Sunday, February 02, 2025

Bayar aja...

 




Saya sedang di kamar kerja Awi. Dia sedang otw ke kantor. Saya duduk di sofa baca ebook lewat Ipad. Sekretaris Awi masuk menyediakan kopi untuk saya. “ Itu ada tamu Awi ya di luar “ tanya saya.


“ Ya perempuan pak “ 


“ Suruh masuk aja.” Kata saya.


Tak berapa lama wanita muda masuk. Dia membungkuk depan saya dan menyalami saya. Sangat sopan dan terpelajar. “ Awi, sedang OTW. “ kata saya. Kelihatan memang cantik. Usia belum 25 tahun. “  Tunggu disini aja.” Kata saya. Dia mengangguk. Saya letakan ipad di meja. Dia melirik. “ Clash of civilizations. Dari  Samuel Huntington.” Katanya. Saya terkejut. Hebat nih anak muda. 


“Apa yang kamu tahu tentang Clash of civilizations? “ tanya saya.


“ Clash of civilizations itu tidak tepat. Karena Huntington hanya melihat dari sisi idiologi.  Terlalu berlebihan menyebut clash. Karena apapun idiologi itu berangkat dari falsafah dan itu biasa dalam perang pemikiran. Bukan benturan tapi dialektika tepatnya” Katanya. Saya melongok.  Saya terpesona. Wah hebat wanita ini. 


“ Kamu tadi kuliah dimana ? tanya saya.


“ Saya hanya D3 bisnis administrasi. “


“ Bisa Bahasa inggris?


“ Test aja. “ katanya tersenyum. Saya bicara Bahasa inggris. Dia jawab dengan sempurna. Jadilah pembicaraan dua arah yang asik.


Tak berapa lama, Awi datang. Wanita itu berdiri. Memberi hormat kepada Awi. “ Ini kunci kamar hotel. Kamu kesana aja. Tunggu tamu saya datang. Layani dengan baik” Kata Awi. Saya mengerutkan kening. Wanita itu mengangguk dan berlalu. Sebelum pergi dia membukuk memberi hormat kepada saya. 


Baru keluar dari kamar kerja Awi. “ Wi, panggil lagi wanita itu.” Kata saya. 


“Ada apa ? Awi terkejut.


“ Panggil aja.” Kata saya.


Awi segera berlari ke pintu dan minta sekretaris kejar wanita itu. Dia kembali. “  Kamu engga usah pergi kesana. “ Kata saya kepada wanita itu. “ Wi, bayar dia. “ 


“ Duh Ale, ini gua udah atur untuk tamu. Gua udah bayar ke agent dia. Untuk apa bayar lagi."Kata Awi. 


“ Bayar aja. “ kata saya. 


Awi keluarkan 2 lembar pecahan dollar USD 100. 


“ Ada apa pak “ Tanya wanita itu bingung.


“ Engga jadi order nya  “ kata saya tersenyum. “ nama kamu siapa?


“ Moni. “ jawabnya dengan lambat. Wanita itu terdiam mematung dalam keadaan berdiri. Airmata nya berlinang. Saya dan awi terkejut. “ Beri saya pinjaman, saya akan kerjakan apapun. Walau harus mengepel lantai dengan lidah saya.” Kata nya. Menyerahkan lagi 2 lembar uang pecahan USD 100. 


“ Berapa kamu perlu uang ? tanya saya.


“ Rp. 50 juta. “ Jawabnya.


“ Untuk apa ? tanya Awi. Wanita itu tidak menjawab. 


“ Wi, beri dia uang” Kata saya. Awi serahkan uang USD 5000 kepada wanita itu. “ Nah apa yang harus saya kerjakan.”  Kata wanita dengan tatapan serius setelah terima uang itu.


“ Kamu ikut test short program  economy quantitative di Nanyang. Kalau lulus, lanjut kursus. Biaya kursus dan tinggal di Singapore ditanggung Pak Awi. Kalau gagal test,  engga usah ketemu lagi. Uang yang kamu terima ambil aja. Engga usah bayar. Utang lunas “ Kata saya, challenge dia. 


“ Baik pak. Akan saya lakukan” katanya mantap. 


“ Selanjutnya kamu ketemu dengan sekretaris saya. Dia akan atur semua keperluan kamu ikut program itu ” Kata Awi. Wanita itu mengangguk. Awi kibaskan tangan. Wanita itu keluar ruangan dan tak lupa mengucapkan terimakasih. 


“ Gua engga yakin dia akan balik lagi. Kena rampok kita.” Kata Awi. Saya senyum aja.


***

Setahun kemudian, tahun 2013, Awi kabarkan ke saya di Hong Kong bahwa Moni sudah selesai kursus di Singapore. Saya minta Tom di NY agar mengatur keberangkatan Moni ke NY untuk bergabung di AMG ( asset Management group).  Moni terbang dari Jakarta langsung ke NY tanpa mampir di Hong Kong bertemu saya. Namun dia sempat kirim email ke saya.


Pak, awal kita ketemu,  Pak Awi bertanya untuk apa uang Rp. 50 juta yang aku pinjam. Aku tidak mau jawab. Karena aku tidak mau melibatkan orang lain dalam masalahku. Itu masalah ku dan tentu aku sendiri yang harus menyelesaikannya. Tak ingin tangan dibawah dalam keadaan dikasihani. Yang aku punya hanya kehormatan. Walau aku harus menjual tubuhku untuk menyelesaikan masalah, namun aku tidak menjual jiwaku kepada orang lain.  


Setamat SMU, Papa  dan mama bercerai. Aku ikut mama. Tidak ada harta gono gini. Karena mama hanya istri selir, yang tidak berharta. Aku tahu cinta mama sangat tulus. Tapi entah mengapa dibalas dengan menyakitkan oleh papa. Untuk melanjutkan hidup dan biaya kuliahku,  Mama  wirausaha kecil kecilan. Dan aku pikir semua baik baik saja. Ternyata setelah tamat kuliah, baru aku tahu. Mama terjebak utang rentenir. 


Perkenalan ku dengan Pak Awi, melalui agent modeling. Agent itu  beri aku pinjaman Rp 50 juta dengan syarat aku bekerja untuk dia. Tugas dari Pak Awi, itu tugas pertama kali ku.  Aku tahu itu salah. Biarlah salah kutelan sendiri demi mama. Aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar Tuhan ampuni kelemahan dan kebodohanku. Aku percaya. There will always be someone willing to hurt you, put you down. It is a fact that we all must face. However, if you realize that God is a best friend that stands beside you when others cast stones you will never be afraid, never feel worthless and never feel alone.


Ternyata Tuhan dengar doa-ku. Tugas pertama menjadi tugas terakhir ku dan akhirnya membawa ku ke cahaya. Bapak memberiku  tantangan yang tidak mudah. Itu ujian bagiku untuk berusaha keras dan membuktikan bahwa aku  bersukur kepada karunia Tuhan. Terimakasih pak. “  -Moni-


Saya terharu baca surat dari Moni.  Moni sama dengan Mia. Saat kali pertama bertemu saya dalam keadaan no way return . Namun karena Cinta Tuhan, membawa mereka kembali ke cahaya. Kini Moni dan Mia bergabung dalam team AMG di NY. Keduanya lulusan economic quantitative dengan predikat terbaik.


***

Tahun 2025, minggu lalu saya bertemu dengan teman teman lama di cafe. 


“ Wah Ale, Indonesia masuk rangking 8 negara terbesar soal PDB. Itu prestasi hebat dan kita punya hope sebagai negara maju.” Kata Herman.


“ Konsep PDB itu sudah jadul sejak diperkenalkannya ESG. “ kata saya sekenanya. “ Banyak negara maju seperti AS, Eropa, Jepang, China, Korea sejak beberapa tahun lalu melakuan perubahan orientasi ekonomi. Dari growth kepada degrowth.” Sambung saya.


“ Loh kok begitu ? kok anti pertumbuhan?


  Pengertian degrowth disini bukan anti pertumbuhan. Tetapi anti pertumbuhan dengan konsep PDB. Lebih tepatnya degrowth adalah pertumbuhan inklusif. Yang secara kualitatatif dirasakan keadilan bagi semua. “ Kata saya. “ Ah Man, ngerti lue apa yang diomongin ale. Yakin gua lue kagak ngerti.” Kata David. Abeng tersenyum saja sambil udut.


“ Ya kenapa? Tanya Herman. ? Kan ukuran pertumbuhan yang disepakati sebelumnya oleh ekonom adalah PDB. IMF juga begitu sebagai acuan menilai Kesehatan ekonomi negara.” Lanjut herman argument.


“ Teorinya pertumbuhan PDB merupakan ukuran data tahunan barang dan jasa yang dapat dipertukarkan di suatu negara.Tetap aja misleading. Bahkan PDB per kapita, yang merupakan ukuran yang lebih baik daripada PDB bruto karena memperhitungkan jumlah penduduk di negara tersebut, juga misleading untuk mengukur tingkat kesejahteraan. Tahu apa sebab? Kelemahan utama PDB per kapita adalah mengabaikan dimensi distribusi PDB” Kata saya.


“ Engga ngerti gua” Kata Herman.


“ Nih gua jelasin. “ Kata Abeng.” Misal, di Indonesia, 1 orang berpenghasilan USD 5 juta per tahun. 99 orang berpenghasilan USD 5000 per orang/tahun. Sementara Singapore. Penghasilan 1 orang USD 1 juta tapi 99 orang berpenghasilan USD 90.000/ prang. Karena Populasi penduduk Indonesia lebih besar dari Singapore dan tentu PDB Indonesia lebih besar dari Singapore. PDB Singapore USD 500 miliar dan Indonesia USD 1,4 trilun. Tetapi jelas distribusi kesejahteraan Singapore jauh lebih tinggi. Paham lue” Kata Abeng.


“ Jadi apa dong ukuran kemakmuran negara kalau bukan PDB” tanya Herman.


“ Ukuran yang masuk akal ya Human Development Index  atau HDI. Nah menurut Global HDI tahun 2023,  Indonesia menempati peringkat 114 dari 193 negara. Padahal dalam hal PDB kita peringkat 8. “ Kata saya tersenyum.


“ Ya kenapa bisa begitu timpang antara PDB dan HDI ?“


“ Sifat PDB adalah financialiasi sumber daya yang tidak memperhitungkan kerusakan lingkungan. Kalau kerusakan lingkungan sebagai diskont terhadap PDB, Indonesia tidak masuk 8 besar PDB dunia tetapi mungkin 20 pun tidak. “ Kata David. Saya, abeng senyum aja ngelihat Herman bengong. “ Jadi selama ini gua dibegoin ekonom” Kata herman.


“ Bukan dibegoin, tetapi lue memang bego. Tajir dari bisnis rente itu merusak akal sehat. “ Kata David.


Dari arah pintu masuk saya melihat wanita cantik melangkah ke arah table saya. “ Moni.? ” Seru saya. Dia mengangguk dan menunduk “ Cantik sekali kamu” kata saya spontan. Teman teman saya tersenyum aja ketika say ajak Moni pindah ke table lain. Saya memang minta Moni datang kei cafĂ© ini. Dia ditugaskan Tom untuk bertemu saya. Ini pertemuan kedua setelah tahun 2012 di kantor Awi. 


“ Apa kabar Moni? Kata saya tersenyum.


“ Awal januari 2024 saya dapat tugas dari Kantor AMG di NY untuk  ikut pelatihan Menegement di Praha. DI sana saya bertemu dengan teman teman dari berbagai etnis. Dari Philipina, China, India dan Korea, AS, Inggris. Ada 14 orang. Kami dilatih selama 8 bulan memahami social engineering. Diantaranya membangun new persepsi, membangun network kepada Lembaga survey, jurnalis, konsultan media, NGO dan lain lain. “ Kata Moni. 


“ Ternyata kami dilatih menjadi single fighter sebagai team shadow untuk membantu group bapak dalam operasi hedge fund. Butuh 10 tahun saya kerja di AMG NY untuk tahu siapa bapak dan tahu mengapa dulu berani berspekulasi membantu saya. Ternyata memang dengan niat mulia. “ Lanjut Moni.  Saya senyum aja. 


Kemudian saya briefing Moni untuk tugas yang harus dia laksanakan. Dia menyimak. “ Siap pak.” Katanya. Selanjutnya dia akan punya perusahaan sendiri dan berkerja secara independent tanpa terikat secara legal dengan group. Tentu dibawah pengawasan George di London yang memang bertugas mengelola team shadow international.


“ Gimana kabar mama kamu ? tanya saya saat dia akan pamit.


“ Mama ikut saya di NY. Dia sibuk kerja sebagai volantier kemanusiaan di NY. “ Kata Moni tersenyum. 

 

“ Jaga Kesehatan ya sayang.” Kata saya memeluknya. " Jangan takut menikah. Itu kan jalan Tuhan" Lanjut saya. Saya memang baca profile dia sebelum bertemu. 


“ Terimakasih pak. Nama bapak selalu disebut mama dalam doa. Moni janji akan setia kepada bapak. Terimakasih. ” Kata Moni berlinang air mata. Saya mengangguk dan dia berlalu.






No comments:

Bayar aja...

  Saya sedang di kamar kerja Awi. Dia sedang otw ke kantor. Saya duduk di sofa baca ebook lewat Ipad. Sekretaris Awi masuk menyediakan kopi ...