Saturday, December 21, 2024

Bertemu lagi.

 




Siska menemukan nomor telp dan email saya dari sosial media. Lewat telp dia memberi tahu bahwa papanya Danil, mau bertemu saya. Sejak tahun 2000 saya memang disconnected dengan keluarga Danil. Kami berteman sejak usia muda. Kali pertama berkenalan tahun 90. Danil bekerja pada PMA Industri Kimia. Kebetulan saya sering berhubungan dengan perusahaan tempatnya kerja untuk keperluan pasokan kepada pabrik yang butuh produk kimia. 


Saya ingat. Tahun 93 saya datang ke Danil. “ saya bangkrut “ kata saya. 


“Kamu engga bangkrut. Kamu sedang diminta Tuhan untuk naik kelas. Jangan kecil hati.” Kata Danil.


“ Kemarin saya ketemu dengan Henry. Dia perlu bahan kimia untuk parbik keramik nya. “ kata saya.


“ Ale, ambil peluang itu. “ desak Danil.


Saya tidak tahu harus bicara apa lagi. Saya tidak punya apa apa lagi.

“ Kirim aja inquiries ke pabrik saya. Nanti saya perjuangkan ke menegement biar kamu dapat fasilitas kredit. Apalagi kamu kan udah lama jadi rekanan kami “ Katanya. Saya seperti mendapatkan cahaya terang. 


Benarlah. Setelah saya ajukan inquiries, tak lebih seminggu perusahaan tempat Danil kerja setuju memberi kredit. Dan peluang itu saya manfaatkan sebaik mungkin. Dari peluang itu saya dapat survive lagi. Belakangan saya tahu, itu berkat jaminan pribadinya. Kenangan itu selalu membekas dalam hidup saya. Dan menjadi memori yang tak terlupakan. 


Memang secara personal hubungan saya dan Danil sangat baik. Saya pernah makan di rumahnya. Diapun pernah saya undang makan di rumah saya. Dia Kristen yang baik. Anaknya ada 5. 4 anak kandung dan satu lagi anak angkat. Hebatnya, dia tidak mengubah agama anak angkatnya. Tetap muslim. Menjadi Muslimah yang baik.


Saya bertemu Danil di café. “ Ale, kamu engga berubah. “ Kata Danil.


“ Rambut udah memutih” kata saya. 


“ Itu bukan berubah. Tetapi tanda kebijakan bertambah karena usia. “ Kata Danil.  


“ Masih  kerja di tempat yang lama ? tanya saya.


“ Udah engga Ale. Sejak COVID saya mengundurkan diri. Karena saya sempat sakit parah. Usia saya saat itu memang 63 tahun. Sekarang saya buka warung mie di komplek perumahan saya. 5 anak saya sudah mandiri semua. Tersebar di beberapa kota. “ Kata Danil


“ Saya dengar kabar dari Antok teman kita dulu. Dia sekarang tinggal di Penang. Dia cerita banyak tentang Ale. Terutama Ale harus hijrah ke China setelah krismon.” Lanjut Danil. Saya senyum aja.


“ Keadaan sekarang memang sulit, ya Ale. “Kata Danil kemudian. 


“ Dunia usaha itu dipengaruhi oleh suku Bunga dan kenaikan PPN. Tidak ada bisnis bisa berkembang tanpa hutang bank. Tidak ada perusahaan yang bebas pajak. Laba tercipta, pajak diterapkan. Itu biasa saja. Yang jadi masalah pajak terkait dengan pejualan. Itu memenggal income siapapun, Kaya miskin kena. “ Kata saya dan Danil menyimak


“ Saat sekarang dengan bunga acuan BI 6%, maka bunga pinjaman komersial jadi berkisar 10-12%. Artinya rata rata bunga sebulan 1%. Perhatikan. Tidak semua produksi pabrik itu langsung dijual. Selalu ada stok  untuk menjaga kontinuitas pasokan.  Kan stok itu uang mati namun ada ongkos bunga disana. Bunga tinggi, ya kurangi stok. Otomatis produksi dikurangi. Uang lembur pasti tidak ada lagi. Bahkan terancam kena PHK.


Apalagi pabrik juga akan membatasi penjualan kredit kepada distributor dan agent. Karena? Lagi lagi karena bunga tinggi. Kalau tidak dapat dukungan kredit dari pabrik, maka distributor ya minta kepada outlet bayar dimuka untuk 3 bulan. Itu 3% akan menambah harga pokok penjualan. Belum lagi PPN 12%. Harga jadi mahal ? consumen terpaksa mengurangi konsumsi. Daya beli menurun. Kalau daya beli menurun, distributor mengurangi permintaan ke pabrik, dan pabrik kurangi produksi. Maka terjadilah kontraksi Index PMI. Ya PHK dah.


90% produk pabrik otomatif penjualannya didukung lewat skema kredit kepemilikan kendaraan. Kalau bunga tinggi, orang menunda beli kendaraan. Otomatis produksi kendaraan dikurangi dan stok didiskon. Laba menurun. Begitu juga penjualan rumah. 75% developer jual rumah lewat skema KPR. Kalau bunga tinggi, orang menunda beli rumah. Pabrik otomatif dan developer jelas kontraksi bisnisnya. 


Nah hampir semua produk yang ada di outlet retail itu diproduksi lewat skema hutang. Proses produksi dengan Bunga tinggi itu sudah tidak efisien. Sementara ketika dijual sulit dapatkan margin bagus. Karena pemerintah kenakan PPN 12%. Sementara daya beli sedang melemah. Maklum sebagian besar orang belanja kredit (CC). Bunga tinggi, ya kurangi belanja.  Dikurangi harga, jelas rugi. Harga tetap tapi ditambah PPN, engga ada yang beli atau penjualan rendah. Rugi juga. Dilema kan. “ kata saya.


“ Kalau orang punya pabrik, pertumbuhan usaha dibawah inflasi, mending tutup aja. Karena hanya masalah waktu pasti bangkrut. Apa pasal? Kemakan depreciasi asset. Apalagi kurs terus melemah. Kalau mesin impor overhaul, ya wassalam. Udah engga sanggup beli sparepart. Pemerintah engga paham bisnis process seperti ini. Makanya mereka engga merasa bersalah dengan Bunga tinggi dan PPN naik. Maklum mereka tidak pernah berbisnis real kecuali rente aja. “ Kata Danil.


“ Kalau baca berita Index bursa jatuh dan kurs rupiah jatuh. Gimana sih sebenarnya memahami ekonomi itu “ Tanya Danil. Maklum dia tadinya bekerja di Pabrik. Engga begitu paham soal financial.


“ Kalau saham jatuh, itu berdampak luas terhadap perekonomian nasional. Mengapa ? karena IHSG mencerminkan real kondisi perekoniam negara. 75% penerimaan pajak negara berasal dari korporat. Semua korporat itu adalah emiten (TBK). 90% pabrikan yang memproduksi barang barang yang ada di outlet itu dihasilkan oleh emiten. 90% jasa transfortasi dan logistic itu adalah emiten. 75% developer besar yang menyediakan rumah dan Kawasan adalah emiten.


Nah kalau kinerja bursa yang ditandai dengan IHSG yang jatuh, artinya potensi penerimaan pajak akan turun. Itu berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi (PDB) yang akan melambat sebelum akhirnya kontraksi. Dampak turunannya adalah NPL bank semakin membesar. Itu akan berdampak sistemik. 10% aja Index jatuh. Itu sama saja nilai asset jatuh kurang lebih sebesar Rp. 1200 Triliun. ! atau sama aja 5% value PDB hilang!


“ Apa kaitannya pelemahan kurs mata uang dengan pasar modal? Tanya Danil.


“ Kurs itu merupakan salah satu indikator penting bagi kesehatan ekonomi negara. Ia merupakan salah satu angka ekonomi yang paling banyak diamati dan dianalisis, dan termasuk angka yang paling rentan terhadap manipulasi pemerintah. Factor yang mempengaruhi nilai tukar itu adalah inflasi, suku bunga, defisit neraca  berjalan, utang negara, geopolitik. Ia memengaruhi laba riil portofolio investor. 


Yang menggerakan bursa itu adalah investor asing. Sekarang investor asing yang besar besar, sebagian udah hengkang dari Indonesia, seperti Morgan Stanley, Schroders, Alianz, HSBC asset management, Merrill Lynch, Deutsche, Nomura, Credit Suisse. Mereka beralasan pergi dari Indonesia karena kurs rupiah tidak stabil.  Mereka cenderung berinvestasi pada pasar modal di negara yang kurs nya relative stabil. Karena kurs yang tidak stabil mudah menimbulkan ketidak stabilan politk. “ demikian saya menjelaskan Panjang lebar. 


“ Tapi kan bursa itu tidak terkait dengan rakyat kecil. Mana ngerti mereka main di bursa” Kata Danil.


“ Memang rakyat yang engga main saham tidak terdampak langsung. Tapi secara tidak langsung akan berdampak kepada PHK dan kenaikan harga. Melemahnya daya beli. Pada gilirannya rakyat miskin semakin merana. “ Kata saya dan Danil tercerahkan.


“ Kenapa kurs rupiah cepat sekali jatuhnya ? padahal sebelumnya sempat menguat dan penuh percaya diri akan berada di rang di bawah Rp. 15000/USD. Demikian tanya Denil. Saya tahu semua media massa memberitakan tentang kebijakan the fed yang turunkan suku bunga tanggun. Itu mengidikasikan tahun depan akan Panjang era high rate.


“ Bayangin aja, kata saya. Dalam upaya mengibangi capital outflow valas, BI terpaksa pinjam uang ke luar negeri. Tahun ini meningkat 170% year-on-year. Akibatnya Utang luar negeri pemerintah meningkat 8,64%. Total utang luar negeri kini ( posisi oktober 2024 ) mencapai USD 428,5 miliar ( kurang lebih Rp. 7000 triliun).


Walau rasio utang LN terhadap PDB adalah 30,4% namun 15% dari ULN itu atau senilai USD 64 miliar adalah hutang jangka pendek. Itu artinya rasio utang jangka pendek terhadap Cadev sebesar 52%. Ini sangat beresiko. Kalau terjadi rush pelepasan (Capital outflow ) asset surat utang oleh investor. Sementara USD semakin menguat. Dapatkan valas untuk mengimbangi tekanan capital outflow udah mahal. Mudah sekali Rupiah jadi tissue toilet.


“ Duh, mengapa sampai segitunya ? tanya Dani dengan nada kawatir.


“Kalaulah fiscal kita baik baik saja, engga mungkin BI pontang panting jaga kurs. Moneter kita tertekan itu akibat kerusakan fiscal era presidem sebelumnya dan memang tidak sederhana. Kita berdoa aja. Semoga Presiden Prabowo bisa atasi.” 


“ Lantas apa upaya pemerintah mengatasi itu ? Tanya danil lagi.


“ Ya upaya BI berjuang menjaga kurs Rupiah memang luar biasa.. Dari kemarin BI sudah masuk ke pasar dengan kekuatan penuh. BI masuk ke pasar spot valuta asing, lalu ke pasar nondeliverable-forward (NDF) domestik serta pasar Surat Berharga Negara (SBN). Ini berdarah darah. Karena memang udah ditunggu oleh para hedger. “ Kata saya. 


" Kan kita berhutang lewat SBN. Sebagian besar dikuasai pasar domestik.  Apa itu beresiko ? tanya Danil.


" Resiko atau tidak itu relatif. Karena esensinya SBN itu diterbitkan negara adalah sebagai alat investasi  selain produk pasar modal dan perbankan. Tentu tujuannya agar pendapatan berlebih masyarakat bisa diarahkan secara optimal bagi perekonomian nasional khususnya dalam investasi negara pada bidang pendidikan, riset dan tekhnologi serta pemberdayaan ekonomi bagi mereka yang tidak beruntung. Pada waktu bersamaan rakyat mendapatkan passive income dari kupon bunga SBN.


Yang terjadi di Indonesia itu tidak sesuai dengan esensi dari SBN. Tidak sesuai dengan teori dasar SBN. Mengapa ? nyatanya SBN yang beli bukan rakyat. Karena mayoritas rakyat bokek. Yang beli adalah Perbankan, BI dan Asing. BI kuasai SBN sebesar 28%. Sementara itu, kepemilikan SBN oleh perbankan sebesar 17,9%, asing atau non residents 17,9%, dan institusi keuangan non bank 36,1% seperti asuransi, dana pension.


Apa yang terjadi?. Peran BI seharusnya kan menjaga stabilitas moneter bukan sebagai investor. Dengan BI begitu besar membeli SBN, itu sudah rente sifatnya. Ekonomi rente itu boros. Tuh lihat, perbankan juga beli SBN. Harusnya dana perbankan itu disalurkan ke sector real agar ekonomi tumbuh. Kalau beli SBN juga. Lantas untuk apa bayar pejabat bank dan karywan bank mahal.


Dana pension itu harusnya di salurkan untuk creating new job, seperti  thematic bond. Mengapa ? Agar semakin banyak orang kerja dan semakin besar dana pension terkumpul sehingga punya kemampuan proteksi terhadap dunia usaha kalau terjadi krisis ekonomi. Sehingga tidak perlu ada PHK.


Nah kalau system moneter saja sudah rente atau berongkos mahal, maka fungsi sosial uang juga berkurang. Ini akan berdampak luas terhadap kebijakan negara. Hanya focus kepada bisnis yang non-tradable aja. Baik pemerintah maupun korporat hanya focus menarik rente lewat regulasi dan konsesi. trickle down effect tidak terjadi. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin blangsat. " Kata saya. Danil mengangguk dan terdiam cukup lama. Saya tunggu sambil seruput kopi.


“ Ale, seru Danil kemudian. “ Kamu kan tahu anak  bungsu saya." 


Saya mengangguk.


“ Dia kan anak angkat saya. Nah sejak dua tahun lalu suaminya kena PHK. Suaminya S2 dari PTN. Terakhir dia kerja sebagai Purchasing manager di pabrik “ kata Danil. Dia terdiam. Sepertinya ada yang ingin dia sampaikan. Tetapi dia tidak bisa teruskan. 


" Suaminya jadi driver ojol sekarang " Kata Danil dengan tetapan kosong.  Saya diam saja. Pertemuan itu berakhir.  Saya antar Danil sampai di lobi. 


***

Malamnya Danil IM saya. “ Ale, terimakasih.  Tadi Siska telp.  Suaminya sudah dihubungi oleh ibu Lina Dirut GI. Dia akan ikuti proses rekruitmen minggu depan. Rencana mau ditempatkan di Semarang. “


“ Moga sukses “ Reply saya.


Danil sebenarnya salah satu mentor saya dalam kehidupan ini. Kebaikannya kepada saya engga terhitung. Saya bangkrut tahun 93. Dia beri saya utangan di pabrik. Padahal resiko sangat besar kalau saya gagal bayar. Dia bisa dipecat. Tapi saya jaga kepercayaannya itu dengan baik. Dan lagi sikap dia membesarkan anak angkatnya tanpa mengubah agamanya itu sangat menginspirasi saya tetang agama. Kita memang berbeda agama tetapi kita dipersatukan oleh kemanusiaan.

Saturday, December 14, 2024

Shadow banking

 



 


Rahmat adalah sahabat saya sejak usia muda. Kami memilih jalan hidup berbeda. Otaknya lebih encer daripada saya. Sehingga mudah bagi dia jadi sarjana. Bahkan dia dapat beasiswa dari pemerintah sampai S3. Karirnya di pemerintah sebagai pejabat fungsional pada kementrian. Mungkin karena idealis atau apalah. Usia 58 dia milih pension dini. Entah bagaimana dia bisa kenalan dengan Awi. Saat Awi minta pendapat saya untuk jadikan Rahmat sebagai Komut pada salah satu unit bisnis nya, ya saya langsung setuju.


Rahmat orang yang tidak banyak bicara dan tidak terlalu kepoan. Walau dia tahu hubungan persahabatan saya dengan Awi sangat dekat. Namun secara legal, dia tahu tidak ada hubungan apapun antara saya dengan Awi dalam bisnis. Secara personal, saya pun tida pernah datang ke kantornya bertemu dengan Awi. Tidak pernah berbisnis apapun dengan perusahaan. 


Setelah 1 tahun kerja dengan Awi, dia minta ketemu dengan saya. Itu artinya dia sedang gundah. Itu udah kebiasaan dia sejak dulu. Menjadikan saya sebagai kuping untuk mendengar suasana hatinya. Seperti biasa, saya hanya mendengar saja. Tentu dia tidak  berharap banyak saran dari saya. Dia maklum saya hanya pedagang dan tidak terpelajar seperti dia. Namun kami tetaplah sahabat saling mengerti satu sama lain.


“Ale, seru Rahmat “ Saya kerja dengan Pak Awi tahun lalu. Sejak itu saya merasa sekian puluh tahun hidup saya sia sia.” Kata Rahmat saat bertemu dengan saya di cafe


“ Eh ada apa ? mengapa punya perasaan seperti itu ? Tanya saya.


“ Selama jadi PNS, tabungan saya di bank hanya Rp. 1,5 miliar. Sementara perusahaan Awi, satu kali transaksi bisa dapat profit puluhan miliar. Laba tahun kemarin aja mencapai ratusan miliar. Kami bayar pajak dengan taat. Artinya idealism fungsi social perusahaan terlaksana lewat pajak yang dibayar. Artinya lagi peran saya sebagai komut di perusahaan juga tidak beda  dengan PNS, walau dalam dimensi berbeda. Dimanapun posisi pada akhirnya kita mengabdi kepada negara.” Kata Rahmat.


Rahmat bersandar di sofa. Dia menatap kosong ke tempat lain. Entah apa yang dia pikirkan, Apakah ada sesuatu yang penting. Usianya dengan saya sama. Saya siap menyimak.


“ Coba perhatikan Ale. “ kata Rahmat. “ Perusahaan Pak Awi sebagai buyer agent dari luar negeri. Kami membantu memberikan solusi pembiayaan kepada penambang untuk modal kerja dan investasi. Kami tidak dapatkan bunga sebagaimana bisnis perbankan.  Karena uang itu bukan dari kami tetapi dari trader di luar negeri. Tentu kami punya hak mengarahkan ekspor ke  trader tersebut. Itu cara bisnis kami. Dari sana kami dapat agent fee sebesar 2,5%. “ lanjut Rahmat. Sepertinya dia berusaha menjelaskan bisnis Awi. Dunia lain yang baru dimasukin


“ Terus.” Lanjut Rahmat. “Kami juga memberikan solusi kepada trader dalam negeri yang beli barang impor untuk stok pangan, BBM, supply chain industry. Caranya sama. Kami hanya agent yang memberikan solusi pembiayaan impor tanpa bunga.  Tapi kami dapat agent fee dari penjual di luar negeri sebesar 5 %. Lagi lagi tiap bulan fee masuk.  “ Kata Rahmat.


“ Di kantor kami tersedia databases compliance risk management yang  terhubung dengan trader di luar negeri. Kami bekerja hanya mengikuti standar compliance itu aja. Cepat sekali untuk tahu apakah client itu qualified atau tidak.  ” Rahmat menyimpulkan. Saya senyum aja.


“ Sederhana, kan. Hanya mainkan paper work aja. Tetapi dapat uang mudah. Engga perlu karyawan ribuan. Tidak perlu sarjana ahli. Di kantor hanya 5 orang karyawan, Itu udah termasuk direksi 2 orang. “ Kata rahmat.  Dia terdiam. Lama saya menanti dia melanjutkan pembicaraa. 


“ Saya benar benar sadar. “ Katanya menggeleng gelengkan kepala. “ Dulu saya bangga sebagai sarjana dan mendapatkan beasiswa di kampus ternama di luar negeri. Menjadi tenaga ahli di kementrian. Bergaul dengan elite. Menghadiri seminar international. Saya merasa dunia saya sangat sempurna. Karena memang jalan hidup saya, ibarat graphic terus naik. Tidak pernah melandai. Secara ekonomi hidup saya mapan. 


Namun akhirnya saya merasa kosong. Kehidupan ekonomi negara sejak orde baru tidak bergerak naik. Transformasi ekonomi dari SDA ke Industri tidak terjadi. Para elit tidak bekerja dalam arti amanah. Mereka termasuk saya, hanya senang menikmati fasilitas negara. Rutinitas yang memanjakan. Tidak ada tantangan. Semua selesai dalam batas retorika. Selalu ada narasi dibalik hutang negara yang menjebak ruang fiscal yang dari tahun ke tahun semakin menyempit. 


Kurs rupiah yang terus terdepresiasi. Sementara Index korupsi semakin memburuk.  Itu ditandai dengan tingginya ICOR. Bahkan lebih tinggi dari era Soeharto. Lembaga demokrasi seperti KPK, BPK, DPR dan lain lain lemah dihadapan pemerintah. Check and balance secara system tidak bekerja. Kekuatan civil society di bonsai lewat UU IT dan hate speech.  Itulah dasar saya memlih pension dini dan akhirnya bergabung dengan perusahaan Pak Awi.


Ada pemilik IUP yang dikenal sebagai konglomerat. Tapi semua sumber daya  dari sejak eksploitasi, smelting sampai market dikuasai trader. Praktis konglo itu hanya sleeping partners yang bertugas melobi pejabat dan kekuasaan. Bahkan impor kebutuhan pangan dan BBM juga dikuasai trader.  Praktis pejabat itu hanya sebagai proxy dari trader international. Membuat kebijakan hanya untuk kepentingan trader saja. ” Kata rahmat dengan suara getir. Saya menyimak saja dengan empati.


“ Ale..” Rahmat menunduk. “  Serasa hidup saya terbuang sia sia selama ini. Terlambat menyadarinya. Ternyata elite financial player itu ada. Mereka menjalankan Shadow banking. Bukan bank tetapi beroperasi lebih dari bank. Bahkan mengendalikan bank secara tidak langsung. Saya tahu Pak Awi tidak cukup terpelajar untuk menguasai bisnis shadow banking. Pasti dia juga hanya menjalankan agenda dari pemain shadow banking.  Sampai kini saya tidak tahu siapa dibelakang Pak Awi sebenarnya.  Tentu shadow banking banyak beroperasi di Indonesia. Pak Awi hanya salah satunya saja.“ Kata Rahmat dengan tersenyum hambar.


“ Kalau ada orang bangga dengan kekayaannya sebagai artis atau pengusaha property atau tambang, ternyata itu tidak ada artinya dengan bisnis shadow banking. Dia tidak punya tambang dan pabrik. Tetapi dia mengendalikan mereka. Dia tidak punya modal, tetapi semua bank dan Lembaga keuangan mendukungnya sebagai financial resource. Bahkan pergerakan kurs, Yield SBN, BIR tidak bisa dilepaskan dari peran Shadow banking “ Lanjut Rahmat dan kemudian dia termenung. Saya diamkan saja. 


Frasa “shadow banking” awalnya dicetuskan oleh Paul McCulley, kepala ekonom perusahaan manajemen investasi PIMCO, pada tahun 2007. Walau istilah itu didasarkan karena beroperasi seperti bank tapi bukan bank atau tidak patuh  terhadap system perbankan.  Namun nyatanya tidak mungkin operasi keuangan shadow banking dalam skala besar bisa didukung oleh Lembaga keuangan  dan perbankan. Istilah shadow banking memang terkesan agak merendahkan untuk bagian sistem keuangan yang begitu besar.


Bagaimanapun shadow banking bukanlah kelembagaan bisnis. Itu hanya menganalogikan pihak yang punya skill financial engineering, bertindak sebagai intermediasi antara investor dengan produk pasar uang atau perbankan. Seperti sekuritisasi atas asset-backed commercial paper (ABCP), asset-backed securities (ABS), collateralized debt obligations (CDOs) and repurchase agreements (repos). Itu semua product hedge fund. Sekuritas ini digunakan oleh shadow banker untuk memberikan solusi terhadap masalah financial terkait dengan hutang dan piutang sehingga likuiditas meningkat.


Kalau dalam prakteknya operasi shadow banking sampai menimbulkan kerusakan terhadap system perbankan dan pasar modal, seperti kasus Lehman Brother yang berujung jatunya wallstreet, itu kesalahan bukan pada shadow bankter. Tetapi aturan yang lemah dan otoritas yang tidak melaksanakan fungsi pengawasan dengan baik. Karena likuiditas lebih banyak berputar di asset financial bukan pada sector real. Sehingga menimbulkan  moral hazard dalam bentuk bubble asset.


Tapi kegagalan pada kasus Lehman tergolong kecil dalam hal size jika dibandingkan total likuidatas dan sekuritisasi Aset yang dilakukan shadow banking. Tahun 2010 saja sudah diatas USD 20 trilion. Sebagian besar shadow banking berperan dalam pengembangan bisnis International holding yang bergerak dalam bidang Industry high-tech, logistic, infrastructure, downstream industry mining dan agro.


Dengan adanya kemajuan IT peer to peer, shadow banker juga membangun ekosistem financial yang terhubung dengan supply chain financial, project derivative value. Mereka menjadi solution provider untuk sophisticated scheme project financing dan trade financing yang tidak mungkin bisa dilayani oleh perbankan konvensional. Dengan demikian shadow banking telah menumbuh kembangkan financial inklusif. 


Akhirnya Rahmat merentangkan kedua lenganya dan angkat bahu. Seperti orang menyerah tak berdaya“ Sekolah tinggi, jabatan tinggi, nothing. Useless! Katanya menggeleng gelengkan kepala.


“ Mat, hidup ini soal pilihan. Hidup sebagai professional, pekerja, pengusaha, itu hanya metodelogi melewati hidup. Esensi nya sama saja, yaitu pengabdian. Bagaimana kita hidup bermanfaat bagi orang lain dan diri kita sendiri. Besar kecil manfaat, itu relative. Itu hanya angka. Esensinya ada pada rasa sukur. Dari rasa sukur itu kita menemukan kelengkapan diri dan merasakan kebahagiaan ruhaniah. “ kata saya. Hanya itu yang bisa saya sampaikan. 


“ Ya Ale. “ Kata Rahmat. Hening. Saya diamkan saja dia dengan piikiranya. Apa yang dapat saya katakan. Karena begitulah realitas kehidupan. Yang bisa kita lakukan adalah berdamai dengan realitas dengan semakin mendekat diri kepada Tuhan. 


Rahmat mengibaskan tangannya. Seakan dia tidak peduli dengan realitas.


“ Ale, saya tertarik membaca tulisan kamu  di blog yang berjudul,  pertumbuhan berkeadilan. Esensinya tidak jauh beda dengan buku yang ditulis Dilip Dutta,berjudul inclusive Growth and Development in the 21st Century: A Structural and Institutional Analysis of China and India.  Saya memang tidak percaya dengan teori negara kesejahteraan, yang sebagai solusi atas liberalisasi ekonomi dalam bentuk kontrak social. Itu tidak mendidik.


Karena adanya globalisasi,  perubahan tekhnologi yang cepat, model redistribusi konvensional, seperti pajak dan transfer dana dari pusat ke daerah, subsidi konsumsi dan bantuan tunai akan ulit untuk mencapai pertumbuhan inklusif. Itu anti pasar dan tidak memberikan akses demokratisasi ekonomi dalam arti sesungguhnya.


China tidak menganut negara kesejahteraan. China menggabungkan kebijakan industri yang berorientasi pada pertumbuhan, investasi infrastruktur publik, dan program pengentasan kemiskinan yang dimediasi oleh negara. Artinya redistribusi kesejahteraan lewat produksi barang dan jasa. Hanya orang kerja yang berhak makan dan makmur. Makanya peluang terbuka bagi semua. Pertumbuhan dinikmati oleh semua. 


Sejak tahun 2018 China melakukan economy adjustment. Disaat negara negara lain berusaha go growth. China justru degrowth dalam dimensi negara kesejahteraan. Strategi pembangunan China mencerminkan perspektif "jalan ketiga" tentang pertumbuhan inklusif yang mungkin bermanfaat bagi negara yang ekonominya terlambat sejahtera atau makmur. “ Kata Rahmat. 


“ india agak terlambat dibandingkan China. Karena mereka negara demokrasi. Namun 10 tahun lalu system demokrasi sudah established, Mereka cepat sekali berkembang secara inklusif. Sudah mulai menyangi China” Lanjutnya. 


“ Asia itu beda dengan Eropa atau AS. Sebelum Eropa dan AS terang benderang,Asia sudah terang lebih dulu. Peradaban Asia itu jauh lebih tinggi dari Eropa dan AS. Namun Asia mengalami kemunduran sejak adanya kolonialisme Eropa. Jadi jalan bergeser namun tujuan tidak bergeser. Setelah era colonial berlalu. Asia kembali ke jati dirinya. Makanya sekian decade pada abad 20 Asia berusaha bangkit dan Abad 21,  China sebagai lambang esensi Asia lead di pasar global. “ Kata saya.


“ Apa esensi dari Asia? 


“ Ya gotong royong. Bukan individualisme. “ Kata saya.  Sekarang Rahmat terpengkur…" Jauh jalan ditempuh untuk mencari rahasia kemakmuran. Sampai sekolah ke luar negeri. Ternyata itu bukan rahasia. Sudah ada jalannya disediakan oleh bapak pendiri bangsa kita. Hanya kadang kita ini memang bebal. Selalu melihat keluar dan akhirnya tersesat. " Katanya. Saya tersenyum. Semoga Rahmat bisa memahami esensi dari kehidupan...

Saturday, November 30, 2024

Harta hanya catatan saja

 



Saya amprokan dengan teman di Loby hotel saat mau ke cafe “ Ale, clients gua punya rekening offshore di Singapore. Apa lue bisa monetes rekening itu. “ Katanya. Saya diam aja. Saya tahu ini skema layering rekening offshore. Money laundry operandi.


“ Engga perlu uang cash moneteis nya. Cukup kredit line dalam bentuk bank instrument. Dari sana gua bisa create uang cash. Client gua banyak yang punya shadow money.” Katanya lagi.


“ Shadow money ? saya mengerutkan kening.


“ Ya uang dari illegal mining, judol dan korupsi.Itu bisa di layering lewat instrument pasar modal. Contoh, gua terbitkan RDT dan mereka sebagai buyer. Gua dapat uang cash. Terus uang itu gua belikan saham di pasar modal. Dan nanti saham itu gua jual secara bertahap, setor ke pemilik uang lewat transfer resmi “ Katanya tersenyum. Kalau udah di transfer resmi lewat pasar modal, ya uang itu jadi clean.


“ Bisnis nya gimana? Tanya saya lugu.


“ Saya dapat 30% dan pemilik uang 70%. Resiko lue engga ada. Kan RDPT gua buy back. Dan lue dapat 10%. Gimana ? Mudah kan” Katanya. Saya senyum aja. “ Gua engga ngerti. Cari orang lain aja” Kata saya.


Skema sederhana dan tidak perlu lulus sekolah financial engineering untuk bisa lakukan. Makanya jangan kaget kalau IHSG naik itu bukan semua real transaksi. Itu skema ML. Buktinya banyak emiten catatkan laba tetapi jarang bagi bagi deviden. Banyak RDPT jadi asset deaduck karena roh nya ( collateral /underlying) sudah nol. Kalau engga bisa bantu negara ya jangan merusaknya. Saya ignoring aja. Teman itu berlalu.


Hari ini Sanya akan bertemu dengan saya. Itu sudah janjian sejak minggu lalu. Dari Hong Kong, dia datang ke Jakarta khusus bertemu dengan saya. Hari yang dipilih agar tidak menggangu waktu sibuknya sebagai CEO Yuan Energi and Mining adalah weekend. Dia mulai berkarir sebagai profesional di Yuan Holding pada desember tahun 2015 setelah dia resign dari pekerjaannya sebagai analis di the company.


Ayah dan ibunya dari India yang beremigrasi ke inggris. Setelah tamat dari Harvard, dia ikut program rekruitmen the company. Diapun  jadi warga negara AS. Saya kali pertama mengenal dia waktu di irak dan Suriah pada bulan juli tahun 2014. Saat saya sedang menjajagi bisnis minyak di pasar gelap. Setelah itu dia bertugas di dapur sebagai analis. 


Hubungan saya dengan Sanya terus berlanjut. Dia wanita yang cerdas dan cantik. Kulitnya putih dan hidung mancung. Wawasan internationalnya terkait dengan geopolitik energi dan mining sangat luas. Terutama kekuatan analis nya sangat tajam. 


Kamu tahu, “ kata Sanya satu waktu. “Dulu kala orang hanya mengenal kehidupan dari alam. Alam terkembang jadi guru. Dari alam itu mereka belajar mengenal diri mereka. Dengan batin mereka berdialogh dengan alam.  Tentu dasarnya adalah kesadaran metakognisi atau kesadaran diri yang berkembang lewat fenomena alam. Belakangan karena waktu  dan zaman, kesadaran batin itu dipertanyakan dan diperdebatkan. Dialektika diperkenalkan. Lahirlah ilmu filsafat yang bersanding dengan teologi.


Pengetahuan Filsafat diagungkan. Dengan teologi, pengetahuan menguatkan iman dan Tuhan diagungkan. Orang tidak akan tersesat. Bahkan mencerahkan jalan , membangkitkan inspirasi untuk menghadapi ketidak pastian masa depan. Kehidupan bergerak lambat namun tertata sangat harmonis antara manusia dan alam. Namun sejak berkembangnya  sekularisme dengan beragam disiplin ilmu, teologi terpinggirkan dan filasafat jadi kuno. Itu proses  perubahan zaman yang tidak bisa dihindari.


Kalau kita tidak hati hati, sekularisme bisa berujung paradox. Makanya dalam sekularisme kita harus bisa membedakan mana perspektif dan mana persepsi. Perspektif punya ruang untuk dialektika. Dan persepsi, walau dilakukan secara akademis, bisa saja menyesatkan. Karena motive nya memang membangun emotional trust sehingga tidak memberi ruang orang berpikir dan bertanya. Misal, survey market, survey politik dan lain lain.


Dulu waktu saya bertugas sebagai analis,  Persepsi semacam ini kami abaikan dalam analis. Karena informasi yang kita terima bisa saja bias. Pemikiran orang sekelas peraih hadiah nobel atau kolumnis, pemerhati social, politik, ekonomi bisa saja menyesatkan. Itu harus dihindari. Karena lewat pemikiran mereka, persepsi terbentuk di luar kesadaran kita. Dan  kita bisa jadi korban paradox.


Dulu sebelum perang dunia kedua. Masyarakat AS menilai fenomena yang terjadi melalui lensa perspektif. Selalu akal sehat dikedepankan. Hukum kausalitas berlaku. Kalau ingin makmur, ya harus kreatif dan punya keberanian berinovasi dan mau jadi pioneer. Semua melewati proses kerja keras dan kerja cerdas. Dengan perspektif itu, siapapun bisa bermimpi sukses di AS dan memang terbukti. Makanya AS jadi tujuan migrasi bagi siapa saja yang ingin menggapai American dream. 


Pada perang dunia kedua, persepsi bahwa Jerman tidak terkalahkan. Persepsi orang Asia, Jepang tidak terkalahkan. Kami tidak takut walau Jerman sudah menguasai lebih separuh Eropa. Tidak takut walau Jepang sudah menaklukan China.  Kemenangan kami atas Jepang adalah kemenangan sains dengan jatuhnya bomb atom di Nagasaki-Hiroshima. Kemenangan kami atas Jerman karena menegement perang yang handal. 


Namun setelah perang dunia kedua. Euforia kemenangan itu lambat laun merusak generasi baby boomer yang tumbuh dewasa di era keemasan AS. Lambat laun dunia perspektif mulai memudar digantikan oleh semakin menguatnya persepsi pasar yang dimotori oleh wallstreet. Harga saham tidak lagi ditentukan oleh fundamental tetapi oleh persepsi pasar. Barang barang dijual dengan harga lewat persepsi pasar, tidak lagi atas dasar manfaat dan kebutuhan. Tetapi ilusi. Apa yang terjadi adalah bubble price. Imbalance economy.


Sistem Pendidikan diubah. Tidak lagi atas dasar pemahaman diri tetapi lebih kepada persepsi yang distandarisasi. Orang punya persepsi bahwa sekolah dan kampus harus bisa menghasilkan Angkatan kerja. Agar bisa jadi mesin kapitalis. Pada akhirnya itu justru menciptakan kelas. Kelas pekerja dan pemodal. Gap kaya miskin semakin lama semakin melebar. Pengetahuan semakin luas namun orang tetap berpikir sempit seperti kaum bar bar. Pengetahuan tidak membuat orang bijak. Yang kuat memakan yang lemah.


Kemudian diperparah lagi dengan lahirnya negara kesejahteraan. Itu juga persepsi tetang cara mencapai kemakmuran. Sistem jaminan sosial menetapkan tarif iuran uang pension, kesehatan, perumahan, korban PHK. Dari tahun ketahun iuran terus meningkat tarifnya memotong upah pekerja. Akumulasi uang pekerja itu ditukar dengan SUN. Memberi peluang kaum kapitalis me-leverage asset nya. Sementara pekerja sampai mati tidak akan bisa menikmati financial freedom kecuali kelas pemodal. 


Apa yang terjadi berikutnya adalah krisis demi krisis melanda. Tahun 1970an terjadi stagflasi. Krisis terjadi lagi tahun 1981. Pada tahun 1989 terjadi krisis tabungan dan pinjaman. Tahun 2008, terjadi krisis subprime mortgage. Sejak itu AS terus berjuang keluar dari krisis. Kehidupan social tidak lagi ramah seperti sebelum tahun 2000.  Fundamental ekonomi berderat retak.


Generasi kini harus menghadapi kejatuhan nilai AS sebagai bangsa pionir dan digantikan oleh China. Itu karena China copy paste system Pendidikan AS sebelum perang dunia kedua, yang telah dibuang AS. Semua karena persepsi yang misleading. Alasan saya resign dari the company sebagai analis karena laporan saya selalu masuk file. Analisa dalam lensa perspektif hanya cukup dibaca dan disimpan dalam brangkas file.


***

Dari arah pintu masuk lounge executive hotel, saya melihat Sanya melangkah cepat kearah saya. Dia memeluk saya dengan erat seakan melepas rindunya. Saya senyum saja. 


“ Apa ada yang penting yang harus dibicarakan, Sanya” Tanya saya telah melepas kangen dengan obrolan ringan. Sanya menatap saya dengan wajah kaku. Saya siap menanti apa yang hendak dia bicarakan.


B, seru Sanya. Tahun 2018, Smelter  di AS batalkan kontrak biji besi dengan Yuan. Yuan punya masalah dengan kapasitas produksi yang overload di Brazil, Australia. Mitra kita bermaksud hostile PI Yuan di Brazil dan Australia, dan juga paksa Yuan divest 30% saham di Smelter di AS.


Maret 2021, Smelter di AS setuju untuk lanjutkan peran Yuan untuk jadi supply chain pabrik bajanya. Membatalkan recana divestasi saham Yuan di Pabriknya. Dengan demikian Yuan bisa lanjutkan PI di Brazil dan Ausi. Yuan terhindar dari tarif pajak Trumps. Saya sebagai CEO Yuan EM, baru tahu belakangan kalau kamu dibalik saya selesaikan masalah itu semua.” Kata Sanya.


Saya menyimak saja.


“ Tahun 2022 bulan Mey, Izin konsesi tambang biji besi di Amerika Latin ada masalah. Ternyata palsu. Konsesi yang Piory  akuisisi ternyata sebelumnya sudah dijual ke China.  Yuan kena trap Arturio mitra Yuan di Brazil. Akhirnya selesai juga. Arturio dipenjara. Izin IUP Yuan diperbaharui tanpa keluar biaya lagi. Saya akhirnya  tahu belakangan, dibalik itu semua karena peran kamu. “ kata Sanya. Dia terdiam. Hening.


“ Terus masalah nya apa say..? kata saya.


“ Saya sedih lihat keadaan kamu di Jakarta. Keliatan tidak lagi seperti awal saya kenal kamu. Kini kamu menua dan  seperti tidak punya apa apa. Sementara saya  dan para eksekutif Yuan EM hidup seperti ayam merak “ Kata Sanya berlinang air mata.


Saya menghela napas.


“ Dulu kamu pernah bicara mencerahkan saya tentang perspektif dan persepsi. Apakah kamu masing ingat. Karena itu juga alasan kamu resign dari The company” Kata saya. Sanya mengangguk.


“ China itu menerapkan komunisme. Tetapi mereka bisa menerima perspektif kapitalis dan neoliberalisme. Menjalankannya tanpa mengubah idiologi komunisnya. Artinya tidak ada yang salah dengan komunisme, sosialisme, kapitalisme, atau agamaisme.  Itu soal metodogi. Soal pilihan. Yang salah itu adalah persepsi yang cenderung misleading. Sepanjang itu dalam konteks perspektif, itu sama sama punya nilai membangun peradaban yang lebih baik.” Kata saya. Sanya menyimak.


“ Saya seorang agamais. Saya mengamini Pancasila sebagai falsafah berpikir dan membangun bisnis dalam perspektif Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi dan Keadilan sosial.  Saya melakukan banyak hal bertahun tahun membangun Yuan. Bertarung di jatung kapitalis. Negosiasi dengan banyak konglomerat dan elite financial global. Setelah established, saya keluar dari dunia itu. Kembali ke pangkal dimana awal saya berasal. Cukuplah saya dan Tuhan saja. Ya kesadaran akan diri sendiri. “ Kata saya seraya menyandar di sofa. Keliatan Sanya menitikan airmata.


“ Bagi saya bisnis itu adalah perspektif tentang harta, bukan persepsi. Harta tidak pernah membuat seseorang bahagia, dan tidak akan pernah. Semakin banyak yang dimiliki seseorang, semakin banyak pula yang diinginkannya. Alih-alih mengisi kekosongan, harta justru menciptakan kekosongan. “ Kata saya.  


“ Sanya “ Seru saya meremas jemarinya. “ Cukuplah Harta itu hanya ada dalam catatan. Di kepala saja. tetapi tidak di hati. ” Kata saya. “ Jadi focuslah kerja keras dan utamakan kekepentingan stakeholder Yuan. Kaum profesional punya tanggung jawab moral memperbaikin kehidupan ini agar lebih baik. Tenangkan hati kamu. Saya akan baik baik saja dengan keadaan saya sekarang. “ sambung saya. Sanya memeluk saya dan menangis. “ Maafkan saya. Selama ini salah menilai kamu. Now you are not just my hero but my inspiration...” Kata Sanya terisak.

Ojol dan Exploitasi lewat skema

  Kadang dalam hidup kita perlu barang sejenak untuk menjauh dari keramaian. Namun tidak jauh dari keluarga besar. Begitu juga dengan saya. ...