Tahun 1999. Di loby hotel Mandarin Mauritius, Boby meliat pasangan manula berjalan mendekati counter Check in. Di belakangnya, Petugas hotel membawa tas mereka. Bobby ingat kedua orang tuanya Medan. Terutama kalau ingat ayahnya dia selalu berlinang air mata. Dia ingat. Tamat SMU dia dikirim ayahnya ke Jakarta. Kuliah di PTS. Tapi tiga tahun waktunya habis buang waktu bersama teman temannya. Kuliah tidak beres. Dia kembali ke Medan. Ayahnya tidak marah. Di Medan, dia diberi modal untuk buka usaha hasil bumi. Itupun empat tahun. Uang habis. Kendaraan terjual. Kiospun melayang.
Bersama teman temannya dia membuka usaha kontraktor. Ayahnya memberi modal lagi. Itupun habis begitu saja. Ada perasaan bersalah ketika melihat ayahnya sakit sakitan. Dia berusaha melanjutkan usaha ayahnya. Namun itupun tidak terlalu serius. Usaha keluarga itu akhirnya menurun. Apalagi kesehatannya ayahnya memburuk. Akhirnya ayahnya meninggal di pangakuannya.
Pesan terakhir ayahnya singkat “ Kamu anak tertua papa. Kini kamu jadi pemimpin keluarga. Ada 4 orang adik kamu dan termasuk ibumu. Terserah kamu, anakku. Papa ingin pulang. Jangan kamu kira Papa marah dan bersedih hati dengan ulah kamu selama ini. Sepanjang hidup papa bahagia. Karena papa diperlukan oleh kalian. Pria itu terhormat dan bahagia karena dia bertanggung jawab dengan umur dan perannya. “
Boby melihat pasangan manula itu keluar dalam keadaan bingung. Terdengar bell boy, berkata “ Sekarang peak season semua hotel penuh. “. Melihat wajah kawatir pria itu seraya menenangkan wanita disampingnya. Boby teringat ayahnya. Ya begitulah ayah. Dalam situasi apapun selalu mengingatkan ibunya untuk tenang dan tidak kawatir.
“ Pak, maaf. Ada masalah dengan kamarnya ? Kata Boby menegur.
“ Eh Ya nak. Bapak udah booked. Tetapi lupa. Tanggalnya sudah expired. Maklum udah tua.”
“ Kok anak anak tidak menemani Bapak dan Ibu?
“ Ah kami biasa jalan jalan berdua tanpa mau merepotkan anak anak” Kata pria tua itu.
“ Ya mau telp anak, tetapi hape ketinggalan di bandara” kata Istrinya.
“ Oh begitu. Begini aja pak bu. Saya punya kamar. Pakai sajalah kamar saya. Saya bisa cari hotel lain. Kalau hotel bintang 5 penuh, Di Gailang ada banyak hotel yang bisa saya tempati. “ Kata Boby seraya menyerahkan kunci kamar kepada Pasangan manula itu.
“ Engga usah merepotkan nak” kata pria tua.
“ Engga apa apa pak. Saya teringat almarhum ayah saya. “ kata boby berlinang air mata.
Pria tua itu merangkul Boby. “ Terimakasih Nak. Kamu anak baik”
“ Ini kartu nama saya. Kalau ada apa apa, telp bapak ya “ kata pria tua itu.
***
Setelah krimon 1998, usaha keluarga yang diwariskan ayahnya sedang kesulitan. Boby berusaha alihkan ke bisnis ekspor impor hasil bumi. Tahun 2000 dia berusahan dapatkan peluang membeli aset lewat BPPN yang dilelang. Tetapi dia tidak ada modal. Tapi dia yakin kalau dapat kebun sawit dia bisa kembangkan industri CPO. Dia kembali datang ke Singapore mengajukan proposal kepada mitranya untuk kerjasama ikut lelang asset BPPN. Tetapi mitranya menolak.
Sebelum pulang ke Jakarta, dia telp orang tua yang dia temui setahun lalu di Mandarin Orchard. Sekedar memastikan pria itu sehat sehat saja.
“ Anak Boby ada dimana?
“ Di Singapore Pak. “
“ Tunggu disana. Nanti putra saya jemput. Kita ngobrol di rumah bapak di KL ” Kata pria itu menutup telp.
Benarlah tak lebih 3 jam, ada pria muda menjemputnya. Boby terkejut. Dia dijemput dengan private jet.
“ Papa saya itu sejak muda engga pernah minta tolong dengan siapapun. Di rumah kalau perlu apa apa, jarang sekali dia minta tolong sama pembantu. Dia biasa buat kopi sendiri. Sampai sekarang dia masih setir sendiri. Kalau travelling bersama ibu saya, dia tidak mau ada orang lain mendampingi dia. Baginya hanya dia yang berhak melindungi ibu saya. Dia pekerja keras dan sangat disiplin. “ Kata putra orang tua itu memberikan kesan tentang karakter ayahnya.
Ternyata pria itu adalah orang terkaya di KL dan bahkan di Asia Tenggara. Selama semalam di rumah orang tua itu, Boby merasa bertemu dengan ayahnya. Dia dapat nasehat banyak hal. Setelah itu, orang tua itu memberikan dukungan modal untuk niatnya membeli aset lewat BPPN.
Dia ingat nasehat ayahnya. Jadi pria itu bahagia kalau ia merasa diperlukan dan bertanggung jawab dengan perannya. Pesan ayahnya itu membuat dia terinspirasi untuk berubah. Dia kerja keras siang malam. Setelah itu usaha Boby berkembang. Dia bisa menjadi tongkat keluarga besarnya.