Sunday, April 04, 2021

Mary

 




Dia gadis Armenia. 
Saya mengenal Mary dari petugas ICF dan Bulan Sabit. Saya menemuinya di Yerevan, dan berusaha bersahabat. Ketika Chaos terjadi semua keluarganya terbunuh oleh oposisi Suriah. Mungkin karena dia penganut kristen. Dan termasuk pemilih Bashar dalam pemilu. Dia bisa selamat. Namun itu karena dia dianggap cantik dan pantas dijual di pasar budak ISIS. 8 bulan dia jadi pemuas nafsu laskar ISIS. Sampai akhirnya dia dibuang begitu saja. Sehingga relawan palang merah membawanya ke Kamp Pengungsian di Armenia. Awal saya bertemu, saya membayangkan wanita lemah dan rapuh. Ternyata tidak. Dia tampak tegar. Sepertinya masa lalu sudah dia lupakan. 


“ B, saya berusaha memaafkan. Tetapi kalau mendengar azan, trauma saya belum juga hilang. Saya lihat  mereka menyembelih ayah dan ibu saya serta kakak saya seraya mengumandangkan azan. Setelah eksekusi selesai, mereka menyebut nama Allah. Saya tidak tahan membayangkan orang tercinta saya tak berdaya dan mati dengan cara seperti itu. “ Kata Mary dengan air mata berlinang. Saya remas jemarinya untuk menenangkan dirinya. Dia tenggelam dalam pelukan saya. Seakan dalam pelukan saya ada kelemahan peradaban akibat cinta tercabut oleh kepongahan.


Selama 2 minggu di Yerevan dalam urusan bisnis, saya semakin mengenal secara personal Mary. “ Aku akan meninggalkan Armenia, jaga diri kamu baik baik.”  kataku pada Mary. " Rencanaku ke Georgia, terus ke Tbilisi, dan kemudian terbang Beijing.”


Mary terdiam. Dari wajahnya dia nampak berat berpisah dengan  saya. “Teman-teman saya memberi tahu saya ada masjid di Georgia. Setelah semuanya, berakhir, saya akan ajak kamu ke Georgia. Mau?…” kataku berusaha beranalogi tentang masih ada perdamaian diatas perbedaan agama. Mary hanya terdiam.


" Sebagian besar Muslim di Georgia, itu adalah etnik Azeri. " Kataku berusaha menenangkan hatinya.


"Apa bedanya?" dia bertanya, secara retoris. “kamu tahu, di Suriah ada mujahidin dari Azerbaijan dan Chechnya. Merekalah yang membunuh orang orang kristen Armenia. Mereka menyebut diri mereka Muslim, tetapi mereka tidak berbicara soal cinta dan kasih sayang. Apa mereka tidak ada hati untuk mengasihani manusia. Kami tidak berpolitik. Kami hanya ingin hidup damai. “” kata Mery mengusap airmatanya.


“Saya punya teman Armenia, yang nama keluarganya adalah Zeytun-oğlu, nama keluarga Turki! Dia seharusnya menjadi Tuan Zeytunyan. Zeytunyan ya kan " Kataku kembali mengingatkan bahwa karena waktu manusia bercampur. Engga jelas lagi mana asli. 


Dia mengangkat bahu, menatap kosong, dan kemudian menangkupkan wajahnya dengan telapaknya. “ Bunuhlah kami, tapi jangan injak martabat kami. Jangan ganti nama kami” Lanjutnya terkesan ada marah kalau bicara tentang orang Turki. Dia tahu sejarah bangsa Turki yang pernah melakukan genosida terhadap etnis Armenia semasa kekuasaaan khilafah Turki Usmani. Mery adalah luka sejarah tentang hidup yang tak ramah dan selalu berusaha ingin menempuh cara  utopia atasnama Tuhan. Tapi karena itu perang dan pembunuhan atas nama Tuhan terjadi. 


" Sayang, tidak agama yang salah. Perang saudara di Suriah, ISIS, faksi oposisi, itu perang proxy. Pemeluk agama islam hanya   dimanfaatkan oleh kekuatan besar yang ingin menguasai dunia. Dan sebenarnya umat islam  adalah korban dari kebodohan dan kerakusan modal" Kata saya berusaha menempatkan masalah secara objectif. Mary mengangguk. Dia bisa mengerti. " Ya, buktinya kamu islam dan kamu penuh cinta" katanya tersenyum.


Ketika akan berpisah, Mary memeluk saya. “ Tadinya saya berpikir kehidupan sudah berhenti. Tetapi setelah bertemu kamu, B, saya punya harapan. Walau kamu muslim tapi kekuatan moral kamu melepas sekat perbedaan itu. Mungkin setelah ini kamu akan lupakan saya tetapi saya tdak akan pernah melupakanmu. Cahaya cinta bisa datang dari mana saja. Harapa selalu ada, ya kan B.. 


***


Kami terlibat dalam proyek pembangunan pipa gas alam dari Iran ke Pakistan. Kami bukan EFC hanya subkontraktor. Perusahaan kami di Beijing memenangkan kontrak. Itu semua keputusan sepenuhnya ada pada anak perusahaan. Saya sebagai CEO holding tidak terlibat sama sekali. Namun empat bulan proyek itu berjalan.  Tahun 2016, saya dapat kabar bahwa Pimpro di culik oleh teroris. Menurut informasi dan komunikasi dengan penculik, mereka dari ISIS. Saya membuat keputusan. Saya sendiri yang akan memimpin penyelamatan Pimpro itu. Saya bertemu dengan istri, anak serta kedua orang tua dari pimpro itu. Bahwa saya janji kepada istri pimpro itu.  Saya akan membawa pulang suaminya.


Piihak China sangat membantu saya. Mereka memberikan dukungan segala galanya agar bisa membawa pulang Pimpro itu. Kami berangkat ke Turki bersama team. Pihak aparat Turki membantu penuh. Sahabat saya di Moscow membantu saya dengan mengirim perwira Rusia datang menemui saya. Saya terharu begitu besar perhatian sahabat saya. Padahal saya hanya orang asing. Penculik meminta uang tebusan USD 15 juta ketika komunikasi dibuka lagi. Selanjutnya strategi diatur untuk operasi penyelamatan. 


Saya gunakan semua sumber daya saya untuk dapatkan informasi tentang penculik. Dari informasi itulah team bekerja. Walau terkesan rumit untuk mengetahui posisi penculik. Namun berkat tekhonologi canggih, tak lebih 3 hari posisi sudah diketahui. Sehingga rencana detail operasi dapat disusun. Penculik minta saya mengantar uang ke Yerevan, Armenia. Penculik tidak ingin ada barter. Saya harus percaya. Janji demi Allah, mereka akan kirim sandera kalau pembayaran berjalan lancar. Team terbagi dua. Satu mengawal saya dan satu lagi ke lokasi sandera. Waktu disusun dengan ketat. Saya harus ulur waktu agar timing tepat saat penyerbuan lokasi sandera disekap.


Jam 8 pagi jadwal penyerahan itu. Tepat jam 8.00 saya bertemu di titik penyerahan uang. Jam 8.07 menit saya pergi dari lokasi penyerahan uang. Jam 8.13 relawan Hizbullah dan para komando Iran berhasil menghabisi penculik. Merebut kembali uang itu. Dari mereka saya tahu jam 8.09 team sudah berhasil melumpuhkan penculik dan menyelamatkan sandera. Penyerbuan itu cepat sekali. Hitungannya detik dan menit. Artinya kalau 8.07 saya tidak menyerahkan uang atau dihalangi oleh team penyerbu. Penculik yang jemput uang akan mengeluarkan komando kepada penyekap sandera untuk menghabisi sandera dan pasti bersiap menghadapi serangan dari team serbu. Pasti operasi gagal.


Tapi operasi itu tanpa dukungan Mary, sulit akan berhasil. Karena Mary, mengenal salah satu penculik. Mary pernah jadi pemuas sex mereka waktu mereka merebut Aleppo. Dari Mary kami tahu bahwa sandera ada di Karabakh. Dengan drone dan satelit China, titik lokasi sandera dapat dilihat dengan jelas. Terkonfirmasi. 


“ Jadi, gimana dengan rencanamu meninggalkan Armenia?" Mary bertanya, sambil tersenyum. Usianya mungkin belum empat puluh. Saya tak ingin tanya pasti usianya. Mungkin engga sopan bertanya tentang usia kepada wanita. 


"Di Suriah aku punya mobil," katanya. “ Bagus. Tapi aku tidak mampu membeli suku cadang. Orang Suriah punya cara mengakali agar kendaraan tetap jalan” Sambungnya dengan senyum tertahan getir. "Sekarang," dia memalingkan wajah kesamping. Menghentikan kata katanya. Lama terdiam. Aku maklum. “ Aku ingin kembali ke Suriah. Tidak ada yang bisa dilakukan di sini."  Katanya tertunduk. “ Dan kamu, mungkin besok sudah pergi. Mungkin setelah itu kamu tidak akan pernah ingat aku lagi.” Katanya dengan suara getir.


“ Bila keadaan sudah damai. Suatu hari, aku ingin kembali ke Aleppo“ Katanya. Di bawah rezim Bashaar, memang kelompok minoritas terlindungi dengan baik. Suriah menjadi kosmopolitan yang damai. Sangat berbeda dengan kelompok jihadis yang menteror semua penduduk yang berbeda dengan mereka. 


Beberapa bulan kemudian sahabat saya di Moscow bisa rescue Mary dan tinggal bersama keluarganya. Kini Mary sudah kembali ke Aleppo. Saya berharap setelah COVID akan menemuinya. Sahabat saya di Moscow mengatakan ada pria Yahudi Rusia yang ingin menikahinya. Saya akan bujuk Mary untuk memulai hidup baru dan melupakan masa lalu yang kelam akibat mereka yang salah dalam beragama.

8 comments:

Anonymous said...

Mereka sudah benar beragama, karena begitulah cara junjungannya menghadapi yg berbeda keyakinan dan itu diabadikan dengan dalil ...fight them where ever you find them...seperti pasukan Padri Imam benjol yg katanya hampir mempunahkan suku Batak, sehingga korban diperkirakan sampai 600.000 jiwa. Mereka berhenti karena wabah kolera yg juga menyerang pasukan Padri imam benjol yg diakibatkan oleh mayat-mayat yg tidak sempat terkubur....

Anonymous said...

Love

Jejak Kaki Wawan said...

Intrik politik dibalut agama. Relasinya tidak main main . Luar biasa.

Anonymous said...

Mary,
serpihan Mutiara yg retak, semoga lukamu segera sembuh, amin

Anonymous said...

Negara yg aman damai menjadi neraka karena ambisi orang2 kata yg belum merasa kaya

Anonymous said...

Thanks for telling the real story of u during ISIS

Anonymous said...

Ketika agama sdh dibuat sebagai tameng politik praktis kekuasaan dan kepentingan, maka kehancuran suatu bangsa dan negara sdh di depan mata. Jgn sampai terjadi di Indonesia.

Anonymous said...

Cerita baru...
Sebetulnya Bonjol jg memerangi saudaranya sesama muslim yg berbeda aliran....

Hijrah dari atmosfir kemiskinan

  ” Udah tembus 16 ribu rupiah harga beras sekilo. Gula juga udah tembus 17 ribu rupiah. Cepat sekali berubah harga. Sebentar lagi listrik j...