Saturday, November 05, 2022

Dunia sepi, Dunia Hedge Fund






Tahun 2014.

Saat di Zurich saya bertemu Yvory di Cafe Bovelli di Sihlstrasse 20. Saya suka kopi di cafe ini. Biji kopi dipanggang dengan alat  Henauer dan Stoll secara eksklusif, yang keduanya merupakan pemanggang kopi spesial yang terkenal di Swiss. Saat itu musim  semi. “ Bisnisnya bagus. “ katanya ketika saya tanya mengenai perusahaan yang menjadi targetnya. “ Penjualannya terus meningkat. SDM hebat, produk berkualitas. Laba yang dihasilkan terus meningkat dari tahun ketahun. Relasi saya di bank memberikan informasi kepada saya bahwa perusahaan tersebut bagus dan tumbuh dengan cepat. Namun punya masalah terhadap arus kas. “


“Apa pasal? 


“ Struktur permodalan tidak sehat. Biaya tetap terlalu besar. Seharusnya dikurangi lewat restruktur cost. 


“ Hanya itu. Saya engga yakin bank atau investor mau terlibat membiayai aksi akuisisi ini. “ Kata saya.


“   Bro, mereka punya jaringann ritel di 18 negara di dunia. Punya ribuan supplier. Kalau kita restruktur bisnisnya, kita bisa bangun ekosistem bisnis, ini akan jadi bisnis model yang luar biasa. Kuasai online karena kita kuat di offline.”


Saya tatap wajahnya. Saya berusaha ingin mengetahui sejaumana keyakinan dia terhadap peluang ini. Dia salah tingkah. Saya mengenal Yvory cukup lama. Dia punya perusahaan private equity semacam Boutiques investment di Zurich. Kebetulan saya ada saham di perusahaannya. Kemitraan ini melalui perusahaan investasi saya di Hong Kong yang dikelola oleh Wenny. “ Ayolah…” Katanya meraih jemari saya. “ Saya butuh dukungan kamu. “


“ Peluang  akuisisi ini gimana ?


“ Saya tertarik terhadap perusahaan ini. Pemegang saham pendiri masih menguasai 60%. Mereka udah tahu reputasi kita.”


“  Sisanya  investor retail.?


“  Ya. Kita bisa deal dengan pemegang saham pendiri. Mereka akan siap melakukan RUPS kalau kita sudah keluarkan LOI untuk akuisisi. Setelah RUPS dilakukan, kita bisa atur tender pembelian sisa saham bagi mereka yang tidak setuju akuisisi itu. Tidak akan ada gejolak pasar.  Harga saham mereka di bursa sudah  lama stuck.. “


“ Exit strategy nya gimana ?


“ 2 tahun setelah restruktur bisnis, kita akan listing di bursa Hong Kong. Perkiraan harga akan naik significant. Kamu kan udah baca analisa future nya “


Saya mengangguk. 


“ Jadi kamu setuju ya. “


“ Ok lanjutkan saja.”


“ Saya mengundang direksi perusahaan untuk makan malam. Entar kamu ikut ya. “ Katanya. Setelah minum, saya antar Ivory pulang ke apartement nya di Mobimo Tower di Barat  Zurich.


Keesokannya saya bersama Yvory makan malam di Park Hyatt dengan direksi perusahaan target. Keliatan mereka memang terjepit. Tapi mereka sangat berharap perusahaan dikembangkan oleh investor jangka panjang. Karena mereka ingin ekspansi ke bisnis online retail dengan basis ecommerce.


***

Keesokannya saya meeting di hotel saat breakfast. 


“ Kita perlu USD 600 juta untuk akuisisi itu.” kata Yvory. “ Saya perlu jaminan untuk synthetic  bond yang cashbacked sebesar USD 600 juta juga “ Lanjut Yvory. 


Saya terus baca skema investasi yang dibuat oleh Yvory. Saya mengangguk. “ Kamu temui Steven dan Wenny di London. Mereka akan atur cashbacked untuk penerbitan synthetic bond melalui offshore company. Nanti saya akan telp Tom di NY, untuk atur kamu bertemu dengan JP Morgan atau Goldman. Bisa siap sebagai penjamin emisi pelepasan saham melalui SPAC. Paham “ Kata saya.


“ Siap B. Kita akan pakai platform siapa untuk jual pelepasan saham SPAC ?


“ Itu urusan saya. Saya ada deal dengan beberapa bank yang sudah commit. Mereka bersedia kita gunakan platform. ” Kata saya.


“ Wah bakal lancar jualnya” Kata Yvory riang.


“ Pastikan tidak lebih setahun selesai proses akuisisi. Dan setelah  itu, dua tahun kita exit ke bursa utama. “ 


“ Ya siap. “


Saya terus membaca detail rencana proses setiap tahapan. Dari mana kami dapatkan uang membayar perusahaan itu ? apakah dari uang sendiri tersedia di brankas ? Tidak! Kami membentuk Special purpose acquisition companies (SPAC ). Ini perusahaan cangkang yang memungkinan perusahaan melewati penawaran umum perdana secara konvensional (IPO) untuk tercatat di bursa saham. Tentu harus ada penjamin Emisi. Umumnya perusahaan  investasi berkelas dunia seperti Goldman. JP Morgan, Morgan Stanley dll. Bagaimana mereka mau mejamin? ya kami tempatkan sintetik bond yang dijamin cash oleh rekening lepas pantai. Milik siapa uang itu? fund provider, ya anonymous.


Kemudian, SPAC ini menjual saham, lewat platform Bank dengan underlying pengambil alihan perusahaan target. Karena underlying nya masih berupa rencana, uang hasil penjualan saham di tempatkan di trust account berbunga,  yang tidak dapat dicairkan kecuali untuk menyelesaikan akuisisi atau akan mengembalikan dana kepada investor jika SPAC pada akhirnya dilikuidasi. Kami ada waktu 2 tahun untuk menyelesaikan transaksi. Andaikan gagal, ya kami masih dapat bunga dari trust account. Uang investor di kembalikan.


Setelah akuisisi selesai. SPAC menguasai saham mayoritas. Struktur permodalan jadi sehat. Kami punya ruang untuk melakukan leverage, yaitu menarik pinjaman dari Bank untuk membiayai restruktur bisnis.  Dua tahun kemudian, program restruktur bisnis membuahkan hasil. Kinerja naik significant. Trend pertumbuhan bisnis di forecasting per tahun dua digit %. Pemain hedge fund bergerak dengan  produk investasinya untuk meyakinkan limited investor masuk dan memanfaatkan capital gain saat masuk bursa utama.  Target  value sedikitnya 20 kali dari harga buku. 


Nah dengan langkah itu, kami bisa akuisisi perusahaan tanpa keluar uang sendiri. Tetapi uang berasal dari market, dan itu karena skema leverage, hedge fund.


***

Tiga tahun kemudian saya bertemu lagi dengan Yvory di New York.  Kami makan malam di Danny Meyer's Manhatta lantai 60.  Dia tersenyum menatap saya seraya melangkah cepat.  Ada apa kamu undang saya makan malam ?  Kencan? Katanya seraya memeluk saya. Matanya seakan mencari cari dibalik tatapan saya. 


“ Kamu cantik sekali” Kata saya merenggangkan kursi untuk dia duduk.


“ Terimakasih B.” Katanya. Aroma lembut Parfum nya terasa membangkitkan libido saya.


Saya tatap lama Yvory. Sampai dia salah tingkah. “ Ada apa B?


“ Terimakasih untuk kerja keras kamu. “ kata saya.


“ Saya hanya berusaha yang terbaik dan tentu berharap dapat kesempatan dinner dengan kamu seperti ini. Siapa sih yang engga ngarep. “ Katanya tersenyum cerah.


Saya tuangkan wine ke gelasnya. Dia tersenyum. “ Terimakasih. Tapi bisa engga santai aja. Jangan terlalu formil lah. Gimanapun kamu kan boss saya.” 


“ Kini kamu bukan saja mitra tapi juga sahabat saya. “ 


“ Terimakasih B. udah mau menerimaku sebagai sahabat.” katanya.


Saya mengangguk. Pelayan datang Saya persilahkan yvory pesan menue “ Kamu sahabat saya sekarang. Pilihkan menu untuk saya.” Kata saya.


“B, kenal kamu tahun 2010. Saya melihat bisnis kamu biasa saja. Tahun 2012 kita bermitra lewat Perusahaan kamu di Hong kong.  Tahun 2014, saya baru sadar ternyata saya bermitra dengan pemain hedge fund. “ 


Saya tersenyum menatapnya. “ saya bukan pemain hedge Fund. Saya hanya seniman” kata saya seraya ngibaskan tangan.


“ Saya cari tahu tentang pemain hedge Fund. Akhirnya saya baca buku Hedge Hogging. Penulisnya adalah Barton Biggs. Dia bukan hanya akademisi. Tetapi juga pendiri Morgan Stanley global Strategy. Hedge fund player yang membesarkan seorang Elon Musk.” 


“ Apa yang kamu tahu dari buku itu. Bisa ceritakan” Kata saya.


“ Saya jadi tahu perasaan dan kegelisahan pemain Hedge fund. Di balik glamour kehidupan pemain hedge fund, ada dua hal yang pasti mereka alami. Pertama kesepian. Merasa tidak berbuat apapun. Kedua, bingung, harus berbuat sesuatu tapi untuk apa?. Karena mereka anggap uang hanya akuntasi. “


Saya tatap Yvory. Dari tadi saya asik makan saja.


“ Biggs bisa ceritakan segala hal tetang dunia investasi. Tidak terkesan kaku. Dia menulis seperti fiksi, walau disampaikan secara ilusi. Tetap saja itu adalah fakta. Karena tidak mungkin orang bisa cerita tentang fiksi kalau dia tidak pernah tahu dan mengalami sendiri fakta itu. Setiap cerita sebenarnya tentang rahasia personal pemain hedge fund. Dia tidak kawatir orang akan sinis atau apalah. Karena tidak banyak orang akan paham dunia hedge fund. Walau berpengalaman di bidang investasi pasar uang dan modal, bahkan S3, belum tentu paham product hedge Fund yang sophisticated.


Dia berani jujur walau kadang lucu. Seperti dia cerita manager Hedge fund yang punya rumah mewah. Aset Hedge fund nya runtuh. Dia pulang ke rumah dan tidur. Seperti tidak terjadi apa apa. istrinya yang sibuk membayar margin call dengan menjual rumah mewah mereka. Suaminya terjaga. Dia ajak pergi keluar rumah untuk tinggal dipinggir pantai..rumah yang jauh lebih besar dan mewah. Dari setiap kejatuhan pasti ada cerita yang disembunyikan. 


Dia gambarkan perasaannya ketika berhadapan dengan investor yang datang tiba tiba bersama anjing ganas dan mulut berbau bangkai. investor itu tidak mau bicara banyak  kecuali melepas anjingnya untuk memburu. Dia kehilangan retorika membujuk karena investor cerdas membayar anjing untuk  merampok pasar. Investor merasa terhormat pada setiap sukses. Namun ketika program Hedgen fund runtuh, dia korbankan investor retail dan akhirnya negara juga bailout. 


Ada juga yang lucu.  Harvard University menggunakan skema sumbangan yayasan lewat produk investasi hedge fund. Akhirnya mereka memecat hedge fund manager. Padahal di tangan fund manager nilai investasi meningkat dan penyumbang senang. Apa pasal? karena gaji manager dan sharingnya mahal. Setelah itu Harvard tidak dapat apa apa. Uang habis dan penyumbang frustrasi. Beda lagi dengan Yale, yang menolak program investasi dari hedge fund manager. Mereka merasa mampu dan lebih hebat membuat sendiri program dan produk investasi. Tapi tidak ada satupun investor mau beli dan penyumbang juga tidak ada. Setidaknya baik Harvard dan Yale punya sesuatu yang terus dipikirkan. 


“ Apa yang menarik dari buku ini selain cerita dibalik layar itu?? 


“ Cara memanfaatkan informasi yang bernilai. Jadi bukan sebarapa banyak informasi yaang kita dapatkan, tetapi sejauh mana kita bisa manfaatkan informasi itu pada timing yang tepat.  “ 


Saya tersenyum mendengar kesimpulannya.


“ Sepertinya Biggs tidak niat dapat uang dari menulis. Hanya sekedar melepas rasa kesepian saja. Seperti kamu gemar menulis di blog. Namun bukunya menjadi inspirasi banyak orang, tapi banyak  juga mereka yang gagal. Ya, kisah dibelakang layar, tentang mereka pemakan bangkai di dunia investasi yang kejam. Cukup dibaca sebagai renungan tentang pribadi manusia di another world yang lonely… ini hanya cerita pribadi seperti cerpen.


“ Saya bukan pemain. Saya hanya seniman. Gimana masih mau berteman dengan saya? Kata saya menyender dikursi dan tersenyum.


“ Saya tidak peduli siapa kamu. Faktanya yang saya rasakan kamu sebagai sahabat yang lembut. Memang dalam bisnis terkesan keras, tapi itu untuk pastikan semua on schedule. Untuk pastikan komitmen terlaksana dan lebih penting lagi, kamu tidak rakus. Semua uang masuk ke bisnis real. Kamu tidak exit ke neraka pesta kaum jet set, tetapi membawa orang banyak ke mata air agar orang banyak bisa hidup. Itulah yang berbeda dengan mereka. Saya tidak salah menentukan pilihan, kamu partner dan juga sahabat saya. " 


Saya mengangguk dan Yvory tersenyum. Wajah kaukasia nya memang menggoda apalagi kecerdasannya membuat dia something else. “ Besok saya kembali ke Jakarta. Jaga diri baik baik ya. Jaga kesehatan kamu. " kata saya.


“ Kapan ke zurich lagi ? Saya masih kangen, B" Kata Yvory dengan sendu.

“ Lain waktu, pasti ada untuk kita” kata saya tersenyum. Karena Tom sudah datang bersama tamunya, banker first class di NY. Mereka pilih table sendiri. Tom menghampiri saya.  “ Yvory, kamu akan ditemani Tom untuk makan malamnya. Saya mau meeting di table lain”  kata saya. 

Friday, October 28, 2022

Melihat ke dalam diri.

 





Saya sengaja naik kereta Subway ke arah financial center Hong kong. Di sebelah saya duduk, ada wanita muda. Dia berhias dengan cermin Hape nya. Sepertinya dia tidak pedulikan saya. Setelah usai  berhias. Dia tanpa sungkan membuka roknya. Dia masukan dengan rapi rok itu ke dalam tasnya. Dia mengeluarkan seragam SPG dari dalam tas dan mengenakan  seragam SPG itu. Dia sempat tersenyum ke arah saya. Itu sudah cukup sebagai tanda ucapan maaf. “ Anda kerja di Wanchai, di daerah Lockard Road ? Tanya saya menebak. Karena di kawasan itu memang banyak bar dan cafe.


“ Ya. “ jawabnya singkat.


Dia asyik dengan gadget nya. Saya pehatikan dari samping dia sedang belajar bahasa inggris secara online. Efektif sekali dia gunakan waktu. Bibirnya terliat turun naik. Itu tandanya dia sedang melafalkan kata kata dalam bahasa inggris sesuai tutorial. “ Anda dari mana ? tanyanya dalam bahasa inggris.


“ Indonesia.”  


“ Saya suka Indonesia dan berharap suatu saat saya bisa piknik ke Bali.” katanya dalam bahasa inggris yang hampir sempurna.  “ Saya kerja tiga kali sehari di tempat berbeda. Saya perlu uang untuk kuliah tahun depan dan berharap saya bisa jadi sarjana agar qualified masuk bursa kerja atau berbisnis. “


“ Kerja keras yang luar biasa “ kata saya berempati.


“ Ya. Sejak tamat SMU, saya tidak ada waktu bertemu dengan teman teman. Saya focus kerja aja. Kalau mereka bisa langsung ke universitas, bukan berarti nasip saya buruk. Tepatnya kurang beruntung saja.  Ini hidup saya, dan tentu mereka dengan hidup mereka. Setiap orang punya jalan hidup masing masing.” katanya. Saya tersenyum dan sebagai sikap memberikan dukungan kepada semangat survivalnya


***


Di financial club saya asik menyimak pembicaraan antara teman teman. Ada yang menarik dari ungkapan yang keluar dari diskusi itu “ Kalau anda ingin menguasai sumber daya negara. Kalau anda ingin mematikan demokrasi sebagai hak kontrol. Kalau anda ingin mematikan akal sehat publik. Maka yang perlu anda lakukan adalah ciptakan musuh diantara mereka.” Saya sempat termenung lama. Pikiran saya berontak. Ingin marah. Tapi marah kepada siapa ? Sejahat itukah cara berpikir mereka dan sesederhana itukah cara mereka menguasai sumber daya.


Saya tak ingin terus terlibat dalam diskusi. Saya memilih keluar dari lingkaran diskusi. Saya cari tempat duduk lain dan memesan Wine. Connors mendekati table saya. Dia duduk dengan menyilangkan kakinya. “ Tidak nyaman ikut diskusi ? “ Kata Connors. Saya tersenyum masam.


“ B, kelemahan demokrasi adalah terbukanya kebebasan narasi kritik. Narasi yang kadang membangun satu persepsi kecemburuan sosial dan kebencian kepada kekuasaan. Kecemburuan beranak pinak jadi kebencian atas nama etnis atau agama. Nah terciptalah musuh. Dari sana juga kanal demokrasi membuka ruang bertikai sesama rakyat. Di tambah lagi dengan adanya sosial media. Setiap orang masuk  dalam perangkap narasi kebencian satu sama lain. Sehingga mereka lupa para oligarki yang ada di puncak piramida menonton mereka yang tidak ada waktu lagi berpikir kritis tentang wabah korupsi dan hukum yang diperdagangkan. Demokrasi telah menghabisi spirit persatuan dan kebersamaan rakyat menghadapi oligarki.


Sementara para oligarki terjebak  megalomania. Mereka sangat yakin bahwa dalam diri mereka ada kebesaran, keagungan. Mereka elite. Itu karena mereka merasa punya kekuasaan atau kekayaan atau terpelajar. Banyak kebijakan yang dipaksakan tanpa perencanaan yang baik. Ketidak efisienan anggaran yang terus ditutupi dengan kebohongan statistik dan retorika. Berita media massa yang by design dikuasi oligarki selalu memproduksi berita yang bias dan absurd. 


Faktanya yang dirasakan adalah kebijakan yang tidak boleh disalahkan dan harus dipuja habis. Mereka membayar influencer, pengamat, lembaga survey. Atas nama demokrasi pula, mereka memproduksi UU dan aturan berdasarkan stigma tentang radikalis dan anti keberagaman. Sehingga punya legitimasi untuk mengkrimnalkan mereka yang menggenggam benci dan sinis kepada kekuasaan. Sebenarnya mereka tidak membangun untuk kepentingan rakyat,  tetapi untuk memuaskan diri mereka sendiri. Itulah  penyakit megalomania. 


Nah semua hal tentang demokrasi tak bisa dilepaskan dari paham liberalisme dan kapitalisme. Paham yang memberikan ruang akan kebebasan namun juga racun bagi peradaban. Ia memang memisahkan ruang agama dan budaya dengan negara, namun membelenggu jiwa akan kerakusan di satu sisi dan kebencian disi lain. Bukan masa depan yang baik untuk membangun negara kesejahteraan. “ Kata Connors panjang lebar. Saya menyimak saja dari tadi.  


***

Jam 10 malam saya keluar dari gedung financal club. Dengan berjalan kaki saya menuju lockard road. Saya menyusuri jalan itu dalam cuaca dingin. Satu demi satu cafe dan bar saya lewati. Namun langkah saya terhenti ketika menatap wanita yang tadi saya temui di Subway. Dia tersenyum. “ Mampirlah. “ katanya. Saya mengangguk. Dia sediakan table untuk saya.


“ Wine atau bir ?


“ Wine, red wine” kata saya singkat.


Dia berdiri dekat table saya yang ada di teras khusus ruang smoking. Matanya awas memperhatikan orang lewat. “ Masih terlalu awal anda datang. Nanti jam 11 keatas akan rame tamu” katanya.


“Jam berapa pulang ? tanya saya.


“ Jam 3 pagi. “


“ Jam berapa sampai di rumah ?


“ Jam 4. Saya hanya tidur 3 jam. Karena jam 8 pagi saya harus kerja di restoran cepat saji di Causeway bay.” katanya.


Sejak adanya kebijakan orang China daratan bebas masuk ke Hong kong. Sepertinya kompetisi antara penduduk Hong Kong dan China semakin keras. Namun mereka tidak pernah membahas soal kebijakan itu. Itu udah policy pemerintah. Tidak ada yang lebih baik  antara orang China daratan dan Hong Kong. Pemerintah menjamin keadilan distribusi sumber daya ekonomi. Setiap orang punya kesempatan yang sama dalam putaran waktu. Waktu memang berharga, tapi orang berlebih waktu tidak akan kaya. Tetapi memanfaatkan waktu dengan baik, itulah sumber kekayaan. 


Mereka engga ada waktu menilai orang lain. Sehingga diantara mereka tidak terperangkap dalam kebencian dan halu yang tak sudah. Saya salut dengan wanita muda itu.  Juga salut dengan semua orang Hong Kong dan China yang focus kepada diri sendiri, berjuang memperbaiki diri dan menjadi pemenang untuk kehormatan diri dan keluarga.  


Mungkin karena sistem politik China yang sadar bahaya demokrasi liberal dan kapitalisme. China hanya menggunakan demokrasi dalam konteks emansipasi rakyat dalam pembangunan dan menjadikan kapitalisme sebagai metode bersaing dalam beproduksi. Sebuah antitesis terhadap pemikiran mereka yang ada di financial club. 

Jam 11 malam, Wanita Philipina mendekati table saya. “ Are you alone “ Katanya menawarkan diri untuk menemani saya. Saya menolak halus. Wanita philipina itu korban dari demokrasi di negerinya. Dia harus pergi dari negerinya untuk makan. Dan wanita SPG itu tetap di negerinya dengan semangat kerja keras dan terhormat. Itu karena pemimpin mereka tahu bagaimana kehormatan bangsa dan negara harus dibela. Tahu menjaga kehormatan para wanita. Setidaknya walau sistem mereka juga  oligarki namun para pemimpinnya tidak terjebak megalomania.

Saturday, October 22, 2022

Kebersamaan dan perbedaan.

 




Di kawasan PIK di Cafe, saya dan Awi santai di Cafe. Kami bersahabat sejak usia muda. Kini kami sudah menua. “ Saya  kadang heran. Orang Padang itu kebanyakan selalu berseberangan dengan pemerintah. Tapi anehnya sejak saya kenal kamu. Engga ada kesan kamu seperti orang padang kebanyakan. Kenapa ? 


Mungkin bagi orang Jawa, berbeda pendapat dengan orang lebih tinggi, atau pemerintah, itu tabu.  Di Minang sudah biasa perbedaan sikap itu. Engga aneh kalau diantara mereka saja saling kritik. Dari sikap kritis itu , dialektika  terjadi. Perubahan berpikir terus terjadi dari waktu ke waktu. Orang Minang itu tidak banyak. Populasinya mungkin hanya sebanyak Kecamatan di Jawa. Namun sejarah mencatat bahwa dari komunitas kecil itulah lahir beberapa orang yang disebut bapak pendiri bangsa. Mereka jadi pembaharu di zamannya dan pendobrak status quo feodalisme dan kolonialisme“ Kata saya.


“ Siapa saja itu mereka itu ?


“Muhammad Hatta, Sutang Sjahrir, Agus Salim, Muhammad Yamin, Muhamamd Natsir, Tan Malaka, HR Rasuna Said. Mereka semua adalah sahabat Soekarno semasa perjuangan merebut kemerdekaan dan paska kemerdekaan. Mungkin kamu menganggap mereka semua satu aliran? tidak. Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, walau mereka sama-sama belajar Marxisme dan mendapat pendidikan Belanda namun mereka berbeda pandangan soal politik.


Secara adat, Tan Malaka mendapat kedudukan terhormat tapi miskin, sedangkan Hatta-Sjahrir dalam strata ekonomi adalah kelas menengah. Masa kanak Tan lebih banyak di desa belajar agama. Sedangkan Hatta dan Sjahrir besar di kota dan hidup di lingkungan keluarga pedagang kaya. Tan mendapat kesempatan belajar ke Belanda karena beasiswa, sementara Hatta dan Sjahrir atas biaya sendiri karena keluarga mereka mampu. 


HR, Rasuna Said juga anak saudagar kaya di Minang, namun karena dia wanita tidak punya kesempatan sekolah ke luar negeri. Namun Rasuna otodidak sejati dan besar dari geraka pembaharuan Islam. Agus Salim juga sama dengan Tan. Lahir dari keluarga miskin. Dia tida seberuntung Hatta, Sjarir dan Tan Malaka. Dia tidak sekolah ke Belanda walau RA Kartini mengorbankan beasiswa ke Belanda demi Agus Salim, namun ditolak oleh Agus Salim. Agus Salim banyak memahami Politik dari komunitas Syarikat Islam. Latar belakang itulah yang membuat mereka berbeda.


Hatta sangat menentang komunisme dan sosialisme. Namun dalam hal metodelogi perjuangan ekonomi, dia banyak kesamaan dengan sosialisme. Dia menganjurkan gerakan koperasi. Sebaliknya, Tan tidak menolak komunisme tapi menolak kerangka berpikir komunisme. Komunisme hanyalah metodelogi menjalankan revolusi. Makanya Tan percaya, jika digabung, Islamisme dan Komunisme, Indonesia akan digdaya. 


Namun baik Hatta maupun Tan Malaka punya pandangan sama soal bagaimana Indonesia merdeka. yaitu melalui revolusi Rakyat. Sjahrir ? Dia tidak sejalan dengan Hatta dan Tan soal itu. Sjahrir dan Rasuna Said percaya kemenangan hanya bisa dicapai lewat diplomasi. Dan itu perjuangan kaum terpelajar. Tetapi Soekarno percaya kepada Sjahrir dan Rasuna Said. 


Perselisihan antara Tan Malaka VS Sjahrir makin meruncing ketika Sjahrir menjadi Perdana Menteri dan mengubah sistem politik dari presidensial menjadi parlementer. Praktis ia dan Amir Syarifuddin yang berkuasa. Karana itu Soedirman bergabung dengan Tan Malaka menentang kebijakan Sjahrir. Hatta menarik massa Islam Masyumi untuk mendongkel Sjahrir. Diantara konflik ini, Soekarno tetap berada di tengah. Walau karana itu Soedirman sempat kesal dengan Soekarno yang bersedia ditahan Belanda ketika class kedua dengan Belanda. Soekarno lebih mendengar saran Sjahrir daripada ikut Soedirman masuk hutan untuk bergerilya.


Dalam silang-sengkarut itu muncul putra Minang lain yaitu Muhammad Yamin. Yamin adalah diplomat ulung sebagaimana Sjahrir. Namun dia tidak begitu suka dengan cara berpikir Masyumi soal politik kebangsaan. Yamin percaya bahwa agama itu masalah privat. Engga bisa dijadikan platform bernegara. Hatta walau dekat dengan Masyumi, bisa setuju dengan Yamin. Tapi tidak sependapat dengan Yamin yang lebih memilih jalan revolusi untuk kemerdekaan. Yamin gencar mengkritik secara terbuka politik diplomasi Sjahrir. Sikap frontal Yamin ini kian memanaskan situasi yang berakhir dengan mundurnya Sjahrir dari kursi perdana menteri pada 28 Februari 1946. 


Pada akhir medio 1950, muncul tiga dwitunggal yang punya jalan masing-masing menghadapi politik pecah belah Belanda: Soekarno-Hatta, Sjahrir-Amir, dan Soedirman-Tan Malaka. Ketiga Dwi tunggal ini semuanya ada putra minang. Masing masing Dwi Tunggal ini punya kekuatan bawah tanah. Soekarno -Hatta, kekuatan dominan dari golongan Islam. Soekarno dari NU dan Hatta dari Muhammadiah. Sjahrir- Amir Syarifudin didukung oleh kekuatan sosialis dan komunis, dengan motornya  Aidit, yang ibunya berasal dari Minang. 


Apakah selesai masalah ? Tidak.  Soekarno tetap percaya kepada Sjahrir dengan memberinya mandat melanjutkan diplomasi. Keputusan ini membuat kubu Soedirman-Tan kembali meradang. Saking marahnya, tentara sempat menembaki mobil Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin yang akan masuk Istana Negara. Bahkan saling tangkap pun terjadi. Amir memerintahkan tentara menangkap Tan dan tokoh Persatuan lain. Soedirman membalasnya dengan memerintahkan pasukan Peta menangkap Sjahrir. Kedua kubu sama-sama membebaskan sandera ketika Soekarno turun tangan. Itulah kehebatan Seokarno. Yang tidak berpihak kepada konflik dan mengutamakan persatuan. 


Tahun 1948, Amir Sjarifuddin dieksekusi mati karena pemberontakan PKI di Madiun. Dan kelak Aidit juga ditembak mati karena G30S PKI. Tan- Soedirman, didukung oleh tentara. Namun Tan dianggap sebagai duri dalam daging bagi Sjahrir, Soekarno dan Hatta. Karena Tan menolak politik diplomasi dengan Belanda. Akhirnya Tan ditembak mati oleh Tentara. Entah siapa yang perintahkan. Sejarah masih kabur.  Sejarah indonesia mencatat bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia mencapai puncak legitimasi international berkat perjuangan diplomasi. Itu ide Sjarir. Namun itu tercapai berkat perlawanan rakyat semesta. Itu ide Tan Malaka, Hatta, dan Agoes Salim. Artinya perbedaan sikap itulah yang membuat mereka kuat mencapai tujuan. 


“ Mengapa ? 


Dalam sejarah walau Hatta, Tan, Sjahrir , Yamin berseteru karena perbedaan namun secara pribadi mereka bersahabat. Secara pribadi mereka sama. Sama sama bukan pejuang gila wanita dan tahta. Semua mereka hidup bersehaja. Agus salim, sejak keluar dari dinas pemerintah, kantor BOW, dan memilih memasuki dunia pergerakan pada 1915 hidupnya adalah seorang partikelir. Hidupnya selalu susah dan miskin. Tidak pernah punya rumah sendiri. Di Jakarta, Agus Salim pernah tinggal di daerah Tanah Abang, Karet, Jatinegara, Gang Kernolong, Gang Toapekong dan Gang Listrik. 


Menjadi pemimpin itu memang harus berkorban. Termasuk berkorban menerima kritik. Yang tidak boleh dilakukan oleh setiap warga negara adalah membawa politik dalam ranah agama dan kedaerahan, suku. Itu tidak mendidik orang jadi moderat. Tidak mengajak orang melangkah ke depan. Karena takdir kita sebagai bangsa memang pluralis. Soal perbedaan sikap, itu hanya metodelogi mencapai tujuan. Esensinya adalah kebaikan diutamakan, kebenaran dibela, keadilan dijunjung. Kalah menang itu biasa saja. Bahkan mati dengan keyakinan, juga biasa saja. Engga usah diperbesar perbedaan menjadi permusuhan dan kebencian.  Lima jari saja tidak ada yang sama tinggi.Berkat lima jari kita bisa menggengam dan kokoh. Diantara perbedaan selalu ada hikmah kebersamaan. Itu yang harus disadari.


Sama halnya walau Papa saya inginkan saya menjadi nasionalis seperti Muhammad Yamin. Saat baru lahir, ia beri saya nama Muhammad Yamin. Di panggil Yamin. Usia Balita, Nenek saya inginkan saya jadi Masyumi, dia beri nama saya Saleh. Dipanggil Ale. Namun akhirnya ketika saya masuk SD, justru nama saya Erizeli yang tidak ada identitas agama  dan keluarga.  Saya adalah produk masa depan. Sebuah kompromi yang indah” Kata saya. Awi tersenyum.


***

“ Tiga teman kita udah meninggal. Anehnya itu terjadi sejak COVID. Semua karena jantung.” Kata Awi. “ Padahal mereka tajir. Usia menuan penyakit datang macam macam” Lanjut Awi.


“Kamu tahu apa penyebabnya “


Awi diam saja. 


“ Umumnya mereka gagal mengalahkan diri sendiri. Walau mereka hebat menaklukan dunia tetapi itu justru menggrogoti hidupnya sendiri. Penyakit datang dan itu membuat dia cemas. Terus kawatir akan kematian menjemput dan meninggalkan semua kemewahan. “ Kata saya.


“ Ya jel.”


“ Wi, hidup ini satu satunya musuh terhebat adalah diri sendiri. Nafsu kita itulah yang harus diperangi sepanjang usia. Hilangkan perasaan kawatir, takut, sombong, euforia. Jangan perturutkan emosi yang akan merusak jiwa kita. Hidup mengalir aja. Engga usah berlebihan, Yang penting engga bokek. “ Kata saya. Awi mengangguk dan sepertinya dia memikirkan sesuatu. Saya diamkan saja.


“ Jel, ini soal yuni. Apa engga mungkin kita pensiunkan saja.  Usianya udah 51“ Kata Awi.


Saya diamkan. Eh saat saya sedang melamun itu, Yuni datang ke cafe. “ darimana dia tahu, kita ada disini? Tanya saya


“Gua panggil dia” kata Awi 


“ Keren ya. Kalau kita bertiga kumpul begini. Ingat tahun 2004-2006. “ Kata Yuni tersenyum duduk disamping saya.


“ Gimana pendapat lue jel. Ini orangnya udah datang. Gua perlu keputusan lue “ Kata Awi melirik ke Yuni.


Saya tatap Yuni sekilas dari samping. “ Masalahnya gua udah berusaha cari pengganti dia. Itu sejak tahun 20014. Tetapi engga ketemu. Engga mudah dapatkan pengganti Yuni. Dia itu sangat percaya sama gua. Apapun gua perintahkan dia lakukan. Dan dia mampu melakukan improvisasi di lapangan dengan lebih baik. Kemampuan belajar secara mandiri dia sangat luar biasa. Bayangin, gua disleksia. Lue hanya sekolah tamat SMP. Kita engga bisa mengelola perusahaan day by day. Yuni jago dan teliti sekali soal management. Tanpa dia, kita hanya akan tetap jadi preman jalanan.


Waktu kali pertama ketemu gua dia hanya bisa bahasa inggris dan sedikit bahasa mandarin. Kali pertama gabung, kita gaji ala kadarnya. Bisnis kita bisnis underground. Dia bisa menyesuiakan diri dan kelola bisnis di tengah resiko  yang tinggi. Setelah kita punya modal sendiri. Kita masuk ke bisnis formal.   Dia terima dan percaya. itu dia buktikan dengan keseriusan mengelola bisnis walau dengan fasilitas ala kadarnya.


Kini" Kata saya mengelus kepala Yuni. " berlalunya waktu. Setelah lebih 15 tahun kebersamaan kita. Dia pimpin perusahaan dengan 18 anak perusahaan. Kini dia fasih bahasa mandarin, Jepang dan Jerman, Perancis. Dia jago negosiasi dan sangat sabar menaklukan lawan. Pengetahuan financial engineering dia jauh diatas Wenny dan Risa. Semua yang gua tahu dia kuasai semua, bahkan dia lebih tahu bahasa tubuh gua dibandingkan bini gua. “ Kata saya. Yuni tersenyum dengan wajah merona. Merasa tersanjung.


“ Ya udah. Kalau gitu udah ditakdirkan kita bertiga akan terus bersama. Kita bertiga dengan latar belakang berbeda. Dengan sikap dan gaya hidup juga berbeda. Saya dan Yuni suka dengan kemewahan hidup dan menikmati itu. Tapi kamu suka dengan kesederhaan dan menikmati itu. Kita sering bertengkar yang engga penting. Kadang saling ngambek. Tapi kita saling menjaga dan setia kepada nilai nilai persahabatan. Hanya maut memisahkan kita. “ kata Awi. Saya terdiam. Yuni merebahkan kepalanya dibahu saya.


“ Lue ya Yun. Depan jeli seperti ABG. Engga keliatan dewasa. Malah keliatan oon. Manja engga hilang hilang. “ Kata Awi. Yuni senyum aja.  “ Ah sudahlah. Gimana kalau kita ke Ancol. Main bowling. Udah lama kita engga main. Terakhir tahun 2007 ya.” kata Awi. Saya tersenyum dan langsung berdiri. “ Ayolah kita jalan. Main Bowling ya. Pastikan lue orang engga kalah sama gua. “ Kata saya. Kami bertiga pergi seperti dulu 15 tahun lalu. Usia kami sudah menua tapi kami akan baik baik saja.

Mengapa Hijrah ke China.

  Sore itu saya makan malam dengan Florence dan Yuni. Kebetulan Yuni ada business trip dari Hong Kong ke Jakarta. Yuni kini CFO Yuan Holding...