Saturday, November 05, 2022

Dunia sepi, Dunia Hedge Fund






Tahun 2014.

Saat di Zurich saya bertemu Yvory di Cafe Bovelli di Sihlstrasse 20. Saya suka kopi di cafe ini. Biji kopi dipanggang dengan alat  Henauer dan Stoll secara eksklusif, yang keduanya merupakan pemanggang kopi spesial yang terkenal di Swiss. Saat itu musim  semi. “ Bisnisnya bagus. “ katanya ketika saya tanya mengenai perusahaan yang menjadi targetnya. “ Penjualannya terus meningkat. SDM hebat, produk berkualitas. Laba yang dihasilkan terus meningkat dari tahun ketahun. Relasi saya di bank memberikan informasi kepada saya bahwa perusahaan tersebut bagus dan tumbuh dengan cepat. Namun punya masalah terhadap arus kas. “


“Apa pasal? 


“ Struktur permodalan tidak sehat. Biaya tetap terlalu besar. Seharusnya dikurangi lewat restruktur cost. 


“ Hanya itu. Saya engga yakin bank atau investor mau terlibat membiayai aksi akuisisi ini. “ Kata saya.


“   Bro, mereka punya jaringann ritel di 18 negara di dunia. Punya ribuan supplier. Kalau kita restruktur bisnisnya, kita bisa bangun ekosistem bisnis, ini akan jadi bisnis model yang luar biasa. Kuasai online karena kita kuat di offline.”


Saya tatap wajahnya. Saya berusaha ingin mengetahui sejaumana keyakinan dia terhadap peluang ini. Dia salah tingkah. Saya mengenal Yvory cukup lama. Dia punya perusahaan private equity semacam Boutiques investment di Zurich. Kebetulan saya ada saham di perusahaannya. Kemitraan ini melalui perusahaan investasi saya di Hong Kong yang dikelola oleh Wenny. “ Ayolah…” Katanya meraih jemari saya. “ Saya butuh dukungan kamu. “


“ Peluang  akuisisi ini gimana ?


“ Saya tertarik terhadap perusahaan ini. Pemegang saham pendiri masih menguasai 60%. Mereka udah tahu reputasi kita.”


“  Sisanya  investor retail.?


“  Ya. Kita bisa deal dengan pemegang saham pendiri. Mereka akan siap melakukan RUPS kalau kita sudah keluarkan LOI untuk akuisisi. Setelah RUPS dilakukan, kita bisa atur tender pembelian sisa saham bagi mereka yang tidak setuju akuisisi itu. Tidak akan ada gejolak pasar.  Harga saham mereka di bursa sudah  lama stuck.. “


“ Exit strategy nya gimana ?


“ 2 tahun setelah restruktur bisnis, kita akan listing di bursa Hong Kong. Perkiraan harga akan naik significant. Kamu kan udah baca analisa future nya “


Saya mengangguk. 


“ Jadi kamu setuju ya. “


“ Ok lanjutkan saja.”


“ Saya mengundang direksi perusahaan untuk makan malam. Entar kamu ikut ya. “ Katanya. Setelah minum, saya antar Ivory pulang ke apartement nya di Mobimo Tower di Barat  Zurich.


Keesokannya saya bersama Yvory makan malam di Park Hyatt dengan direksi perusahaan target. Keliatan mereka memang terjepit. Tapi mereka sangat berharap perusahaan dikembangkan oleh investor jangka panjang. Karena mereka ingin ekspansi ke bisnis online retail dengan basis ecommerce.


***

Keesokannya saya meeting di hotel saat breakfast. 


“ Kita perlu USD 600 juta untuk akuisisi itu.” kata Yvory. “ Saya perlu jaminan untuk synthetic  bond yang cashbacked sebesar USD 600 juta juga “ Lanjut Yvory. 


Saya terus baca skema investasi yang dibuat oleh Yvory. Saya mengangguk. “ Kamu temui Steven dan Wenny di London. Mereka akan atur cashbacked untuk penerbitan synthetic bond melalui offshore company. Nanti saya akan telp Tom di NY, untuk atur kamu bertemu dengan JP Morgan atau Goldman. Bisa siap sebagai penjamin emisi pelepasan saham melalui SPAC. Paham “ Kata saya.


“ Siap B. Kita akan pakai platform siapa untuk jual pelepasan saham SPAC ?


“ Itu urusan saya. Saya ada deal dengan beberapa bank yang sudah commit. Mereka bersedia kita gunakan platform. ” Kata saya.


“ Wah bakal lancar jualnya” Kata Yvory riang.


“ Pastikan tidak lebih setahun selesai proses akuisisi. Dan setelah  itu, dua tahun kita exit ke bursa utama. “ 


“ Ya siap. “


Saya terus membaca detail rencana proses setiap tahapan. Dari mana kami dapatkan uang membayar perusahaan itu ? apakah dari uang sendiri tersedia di brankas ? Tidak! Kami membentuk Special purpose acquisition companies (SPAC ). Ini perusahaan cangkang yang memungkinan perusahaan melewati penawaran umum perdana secara konvensional (IPO) untuk tercatat di bursa saham. Tentu harus ada penjamin Emisi. Umumnya perusahaan  investasi berkelas dunia seperti Goldman. JP Morgan, Morgan Stanley dll. Bagaimana mereka mau mejamin? ya kami tempatkan sintetik bond yang dijamin cash oleh rekening lepas pantai. Milik siapa uang itu? fund provider, ya anonymous.


Kemudian, SPAC ini menjual saham, lewat platform Bank dengan underlying pengambil alihan perusahaan target. Karena underlying nya masih berupa rencana, uang hasil penjualan saham di tempatkan di trust account berbunga,  yang tidak dapat dicairkan kecuali untuk menyelesaikan akuisisi atau akan mengembalikan dana kepada investor jika SPAC pada akhirnya dilikuidasi. Kami ada waktu 2 tahun untuk menyelesaikan transaksi. Andaikan gagal, ya kami masih dapat bunga dari trust account. Uang investor di kembalikan.


Setelah akuisisi selesai. SPAC menguasai saham mayoritas. Struktur permodalan jadi sehat. Kami punya ruang untuk melakukan leverage, yaitu menarik pinjaman dari Bank untuk membiayai restruktur bisnis.  Dua tahun kemudian, program restruktur bisnis membuahkan hasil. Kinerja naik significant. Trend pertumbuhan bisnis di forecasting per tahun dua digit %. Pemain hedge fund bergerak dengan  produk investasinya untuk meyakinkan limited investor masuk dan memanfaatkan capital gain saat masuk bursa utama.  Target  value sedikitnya 20 kali dari harga buku. 


Nah dengan langkah itu, kami bisa akuisisi perusahaan tanpa keluar uang sendiri. Tetapi uang berasal dari market, dan itu karena skema leverage, hedge fund.


***

Tiga tahun kemudian saya bertemu lagi dengan Yvory di New York.  Kami makan malam di Danny Meyer's Manhatta lantai 60.  Dia tersenyum menatap saya seraya melangkah cepat.  Ada apa kamu undang saya makan malam ?  Kencan? Katanya seraya memeluk saya. Matanya seakan mencari cari dibalik tatapan saya. 


“ Kamu cantik sekali” Kata saya merenggangkan kursi untuk dia duduk.


“ Terimakasih B.” Katanya. Aroma lembut Parfum nya terasa membangkitkan libido saya.


Saya tatap lama Yvory. Sampai dia salah tingkah. “ Ada apa B?


“ Terimakasih untuk kerja keras kamu. “ kata saya.


“ Saya hanya berusaha yang terbaik dan tentu berharap dapat kesempatan dinner dengan kamu seperti ini. Siapa sih yang engga ngarep. “ Katanya tersenyum cerah.


Saya tuangkan wine ke gelasnya. Dia tersenyum. “ Terimakasih. Tapi bisa engga santai aja. Jangan terlalu formil lah. Gimanapun kamu kan boss saya.” 


“ Kini kamu bukan saja mitra tapi juga sahabat saya. “ 


“ Terimakasih B. udah mau menerimaku sebagai sahabat.” katanya.


Saya mengangguk. Pelayan datang Saya persilahkan yvory pesan menue “ Kamu sahabat saya sekarang. Pilihkan menu untuk saya.” Kata saya.


“B, kenal kamu tahun 2010. Saya melihat bisnis kamu biasa saja. Tahun 2012 kita bermitra lewat Perusahaan kamu di Hong kong.  Tahun 2014, saya baru sadar ternyata saya bermitra dengan pemain hedge fund. “ 


Saya tersenyum menatapnya. “ saya bukan pemain hedge Fund. Saya hanya seniman” kata saya seraya ngibaskan tangan.


“ Saya cari tahu tentang pemain hedge Fund. Akhirnya saya baca buku Hedge Hogging. Penulisnya adalah Barton Biggs. Dia bukan hanya akademisi. Tetapi juga pendiri Morgan Stanley global Strategy. Hedge fund player yang membesarkan seorang Elon Musk.” 


“ Apa yang kamu tahu dari buku itu. Bisa ceritakan” Kata saya.


“ Saya jadi tahu perasaan dan kegelisahan pemain Hedge fund. Di balik glamour kehidupan pemain hedge fund, ada dua hal yang pasti mereka alami. Pertama kesepian. Merasa tidak berbuat apapun. Kedua, bingung, harus berbuat sesuatu tapi untuk apa?. Karena mereka anggap uang hanya akuntasi. “


Saya tatap Yvory. Dari tadi saya asik makan saja.


“ Biggs bisa ceritakan segala hal tetang dunia investasi. Tidak terkesan kaku. Dia menulis seperti fiksi, walau disampaikan secara ilusi. Tetap saja itu adalah fakta. Karena tidak mungkin orang bisa cerita tentang fiksi kalau dia tidak pernah tahu dan mengalami sendiri fakta itu. Setiap cerita sebenarnya tentang rahasia personal pemain hedge fund. Dia tidak kawatir orang akan sinis atau apalah. Karena tidak banyak orang akan paham dunia hedge fund. Walau berpengalaman di bidang investasi pasar uang dan modal, bahkan S3, belum tentu paham product hedge Fund yang sophisticated.


Dia berani jujur walau kadang lucu. Seperti dia cerita manager Hedge fund yang punya rumah mewah. Aset Hedge fund nya runtuh. Dia pulang ke rumah dan tidur. Seperti tidak terjadi apa apa. istrinya yang sibuk membayar margin call dengan menjual rumah mewah mereka. Suaminya terjaga. Dia ajak pergi keluar rumah untuk tinggal dipinggir pantai..rumah yang jauh lebih besar dan mewah. Dari setiap kejatuhan pasti ada cerita yang disembunyikan. 


Dia gambarkan perasaannya ketika berhadapan dengan investor yang datang tiba tiba bersama anjing ganas dan mulut berbau bangkai. investor itu tidak mau bicara banyak  kecuali melepas anjingnya untuk memburu. Dia kehilangan retorika membujuk karena investor cerdas membayar anjing untuk  merampok pasar. Investor merasa terhormat pada setiap sukses. Namun ketika program Hedgen fund runtuh, dia korbankan investor retail dan akhirnya negara juga bailout. 


Ada juga yang lucu.  Harvard University menggunakan skema sumbangan yayasan lewat produk investasi hedge fund. Akhirnya mereka memecat hedge fund manager. Padahal di tangan fund manager nilai investasi meningkat dan penyumbang senang. Apa pasal? karena gaji manager dan sharingnya mahal. Setelah itu Harvard tidak dapat apa apa. Uang habis dan penyumbang frustrasi. Beda lagi dengan Yale, yang menolak program investasi dari hedge fund manager. Mereka merasa mampu dan lebih hebat membuat sendiri program dan produk investasi. Tapi tidak ada satupun investor mau beli dan penyumbang juga tidak ada. Setidaknya baik Harvard dan Yale punya sesuatu yang terus dipikirkan. 


“ Apa yang menarik dari buku ini selain cerita dibalik layar itu?? 


“ Cara memanfaatkan informasi yang bernilai. Jadi bukan sebarapa banyak informasi yaang kita dapatkan, tetapi sejauh mana kita bisa manfaatkan informasi itu pada timing yang tepat.  “ 


Saya tersenyum mendengar kesimpulannya.


“ Sepertinya Biggs tidak niat dapat uang dari menulis. Hanya sekedar melepas rasa kesepian saja. Seperti kamu gemar menulis di blog. Namun bukunya menjadi inspirasi banyak orang, tapi banyak  juga mereka yang gagal. Ya, kisah dibelakang layar, tentang mereka pemakan bangkai di dunia investasi yang kejam. Cukup dibaca sebagai renungan tentang pribadi manusia di another world yang lonely… ini hanya cerita pribadi seperti cerpen.


“ Saya bukan pemain. Saya hanya seniman. Gimana masih mau berteman dengan saya? Kata saya menyender dikursi dan tersenyum.


“ Saya tidak peduli siapa kamu. Faktanya yang saya rasakan kamu sebagai sahabat yang lembut. Memang dalam bisnis terkesan keras, tapi itu untuk pastikan semua on schedule. Untuk pastikan komitmen terlaksana dan lebih penting lagi, kamu tidak rakus. Semua uang masuk ke bisnis real. Kamu tidak exit ke neraka pesta kaum jet set, tetapi membawa orang banyak ke mata air agar orang banyak bisa hidup. Itulah yang berbeda dengan mereka. Saya tidak salah menentukan pilihan, kamu partner dan juga sahabat saya. " 


Saya mengangguk dan Yvory tersenyum. Wajah kaukasia nya memang menggoda apalagi kecerdasannya membuat dia something else. “ Besok saya kembali ke Jakarta. Jaga diri baik baik ya. Jaga kesehatan kamu. " kata saya.


“ Kapan ke zurich lagi ? Saya masih kangen, B" Kata Yvory dengan sendu.

“ Lain waktu, pasti ada untuk kita” kata saya tersenyum. Karena Tom sudah datang bersama tamunya, banker first class di NY. Mereka pilih table sendiri. Tom menghampiri saya.  “ Yvory, kamu akan ditemani Tom untuk makan malamnya. Saya mau meeting di table lain”  kata saya. 

1 comment:

Anonymous said...

Gelap, serem tapi menggairahkan rasa ingin tahu. Ivory benar hanya pemain Hedge fund yang punya kematangan spritual yang mampu mengalihkan penghasilannya dari industri hedgefund ke bisnis real dan menjadi mata air untuk banyak orang dan tidak terjun ke neraka hedonisme.

Siluet kekuasaan dan kemiskinan.

  “ Mengapa kapitalisme disalahkan ? tanya Evina saat meeting di kantor Yuan. Dia CEO pada perusahaan di Singapore. Dia sangaja datang ke J...