Friday, September 30, 2022

Menghentikan perang



 


Minggu lalu Awi minta bertemu. “ ada masalah, Ale” Katanya via SMS. Jarang jarang dia mengabarkan ada masalah. Ini pasti masalah serius. “ kita ketemu di safehouse” Lanjutnya. Nah ini masalah memang serius.  “ Dalam satu jam gua udah di tempat” kata saya singkat lewat SMS.


Sampai Safehouse di Apartement bilangan Sudirman. Keluar dari lift udah keliatan di ruang tamu Awi bersama dua orang.  Tetapi mereka tidak bisa lihat saya. Karena yang memisahkan saya dan  ruang tamu adalah kaca satu arah “ Ada apa ? kata saya ketika Awi menyambut saya.


“ Mereka ada masalah ? kata awi menunjuk dua orang tamunya.


“ Masalah apa ?


Awi menjelaskan masalah secara detail yang berkaitan dengan dua orang yang ada di ruangan itu.  Saya tatap dengan keras ke arah Awi. “ Lue suruh pergi mereka sekarang. Gua engga mau ketemu mereka.” 


“ Kenapa, Ale”


“ Gua tidak pernah bertemu dengan mereka. Tapi Boss mereka Gua  kenal, teman gua.


“ Siapa ?


Saya sebutkan namanya.  “ Hah dia? waduh Ale. Baru tahu gua ? 


“ Salah satu yang datang itu  istrinya artis. Dia proxy dari shadow businessman teman saya. Nah shadow businessman teman saya itu sedang perang dengan pihak lain. Karena dialah perang bintang terjadi. Ini masalah uang haram ilegal mining dan judi , macam macamlah”


“ Tapi Ale…”


“ Apa ? Saya membaca raut wajah Awi, Ini pasti masalah.


“ Kalau mereka kena, team Kamboja juga kena.“


“ Urusan apa dengan kita ? Emang lue masih main? Kata saya mengerutkan kening.


“ Udah engga lagi. Sumpah. “ Kata Awi tegas. Saya tahu dia jujur. 


“ Tetapi ….Ale.” Wajah Awi keliatan cemas.


“ Apa !! Ngomong yang jelas ! Kata saya melotot.


“ Kalau mereka kena,  gua pasti kena juga.” Awi sujud di kaki saya. “ Engga sepenuhnya bisa keluar Ale. Jejak pasti ada. Bantu gua Ale.” 


Saya termenung melihat awi sujud. Saya terenyuh. Saya harus terus menjaganya. Inikah harga yang harus saya bayar atas masa lalu yang kelam. “ Ya udah. Lue berdiri. “ Kata saya menyentuh bahunya. “ Biar gua urus.  Sekarang lue suruh mereka keluar. Gua akan bereskan masalah lue. Kalau engga bisa gua atasi ya  hari ini juga lue dan Yuni keluar dari Indonesia. Lue tahu kan kontak gua yang bisa lindungi lue orang. “


“ Ale, gua engga bisa tinggalkan lue sendiri di jakarta.” Kata awi geleng gelengkan kepala.


“ Engga Wi. Gua pastikan urusan ini selesai. Udah tenang aja. Percayalah kepada gua” Kata saya.  Awi menangis. Saya segera kembali masuk lift turun. “ gua tunggu di lobi basement” kata saya. 


***

Kendaraan Awi datang di lobi apartemen, saya langsung masuk kendaraan“ Udah pulang mereka? Kata saya saat di dalam kendaraan.


“ Udah Ale.” Kata Awi “ gua udah telp Yuni untuk siap siap kabur ke luar negeri. Dia akan ketemu kita di spa sore ini “ lanjut Awi.


Saya telp sahabat saya. Berharap dia bisa atur saya bertemu dengan seseorang yang bisa bantu saya keluar dari masalah  “ Chia bantu gua ya. “ kata saya diujung pembicaraan setelah saya jelaskan masalah.


“ Ya Ale. Tunggu 10 menit gua call back lue “ katanya.


Benarlah tak lebih 10 menit telp datang “ Ale dia mau ketemu. Apa perlu orang gua untuk back up lue?


“ Engga perlu. Terimakasih. “


“ Ok, dia tunggu lue di Ancol jam 1 sore. “ 


“ Siap” kata saya.


Saya minta Awi meluncur ke Ancol. Saya telp ke Macau  dan China. Serius bicara lewat jalur aman.


“ Ale, kita berdua aja. Yakin lue kita bisa hadapi. “ Kata Awi.


“ Bisa engga lue berpikir positif. Ingat disaat seperti ini, yang diperlukan berpikir positif. Karena secara logika lue dan gua sebenarnya udah mati. Paham engga sih lue. Kita sedang perang!  


“ Ya Ale..” 


“ Kenapa takut mati.?  Orang semua pasti mati. Hanya masalah waktu kok. Kalau engga senin ya selasa, ya hitungan hari hanya seminggu doang. Yang engga boleh kita mati sebagai pecundang. Lawan sampai titik darah penghabisan. Ngerti lue !


“ Ya Ale..” Kata Awi mengangguk sambil setir. Awi memang mental preman tapi engga pernah siap mati. 


Sampai di Ancol, depan lobi kami diperiksa ketat oleh sekuriti. Keliatannya mereka terlatih. Setelah itu kami dipersilahkan masuk.  Seseorang itu menyambut saya depan pintu kamar kerjanya. Dia hanya pakai celana pendek saja. “ Ale, Ale…akhirnya kita ketemu. Gua baru tahu lue teman baik Chia.  “ Katanya menyalami saya.


“ Ok, gini aja. “ lanjutnya setelah duduk di sofa. Sebelum dia bicara banyak, saya minta izin telp. Dia mengangguk. Tak berapa lama saya serahkan telp kepada dia. Pembicaraan hanya 3 menit. Dia terdiam. “ Ya udah. Gua beresin. Harusnya gua yang tanggung jawab. Maaf kalau udah buat kacau jaringan lue.”  


Saya langsung berdiri. “ Kalau begitu saya keluar. Saya pastikan kita tidak perang. Saya tarik mundur team saya. “ kata saya. Dia mengangguk lesu sambil duduk di sofa. 


Saya keluar dari kamar kerjanya. Awi ikut saya. Sampai di  dalam kendaraan saya telp “ Steve, tarik semua team di bandara. Sudah selesai semuanya.” 


“ OK bro.” Kata Steven via telp international.


Saya tatap Awi. “ masalah lue udah selesai.” kata saya. “ lue bebas.  Engga usah mikir macem macem. Kerja aja seperti biasa.” Lanjut saya. 


Ale, boleh tahu siapa yang lue telp tadi yang bikin dia takut ? Tanya Awi.


" Boss terkuat di Asia. Bahkan di Amerika dan di Eropa" 


“ Terimakasih Ale. “ Kata Awi dengan airmata berlinang. 


***


Kami sampai di tempat spa di kawasan Sudirman.  Udah ada Yuni menanti kami. Dia peluk saya." Uda,  engga apa apa kan. Yuni udah bawa tas. Siap berangkat." Katanya dengan wajah kawatir.


" Engga jadi. Kamu tetap di jakarta. Udah selesai masalahnya" Saya peluk dia. " Pulanglah. Istirahat. Anggap engga terjadi apa apa " Kata saya. 


Awi tersenyum meliat wajah yuni penuh kawatir dan akhirnya pulang.


“ Ale, gimana sih masalah sebenarnya? Tanya Awi ketika di ruang steam.


“ Mereka yang datang ke safehouse tadi siang itu kacung. Tapi mereka jago create story. Padahal sebenarnya ini engga ada kaitannya dengan Kamboja. Ini kerjaan mereka sendiri. Mereka udah cuci uang dalam bentuk property dan business legal. Engga ada lagi di luar negeri. Semua ada di dalam  negeri. Itu ratusan triliun nilainya. Mereka jadikan Kamboja sebagai kambing hitam. Seolah olah uang di luar negeri. Nah kalau begitu udah jadi urusan interpol. Blank spot dah urusannya


Orang yang kita temui tadi di Ancol punya banyak Proxy. Proxy nya  punya bisnis legal dalam bidang tambang dan industri, hiburan dan lain lain. Kepemilikan bisnis itu ditebar kebeberapa proxy, termasuk kepada selebritis.  Mereka juga beli rumah dan tanah atas nama proxy.”


“ Ale, gimana jaringan mereka, kenapa begitu kuat?


“ Ya mereka memang jago dalam hal kriminal dan jago menyamarkan diri. Mereka bukan hanya lakukan business ilegal, tapi juga terlibat mencuci uang ex orba dan judi online.  Begitu kuat dan luasnya jaringan mereka diantara aparat hukum. Mereka juga jadi makelar kasus. Seakan mengatur semua hal seperti negeri ini punya mereka. Hukum diperjual belikan. Kasus money game atau MLM pasti kena perangkap mereka. Itu uang pasti ludes dan korban money game engga mungkin dapatkan lagi uang itu. Dari putaran uang besar ukuran gigantik itu mereka mulai sentuh politik. Mendukung money politik untuk pemilu. “ Kata saya.


“ Tapi gimana pun hebatnya, mereka engga ada nyali perang dengan kita.”  Kata Awi spontan.


“ Duh Wi. kenapa sih lue. ? Kata saya mengerutkan kening. “ Kita bukan mereka. Dan kita engga ada urusan dengan mereka. Gua engga mau mereka  bawa kasus ke politik dan menjadikan teman teman kita di luar negeri jadi kambing hitam. Jadi, sebelum teman kita diserang, ya kita ingatkan bahwa  teman kita itu bukan kaleng kaleng.” 


“ Jadi kasus pembunuhan berencana yang sekarang marak itu, hanya sebatas jendral itu saja. Engga melebar kemana mana.  Tapi ongkosnya mahal ya. Hitungan pasti puluhan triliun. “ Kata Awi. “ Mayan untuk ongkos pemilu. Politik oh politik”  Lanjut Awi.  Saya senyum aja seraya menikmati uap steam sauna. Dalam Buku Democracy for Sale: Dark Money and Dirty Politics, by Peter Geoghegan, published by Head of Zeus menyebutkan peran uang haram atau uang gelap atau uang rente yang masuk kedalam sistem politik. Panetrasi uang rente ini luar biasa sehingga membuat demokrasi hanya sebatas prosedur formal saja. Kenyataannya pemerintah bekerja untuk kepentingan rente saja. Yang  miris, uang rente itu sulit dilacak pajaknya. Mereka dilindungi oleh elite politik.

Friday, September 23, 2022

Pencucian uang dan korupsi.

 



" Saya diudang dalam diskusi oleh think thank bisnis bidang energi dan industri. Mau temani saya" kata saya kepada Florence di kantor. 


" Ya ok. Senang gua datang ke acara begituan."  Kata Florence dengan wajah ceria. Dia memang well educated dari Namyang. Tentu ruang dikusi kaum akademisi, membuat dia merasa satu atmosfer. Bagi saya itu bagus. Setidaknya saya tidak bosan. Karena saya memang malas diskusi semacam itu.


Saat acara dimulai. Florence mencatat semua. Salah satu pembicara mengatakan,  PPATK dapat dengan mudah melacak uang dari judi online. Diperkirakan mencapai Rp. 151 triliun. Tetapi mengapa uang sebear itu tidak bisa di block dan dikuasai negara. PPATK juga menerima laporan transaksi uang lewat casino dari Gubernur Papua. Tapi sama saja. Tida bisa di blok dan dikuasai negara. Banyak lagi contoh kasus temua PPAK tetapi tidak di kuasai negara uang itu.  PPATK hanya menganalisa dan melaporkan kepada penyidik. Setelah itu menguap ceritanya.


Pak Darmin Nasution pernah mencurigai satu pengusaha sebagai pengemplang pajak dan meragukan asal usul uang pengusaha itu.  Mengapa ? Karena kecepatan ekspansi pengusaha itu mengalahkan para konglomerat yang sudah lebih dulu exist. Itu Pak Darmin  lakukan sejak jadi dirjen pajak. Pengusaha itu berkali kali dipanggil petugas pajak. Berkali kali kena serangan rumor. Pernah pabrik yang sedang dibangun terpaksa dihentikan. Karena dianggap melakukan transfer pricing lewat impor.Tetapi sampai berakhir jabatannya sebagai dirjen pajak dan terakhir jadi menteri, tetap tidak bisa menemukan bukti apa yang dicurigainya. Namun dia tetap tidak percaya kepada pengusaha itu. 


Salah satu perserta menanggapi. Ada dua hal resiko bagi pengusaha. Pertama, terlalu cepat ekspansi. Dicurigai sebagai pemain money laundry. Kedua,  terlalu mudah dapat sumber pembiayaan dianggap menyembunyikan pajak. Padahal dua hal itu tidak perlu terjadi kalau uang sudah berada di system. 


Mengapa? sekali pengusaha itu dapat akses kepada elite financial player, maka sumber pembiayaan menjadi tak terbatas.  Mendapatkan trust dari elite financial player itu engga mudah. Karena yang tersulit adalah menjaga trust mereka. Kalau anda mudah nyinyir dan nyanyi serta sombong dengan gaya hidup, pasti tidak akan mungkin bisa dapat trust. 


Kemudian diskusi terus semakin meluas dan nyerempet ke politik.  Saya dari tadi diam saja. Tetapi moderator minta saya memberikan padangan juga. 


OK lah. Menurut saya, sejak tahun 2004 diperkenalkan digital monetary system (DMS) oleh Bank international for settlement sebagai bagian dari risk management compliance. Akses kepada digital itu hanya berdasarkan code. level DMS ini memungkinkan terjadi inhouse clearing di dalam bank seperti ATM dan ebangking. 


Kemudian tahun 2006 berkembang ke Bilateral settlement antar bank melalui cross border. Tahun 2014, lahirlah system SWIFT interface seperti Alliance lite2 dan terakhir 2018, GPI ( global payment innovation ) yang terhubung ke terminal trading untuk surat berharga dan saham. Jadi lalu lintasi uang antar lembaga keuangan bank dan non bank dilakukan secara real settlement. Tidak ada lagi dokumen manual menyertai.


Sejak asset berubah menjadi DMS, maka semua dokumen phisik yang ada menjadi ilegal dan nul. Setiap confirmasi secara oral atau surat, pasti ditolak oleh semua institusi yang terlibat. Bahkan lewat pengadilan pun pasti tolak.  Dengan adanya DMS maka setiap transaksi yang sudah selesai akan terhapus dengan sendirinya. Tidak mungkin file tersimpan di internal server pejabat bank atau pegawai pemerintah. Sehingga engga mungkin bisa di printout. Namun dia tersimpan rapi di main server bank cetral, yang otorisasinya harus melibatkan sedikitnya dua bank central dan bank correspondent. Bahwa DMS itu clean dan clear. 


Makanya data yang disampaikan oleh PAPTK terhadap adanya transaksi mencurigakan di Indonesia dan termasuk rumor terhadap berapa pengusaha yang terlibat , itu hanya jadi angin sore. Pengantar bobok siang saja.  Mengapa? sekali anda punya rekening private banking dan punya akses DMS, maka anda sudah telanjang di hadapan system. Bukan hanya dalam negeri tetapi dunia. Artinya anda sudah melewati standard compliance yang ketat. Kalau anda tidak qualified, pasti asset dan uang di block. Rumor itu hanya datang dari orang yang punya penyakit paranoid. Karena lack financial system knowledge. Pasti! 


Mengapa ada layanan private banking, GPI, yang terhubung dengan DMS? Tanya mereka. Dengan tersenyum saya katakan, karena pemilik rekening jumbo engga mau membuka dirinya ke publik. Semakin orang tahu dia nothing, makin menguntungkan bagi mereka. Apapun rumor, baik bagi dia. Kalau orang bilang dia scamm dan orang percaya, mereka malah bersyukur. Karena berkurang orang bego dan rakus dekatin mereka. Kalau orang percaya, mereka juga engga perlu berbangga diri. Karena mereka engga butuh orang lain percaya untuk berbisnis. Mereka berada di puncak piramida bisnis. Orang butuh mereka.  Mereka  tidak akan hancur karena rumor. Mereka tidak butuh penilaian manusia Tetapi penilaian Tuhan. 


Ada juga yang memang uangnya berasal dari bisnis rente dan ilegal, seperti ilegal mining, narkoba, human trafficking, judi online ilegal, uang korupsi  dan suap, uang gelapkan pajak SDA, tranfer pricing, seperti pajak tambang dan lain lain.  Era sekarang cara pencucian uang dari hasil kriminal itu lebih mudah. Engga perlu angkut pakai pesawat atau beli emas berton ton.  Internet telah memberikan peluang canggih dan cepat. Maraknya lembaga perbankan online, layanan pembayaran online anonim, dan transfer peer-to-peer (P2P) dengan ponsel membuat pendeteksian transfer uang ilegal menjadi semakin sulit. 


Selain itu, penggunaan server proxy dan perangkat lunak anonim membuat proses layering, placement, integrasi dari pencucian uang, hampir tidak mungkin dideteksi—uang dapat ditransfer atau ditarik dengan tanpa jejak alamat protokol Internet (IP). Itu dicuci melalui pelelangan dan penjualan online, situs web perjudian, dan situs permainan virtual, di mana uang haram diubah menjadi mata uang permainan, kemudian kembali menjadi uang “bersih” yang nyata, dapat digunakan, dan tidak dapat dilacak. Makanya bank digital di Indonesia cepat sekali tumbuh. Sahamnya juga cepat naik.


Nah mereka ini tidak mau data uangnya diketahui pajak, yang tentu akan mudah diketahui aparat hukum. Bukan takut dipenjara. Tetapi takut diperas oleh aparat hukum. Ogah bagi bagi. Tetapi mereka juga mengalirkan dananya ke politik lewat dukungan logistik pada saat pemilu. Dari itu mereka dapat proteksi dari pemimpin yang menang. 


Demikian kata saya. Semua terdiam. Akhirnya diskusi lebih focus kepada cara bagaimana membuat laporan kepada pemerintah dan berharap pemerintah lebih meningkatkan upaya memberantas pencucian uang dan kalau ini sukses maka tentu berdampak kepada meningkatnya pendapatan pajak dan korupsi juga berkurang.


***


Saya pulang bersama Florence dalam satu kendaraannya.


“ Ale, kenapa lue ngerti semua ?


“ Ya karena gaul aja.” jawab sekenanya.


“ Kenapa lue engga larang mereka ?


“ Duh Aling sayang, mereka itu orang kaya. Mana ada orang kaya bisa disalahkan. Mereka punya teman aparat hukum, bahkan mereka punya akses ke puncak kekuasaan negeri ini.  Artinya mereka diharapkan oleh kekuasaan. Beda dengan orang miskin yang cuman bisa ngeluh tapi jadi beban negara. “


“ Maksud gua lue tulis di blog. Biar orang tahu.”


“ Udah sering gua tulis di blog. Tetapi orang tidak peduli. Agak kasar gua nulis, pasti gua diserang dituduh anti Pancasila dan NKRI. Mereka berani bayar influencer untuk menghabisi siapa saja yang kritik pemerintah, apalagi menyuarakan soal keadilan. Karena negeri ini sudah tergantung oligarki mafia untuk stabil secara politik dan ekonomi. Mau gimana lagi.” Kata saya.


“ Ale, dulu tahun 84 kita hampir mati ditangkap Tentara karena ikut aktif gerakan bawah tanah teman teman marhaen. Tahun 98 gua bela belain keluar uang bantu teman agar jatuhkan Soeharto. Berharap kehidupan lebih baik di masa depan. Hidup memang berubah sekarang. Tetapi kerusakan moral pejabat semakin bertambah juga. Karena demokrasi dan hukum orang tidak bisa ditangkap tanpa bukti. Dan proses pembuktian sering terjadi obstruction of justice. Sehingga sangat sulit untuk mendapatkan kebenaran berdasar pro justia. Dari polisi, jaksa,hakim sangat mudah terjadi konspirasi. Sistemik sekali kerusakan itu.” Kata Florence.


" Kita sampai pada realita. Kita pernah berjuang dengan semangat idiologi. Ternyata harapan tidak bersua. Korupsi juga mewabah.  Saya pernah terlibat dalam perjuangan keagamaan di masa muda.  Berharap keadaan lebh baik karena syariah islam tegak. Ternyata korupsi juga. Kita tidak bisa lagi mengatakan apakah Pro Pancasila itu benar. Tidak bisa lagi katakan pro syariah itu solusi.  Semua hanya teori dalam narasi politik populis. Sebenarnya itu hanya cara elite menjual ide untuk dapatkan kekuasaan, dan setelah itu mereka menikmati kekuasaan tanpa peduli rakyat kecil. Karena harta itu sangat memabukan, yang bisa membuat orang menghalalkan apa saja." Kata saya.


" Ya sebuah realitas diusia menua kita ya Ale. Entah gimana nasip anak cucu cucu kita kelak"


“ Ling, bisa engga lue jangan mikir macam macam. Sukuri aja hidup lue. Lue udah bayar pajak, tugas lue udah selesai. Setiap generasi punya takdir sendiri sendiri.  Lu sekarang punya apartement mewah, punya kendaraan mewah dan punya asisten pribadi, itu berkah dari reformasi. Punya deposito jutaan dollar. Ingat loh, era Soeharto kita gembel. Jadi seles jalanan. Tinggal ditempat kos dan mandi harus atri sama pemilik rumah. Sukuri aja itu” Kata saya. Florence tersenyum. “ Ya gua sukuri. Kan ama lue doang gua ngeluh. Ama orang lain engga pernah. “ Katanya.


“ Nah kan enak dengar ibu bicara dengan bapak mesra banget dan sangat terpalajar.” kata Lina supir Florence. 


“ Emang kenapa Ling ? tanya saya.


“ Biasanya ibu ngegas terus. Tapi bapak engga pernah marah. Senyum aja.” Kata lina.

 

“ Ah diam lue. Nguping aja. “ Bentak Florence. Lina tersenyum saya lihat dari kaca spion.


“ Tadi kan kamu manager pada unit business shipyard di Batam ya. Terus berapa lama kamu akan jadi asisten ibu,  Lin? Tanya saya


“ Kata ibu Yuni tahun depan saya akan ditarik lagi ke kantor. Jadi direktur perusahaan Trading ikan di shanghai.”


“ Wah bagus itu. Saya doain kamu sukses selalu. “ Kata saya.


“ Ya pak. Kata ibu Yuni, jadi asiten ibu Florence itu engga mudah. Karena dia wanita nya bapak. Tapi selain itu, dari ibu saya belajar disiplin, mengetahui cara hebat negosiasi, paham product knowledge dan leadership. Jadi lengkaplah dapat ilmu selama jadi asisten ibu. Mana engga pelit lagi. “ 


“ Ah banyak omong lue Lin. Cepat ajalah lue ke Shanghai. Biar hidup gua merdeka. Engga ada asisten.”


“ Ya engga bisa. Tetap harus ada asisten. Kamu engga ada suami. “ Kata saya cepat dan Florence merengut dan  Lina tertawa.

Dihabisi oleh para bedebah.

 




Kemarin dapat telp dari Ira “ Ale, ada dimana ?


“ Saya lagi di Pondok Indah Golf.”


“ Ah dekat rumah saya. Boleh ketemu?


“ Kita ketemu di Opiopio ya. Jam 6.40 sore ya.”


“ OK”


Ira adalah sahabat saya Kami sudah bersahabat lebih dari 25 tahun. Dia pernah jadi anggota DPR pada awal reformasi. Kemudian dia mundur dari politik. Ambil S3 di AS. Terus bekerja pada lembaga multilateral. Kini dia sebagai senior advisor lembaga riset ekonomi dan sosial yang terafiliasi dengan lembaga riset international.


Seusai meeting dengan teman. Saya temui Ira. Ternyata dia sudah lebih dulu datang. “ Gua datang dari 30 menit lalu. Gua makan duluan. Laper. Sekalian perbaiki gizi. Kapan lagi ditraktir makan enak." Katanya tersenyum. “ Kamu makan?


“ Engga. Udah makan. Minum kopi aja” Kata saya.


“ Anak mantu gua sekarang terlalu bawel. Mereka sok ngatur gua. “


“ Ya karena mereka sayang kamu ira. Usia kamu udah 58 tahun. Sadar engga sih”


“ Emang gua udah uzur? matanya melotot.


“ Ya engga. Rasa kawatir anak itu karena mereka sebenarnya engga mau repot kita sakit. Sama seperti dulu ketika mereka masih anak anak. Kita bawel ke mereka. Kawatir mereka sakit.” Kata saya sekenanya dan minta dia realistis.


“ Ale, ini ada paper, Kamu coba baca “ Kata Ira menyerahkan dokumen. Saya baca. Saya mengerutkan kening. “ Darimana kamu dapat dokumen ini? kata saya setelah membaca semua.


“ Dari teman orang asing.”


Saya senyum aja.


“ Kamu liat itu data mereka yang dapat aliran dana itu” kata Ira.


“ Ya tapi untuk apa ?


“ Gua prihatin aja. Kenapa bisa begini negeri ini?


“ Ya mau gimana lagi.” Kata saya tersenyum.


“ Ale, usia kita udah mendekati 60 tahun. Kamu sedih engga melihat keadaan negeri seperti ini. Jokowi itu muara kebaikan dan spirit, tapi dihilir kita dapat sampah.”


Saya senyum aja. Meliat wajah ira sangat serius.


“ Dari 23 investor Nikel, 22 dari China. Harga Patokan Mineral (HPM) dipatok 50% dari harga internatonal. Itu karena pemegang saham proxy, ya kamu tahulah siapa mereka. Sama seperti Hutan kita dulu era Soeharto. Alasan hilirisasi. Pabrik triplek dibangun, kebun sawit dibuka seluas mungkin, apa hasilnya? Papan kita hasilkan tapi masih banyak rakyat tidak punya rumah sendiri. Kebun sawit luas, rakyat masih harus beli minyak goreng curah. Habis SDA kita dijarah. Kita dapat sampah doang. Yang menikmati hanya segelintir orang saja. Tidak lebih 50 orang saja.


Saya senyum aja.


“ Dulu era kolonial “ Lanjut Ira. “ kita penghasil gula terbesar di dunia. Era Soeharto kita eksportir gula. Tapi sekarang kita jadi importir gula terbesar di dunia. Dan itu semua terjadi karena kebijakan memanjakan 4 orang importir agar mereka semakin kaya. “


Saya senyum aja.


“ Lebih miris lagi, udah SDA dijarah, akumulasi putaran uang rakyat kecil juga dijarah lewat judi online. “ Lanjut ira dengan geleng geleng kepala. “ Harus ada yang bersuara, Ale. Jokowi itu tidak tahu soal ini. Harus ada yang  bersuara kencang..”


“ Oh ya” Kata saya.


“ Masalahnya orang sekitar Jokowi itu gila kekuasaan dan kemaruk harta. Mereka membungkus diri dengan retorika pro pancasila dan NKRI. Mereka juga ciptakan stigma anti pancasila dan NKRI bagi yang kritik pemerintah. Dengan UU dan hukum mereka menciptakan rasa takut kepada semua mereka yang kritik pemerintah.  Sementara mereka menikmati rente dari adanya kekuasaan Jokowi itu. Padahal Merekalah perusak sejati negeri ini.


Tempo hari kamu tahu kan ada munas Ormas agama terbesar. Ring kekuasaan juga ikut intervensi lewat operasi inteligent. Mereka rekayasa agar ketua umum terpilih dalam munas orang mereka. Tetapi untunglah elite ormas agama sadar. Munas pilih ketua umum yang bukan orang ring kekuasaan. Eh karena itu Bendahara Ormas  agama itu yang juga kader partai penguasa kena KPK soal izin tambang. Itu karena dia engga loyal kepada partai tapi loyal kepada ormas agama.


Sementara pengusaha yang dekat dengan oposan juga dihabisi secara sistematis. Itu kamu kan tahu si Apek. Dia dihukum berdasarkan angka imajiner kerugian negara. Sementara kasus TPPI yang melibatkan elite partai koalisi aman saja. Yang kena hanya proxy dan pejabat teknis doang. Gubernur oposan juga di trap dengan tuduhan korupsi berdasarkan laporan PPATK. Sementara PPATK tidak perlakukan sama terhadap penerima aliran dana judi online. Saya selalu dukung operasi anti korupsi tetapi harusnya kan operasi tampa tebang pilih. Bukan politik. Murni karena ingin menerapkan law enforcement. " Kata Ira dengan wajah kesal.


Saya menyimak. Saya tahu Ira butuh kuping saya untuk mendengar. Itu juga bagus untuk kesehatan dia.


" Ale..lanjutnya. " Banyak pengusaha mendapatkan fasilitas rente berkat ring kekuasaan Jokowi. “Kamu kenal  ini orang ini” Kata Ira perlihatkan photo di hapenya. 


“ Ya saya kenal “ kata saya mengerutkan kening.


“ Nah dia yang tebar uang ke DPR untuk revisi UU Minerba, yang memanjakan pengusaha tambang batubara dan nikel. Tuh orang juga berteman baik dengan ring 1 partai yang jadi pejabat tinggi negara, sehingga dia bisa juga kendalikan banyak perwira tinggi Polisi dan Kejaksaan untuk melancarkan bisnis ilegal seperti ilegal mining,  human trafficking, gamebling online dan lain lain. Dari dia aja mungkin ratusan triliun rupiah uang rente berputar. Belum lagi yang lain. Negeri ini sedang dihabisi oleh para bedebah. Kita sedang tidak baik baik saja Ale..." kata Ira dengan tatap kosong ke arah jendela. Dia seperti kehilangan kata kata.


“ Ira, saya kawatirkan kesehatan kamu. Bisa engga, kamu engga usah mikir terlalu jauh. Udah dech..Nikmati saja hidup kamu.” Kata saya.


“ Kenapa ? lue tersinggung? karena lue juga bagian dari yang menjarah negeri ini! Teriaknya.


Saya senyum aja. Saya pindah duduk disamping dia, dan rangkul dia.” Udah ya ngomongnya. Bicara yang lain aja.” Kata saya dan dia tersenyum. “ Gua kesepian, Kadang gua pengen telp lue, tetapi engga ada alasan. Malu..” 


“ Kan kamu bisa telp aku kapan saja.”


“ Malu, Ale..”

“ Kamu sahabat saya. Itu tidak akan berubah..” Kata saya peluk dia. 


Saat pulang,  di loby cafe sudah menanti anak dan mantu Ira. " Nah kan Om Ale datang kan mah. Mau kan ketemu mama." Kata Ari putranya.


" Emang kanapa? tanya saya melirik Ira.


" Dari kemarin mama tanya saya, Ari mama mau telp Om Ale, tapi engga enak. Pasti dia sibuk.  Terus Ari bilang, Om Ale kan sahabat mama. Kenapa sungkan telp. Yakinlah, mama telp pasti om Ale terima dan pasti ketemu dchh' Kata Ari  melirik  mamanya. Ira tersenyum dan dengan lembut pukul putranya. " Ah sudahlah. Pulang kita." Katanya melangkah cepat ke arah kendaraan terpakir. Saya senyum aja. " Permisi Om." Kata Ari.

" Ya Jaga mama kamu ya."

" Ya Om."

Jalan menemukan rizki...

  “ Ale, bosoboklah kita” kata Mardi lewat SMS kemarin. Walau kami jarang sekali bertemu. Mungkin setahun belum tentu ketemu. Kami saling ma...