Monday, April 26, 2021

Hidup mengalir

 





Mardi segera terbangun pukul 4 pagi. Saur. Makan nasi berlaukan tahu goreng dan sambal yang dia beli tadi sore di warteg. Usai itu dia merokok sambil menanti waktu subuh datang.  Dengan malas dia melangkah ke Toilet umum dekat kali. Belum banyak orang antri. Dia mandi dan berwudhu. Usai sholat subuh dia sudah siap siap untuk berangkat ke kawasan kota bekerja di pusat grosir. Jarak tempuh dari tempat tinggalnya di kawasan timur jakarta ke kota cukup jauh.  Pemilik rumah kontrakan datang kepadanya. 


“ Nak Mardi, sebaiknya kosongkan kontrakan ini. Ada yang mau isi. Dia berani bayar Rp. 1,5 juta. “ 


“ Ya bu. “ kata Mardi. Melipat pakaiannya yang hanya tiga setel. Dia masukan kedalam ransel. Pergi meninggalkan tempat kontrakanya.

Dia duduk di halte menati buss datang. Saat itu ada wanita bersama anak balita. Matanya terpejam. Sementara balita terus menangis. Seakan wanita itu tidak peduli dengan tangisa balitanya. Ada empati mengetuk hati Mardi.


 “ Bu, itu bayinya terus nangis.” Katanya menegur lembut. 


“ Ya pak. Saya dari tadi malam di halte ini. Saya diusir dari rumah kontrakan. Saya mau pulang ke Cianjur. Tidak ada ongkos.” 


“ Suami ibu dimana?


“ Pergi ke kalimantan. Sebulan tidak ada kabar. Pas ada kabar, dia bilang, sudah menikah lagi di Kalimantan. Katanya janji akan kirimin uang. Ini sudah tiga bulan tidak kirim uang bayar kontrakan. Saya diusir. “ Kata wanita itu menangis.


“ Bu, saya ada uang tidak banyak. Rp. 100 ribu cukup untuk pulang ke Cianjur. “ Kata Mardi menyerahkan uang  kepada wanita itu.


“ Terimakasih pak “ Wanita itu menangis menerima uang dari Mardi. Bus datang. Mardi permisi kepada ibu itu untuk pergi.


Di dalam bus. Mardi teringat surat dari ibunya“ Kalau kau tidak ada uang, tak usah pulang lebaran nanti. Ibu maklum. Doa ibu selalu untuk kau, anakku. Si Mijah sudah menikah dengan pria dari kota. Dia sepertinya sudah lupa dengan kau, anakku. Jangan kecil hati. Itu artinya bukan jodoh kau. Yang penting sesulit apapun kau, jangan pernah tinggalkan sholat. Semua bisa hilang tapi Tuhan tidak boleh hilang dalam kalbumu. “ 


Mijah adalah kekasih Mardi yang pernah berjanji akan menanti Mardi pulang melamarnya. Hidup memang berubah. Jembatan biasa lapuk. Janji biasa mungkir. Mijah tidak salah dengan sikapnya. Mardi  sangat maklum.


Seharian dia sibuk kerja mengepak dan memanggul barang. Hari itu dia terima upah mingguan sebesar Rp. 800.000. Dari uang sebanyak itulah dia harus bayar kosan Rp. 800 ribu sebulan dan sisanya untuk makan. Praktis dia tidak pernah bisa menabung. Tapi dia tetap yakin Tuhan akan membuka jalan untuknya. Dia bercita cita membuka pangkalan minuman teh botol dan aqua untuk dipasarkan oleh pedagang asongan. 


Hari sudah pukul 9 malam ketika dia sampai di kontrakan temannya. Tapi dia tidak bisa masuk. Karena istri temannya datang dari kampung.” Aku mau cari kontrakan. Ya Rp. 800.000 sebulan lah. “ Kata Mardi. Temannya janji akan carikan rumah untuk mardi. Namun minta maaf tidak bisa menampung Mardi tinggal sementara.


Jam 10 malam dia turun di stasiun kereta Tanah Abang. Dia berjalan keluar dari stasiun tanpa tahu kemana arah yang akan dituju. Dia duduk di warung kopi. Berkali kali pelacur jalanan datang menegurnya, dia hanya tersenyum. Jam 2 pagi dia berjalan ke arah istiqla. Lebih baik tafakur di Masjid sambil menanti waktu sahur. Di dekat pom bensin Abdul Muis kebon sirih dia melihat ada tas tergeletak di jalan. Isi tas itu ada hape, uang dollar dan dompet berisi uang pecahan seratus ribu rupiah.


Dia teringat doanya sehabis sholat agar Tuhan mudahkan rezeki untuknya. Nah , itulah janji Allah kepadamu. Gunakan uang itu untuk modal usaha. Itulah janji Allah.  Itu rezeki anak sholeh.” Suara bisikan datang. Namun dia berpikir keras. Bagaimanapun ini harta bukan miliknya. Ini milik seseorang yang sedang kena musibah kehilangan hartanya. Tugasnya bukan mengambil tapi mengembalikan harta ini. Namun berkali kali bisikan itu datang dan logikanya memaksanya untuk mengambil uang itu sebagai solusi dari Tuhan. 


Tapi akhirnya dia putuskan juga untuk menyerahkan uang itu kepada pemiliknya. Dia lihat KTP yang ada di dompet untuk tahu alamat pemilik tas itu. Namun, terdengar suara telp dari iphone yang ada ditas itu. Dia terima telp itu.


" Anda siapa ? Terdengar suara diseberang.


" Saya menemukan tas di jalan, dan di dalamnya ada dompet dan hp. Saya engga tahu siapa pemiliknya. Ini saya mau antar kepemiliknya. “


" Anda dimana sekarang ?


" Dekat pom Abdul muis”


" OK saya tahu tempatnya. Saya segera sana. Saya pemilik tas itu." 


" Baik. “


Tak berapa lama nampak kendaraan mewah berhenti tepat disamping dia berdiri. Seorang wanita dan pria turun dari kendaraan itu. 


" Anda yang temukan tas saya ? kata wanita itu.


" ya bu”


" Mana tas nya ?”


" Ini bu.." Katanya sambil menyerahkan tas itu.


" Tas ini jatuh mungkin waktu saya mau masuk kendalam kendaraan waktu usai isi bensin " kata wanita itu menunjuk kearah jalan yang tidak jauh dari mardi. Setelah memeriksa isi tas itu , wanita itu tersenyum puas " Terimakasih ya " Kata wanita itu langsung masuk kendaraan dan berlalu.


***

Sebelum sampai di istiqlal dia melihat ada kendaraan sedan berhenti di jalan veteran. Dari dalam kendaraan itu ada wanita keluar dengan hampir terjatuh. Sepertinya didorong oleh penumpang yang ada di dalam. Dia dekati wanita itu, yang terduduk di trotoar.


“ Ada apa mbak.? 


“ Mereka udah engga bayar, kasarin saya lagi. “ kata Wanita itu. Wajahnya ada lebam. Tapi wanita itu tidak menangis. “ Mau bayar saya berapa saja saya mau. Yang penting ada ongkos pulang. Mau ? 


“ Berapa ongkos pulang?


“ Rp. 100 ribu aja.”


Mardi beri wanita itu uang. Dan dia melangkah menjauh dari wanita itu menuju istiqlal. 


Seuai sahur dan sholat subuh. Dia berdoa kepada Tuhan. “ terimakasih Tuhan. Hari ini aku kehilangan tempat tinggal. Hari ini aku dapat kabar kekasihku menikah dengan pria lain. Tapi hari ini engkau tunjukan kepadaku cobaan tentang kerakusan dan ketidak berdayaan. Dan empatiku tetap hidup walau aku tidak tahu bagaimana nasipku besok. Yang penting hari ini aku tetap di jalanmu dan selalu bersukur akan kehadiranmu di hatiku.” 


***

Saya tatap lama wajah teman itu setelah selesai cerita tantang pengalaman masalalunya. Dia sekarang memiliki beberapa perusahaan dan tergolong sukses sebagai pengusaha. Jadi disaat prahara datang dan sepertinya tidak ada jalan keluar, jangan pernah menyerah. Jangan pernah kehilangan harapan. Tetaplah percaya Tuhan maha pengasih lagi penyayang. Prasangka kita kepada Tuhan adalah energi positip yang bisa mengubah duka jadi ceria, mengubah kesulitan jadi peluang. Mengubah yang sempit jadi lapang. Mengubah gelap jari terang…


1 comment:

Anonymous said...

Rancak menyentuh

Mengapa Hijrah ke China.

  Sore itu saya makan malam dengan Florence dan Yuni. Kebetulan Yuni ada business trip dari Hong Kong ke Jakarta. Yuni kini CFO Yuan Holding...