. Dia memang punya network di Taipei. Sementara anak anaknya tidak mau bertemu dengan dia.


Tahun 2020 saya dapat kabar dari Awi. Abeng masuk rumah sakit karena COVID. Segara saya datang ke rumah sakit bersama Awi. Kondisinya memang parah. Dia sempat menyerahkan kunci safety box bank dan PIN. Dia tidak bisa bicara lagi. Tapi saya tahu bahwa kalau terjadi apa apa dengan dia, saya mendapatkan amanah dari dia. Sebisanya saya berusaha menghubungi istri dan anak anaknya. Tetapi mereka tidak mau tahu.


Seminggu kemudian Telah berlaku takdir untuk ABeng. Dia dijemput pulang oleh Tuhan. Awi urus jenazahnya dan penguburunnya. Tetap anak anak dan istrinya tidak mau datang ke rumah duka.


Seminggu setelah Abeng meninggal, saya temui anak dan istrinya. Saya serahkan semua dokumen kepada mereka. “ Ada 4 rumah. Salah satunya di Pantai Mutiara. Termasuk reksadana di Singapore. Dan saham perusahaan yang sekarang ada. “ Kata saya. Istrinya terkejut. 


" Papa engga punya istri lagi ? tanya anaknya yang perempuan


" Papa kamu tidak pernah menikah lagi. " Kata saya.


Anaknya yang perempuan langsung menangis saat baca surat warisan. Dia teriak histeris menyalahkan mamanya. Anaknya yang laki laki hanya tertunduk dan diam.  Ayah adalah ayah. Cintanya tidak terungkapkan dengan kata kata. Tetapi dengan perbuatan. Seberat apapun beban yang dipikulnya, dia telan semua dan tetap tersenyum di hadapan anak dan istrinya tanpa mengeluh.  Dalam diam dia berdoa. Dalam sakit dia tetap tidak kehilangan harapan untuk memberikan yang terbaik bagi putra putrinya. Semoga Abeng damai di alam sana dan keluarga yang ditinggalkan …Tentu akan menjadi sesal yang tak berujung bagi mereka..

Dimanusiakan...

 







Setiap istirahat sekolah aku berlari ke kantin bersama teman teman. Kami biasa makan sambil istirahat. Tapi tidak bagi Bayu. Dia pergi ke dekat pintu gerbang sekolah. Dia jual pempek. Setelah usai jam istirahat, dagangnnya dititipkan kepada babak tua pedagang bakso. Dia kembali ke kelas. Sepertinya hubungan Bayu dengan pedagang bakso hubugan orang kelas bawah. Yang saling menjaga dan percaya. Bayu teman SMP ku. Kami dari SD sekalas. Waktu SD jam istirahat dia jualan kerupuk di halaman sekolah. SMP, dia jualan pempek di halaman sekolah. Pulang sekolah dia jualan Es Balon dan Pempek di tempat olah raga. 


Bayu pintar sekolah khususnya matematika. Lainnya dia memang kurang. Namun dia tidak pernah punya masalah dengan temannya. Walau dia sering diejek karena pakaianya tambalan namun dia tak pernah tersinggung.. Dia hanya punya satu sepatu. Olah raga dia bertelanjang kaki. Karena dia tak mampu beli sepatu olah raga.Walau para wanita di kelas tidak pernah menegur Bayu, aku kadang suka juga menegurnya. Bahkan beli pempek dagangannya.
Suatu saat kami sedang olah raga di lapangan umum di luar sekolah. Ada ada preman menganggu kami. Anak pria semua lari ketakutan. Tapi tidak bagi Bayu. Dia hadapi anak preman itu. Anak preman itu lari setelah melihat kepala bayu berdarah.


“ Aku engga apa apa. Rum. “ Kata Bayu berusaha berdiri. Aku menangis. Itu karena dia berusaha melindungi kami para perempuan dari anak berandal. Sikunya berdarah. Dari kepalanya keluar darah karena kena pukulan kayu. Tetapi Bayu petarung sejati. Dia berhasil membuat pengeroyoknya tidak ingin melanjutkan perkelahian. Dua dari mereka tejatuh.


“ Aku kasihan dengan ibuku. Ini dagangan untuk bantu ibuku menghidupi kami” Kata Bayu dengan sedih menatap pempek yang bertebaran di jalan. Termos es hancur. Namun Bayu tidak meratap. Hanya airmatanya berlinang.


“ Kamu ke dokter sekarang. Aku panggil supirku datang sekarang. Kamu tunggu !” kataku seraya keluar dari lapangan olah raga ke tempat parkir.


“ Engga perlu Pak. Saya pulang aja. “ Kata Bayu kepada supirku. Dia menutup luka kepalanya dengan kaus bajunya.

“ Pak cepat bawa dia ke Rumah sakit. Dia teman sekelas saya. “ Kataku meraung kepada supirku. Namun Bayu terus melangkah dan menjauh membawa baskom kosong. 


Keesokanya aku bertemu dengan Bayu di kelas. Kepalanya tidak diperban. Aku tanpa sungkan melihat kepala dan sikunya. “ Dikasih kopi Rum. Engga apa apa “ kata Bayu dengan tersenyum. Aku menitikan airmata.


“ Mereka jahat sekali. “Airmataku jatuh.


“ Engga apa apa, Rum “ Bayu tersenyum seakan menguatkan aku bahwa dia akan baik baik saja.


***

Tamat SMP aku masuk sekolah Swasta kristen. Karena aku etnis Tionghoa. Bayu terima di sekolah negeri. Sekolah pavorit. Sejak itu aku jarang bertemu dia. Namun setiap malam minggu aku sering melihat Bayu dagang rokok di kaki lima. Papaku selalu temani aku turun dari kendaraan menyapa Bayu “ Nak rame dagangannya ? Kata papa.


“ Biasa saja Pak. “


“ Ya udah, Saya beli rokok Djisamsoe ya “


Bayu sempat melirikku ketika menyerahkan rokok itu kepada papa. Namun dia cepat sekali menundukan wajah di depanku.


“ Rum, Papa dulu waktu seusia Bayu juga mengalami kehidupan seperti dia. Biasa saja laki laki. “ Kata Papa. Bayu menunduk ketika kami pamit berlalu. Sesudah makan mie bersama papa, aku selalu pesan mie untuk dibugkus, untuk Bayu. Papa hanya duduk di dalam kendaraan melihatku mengantar mie ke Bayu yang sedang dagang di kaki lima. Itu aku lakukan selama tiga tahun setiap malam minggu. “ Kamu berbuat baik itu karena Tuhan. Dan nanti Tuhan juga yang akan membalas kebaikan itu ” Kata Papa. Itu tidak pernah aku lupa.


***

Setamat SMA aku melanjutkan ke univesitas Swasta di Jakarta. Setahun kemudian, keluargaku juga hijrah ke Jakarta. Aku tidak tahu kelanjutan Bayu. Namun kenangan tentang Bayu tidak pernah hilang dalam ingatanku. Setamat Universitas aku bekerja di bank swasta di Jalan Roa Malaka, jakarta. Aku pacaran dengan nasabah bankku. Tiga tahun setelah itu aku menikah. Namun kenangan tentang Bayu tak pernah juga hilang. Apakah aku jatuh cinta dengan Bayu? Ah tidak. Aku hanya merindukan wajah teduh dan tenangnya. Semangat hidupnya tanpa mengeluh. Karakter papa ku ada pada Bayu. 


Usiaku sudah 50 tahun. Seusia itu aku sudah menjanda dua tahun. Suamiku meninggal. Aku harus mengambil alih tanggung jawab melanjutkan usaha suami. Papa udah meninggal. Mama tinggal bersamaku. Usahaku semakin sulit. Karena mendiang suamiku meninggal hutang yang cukup besar. Aku berusaha bertahan. Pertahanku terakhir adalah menyelesaikan utang bank. Agar pabrik tidak disita. Pihak bank berbaik hati untuk menyelamatkan bisnisku. Caranya aku harus bermitra dengan investor. Aku ikhlas. Yang penting aku tidak dibebani hutang. Amanah mendiang suami bisa kutanaikan.


Di hotel bintang Lima aku diatur oleh pihak bank untuk bertemu dengan calon investor yang akan jadi mitraku. Aku datang on time. Tak lebih 5 menit setelah itu, aku melihat pria berjalan kearah tableku. Jantungku berdetak kencang. Betapa tidak. Pria itu adalah Bayu.


“ Rum, kamu? lama ya engga ketemu. Kamu sehat.? Katanya beruntun. Aku perhatikan ada kerinduan pada wajah Bayu. Dia tetap menaruh hormat kapadaku seperti waktu SMP dulu.


“ Aku baik saja. Kamu sehat ?


“ Aku sehat. Kamu sendirian ? boleh aku gabung sebentar. “


“ Oh boleh Bayu. Boleh. “


“ Nanti kalau relasi kamu datang. Aku pergi “ Katanya.


“ Ya. tapi tunggu aku.Jangan pergi. Aku kangen kamu,  Bayu. “


“ Boleh tahu mau ketemu siapa ? Pria ?


“ Perempuan , Ibu Yuni. ?


“ Yuni dari yang di cengkareng. Yang punya pabrik footware di batuceper ?


“ Ya kok kamu tahu ?


“ Ya artinya kamu ketemu aku. Yuni itu direksiku.”


“ Hah..Bayu! Kamu boss nya ?


Bayu hanya tersenyum dengan rendah hati.


“ Ya tadi Yuni cerita soal kerjasama bisnis. Aku putuskan ketemu langsung. Dia engga bisa ikut meeting. Ada urusan lain. “


“ Oh..” Aku kehilangan kata kata.


Bayu tidak jadi bermitra dengaku. Caranya sangat halus memperlakukanku. Dia bantu menyelesaikan masalah hutang lewat skema venture linked MBO. Ya hutang perusahaanku dilunasinya di bank. Pada waktu bersamaan dia terjunkan team untuk merestruktur dan rasionalisasi pabrik. Dukungan pasar internationalnya sangat hebat. Sehingga dalam tiga tahun program MBO selesai. Perusahaan tetap miliku. Produksi pabrik di offtake oleh perusahaan Bayu di China. Aku bisa santai di masa tuaku. Bayu, adalah malaikat  yang Tuhan kirim kepadaku, yang selalu hadir disaat aku sulit.


“ Mengapa kamu baik sekali kepadaku, Bayu?

" Ya tak pernah aku lupakan. Rasa kawatir kamu ketika melihatku terluka. Itu benar benar menginspirasiku. Air matamu itu tidak bisa dihapus dalam pikiranku. Itu akan abadi. Bahwa aku dimanusiakan di tengah kekurangan dan kemiskinanku." kata Bayu. Namun sikap hormatnya tidak berubah kepadaku. Kadang aku risih tetapi itulah Bayuku. Sampai kini kami bersahabat.

Monday, April 05, 2021

Dia memang orang baik

 




 “ Mengapa kamu tidak masuk kedalam? temanin saya makan.” Kata saya kepada wanita yang berdiri depan restoran di kawasan Jayakarta.


“ Saya tidak ada uang untuk makan. Tapi saya akan baik baik saja.”


“ Ya. Saya yang bayarin. “


“Kedua anak saya yang butuh makan. Saya tidak lapar.”


“ Gimana kalau kamu makan dulu. Setelah itu kamu bisa pesan nasi bungkus untuk kedua anak kamu. ? Kata saya. Dia terdiam lama. Seperti dia ragu. “ Saya bukan pelacur, Pak.”Mata sipitnya seperi menyiratkan kawatir.


“ Eh siapa yang anggap kamu pelacur. “Kata saya tersenyum.


“ Terus apa maksud bapak ajak saya makan? Katanya ragu.


“ Saya memang mau ajak kamu makan” Tetap tersenyum ramah.


Dia terdiam dan nampak ragu. Akhirnya dia mau juga masuk ke dalam restoran. “ Kamu  bisa duduk dimana kamu suka. Engga usah dekat saya.”

“ Tapi saya tidak ada uang.” Katanya dengan nada kawatir.

“ Saya yang bayar. “ Kata saya yang kemudian panggil pelayan restoran. “ Dik, kamu sediakan makan untuk wanita ini. Bill saya yang bayar.” Kata saya. Wanita itu keliatan tenang. Tapi akhirnya dia memilih duduk bersama saya. Ya udah.


“ Saya dagang kue di stasiun kereta. Punya orang. Saya hanya bantu jualin”. Katanya. Saya tersenyum menyimak. “  Sejak suami saya meninggal, saya merasa kehilangan tongkat. Saya  tidak pernah membayangkan suami begitu cepat pergi. Karenanya saya tidak pernah mempersiapkan untuk mandiri. Kini saya  harus bisa menjadi ibu dan sekaligus ayah bagi kedua anak laki laki saya. “


“ Oh..sabar ya.” Kata saya.


“ Ini malam tahun baru. Tidak semua daganganya terjual. Namun cukup untuk sekedar makan bagi kedua anak saya. Tadinya saya berencana mampir ke warung beli indomie. Tapi  waktu nyeberang jalan, ada motor ditambrak oleh kendaraan mewah. Kendaraan itu melarikan diri. Pengendara motor tergeletak di jalan. Untunglah masih sadarkan diri. Saya memanggil taksi dan membawa korban ke rumah sakit.  Uang  yang saya dapat hari ini habis untuk ongkos taksi.” 


Dia terdiam lama. Saya sabar menyimak. “ Rumah saya di belakang Gajah Mada. Tadi saya lama depan restoran. Saya membayangkan kedua anak saya lapar. Mereka masih anak anak.” Katanya berlinang airmata.


“ Tuhan hari ini aku menyaksikan anak manusia. Dia telah berkorban untuk berbuat baik. Sementara kedua anaknya kelaparan. Tapi dia  tidak menyesal. Mungkin saat dia berbuat baik, dia hanya ingatMu ya Tuhan. Tidak ingat kedua anakıya. Kini dia ada dihadapanku. Kalau aku tidak bisa membaca pesanMU dari peristiwa yang dialami wanita ini, rasanya aku tidak pantas menyembahMu.” Kataku dalam hati.


Usai makan,  saya mengantarnya pulang dengan taksi. Dalam perjalanan saya memberikan uang USD 5000. Dia terkejut. “ Terimalah uang ini. Gunakan untuk kamu bertahan. Saya yakin kamu akan baik baik saja. Kamu orang baik.” Kataku.Dia menangis. 

“ Bapak baru mengenal saya. Mengapa  bapak baik sekali? Katanya dengan air mata belinang
“ Apakah kamu mengenal pengedara motor yang kamu tolong? Kata saya lembut

“ Tidak.”

“ Mengapa kamu tolong”

Dia terdiam.

“ Apapun alasannya, pasti sama dengan alasan saya membatu kamu.” Saya tersenyum. “ terimalah uang ini. Engga usah merasa berhutang.” 

Dia segera letakan uang itu  ke ubun ubunnya. “ Terimakasih Tuhan. Terimakasih pak. “ Katanya. Taksi berhenti depang gang rumahnya. Saya terus pulang. Itu tahun 2005.


***

Tadi sore jam 6. Saya keluar dari gedung Bank Asing. Saya ada di pinggir jalan belokan dukuh atas. Tidak ada taksi lewat. Akhirnya saya putuskan untuk panggil Gojek. Namun sebelum aplikasi gojek saya kirim. Ada kendaraan Pajero berhenti samping saya. “ Pak mau kemana? Anak muda di dalam kendaraan itu.

“ Plaza Indonesia. “

“ Wah kebetulan. Saya mau jemput ibu saya di Plaza Indonesia. Ikut saya pak.” kata anak muda itu dengan ramah. Saya bingung. Ada apa ini?

“ Bapak kan tamu atasan saya. Tadi saya liat” 

“ Oh ya. Kamu kerja di Bank itu?

“ Ya pak. Setelah pulang dari Amerika ,saya dapat kerjaan di Bank”

“ Oh hebat.”


Sampai di Plaza Indonesia, saya turun di lobi. Namun sebelum saya masuk ke lobi. Ada wanita Etnis Tionghoa yang melangkah kearah kendaraan. Dia  tegur saya. “ Bapak..? Katanya. 

“ Ya bu. “Saya terkejut ditegur itu. “ Ada apa ?

“ Bapak lupa ya.? Katanya tersenyum. 

“ Lupa apa ? Saya bingung.

“ Ingat engga malam tahun baru 2004. Bapak tolong saya. Bapak beri saya USD 5000. “ Katanya berusaha mengingatkan saya. “ Maaf kalau saya salah duga.” sambungnya.

“ Oh ya. Benar. Rumah ibu di belakang Gajah Mada. Gimana kabarnya Bu” kata saya.


Dia tarik tangan saya ke arah kendaraan yang tadi saya tumpangi. “ Hendri, ini loh om yang mama ceritain. “Katanya.

“ Oh ini ma..” Anaknya segera turun dari kendaraan. Dia langsung memeluk saya. “ Mama setiap hari berdoa untuk om. Dia ingin sekali bertemu om. Tapi tidak tahu kemana carinya. Alamat tidak tahu. Saya dan adik saya juga ingin ketemu. “ katanya dengan air mata berlinang.

“ Pak, berkat uang bapak, saya bisa membesarkan kedua anak saya. “ Kata wanita itu tersenyum.

“ Sukurlah. Baik baik selalu ya. “ Kata saya tersenyum dan memberikan kartu nama “ Nanti lain waktu kita atur ketemuan ya. Maaf, saya buru buru mau ketemu orang” Sambung saya.


Hikmah Cerita : Kalau wanita itu sukses membesarkan anak anaknya dan mengirim mereka ke luar negeri, bukanlah karena pemberian saya tetapi karena dia memang orang baik. Tuhan menjaganya selalu agar dia baik baik saja.


Sumber “ My diary.”

Sunday, April 04, 2021

Mary

 




Dia gadis Armenia. 
Saya mengenal Mary dari petugas ICF dan Bulan Sabit. Saya menemuinya di Yerevan, dan berusaha bersahabat. Ketika Chaos terjadi semua keluarganya terbunuh oleh oposisi Suriah. Mungkin karena dia penganut kristen. Dan termasuk pemilih Bashar dalam pemilu. Dia bisa selamat. Namun itu karena dia dianggap cantik dan pantas dijual di pasar budak ISIS. 8 bulan dia jadi pemuas nafsu laskar ISIS. Sampai akhirnya dia dibuang begitu saja. Sehingga relawan palang merah membawanya ke Kamp Pengungsian di Armenia. Awal saya bertemu, saya membayangkan wanita lemah dan rapuh. Ternyata tidak. Dia tampak tegar. Sepertinya masa lalu sudah dia lupakan. 


“ B, saya berusaha memaafkan. Tetapi kalau mendengar azan, trauma saya belum juga hilang. Saya lihat  mereka menyembelih ayah dan ibu saya serta kakak saya seraya mengumandangkan azan. Setelah eksekusi selesai, mereka menyebut nama Allah. Saya tidak tahan membayangkan orang tercinta saya tak berdaya dan mati dengan cara seperti itu. “ Kata Mary dengan air mata berlinang. Saya remas jemarinya untuk menenangkan dirinya. Dia tenggelam dalam pelukan saya. Seakan dalam pelukan saya ada kelemahan peradaban akibat cinta tercabut oleh kepongahan.


Selama 2 minggu di Yerevan dalam urusan bisnis, saya semakin mengenal secara personal Mary. “ Aku akan meninggalkan Armenia, jaga diri kamu baik baik.”  kataku pada Mary. " Rencanaku ke Georgia, terus ke Tbilisi, dan kemudian terbang Beijing.”


Mary terdiam. Dari wajahnya dia nampak berat berpisah dengan  saya. “Teman-teman saya memberi tahu saya ada masjid di Georgia. Setelah semuanya, berakhir, saya akan ajak kamu ke Georgia. Mau?…” kataku berusaha beranalogi tentang masih ada perdamaian diatas perbedaan agama. Mary hanya terdiam.


" Sebagian besar Muslim di Georgia, itu adalah etnik Azeri. " Kataku berusaha menenangkan hatinya.


"Apa bedanya?" dia bertanya, secara retoris. “kamu tahu, di Suriah ada mujahidin dari Azerbaijan dan Chechnya. Merekalah yang membunuh orang orang kristen Armenia. Mereka menyebut diri mereka Muslim, tetapi mereka tidak berbicara soal cinta dan kasih sayang. Apa mereka tidak ada hati untuk mengasihani manusia. Kami tidak berpolitik. Kami hanya ingin hidup damai. “” kata Mery mengusap airmatanya.


“Saya punya teman Armenia, yang nama keluarganya adalah Zeytun-oğlu, nama keluarga Turki! Dia seharusnya menjadi Tuan Zeytunyan. Zeytunyan ya kan " Kataku kembali mengingatkan bahwa karena waktu manusia bercampur. Engga jelas lagi mana asli. 


Dia mengangkat bahu, menatap kosong, dan kemudian menangkupkan wajahnya dengan telapaknya. “ Bunuhlah kami, tapi jangan injak martabat kami. Jangan ganti nama kami” Lanjutnya terkesan ada marah kalau bicara tentang orang Turki. Dia tahu sejarah bangsa Turki yang pernah melakukan genosida terhadap etnis Armenia semasa kekuasaaan khilafah Turki Usmani. Mery adalah luka sejarah tentang hidup yang tak ramah dan selalu berusaha ingin menempuh cara  utopia atasnama Tuhan. Tapi karena itu perang dan pembunuhan atas nama Tuhan terjadi. 


" Sayang, tidak agama yang salah. Perang saudara di Suriah, ISIS, faksi oposisi, itu perang proxy. Pemeluk agama islam hanya   dimanfaatkan oleh kekuatan besar yang ingin menguasai dunia. Dan sebenarnya umat islam  adalah korban dari kebodohan dan kerakusan modal" Kata saya berusaha menempatkan masalah secara objectif. Mary mengangguk. Dia bisa mengerti. " Ya, buktinya kamu islam dan kamu penuh cinta" katanya tersenyum.


Ketika akan berpisah, Mary memeluk saya. “ Tadinya saya berpikir kehidupan sudah berhenti. Tetapi setelah bertemu kamu, B, saya punya harapan. Walau kamu muslim tapi kekuatan moral kamu melepas sekat perbedaan itu. Mungkin setelah ini kamu akan lupakan saya tetapi saya tdak akan pernah melupakanmu. Cahaya cinta bisa datang dari mana saja. Harapa selalu ada, ya kan B.. 


***


Kami terlibat dalam proyek pembangunan pipa gas alam dari Iran ke Pakistan. Kami bukan EFC hanya subkontraktor. Perusahaan kami di Beijing memenangkan kontrak. Itu semua keputusan sepenuhnya ada pada anak perusahaan. Saya sebagai CEO holding tidak terlibat sama sekali. Namun empat bulan proyek itu berjalan.  Tahun 2016, saya dapat kabar bahwa Pimpro di culik oleh teroris. Menurut informasi dan komunikasi dengan penculik, mereka dari ISIS. Saya membuat keputusan. Saya sendiri yang akan memimpin penyelamatan Pimpro itu. Saya bertemu dengan istri, anak serta kedua orang tua dari pimpro itu. Bahwa saya janji kepada istri pimpro itu.  Saya akan membawa pulang suaminya.


Piihak China sangat membantu saya. Mereka memberikan dukungan segala galanya agar bisa membawa pulang Pimpro itu. Kami berangkat ke Turki bersama team. Pihak aparat Turki membantu penuh. Sahabat saya di Moscow membantu saya dengan mengirim perwira Rusia datang menemui saya. Saya terharu begitu besar perhatian sahabat saya. Padahal saya hanya orang asing. Penculik meminta uang tebusan USD 15 juta ketika komunikasi dibuka lagi. Selanjutnya strategi diatur untuk operasi penyelamatan. 


Saya gunakan semua sumber daya saya untuk dapatkan informasi tentang penculik. Dari informasi itulah team bekerja. Walau terkesan rumit untuk mengetahui posisi penculik. Namun berkat tekhonologi canggih, tak lebih 3 hari posisi sudah diketahui. Sehingga rencana detail operasi dapat disusun. Penculik minta saya mengantar uang ke Yerevan, Armenia. Penculik tidak ingin ada barter. Saya harus percaya. Janji demi Allah, mereka akan kirim sandera kalau pembayaran berjalan lancar. Team terbagi dua. Satu mengawal saya dan satu lagi ke lokasi sandera. Waktu disusun dengan ketat. Saya harus ulur waktu agar timing tepat saat penyerbuan lokasi sandera disekap.


Jam 8 pagi jadwal penyerahan itu. Tepat jam 8.00 saya bertemu di titik penyerahan uang. Jam 8.07 menit saya pergi dari lokasi penyerahan uang. Jam 8.13 relawan Hizbullah dan para komando Iran berhasil menghabisi penculik. Merebut kembali uang itu. Dari mereka saya tahu jam 8.09 team sudah berhasil melumpuhkan penculik dan menyelamatkan sandera. Penyerbuan itu cepat sekali. Hitungannya detik dan menit. Artinya kalau 8.07 saya tidak menyerahkan uang atau dihalangi oleh team penyerbu. Penculik yang jemput uang akan mengeluarkan komando kepada penyekap sandera untuk menghabisi sandera dan pasti bersiap menghadapi serangan dari team serbu. Pasti operasi gagal.


Tapi operasi itu tanpa dukungan Mary, sulit akan berhasil. Karena Mary, mengenal salah satu penculik. Mary pernah jadi pemuas sex mereka waktu mereka merebut Aleppo. Dari Mary kami tahu bahwa sandera ada di Karabakh. Dengan drone dan satelit China, titik lokasi sandera dapat dilihat dengan jelas. Terkonfirmasi. 


“ Jadi, gimana dengan rencanamu meninggalkan Armenia?" Mary bertanya, sambil tersenyum. Usianya mungkin belum empat puluh. Saya tak ingin tanya pasti usianya. Mungkin engga sopan bertanya tentang usia kepada wanita. 


"Di Suriah aku punya mobil," katanya. “ Bagus. Tapi aku tidak mampu membeli suku cadang. Orang Suriah punya cara mengakali agar kendaraan tetap jalan” Sambungnya dengan senyum tertahan getir. "Sekarang," dia memalingkan wajah kesamping. Menghentikan kata katanya. Lama terdiam. Aku maklum. “ Aku ingin kembali ke Suriah. Tidak ada yang bisa dilakukan di sini."  Katanya tertunduk. “ Dan kamu, mungkin besok sudah pergi. Mungkin setelah itu kamu tidak akan pernah ingat aku lagi.” Katanya dengan suara getir.


“ Bila keadaan sudah damai. Suatu hari, aku ingin kembali ke Aleppo“ Katanya. Di bawah rezim Bashaar, memang kelompok minoritas terlindungi dengan baik. Suriah menjadi kosmopolitan yang damai. Sangat berbeda dengan kelompok jihadis yang menteror semua penduduk yang berbeda dengan mereka. 


Beberapa bulan kemudian sahabat saya di Moscow bisa rescue Mary dan tinggal bersama keluarganya. Kini Mary sudah kembali ke Aleppo. Saya berharap setelah COVID akan menemuinya. Sahabat saya di Moscow mengatakan ada pria Yahudi Rusia yang ingin menikahinya. Saya akan bujuk Mary untuk memulai hidup baru dan melupakan masa lalu yang kelam akibat mereka yang salah dalam beragama.

Mengapa Hijrah ke China.

  Sore itu saya makan malam dengan Florence dan Yuni. Kebetulan Yuni ada business trip dari Hong Kong ke Jakarta. Yuni kini CFO Yuan Holding...