Monday, April 05, 2021

Dia memang orang baik

 




 “ Mengapa kamu tidak masuk kedalam? temanin saya makan.” Kata saya kepada wanita yang berdiri depan restoran di kawasan Jayakarta.


“ Saya tidak ada uang untuk makan. Tapi saya akan baik baik saja.”


“ Ya. Saya yang bayarin. “


“Kedua anak saya yang butuh makan. Saya tidak lapar.”


“ Gimana kalau kamu makan dulu. Setelah itu kamu bisa pesan nasi bungkus untuk kedua anak kamu. ? Kata saya. Dia terdiam lama. Seperti dia ragu. “ Saya bukan pelacur, Pak.”Mata sipitnya seperi menyiratkan kawatir.


“ Eh siapa yang anggap kamu pelacur. “Kata saya tersenyum.


“ Terus apa maksud bapak ajak saya makan? Katanya ragu.


“ Saya memang mau ajak kamu makan” Tetap tersenyum ramah.


Dia terdiam dan nampak ragu. Akhirnya dia mau juga masuk ke dalam restoran. “ Kamu  bisa duduk dimana kamu suka. Engga usah dekat saya.”

“ Tapi saya tidak ada uang.” Katanya dengan nada kawatir.

“ Saya yang bayar. “ Kata saya yang kemudian panggil pelayan restoran. “ Dik, kamu sediakan makan untuk wanita ini. Bill saya yang bayar.” Kata saya. Wanita itu keliatan tenang. Tapi akhirnya dia memilih duduk bersama saya. Ya udah.


“ Saya dagang kue di stasiun kereta. Punya orang. Saya hanya bantu jualin”. Katanya. Saya tersenyum menyimak. “  Sejak suami saya meninggal, saya merasa kehilangan tongkat. Saya  tidak pernah membayangkan suami begitu cepat pergi. Karenanya saya tidak pernah mempersiapkan untuk mandiri. Kini saya  harus bisa menjadi ibu dan sekaligus ayah bagi kedua anak laki laki saya. “


“ Oh..sabar ya.” Kata saya.


“ Ini malam tahun baru. Tidak semua daganganya terjual. Namun cukup untuk sekedar makan bagi kedua anak saya. Tadinya saya berencana mampir ke warung beli indomie. Tapi  waktu nyeberang jalan, ada motor ditambrak oleh kendaraan mewah. Kendaraan itu melarikan diri. Pengendara motor tergeletak di jalan. Untunglah masih sadarkan diri. Saya memanggil taksi dan membawa korban ke rumah sakit.  Uang  yang saya dapat hari ini habis untuk ongkos taksi.” 


Dia terdiam lama. Saya sabar menyimak. “ Rumah saya di belakang Gajah Mada. Tadi saya lama depan restoran. Saya membayangkan kedua anak saya lapar. Mereka masih anak anak.” Katanya berlinang airmata.


“ Tuhan hari ini aku menyaksikan anak manusia. Dia telah berkorban untuk berbuat baik. Sementara kedua anaknya kelaparan. Tapi dia  tidak menyesal. Mungkin saat dia berbuat baik, dia hanya ingatMu ya Tuhan. Tidak ingat kedua anakıya. Kini dia ada dihadapanku. Kalau aku tidak bisa membaca pesanMU dari peristiwa yang dialami wanita ini, rasanya aku tidak pantas menyembahMu.” Kataku dalam hati.


Usai makan,  saya mengantarnya pulang dengan taksi. Dalam perjalanan saya memberikan uang USD 5000. Dia terkejut. “ Terimalah uang ini. Gunakan untuk kamu bertahan. Saya yakin kamu akan baik baik saja. Kamu orang baik.” Kataku.Dia menangis. 

“ Bapak baru mengenal saya. Mengapa  bapak baik sekali? Katanya dengan air mata belinang
“ Apakah kamu mengenal pengedara motor yang kamu tolong? Kata saya lembut

“ Tidak.”

“ Mengapa kamu tolong”

Dia terdiam.

“ Apapun alasannya, pasti sama dengan alasan saya membatu kamu.” Saya tersenyum. “ terimalah uang ini. Engga usah merasa berhutang.” 

Dia segera letakan uang itu  ke ubun ubunnya. “ Terimakasih Tuhan. Terimakasih pak. “ Katanya. Taksi berhenti depang gang rumahnya. Saya terus pulang. Itu tahun 2005.


***

Tadi sore jam 6. Saya keluar dari gedung Bank Asing. Saya ada di pinggir jalan belokan dukuh atas. Tidak ada taksi lewat. Akhirnya saya putuskan untuk panggil Gojek. Namun sebelum aplikasi gojek saya kirim. Ada kendaraan Pajero berhenti samping saya. “ Pak mau kemana? Anak muda di dalam kendaraan itu.

“ Plaza Indonesia. “

“ Wah kebetulan. Saya mau jemput ibu saya di Plaza Indonesia. Ikut saya pak.” kata anak muda itu dengan ramah. Saya bingung. Ada apa ini?

“ Bapak kan tamu atasan saya. Tadi saya liat” 

“ Oh ya. Kamu kerja di Bank itu?

“ Ya pak. Setelah pulang dari Amerika ,saya dapat kerjaan di Bank”

“ Oh hebat.”


Sampai di Plaza Indonesia, saya turun di lobi. Namun sebelum saya masuk ke lobi. Ada wanita Etnis Tionghoa yang melangkah kearah kendaraan. Dia  tegur saya. “ Bapak..? Katanya. 

“ Ya bu. “Saya terkejut ditegur itu. “ Ada apa ?

“ Bapak lupa ya.? Katanya tersenyum. 

“ Lupa apa ? Saya bingung.

“ Ingat engga malam tahun baru 2004. Bapak tolong saya. Bapak beri saya USD 5000. “ Katanya berusaha mengingatkan saya. “ Maaf kalau saya salah duga.” sambungnya.

“ Oh ya. Benar. Rumah ibu di belakang Gajah Mada. Gimana kabarnya Bu” kata saya.


Dia tarik tangan saya ke arah kendaraan yang tadi saya tumpangi. “ Hendri, ini loh om yang mama ceritain. “Katanya.

“ Oh ini ma..” Anaknya segera turun dari kendaraan. Dia langsung memeluk saya. “ Mama setiap hari berdoa untuk om. Dia ingin sekali bertemu om. Tapi tidak tahu kemana carinya. Alamat tidak tahu. Saya dan adik saya juga ingin ketemu. “ katanya dengan air mata berlinang.

“ Pak, berkat uang bapak, saya bisa membesarkan kedua anak saya. “ Kata wanita itu tersenyum.

“ Sukurlah. Baik baik selalu ya. “ Kata saya tersenyum dan memberikan kartu nama “ Nanti lain waktu kita atur ketemuan ya. Maaf, saya buru buru mau ketemu orang” Sambung saya.


Hikmah Cerita : Kalau wanita itu sukses membesarkan anak anaknya dan mengirim mereka ke luar negeri, bukanlah karena pemberian saya tetapi karena dia memang orang baik. Tuhan menjaganya selalu agar dia baik baik saja.


Sumber “ My diary.”

2 comments:

Anonymous said...

Sampai mbrebes mili membacanya Babo

Anonymous said...

Berlinang air mata membacanya

Mengapa Hijrah ke China.

  Sore itu saya makan malam dengan Florence dan Yuni. Kebetulan Yuni ada business trip dari Hong Kong ke Jakarta. Yuni kini CFO Yuan Holding...