Sunday, April 04, 2021

Mary

 





2013. Akhirnya saya dapat network dengan elite ISIL yang berkuasa atas penjualan minyak atas ladang minyak dan depo yang mereka rebut dari pemeriintah Irak. Untuk meyakinkan bahwa saya bisa dipercaya. Dia minta saya ikut dia ke daerah yang sudah dia kuasai ISIL. Ya engga ada pilihan. Saya ikut aja. Tetapi saya tetap minta pengawal saya ikut. Dia setuju.


Saya berangkat ke daerah kekuasaan ISIL bersama 8 orang pengawal. Victor dapatkan mereka dari agent tentara bayaran. Namun selama 10 hari bersama mereka di Turki, hubungan saya dengan mereka sudah seperti sedara. Mereka menghormati saya dan saya menyayangi saya.


Di Allepo saya dijamu oleh elite ISIL. Mereka beri saya budak wanita yang mereka beli dari pasar budak. Hebatnya dia konteskan depan saya. Ada 5 wanita. Perhatian saya kepada salah satu wanita. Matanya keliatan cerdas namun kesannya dia tegar. Saya dekati dan berbisik dalam Bahasa inggris. “ Can you speak English ? Dia mengangguk. Saya pilih dia. Namanya Mary.


Sesuai tradisi saya boleh bawa wanita itu ke rumah yang sudah disediakan untuk team saya. Malam hari, saat saya masuk kamar. Dengan replek saya mengelak dan dorong dengan tubuh saya. Dia tersungkur di lantai. Saya lihat, Mary!. Ada apa ? apa salah saya.” Kata saya dalam Bahasa inggris.


“Sentuh saya, kamu yang mati atau saya bunuh diri.” Katanya dengan nada datar.  Saya tersenyum dan keluar dari Kamar nya. Padahal saya masuk kamar bukannya mau tiduri dia tetapi ajak dia makan. Karena udah sehari dia tidak mau makan. Kawatir kesehatannya.


“ Sebenarnya dia udah bonyok di gilir prajurit pemberontak. Dia tidak berdaya. Namun Ketika dapat kehormatan di jual di pasar. Dia pasti bertekad mau melarikan diri. Apalagi yang belinya engga mungkin prajurit yang tidak bersenjata.” Kata Victor. 


“ Kamu bujuk dia untuk makan. “ kata saya kepada victor dan team. “ Besok saya kembali ke Hong Kong. Pastikan dia aman  dan upayakan keluarkan dia dari sini. Saya akan atur pengungsiannya di Armenia “ kata saya.


“ Dia Kristen. Mengapa anda begitu peduli. Bukankah anda muslm? Kata salah satu pengawal saya, tentara bayaran.


“ Emang nya ada ajaran muslim menganiaya perempuan? Apalagi kepada lawan yang kalah. Itu dilarang dalam islam.” Kata saya.


Belakangan bisnis dagang minyak dari wilaya konflik saya hentikan. Karena situasi sudah tidak konduksif. Antara elite ISIL saling menghabisi. Ini sudah bahaya. Saya Tarik semua team dari lokasi kembali ke Turki. Dari victor saya dapat kabar bahwa Mary disekap oleh pemberontak. Sampai terjadi baku tembak antar team victor dan pemberontak. Walau Victor dan teamnya selamat namun gagal pertahankan Mary.


Saya perintahkan Mary untuk diselamatkan. “ Kamu jemput dia dan atur dia keluar dari wilayah konflik ke kamp pengungsian di Armenia. “ kata saya. Victor agak keberatan. Namun team tentara bayaran, justru bersedia. “ B, anda bayar kami namun kami gagal melaksanakan salah satu perintah anda. “ kata salah satu tentara bayaran beralasan.


“ Anda saja sangat peduli dengan Mary, yang Kristen. Apalagi kami semua Kristen. Kami siap rescue Mary, walau harus nyawa taruhannya. Tapi kami butuh logistic” kata mereka. Victor malah kaget dengan sikap mereka. Akhirnya Victor setuju untuk bebaskan Mary.  Saya serahkan uang untuk beli senjata dan peralatan tempur para komando.


Malamnya saya dengar mereka rapat membahas taktik dan strategi pembebasan Mary. Saya perhatikan mereka sangat professional. Sangat detil rencananya, termasuk cara masuk ke wilayah konflik dan cara keluarnya. Tentu karena mereka sudah lebih 3 bulan di wilayah konflik. Mereka hapal detail target serangan. Pagi subuh mereka berangkat. Misi pembebasan Mary dimulai. 


Saya kembali ke Hong Kong. Keesokan harinya pagi hari, saya dapat pesan lewat safenet. “ Mission accomplished. Your lady is in a safe place, Yerevan. Ada photo Mary sedang sarapan di hotel bersama team. Sejak itu tentara bayaran itu bekerja dan setia dengan victor dalam melaksanakan tugas dari saya sebagia team shadow.


***

2016.

Kami terlibat dalam proyek pembangunan pipa gas alam dari Iran ke Pakistan. Kami bukan EFC hanya subkontraktor. Perusahaan kami di Beijing memenangkan kontrak. Itu semua keputusan sepenuhnya ada pada anak perusahaan. Saya sebagai CEO holding tidak terlibat sama sekali. Namun empat bulan proyek itu berjalan.  Tahun 2016, saya dapat kabar bahwa Pimpro di culik oleh teroris. Menurut informasi dan komunikasi dengan penculik, mereka dari ISIS. Saya membuat keputusan. Saya sendiri yang akan memimpin penyelamatan Pimpro itu. Saya bertemu dengan istri, anak serta kedua orang tua dari pimpro itu. Bahwa saya janji kepada istri pimpro itu.  Saya akan membawa pulang suaminya.


Piihak China sangat membantu saya. Mereka memberikan dukungan segala galanya agar bisa membawa pulang Pimpro itu. Kami berangkat ke Turki bersama team. Pihak aparat Turki membantu penuh. Sahabat saya di Moscow membantu saya dengan mengirim perwira Rusia datang menemui saya. Saya terharu begitu besar perhatian sahabat saya. Padahal saya hanya orang asing. Penculik meminta uang tebusan USD 15 juta ketika komunikasi dibuka lagi. Selanjutnya strategi diatur untuk operasi penyelamatan. 


Saya gunakan semua sumber daya saya untuk dapatkan informasi tentang penculik. Dari informasi itulah team bekerja. Walau terkesan rumit untuk mengetahui posisi penculik. Namun berkat tekhonologi canggih, tak lebih 3 hari posisi sudah diketahui. Sehingga rencana detail operasi dapat disusun. Penculik minta saya mengantar uang ke Yerevan, Armenia. Penculik tidak ingin ada barter. Saya harus percaya. Janji demi Allah, mereka akan kirim sandera kalau pembayaran berjalan lancar. Team terbagi dua. Satu mengawal saya dan satu lagi ke lokasi sandera. Waktu disusun dengan ketat. Saya harus ulur waktu agar timing tepat saat penyerbuan lokasi sandera disekap.


Jam 8 pagi jadwal penyerahan itu. Tepat jam 8.00 saya bertemu di titik penyerahan uang. Jam 8.07 menit saya pergi dari lokasi penyerahan uang. Jam 8.13 relawan Hizbullah dan para komando Iran berhasil menghabisi penculik. Merebut kembali uang itu. Dari mereka saya tahu jam 8.09 team sudah berhasil melumpuhkan penculik dan menyelamatkan sandera. Penyerbuan itu cepat sekali. Hitungannya detik dan menit. Artinya kalau 8.07 saya tidak menyerahkan uang atau dihalangi oleh team penyerbu. Penculik yang jemput uang akan mengeluarkan komando kepada penyekap sandera untuk menghabisi sandera dan pasti bersiap menghadapi serangan dari team serbu. Pasti operasi gagal.


Tapi operasi itu tanpa dukungan Mary, sulit akan berhasil. Karena Mary, mengenal salah satu penculik. Mary pernah jadi pemuas sex mereka waktu mereka merebut Aleppo. Dari Mary kami tahu bahwa sandera ada di Karabakh. Dengan drone dan satelit China, titik lokasi sandera dapat dilihat dengan jelas. Terkonfirmasi. 


***


“ B, saya berusaha memaafkan. Tetapi kalau mendengar azan, trauma saya belum juga hilang. Saya lihat  mereka menyembelih ayah dan ibu saya serta kakak saya seraya mengumandangkan azan. Setelah eksekusi selesai, mereka menyebut nama Allah. Saya tidak tahan membayangkan orang tercinta saya tak berdaya dan mati dengan cara seperti itu. “ Kata Mary dengan air mata berlinang. Saya remas jemarinya untuk menenangkan dirinya. Dia tenggelam dalam pelukan saya. Seakan dalam pelukan saya ada kelemahan peradaban akibat cinta tercabut oleh kepongahan.


Selama 2 minggu di Yerevan dalam urusan bisnis, saya semakin mengenal secara personal Mary. “ Aku akan meninggalkan Armenia, jaga diri kamu baik baik.”  kataku pada Mary. " Rencanaku ke Georgia, terus ke Tbilisi, dan kemudian terbang Beijing.”


Mary terdiam. Dari wajahnya dia nampak berat berpisah dengan  saya. “Teman-teman saya memberi tahu saya ada masjid di Georgia. Setelah semuanya, berakhir, saya akan ajak kamu ke Georgia. Mau?…” kataku berusaha beranalogi tentang masih ada perdamaian diatas perbedaan agama. Mary hanya terdiam.


" Sebagian besar Muslim di Georgia, itu adalah etnik Azeri. " Kataku berusaha menenangkan hatinya.


"Apa bedanya?" dia bertanya, secara retoris. “kamu tahu, di Suriah ada mujahidin dari Azerbaijan dan Chechnya. Merekalah yang membunuh orang orang kristen Armenia. Mereka menyebut diri mereka Muslim, tetapi mereka tidak berbicara soal cinta dan kasih sayang. Apa mereka tidak ada hati untuk mengasihani manusia. Kami tidak berpolitik. Kami hanya ingin hidup damai. “” kata Mery mengusap airmatanya.


“Saya punya teman Armenia, yang nama keluarganya adalah Zeytun-oğlu, nama keluarga Turki! Dia seharusnya menjadi Tuan Zeytunyan. Zeytunyan ya kan " Kataku kembali mengingatkan bahwa karena waktu manusia bercampur. Engga jelas lagi mana asli. 


Dia mengangkat bahu, menatap kosong, dan kemudian menangkupkan wajahnya dengan telapaknya. “ Bunuhlah kami, tapi jangan injak martabat kami. Jangan ganti nama kami” Lanjutnya terkesan ada marah kalau bicara tentang orang Turki. Dia tahu sejarah bangsa Turki yang pernah melakukan genosida terhadap etnis Armenia semasa kekuasaaan khilafah Turki Usmani. Mery adalah luka sejarah tentang hidup yang tak ramah dan selalu berusaha ingin menempuh cara  utopia atasnama Tuhan. Tapi karena itu perang dan pembunuhan atas nama Tuhan terjadi. 


" Sayang, tidak agama yang salah. Perang saudara di Suriah, ISIS, faksi oposisi, itu perang proxy. Pemeluk agama islam hanya   dimanfaatkan oleh kekuatan besar yang ingin menguasai dunia. Dan sebenarnya umat islam  adalah korban dari kebodohan dan kerakusan modal" Kata saya berusaha menempatkan masalah secara objectif. Mary mengangguk. Dia bisa mengerti. " Ya, buktinya kamu islam dan kamu penuh cinta" katanya tersenyum.


Ketika akan berpisah, Mary memeluk saya. “ Tadinya saya berpikir kehidupan sudah berhenti. Tetapi setelah bertemu kamu, B, saya punya harapan. Walau kamu muslim tapi kekuatan moral kamu melepas sekat perbedaan itu. Mungkin setelah ini kamu akan lupakan saya tetapi saya tdak akan pernah melupakanmu. Cahaya cinta bisa datang dari mana saja. Harapa selalu ada, ya kan B.. 


“ Jadi, gimana dengan rencanamu meninggalkan Armenia?" Mary bertanya, sambil tersenyum. Usianya mungkin belum empat puluh. Saya tak ingin tanya pasti usianya. Mungkin engga sopan bertanya tentang usia kepada wanita. 


"Di Suriah aku punya mobil," katanya. “ Bagus. Tapi aku tidak mampu membeli suku cadang. Orang Suriah punya cara mengakali agar kendaraan tetap jalan” Sambungnya dengan senyum tertahan getir. "Sekarang," dia memalingkan wajah kesamping. Menghentikan kata katanya. Lama terdiam. Aku maklum. “ Aku ingin kembali ke Suriah. Tidak ada yang bisa dilakukan di sini."  Katanya tertunduk. “ Dan kamu, mungkin besok sudah pergi. Mungkin setelah itu kamu tidak akan pernah ingat aku lagi.” Katanya dengan suara getir.


“ Bila keadaan sudah damai. Suatu hari, aku ingin kembali ke Aleppo“ Katanya. Di bawah rezim Bashaar, memang kelompok minoritas terlindungi dengan baik. Suriah menjadi kosmopolitan yang damai. Sangat berbeda dengan kelompok jihadis yang menteror semua penduduk yang berbeda dengan mereka. 


Beberapa bulan kemudian sahabat saya di Moscow bisa rescue Mary dan tinggal bersama keluarganya. Kini Mary sudah kembali ke Aleppo. Saya berharap setelah COVID akan menemuinya. Sahabat saya di Moscow mengatakan ada pria Yahudi Rusia yang ingin menikahinya. Saya akan bujuk Mary untuk memulai hidup baru dan melupakan masa lalu yang kelam akibat mereka yang salah dalam beragama.

8 comments:

Anonymous said...

Mereka sudah benar beragama, karena begitulah cara junjungannya menghadapi yg berbeda keyakinan dan itu diabadikan dengan dalil ...fight them where ever you find them...seperti pasukan Padri Imam benjol yg katanya hampir mempunahkan suku Batak, sehingga korban diperkirakan sampai 600.000 jiwa. Mereka berhenti karena wabah kolera yg juga menyerang pasukan Padri imam benjol yg diakibatkan oleh mayat-mayat yg tidak sempat terkubur....

Anonymous said...

Love

Jejak Kaki Wawan said...

Intrik politik dibalut agama. Relasinya tidak main main . Luar biasa.

Anonymous said...

Mary,
serpihan Mutiara yg retak, semoga lukamu segera sembuh, amin

Anonymous said...

Negara yg aman damai menjadi neraka karena ambisi orang2 kata yg belum merasa kaya

Anonymous said...

Thanks for telling the real story of u during ISIS

Anonymous said...

Ketika agama sdh dibuat sebagai tameng politik praktis kekuasaan dan kepentingan, maka kehancuran suatu bangsa dan negara sdh di depan mata. Jgn sampai terjadi di Indonesia.

Anonymous said...

Cerita baru...
Sebetulnya Bonjol jg memerangi saudaranya sesama muslim yg berbeda aliran....

Bisnis dalam dimensi moral

  Saya tadi sore ketemu dengan sahabat pembaca blog saya. Dia dari luar negeri yang sedang menyelesaikan S3 nya. "Saya tertarik membaca...