Friday, January 21, 2022

Pride nya pada uang..

 




Sepulang jam kantor sebelum pembukaan bursa NY, aku biasa menghabiskan waktu di Cafe yang ada di Conrad Hotel. Penyanyinya asal Shanghai. Suaranya merdu dan terkesan sangat profesional. Usai nyanyi dan pergantian penyanyi lain, dia biasanya akan menghampiri tamu di table masing masing. Sebagai bentuk penghormatan kepada tamu. Setelah itu dia akan keluar dari cafe dan kembali lagi dengan tanpa mengenakan longdress. Satu saat dia menghampiriku. “ Anda dari philipina ? Tegurnya dalam bahasa inggris yang sempurna.


“ Dari Indonesia. “


“ Anda saya perhatikan selalu sendirian.”


“ Ya. “


“ Dan selalu jam 10 malam pergi. Padahal jam segitu orang semakin ramai datang.” Katanya. Saya tersenyum. Sepertinya dia memperhatikanku.


“ Dan anda bekerja di sini sejak bulan April tahun lalu ya.  Nama anda Xiau lin”


“ Tepat, oh anda perhatikan saya ternyata.”Katanya. Kami tertawa. Setelah itu kami asyik dengan obrolan  ringan. Jam 9, aku pergi ke kantor untuk memulai trading.  Sebelum pergi aku selipkan uang USD 100. Dia terkejut dengan wajah bersemu merah.  Sejak itu setiap malam sebelum jam 10 malam aku datang ke cafe itu sendirian. Dia selalu menemaniku minum. Selalu sebelum aku pergi, aku selipkan uang USD 100. Itu berlangsung 1 bulan lebih.


“ Apakah kamu suka saya. “Katanya satu waktu.


“ Ya suka,. Suka ngobrol dengan kamu. Apakah itu salah ? 


“ Terimakasih. Jadi saya tidak sungkan lagi terima uang dari anda.  Boleh tahu apa pekerjaan anda?


“ Saya punya bisnis Private Equity.”


“ Oh kebetulan sekali. “ Katanya dengan mata berbinar. “ Apakah anda bisa bantu pacar saya. David.”


“  Bantu apa ? 


“ Dia punya bisnis bagus, tetapi dia perlu tambahan modal sebelum masuk bursa. “


“ Suruh dia telp saya besok.” Kata saya tersenyum. Dia senang.


***

Hari senin David telp saya. MInta waktu bertemu. Saya sanggupi. Kami bertemu di Shangrila Hotel Kowloon.


“ MR. B, ini saya punya bisnis Unicorn. Aplikasi market place. Masalahnya kami bleeding terus. Belum untung. Investor venture tidak mau tambah modal lagi. Sedangkan kami harus masuk putaran berikutnya agar bisa tumbuh mencapai ekspektasi value market 300x ” Kata David mengawali proposal bisnisnya.


“Ok yang kamu perlukan apa dari saya.? Kata saya cepat.


“ Saya perlu menggalang dana lewat Pre IPO sebesar USD 1,5 miliar“


“ Apakah mungkin saya dapatkan data dan informasi mengenai rencana pre IPO itu.” kata saya dengan hati hati.


“ Kita teken NDA ya.”


“ Engga ada masalah.” kata saya tegas. 


“ Terimakasih B, senang sekali bertemu dengan anda. “ Katanya dengan riang. 


“ Besok datang ke kantor saya. Saya teken NDA”


“ Ok besok saya akan bawa InfoMemo ke kantor anda.”


Kami lanjutkan makan malam. Suasana santai minum wine dan cerita kosong.


***


Malam hari. Saya pelajari InfoMemo dari David. Saya tahu, salah satu investor nya adalah Lembaga Wealth Sovereign Fund. Ini lembaga udah keluar uang USD 350 juta. Saya pelajari bisnis modelnya. Ada kelemahannya soal tidak ada jaminan on-time delivery. Market place perlu aplikasi logistik. Kalau ini digabungkan, platform unicorn ini akan sangat kuat. Walau pasar berbeda namun saling mendukung. Setiap orang beli lewat aplikasi online pasti butuh logistik online. Ini kalau bersinergi akan jadi aplikasi, “ Anda pesan kami antar.” Benggo


Saya telp Peter dari BNP “ Apakah anda bisa atur saya makan malam dengan CEO lembaga Sovereign wealth Fund. “  Peter adalah sahabat saya. Dia banker dari bank papan atas di Eropa, yang punya cabang di Hong Kong.


“ Saya akan usahakan B. Besok ya” Kata Peter. Saya terus berpikir tentang semua skema yang mungkin. Saya lakukan simulasi lewat aplikasi fund manager untuk mengetahui faktor resiko pada setiap skema. Saya juga riset lewat database law untuk tahu aspek legal pada setiap skema. Saya harus update agar tidak kena trap. Untuk Akhirnya saya tersenyum. Saya akan lakukan transaksi ini dengan cepat.


***


Keesokannya saya atur makan malam di restoran Jepang di gedung IFC. Peter datang bersama Chia. Saya sudah baca profile dia sebelum bertemu. Chia lulusan Sekolah bisnis di London. Bahasa inggrisnya bagus sekali. Dari agent investigasi personal. Saya tahu dia punya wanita simpanan berusia 25 tahun. Artis papan tengah di Hong Kong. Punya hobi hidup hedonis.


“ B, apa yang mungkin kita jadikan bisnis dan make money? tanya Chia dengan wajah Srigala. Saya tahu dia bukan kaleng kaleng. Di hadapan saya ada investor yang sudah keluar USD 350 juta pada perusahaan start up David.


Saya ambil dari saku jas dua lembar keras. “ Anda pelajari skema ini. Setelah itu kita bicara “ kata saya. 


Hanya 5 menit dia baca, “ kebetulan saya jadi investor pada start up logistik yang ada pada skema ini. “ Katanya tersenyum.


“ Oh ya.” Saya tersenyum ramah 


“ Ya lewat SPV. “ katanya seraya menyender ke kursi. Saya tahu itu tandanya dia pasang kuda kuda bertahan dalam negosiasi.


“ Perusahaan itu kalau sendiri sendiri valuenya hanya 20 kali. Tapi kalau dimerger akan naik 300 kali. Fosturnya lebih kuat. Ini akan mengundang Pengelola Dana Pensiun provider network untuk terlibat Pre-IPO. Maklum dua start up ini akan meningkatkan traffic internet dan memperbesar bandwidth gateway data center. Kalau anda setuju, dua perusahaan itu kita merger. Setelah itu kita IPO.  Saya akan sediakan standby buyer dari hedge fund Firm di NY. Jadi kita IPO dualisting. Hong Kong dan Nasdaq. Ini akan membentuk persepsi pasar bagus sekali. Trust semakin naik “ Kata saya. 


Chai melirik ke lembaran kertas diatas meja. Semua penjelasan saya ada datanya secara graphik simulasi. Dia menghela napas. Sepertinya dia mikir tapi banyak ragunya. Saya paham pengelola Sovereign Fund bukan pemain hedge fund. Lebih terkesan sebagai fund manager. Focus kepada risk management.


“ Saya juga akan sediakan investor pre-IPO untuk anda exit USD 350 juta melalui skema Convertible bond.” kata saya lirih. Tapi dia melotot dan antusias menatap saya. “ Kamu yakin? katanya cepat. Saya mengangguk tegas. Dia langsung berdiri dan menyalami saya. “Deal !katanya tegas. Saya sambut jabatan tangannya dengan hangat. “ Deal” kata saya.


***

Tiga hari kemudian setelah diner di IFC, Chai hubungi saya untuk Diner dengan direksi Logistik online. Kami makan malam di Conrad Hotel. “ Artinya kami akan melebur ke dalam perusahaan, baik aktifa maupun pasiva ? kata Ricky direktur Start up Logistik.


“ Tidak harus. Kita  bentuk SPV sebagai holding company untuk akuisisi perusahaan anda dan juga start up market place. Yang kemudian akan jadi anak perusahaan SPV holding. Jadi tidak menganggu culture perusahaan masing masing dan tidak perlu mengurangi karyawan.” 


“ Tetap saja merger namanya ! kata Ricky


“ Ya, pada level share holder tapi tidak pada operation. Operation tetap terpisah.”


“ Apa mungkin ?


“ Mungkin sekali. Kan investor 60% pada perusahaan anda adalah juga investor pada start up market place. Soal investor lain kita akan atur agar mereka setuju. “ Kata saya.


Ricky terdiam dan tegang. Sepertinya dia tidak rela masuk dalam perangkap.


“Anda dan pemegang saham lain tidak punya pilihan. Karena saham kalian udah diikat dengan convertible bond. Investor kalian mau exit. Pahami itu” Lanjut saya sambil hisap Cigar.


Ricky menatap ke Peter dan Chai. Mereka berdua mengangguk. Ricky menghela napas. “ OK saya setuju.”Katanya. Saya jabat tanganya dengan erat. “ Kita deal ya” kata saya. Dia mengangguk


***


Seminggu kemudian , Peter atur saya makan malam di Cafe IFC dengan Dana pensiun. “ Apakah anda yakin  Standby buyer untuk listing di Nasdaq confirmed.? Kata CEO dana pensiun.

Saya perlihatkan surat confirmation dari hedge Fund firm berkelas dunia. “ Best effort.” kata saya.


“ Best effort bagi perusahaan AAA itu sama saja uang” kata Peter menguatkan. CEO dana pensiun itu berpikir keras. Dia baca dua lembar kertas berisi ringkasan fostur perusahaan setelah merger. 


“ 300 kali harga pre IPO, saya setuju dengan harga 240 kali. “ katanya. Dia lihat pada probability harga bawah. “ Convertible bond zero coupon tiga tahun. Setuju? Kata CEO dana pensiun..


“ Deal! Kata saya. Dia menyalami saya. Peter bisikan sesuatu kepada dia. Dia melirik kepada saya. “ B, terimakasih.” katanya. Saya berdiri melangkah. Kami semua keluar dari cafe itu dan terus masuk lift ke atap , helipad. Dengan Heli kami pergi ke Macao untuk pesta dengan para wanita kabaret yang udah sediakan Steven lee. Pesta baru selesai jam 4 pagi. Steven sudah sediakan kamar panthouse untuk Ricky, Peter, Chai, boss Pensiun Fund. Saya pulang ke Hong kong.


***

Butuh seminggu proses settlement pembentukan holding untuk menampung dua perusahaan, start up market place dan Logistik. Sedikit keras perseteruan soal susunan pemegang saham dan pengurus. Saya minta Wenny dan Yuni terlibat menjadi penengah dan motivator agar mereka focus kepada deal memuaskan investor. Setelah proses M&A dilaksanakan. Sebulan kemudian Dana Pesiun jadi investor pre-IPO, USD 350 juta dalam bentuk convertible bond. Yang lain juga ikut. Total dana didapat dari pre-IPO sebesar usd 1,5 miliar. 


***

Setahun kemudian IPO, harga saham pada pasar perdana USD 30.  Saya melalui proxy dan dukungan dari broker jual saham melalui backdoor agar terhindar dari pengawasan OJK atas batas waktu penjualan saham oleh investor. Saya dapat capital gain 300 kali. Saya sisakan 2%. Itu sama saja saya sudah exit. Enam bulan kemudian harga saham  jatuh sampai 85%. Standby buyer di NY mundur. Dua listing batal. Saya senyum aja. 


***


Saya berkunjung ke Shanghai pada musim winter. Xiau lin jemput saya di bandara dengan kendaraan sport warna merah. 

“ Sesuai saran kamu. David setuju memberi saya USD 500.000 sebagai finding fee dan minta saya tidak lagi bertemu dia. Uang itu  sesuai saran kamu, saya belikan saham perusahaan dia di bursa. Saya untung USD 12 juta. Terimakasin B.”


“ Engga perlu terimakasih. “


“ Setidaknya saya terhindar dari David yang pecundang. “ Katanya dengan ringan. Tampa beban.


“ Pecundang? Saya tersenyum.


“ Tinggi kemauan, tetapi lemah. Terlalu ingin cepat kaya. Dalam kehidupan sex juga sama. Cepat selesai tanpa ada kesan apapun.”


“ Dia tidak pecundang, hanya lemah dihadapan kita yang predator” Kata saya. 


“ Predator ? “ Xiau lin tertawa kencang. “ Ya kita srigala ha ha ha..” Lanjutnya tertawa nampak dibalik bibir indah ada  barisan gigi putih yang sempurna


“ Malam kini kamu tinggal di kondo saya ya.”


“ Mungkin lain waktu. Karena saya ada janji di hotel ketemu dengan relasi. “


“ Hotel.? Aku ikut. Aku tunggu  di kamar kamu aja ya. Boleh yaaa” katanya tersenyum penuh arti. Saya mengerutkan kening.  “ Ada bisnis lain nih. “ kata Xiau lin cepat menjelaskan maksudnya .. 


“ Bisnis lain ? Saya berkerut kening. 


“ Ya Mangsa baru. “ Dia tertawa. “ Mereka punya konsesi lahan milik pemeritah. Setelah proyek Office tower selesai dibangun,  disewa oleh Group raksasa untuk 20 tahun. BOT 100 tahun. Mereka mau keluarkan real estate investment trust. Ada orang kaya Arab yang tertarik beli. Tapi mereka butuh sinking Fund untuk yakinkan otoritas“ Lanjutnya. 


“ Terus…”


“ Kamu bisa bantu provide revenue Bond dalam bentuk REITs. Kita korbankan si Arab itu. Dia rakus banget. “ katanya tersenyum. Aku punya data lengkap soal itu. Mau ya aku tunggu di kamar kamu. Mau yaaa “ katanya memohon. 


“ Cepat sekali kamu belajar “


“ Setahun lebih kenal kamu di Hongkong, aku terobsesi belajar banyak. Semua buku Finance and banking aku baca. Tapi aku engga punya network financial dan pengalaman. Aku hanya ingin jadi hunter target aja. Selanjutnya terserah kamu ajalah. Boleh ya B…” Lanjutnya. Ternyata dia cepat sekali belajar jadi pretender. Setidaknya dia jadi lingkaran saya dalam bisnis hedge fund.  Uang dan wanita adalah senjata yang tak lekang oleh zaman.  Bagi pecundang itu adalah santapan, tapi bagi saya itu adalah umpan. Umpan yang profesional tentunya.



Dia dilatih jadi predator


Shanghai musim dingin. Di Shanghai ada cafe yang  bertempat di Mall yang menjadi iconik Shanghai. Nama Cafenya P.F. Chang’s. Cafe ini hanya untuk kalangah atas. Soal kemewahan dan prestigenya, ada istilah di Shanghai “ Secantik cantiknya wanita, selalu bersedia diajak kencan di PF. Changs. “ Shanghai sudah jadi kota supra kapitalis. Mungkin lebih kapitalis dari NY atau Boston. Namun kultur ASIA tetap terjaga dalam bentuk ornamen dan pakaian. Waitress cafe mengantar saya ke ruang VVIP. Ruangan yang berkaca lebar menghadap panorama shanghai diwaktu malam. Sangat romantis dan berkelas. Apakah ini perlu untuk Xiau Lin? 


Saya janjian makan malam dengan Xiau Lin. Saya kenal dia kali pertama di Cafe Conrad. Premium Cafe kalangan high class di Hong kong. Dia penyanyi di cafe itu. Hidungnya mancung. Kulitnya sangat halus. Tinggi mungkin 170. Buah dada dan pinggulnya serasi. Memang umumnya wanita Shandong berbuah dada agak besar.  Karena kecantikannya dan sikapnya yang charming, mudah dia mendapatkan pacar berkelas dan tajir.


Kalau akhirnya dia mau saya manfaatkan, itu karena dia memang merasa teritimidasi dengan pacarnya. Benarlah, Xiaulin mau saja membocorkan semua hal tentang rencana IPO biisnis pacarnya. Saya dapatkan keutungan dari proses IPO itu dan Xiau lin juga dapat keuntungan walau tidak besar. Namun bisa membuat dia berubah. Dari tadinya selir menjadi free lady dan bergaul dengan kalangan jest. Standar hidupnya berubah. Jadi kalangan the have di Shanghai. 


Saya lihat dia  masuk ruang VVIP. Melangkah bersama waitress yang menunjukan ruang saya. “ B..” Serunya seraya memeluk saya. “ i miss you so much” katanya berbisik. Saya lepaskan pelukan itu. Saya tatap dia sejenak. “ Luar biasa. Kamu berubah, Lin” Kata saya kagum.  Dia mengangguk riang. “ Itu berkat kamu, dear.” Katanya tersenyum. Saya mempersilahkan dia duduk. Menggeser kursi untuk dia.


“Ada apa ? Kejutan sekali kamu undang saya makan malam di tempat semewah ini. “ Katanya dengan bolah mata menari menari melihat kearah saya. “ Kalau untuk kencan, engga usah terlalu romantis. Kirim pesan lewat Wechat, saya datang.”


“ Oh ya ? Kenapa ?


“ Udah kebelet banget sih.” katanya tertawa. Saya senyum saja. Bagaimanapun saya sadar. Xiau Lin lulusan akademi teater. Dia pintar nyanyi diatas panggung. Dan pancarnya pernah jadi korban saya berkat kepiawaain dia mendapatkan informasi.


“ Katanya kamu ada bisnis ?Sudah kamu dapatkan apa yang saya mau?  Kata saya serius.


“ Ya minggu lalu kan saya kabarin. Tetapi kamu tidak balas email saya. Tidak juga balas Wechat saya. Apa pria seperti kamu baru manis sama wanita kalau ada maunya. ? Katanya tersenyum.


“ Masalahnya kamu tidak memberikan apa yang saya mau. Ok Apa bisnis yang mau kamu bicarakan? Kata saya.


“ Ada lelang Gedung di Pusat kota London. Pemiliknya pangeran Arab. Peserta lelang hebat semua.” 


“ Ah engga penting itu. Kalau kamu tidak ada data yang saya perlukan, kita akhiri bisnis. Lanjut makan malam saja” Kata saya.


“ Ini “ Katanya mendekati saya. Terasa lembut payudaranya menyentuh lengan saya. Terasa aroma perfume lembut. Ini memang parfum khusus untuk kencan. Pasti CD nya warna merah. Orang China memang begitu tradisinya yang saya tahu dari buku. Dia perlihatkan gadget nya. Saya perhatikan gambar itu. 


“ Darimana kamu dapatkan gambar itu ?


“ Dari dalam tas dia. Saya photo pakai hape.” 


“ Ya gimana sampai bisa dapatkan photo itu.? “ Kata saya. Photo itu tentang declaration Asset atas nama offshore company. Makanya aset itu jadi  anonymous kecuali bagi asset manager berkelas dunia.


“ Saya bertemu dengan pria Arab itu di Dubai. Selama seminggu liburan di Dubai atas biaya dia semua. Kemudian berlanjut saat dia datang ke Shanghai untuk urusan bisnis. Kebersamaan saya dengan dia membuat saya semakin dekat. Dan dia tidak sungkan bicara telp depan saya. Malamnya setelah dia lelah, saya buka tasnya dan saya photo. Begitu saja” Kata Xiau Lin menatap saya. Kawatir saya tidak tertarik. 


Saya nyender di kursi. Saya rangkul pundaknya. “ Kamu cantik sekali malam ini. “ Kata saya. Xiau Lin tersenyum. “ Kamu senang kan. Ketemu saya” Katanya mendesah.


“Ya kita lanjut bicara bisnis” Kata saya mengelus  punggungnya. Dia lepas dengan paksa rangkulan saya dipundaknya. “Keterlaluan kamu ya. Kalau sudah ada maunya. Kamu bisa cepat romantis. Terbuat dari apa sih hati kamu. Hanya bisnis ukurannya. “ Katanya merengut. Berusaha menjauh duduk dari saya.


“ Hati saya terbuat dari bunga teratai. Bisa tumbuh diatas parigi yang kotor. Bergaul dengan wanita seperti kamu dan make money tentunya. “ kata saya tertawa. Dia pukul dada saya. Saya peluk dia. “ Kamu kalau marah begini, justru memancing libido saya.” Kata saya tersenyum.


“ Ayolah ke Condo saya. Lupakan makan makam sialan ini” Katanya berusaha menarik tangan saya. Tetapi saya tetap bertahan di kursi. “ Tenang honey. Kita masih ada waktu. Shanghai tidak pernah kehabisan waktu untuk kencan. “kata saya mengelus pipinya yang ranum


“ So..” Dia nampak berkerut kening.


“ Kapan lelang itu dibuka? tanya saya kemudian.


“ Jadi kamu tertarik ikut lelang? Duitnya banyak. Hampir USD 1 miliar.”


“ Kapan lelangnya?


“ Yang saya tahu, bulan depan.” kata Xiau Lin perlihatkan berita dari situs internet.


“ Artinya seminggu lagi? Kirim ke saya data lelang dan photo itu via email


“ Ya. OK. ”Xiao lin gunakan gadgetnya kirim email


Saya langsung telp Team saya di London. “ Cari tahu data lelang. Datanya lhat di file email yang akan saya kirim” Kemudian saya matikan telp. Saya tersenyum kepada Xiau Lin. Dia senang. 


***


Pagi pagi saya bangun di kamar Condo. Xiau Lin masih terlelap tidur. Tadi malam dia mabuk berat. Saya tidak. Tetap bisa kontrol diri. Saya focus ke bisnis. “ Saya pagi ini terbang ke London dengan pewasat pertama. Usahakan kamu susul saya keesokannya. -B- “ Pesan saya di notes yang ada di meja lampu tidur. Saya  langsung ke  Bandara.  Sampai di London saya langsung ke Hotel. Karena sudah malam. Saya lnagsung istirahat. Tapi sebelum tidur saya telp Omar untuk datang breakfast di hotel saya. Dia tahu maksud kedatangan saya.


“ Hanya ini yang dapat saya lakukan, B “kata Omar waktu temanin saya breakfast. Saya lihat data digital yang ada di notepad dia. Data tentang lalu lintas dana offshore. Omar kerja di FSA Arab. Ini sebenarnya data intelijent keuangan yang belum tervalidasi. Tetapi kemungkinan benar 90%. “ Kirim ke terminal saya sekarang” kata saya. Omar langsung gunakan fitur send dan kirim ke address SafeNet saya. Saya keluarkan bank draft lima lembar. Per lembar USD 500,000. 


“ Terimakasih B, senang berbisnis dengan kamu” Katanya  dan kemudian minta izin pergi. Saya mengangguk. Saya tersenyum. Orang Arab apapun ada harganya namun mereka komit. 


Data itu saya kirim ke tim saya dengan memberikan perintah, kirim file ini ke Robert. Tidak begitu lama. Telp masuk dari Team saya. “ B, Robert mau ketemu kamu..” Kata team saya via telp.


“ OK. Temui saya di Hilton.” kata saya singkat.


Tak lebih sejam. Robert datang ke kamar King suite saya. “ Lama engga ketemu B. Masih suka di Hong Kong? ” Katanya. Saya kenal Robert 2 tahun lalu di Hong Kong. Dia kerja sebagai konsultan hukum untuk invetment banker. Saya senyum saja.


“ Gimana strategi kamu? Kata Robert langsung ke pokok persoalan. Dia memang jago skema dana offshore. Relasinya kebanyakan pemain hedge fund kalangan atas. 


“ Saya minta kamu buat SPC untuk dukung team saya kirim penawaran dalam lelang lusa. Dan bantu saya proses legal untuk penerbitan MTN. Saya mau masuk 144A. “


“ Jaminannya apa ? tanya Robert.


Saya berdiri dan kemudian saya jelaskan panjang lebar strategi saya untuk dapatkan jaminan dan sekaligus dapatkan uang di pasar 144A. Robert tersenyum. “ Bahasa inggris kamu tidak begitu bagus. Tetapi kalau bicara soal financial dan law , sangat perpect bahasanya. Saya mengerti. Saya akan laksanakan perintah kamu. “ Katanya tersenyum. Saya buka bank draft. Saya berikan dua lembar pecahan USD 500.000. “ Itu uang muka. Kalau sukses, saya akan transfer sisanya. Deal ?” Kata saya. Dia mengangguk dan menyalami saya. Dia pergi. Saya tersenyum sendiri. Orang Yahudi apapun bisa selagi ada uang.


Malamnya saya bertemu dengan team saya di cafe Holborn yang ada di Rosewood Hotel. “ Saya sudah check data offshore yang kamu kirim tadi pagi. Team kita di Swiss sudah berhasil pancing mereka masuk dalam pasar 144A. Ini datanya” kata Henry menyerahkan notepad nya. Data blackscreen. Saya catat code access server di note hape saya. “ routing mereka Budapest.” Kata saya berguman. Team saya diam saja. Mereka tidak paham apa yang saya maksud.


“ Ok, besok kalian bergabung dengan team Robert. Kerja yang benar. Persiapkan tender dengan baik, Satu lagi anggota team kita. Dia sedang on the way ke London dari Shanghai. Namanya Xiau lin. Nanti dia akan beri 36 digit code akses. Kamu berikan code itu ke Robert ” Kata saya kepada Henry. kemudian kami bicara santai. 


Tak berapa lama telp selular saya bergetar. “ B, saya sudah di Bandara. Kemana saya pergi” Terdengan suara Xiau Lin. Saya arahkan ke Hilton. Setelah usai makan malam dengan team,  saya segera ke hotel. Hanya 20 menit menanti di lounge, Xiau Lin sudah nampak di Lobi. Saya memberikan kode untuk naik lift bersama saya.


“ Malam ini kamu tidur di sini. Ini kunci kamar. “ kata saya  setelah sampai di kamar dan menyerahkan kunci. 


“ Kamu tidur di mana?


“ Rosewood” kata saya tersenyum.


“ Kenapa kita tidurnya pisah? Wajah kesal Xiau lin keliatan sekali


“ Gini ..” kata saya mengajaknya duduk di sofa “ Pria Arab itu akan datang besok pagi. Dia nginep di Hotel ini. Lusa lelang diadakan. “Lanjut saya. Saya terdiam sebentar. 


“ So..”


“ Sehari sebelum lelang dia harus buka komputer dia, kamu pastikan setelah itu dapat 36 digit code access dari blackscreen. “

 

“ Gimana dapatkanya?


“ Kamu bisa buka dengan code akses server.” kata saya menyerahkan code itu. “ Hapal kan dengan baik. Kalau lupa, batal semua. “ kata saya dengan mata menatap tajam. Xiau lin menatap dengan seksama code itu. Kemudian menatap keatas langit langit hotel seakan merekam memorinya. “Ok saya hapal.” katanya menyebut dengan sempurna code akses server. Saya tersenyum. 


“ Mengapa kamu bisa tahu saya cepat menghapal?


“ Kamu kan lulusan akademi teater. Kalau kamu tidak bisa menghapal cepat naskah skenario,  bagaimana kamu bisa bermain di panggung. “ kata saya tersenyum. Xiau lin tersenyum " Aku senang ikut dalam team kamu. Bangga. “ Katanya


“ Setelah dapat 36 digit code itu berikan kepada team saya. Henry.“ Kata saya. 


“ Siap boss. “ 


“ Kenapa yakin”? Kata saya berkerut kening. 


“ Tadi saya ke London dengan private jet dia. Dia kirim khusus ke shanghai untuk saya ke London. “ Katanya tersenyum.


“ Oh..Hebat kamu. " 


Sebelum berpisah. Saya peluk Xiau Lin. " Hati hati ya sayang. Kalau kamu tidak siap, Jangan lakukan. Bagi saya keselamatan kamu segala galanya. Paham." Kata saya.


" B, saya bosan miskin dan jadi selir pria kaya. Jadi artis teater yang honornya jauh lebih murah daripada  biaya hidup saya. Saya percaya kamu. Kamu didik saya jadi wanita tangguh dan terhormat. Padahal kamu tahu siapalah saya. Bisa menikmati makan malam mewah bersama CEO Holding dan dapat kehormatan yang tidak saya dapatkan dari pria lain. Tenang saja. Saya akan hati hati."


" Setelah lelang selesai. Sukses. Kamu bisa ambil uang sama Henry, team saya dan uang liburan Ke Nasau. " Kata saya


" Tetapi janji kamu nyusul ya. " katanya senang. Saya mengangguk. Dia peluk saya dengan erat.


***

Setelah lelang, saya kembali ke Hong Kong lewat Taipeh. Team saya berhasil memenangkan lelang pembelian gedung itu. Mengalahkan empat investor besar. Sebelum kembali saya titipkan bank draft  kepada team saya sebesar USD 5 juta untuk Xiau Lin dan biaya liburan ke Nasau.


Di Bandara saya dijemput oleh Wenny. “ B, tadi saya dengar dari Robert di London, kamu berhasil memenangkan tender senilai USD 1 miliar. Uangnya dari investor Arab lewat penjualan MTN dengan diskon 30% zero copuon 7 tahun. Hebat sekali. Gimana kamu bisa terbitkan MTN yang cashback itu” Tanya Wenny.


“ Itu credit link note. “Kata saya.


“ Jaminan cashnya darimana ?


“ Dari Arab itu sendiri.” Kata saya santai


“ Orang yang sama? Mata Wenny melotot.


“ Ya” Kata saya tersenyum.


“ B !! Teriak Wenny. “Gimana bisa?


“ Dia sendiri yang lakukan dengan suka rela. Engga saya paksa. Salah saya dimana ? Kata saya santai


“ Ya kenapa dia sampai mau? Kamu kan bukan siapa siapa”


“ Tanya dia aja. Nyatanya clean. Lelang dilakukan terbuka dibawah pengawasan otoritas. Itu aja patokannya. “ Kata saya polos.


“ Jadi, Arab itu jual gedung dia ke kamu pakai uang dia sendiri. Kamu dapat gedung. Nanti jatuh tempo hutang. Jaminan cashnya langsung disita oleh fund manager. Dia engga tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mau lapor ? kemana  lapornya? lah itu asset annomous” Kata Wenny manggut manggut bicara sendiri. Wenny melirik dari samping meliat saya sedang asyik dengan gadget saya. Dia kiss saya. “ My man.” katanya tersenyum.


Saya teringat kepada Xiau lin yang berhasil dapatkan 36 digit code akses rekening offshore Arab itu. Sehingga Robert bisa linked account itu ke MTN yang listed di 144A. Arab itu tidak akan tahu rekening nya sudah digadaikan. Dia baru tahu kalau jatuh Tempo MTN default. Rekeningnya akan berkurang otomatis. Arab itu tidak akan tahu kalau MTN itu dari saya. Karena penerbitnya SPV. Jadi Robert bisa jual ke Arab itu dengan diskon besar. Yang langsung ditabrak Arab, apalagi dia tahu MTN itu jaminannya cash. Arab tidak tahu kalau uang beli gedung dia pakai uang dia sendiri


Saya merindukan xiau lin. Tanpa declaration asset dari Xiau lin engga mungkin Omar bisa lacak transaksi offshore Arab itu. Sebenarnya saya dan xiau lin senasip. Sama sama miskin. Kami hanya berusaha survival ditengah kehidupan yang sudah terlanjur brengsek Orang kaya itu rakus. Mereka simpan uang nya di wilayah offshore agar tidak diketahui publik dan pajak. Mereka menikmati kemewahan dalam kemunafikan. Begitu banyaknya harta, mungkin mereka sendiri tidak tahu pasti berapa jumlah hartanya. Kita tidak akan dapatkan uang dari mereka. Kecuali ya akalin mereka. Jadikan harta mereka sesuatu yang transfarance agar negara dapat pajak dan orang punya harapan. Dah gitu aja.***



Thursday, January 20, 2022

Kirim Awi ke Vihara.


 

Tahun 1988. Ketika saya akan masuk ke kamar kerja Ago, di ruang tunggu ada pria berpakaian kumuh duduk. Wajahnya nampak lesu. Awalnya saya biasa saja. Namun empat kali saya datang, selalu nampak dia duduk berpakain kumuh di ruang tunggu. 


“ Biasanya sebelum jam kantor tutup, dia  sudah pergi. Biarkan saja. “ Kata Ago ketika saya tanya prihal pria yang selalu duduk di ruang tunggu.


“ Tentu ada alasan dia datang?


“ Dia baru keluar dari penjara. Dia minta kerjaan. Saya males bantu dia. Tetapi gimanapun dia teman. Biarkan saja.”


“ Ya terus teranglah kepada dia. Bahwa kamu tidak bisa bantu.”


“ Saya sudah katakan tidak ada lowongan. Tetapi dia terus datang. Biasa saja. Dia datang hanya minta uang kecil. Terserah dia saja.” Kata teman.


Ketika saya keluar ruangan teman, saya melirik pria itu masih duduk. Dia tersenyum. Berdiri menghampiri saya. “ Maaf, kamu temannya Ago? 


“Ya. “ 


“Saya Awi. “ katanya perkenalkan diri. “ Gini, saya ada proposal. Tetapi Ago tidak pernah baca. Apa kamu bisa baca proposal ini. .Tolong sampaikan maksud saya. Saya udah malu datang terus. Apalagi dia anggap saya berharap uang kecil. Tolong lah.” katanya berharap. Saya bisa merasakan suasana hatinya. Dia baru keluar dari penjara. Tentu tidak mudah dapatkan bisnis apalagi kerjaan. Saya mengangguk. Dia senang.


Di kantor saya pelajari proposalnya. Ini bisnis sederhana saja. Dia dapat penunjukan  Agent SDSB ( kupon judl ) dari kontraktor SDSB. Dalam proposal disebutkan fee sebesar 10% dari harga kupon. Dia hanya perlu jaminan berupa BG untuk ambil kupon dari kontraktor. Awi memang pengalaman soal bisnis judi. Dia masuk penjara karena judi gelap. Secara bisnis bagus.  Fee besar. Resiko tidak ada. 


Keesokannya saya ceritakan kepada Ago. Namun bagaimanapun Ago tidak tertarik. Mengapa ? “ secara bisnis engga elok punya staf mantan narapidana. Namun secara pribadi, Awi sebenarnya orang baik. Tidak pernah ada masalah soal financial. Hanya saja dia apes. Kena masalah hukum karena judi gelap.” Kata Ago


“ Kalau  begitu saya akan dukung Awi. Dia kan hanya butuh BG untuk dapatkan kupon dari kontraktor SDSB. Logika saya sederhana saja. Dia baru saja keluar dari penjara. Dukungan dari saya adalah cahaya baginya untuk  keluar dari kelam. 


“ Ya saya dukung saja tetapi tidak tanggung jawab kalau gagal.”


“ Kalaupun gagal,  ya sudah. Itu pelajaran hidup.” Kata saya enteng.  Uang modal itu saya serahkan ke Awi  dihadapan Ago. Dia berlutut dihadapan saya dengan mengucapkan terimakasih.  


Tiga bulan setelah itu tidak ada kabar dari Awi. Saya yakin dukungan saya kepada dia berujung kandas. Benarlah. BG itu di call oleh kantraktor. Rekening saya dipotong bank untuk cairkan BG itu. Sementara Awi tidak pernah bisa dihubungi lagi. Dia hilang begitu saja.  Setahun setelah itu saya sudah lupakan Awi. Tetapi dia nongol lagi ke kantor saya. “ Ri, maafkan saya karena telah kecewakan kamu. Tempo hari saya gagal. Sekarang saya dapat kerjaan dari teman di Singapore. Kalau berhasil saya dapat fee 50%. “


“ Apa kerjaannya ? tanya saya.


“ Jadi debt collector. Tagih utang. Dari fee itu saya bisa kembalikan uang kamu yang tempo hari.” Katanya. Saya terhenyak. Kenapa sih hanya bisnis miring beginian yang dia paham. Apa engga ada lagi yang lain!


“ Wi, kamu tidak pernah berhutang dengan saya. Kita kan kerjasama. Jadi kalau gagal ya sudah. Kamu jangan terlalu dibebani” Kata saya sekedar menolak halus.


“ Ri, saya hanya butuh ongkos pesawat ke Hong Kong.”


“ Ke Hong Kong ? 


“ Ya. Yang berhutang itu ada di Hong Kong.” Katanya memelas. Saya engga tega. Ya sudah saya beri dia uang untuk ongkos ke Hong Kong. Semoga dia sukses. Dan kalau gagal, dia tidak akan berani ketemu saya lagi.


Tetapi apa yang terjadi? tak lebih sebulan dia telp saya, bahwa dia ada di singapore dan sekarang dalam kejaran polisi. Kenapa? menurutnya,  orang Hong Kong yang punya hutang itu mau  bayar dia dua kali lipat kalau bisa bunuh orang suruh dia tagih utang itu.


“  Duh gimana? Apa matii orang yang suruh kamu tagih utang itu ? 


“ Engga. Pengawalnya banyak. Tapi sempat saya tusuk dua kali. Saya rencana mau ke Kota Baru terus ke Thailand, dan Kamboja. Ada teman banyak disana. Sementara sembunyi dululah.” Katanya. Setelah itu tidak ada berita lagi. 


Tiga tahun kemudian saya dapat kabar dari teman. Awi berhasil menguasai kasino di Kamboja. Dia rebut dengan menggunakan tenaga desersi tentara Vietnam. Saya hanya geleng geleng kepala. Tahun 1993 saya bertemu lagi dengan dia di Jakarta. Dia datang khusus bertemu saya. Dia bayar 4 kalilipat dari uang yang pernah saya keluarkan untuk dia. Tetapi saya menolak. Sekali lagi saya katakan bahwa dia tidak  berhutang. Bisnis gagal ya sudah. Kalau dia sukses dengan bisnis lain, itu hak dia. Engga ada urusan dengan saya. Setidaknya saya senang dia udah kaya dan tidak lagi ganggu saya.


Hubungan saya dengan Awi setelah itu seperti kakak beradik. Pernah di salah satu tempat hiburan di kawasan kota. Ketika itu kami datang enam orang. Entah mengapa  kami diserang mendadak oleh preman salah satu ormas. Mereka semua bawa pedang samurai. Targetnya adalah Awi. Empat teman kabur. Tetapi saya tetap di dalam ruangan. Saya lindungi dia dengan menjatuhkan salah satu preman dan berhasil merebut pedang dari tangan preman itu. Saat itulah terjadi adu pedang dalam jarak dekat di ruang karaoke. Saya berhasil keluar dari ruang karaoke dengan melukai kaki 2 orang preman. Tetapi punggung Awi  berdarah kena sabetan pedang samurai. Di lengan dekat urat nadi saya juga kena sabetan pedang. Tak berapa lama polisi datang dan kami digiring ke kantor polisi. Tidak ada yang dipenjara. Semua dibebaskan.


***

Setelah krismon saya disconnect dengan Awi. Baru bertemu lagi tahun 2002. Dia sudah berubah penampilannya. Dia cerita bahwa dia punya koneksi dengan bandar kasino international.  Dia punya bisnis menjual coin untuk berjudi dengan skema hutang. Atau istilah bisnis namanya Jangket. Dia engga paham jalankan bisnis itu. Dia minta saya jadi mentor dia. Namun saat itu saya sedang berpikir untuk hijrah ke Hong Kong. Disamping itu saya belum punya orang yang bisa saya percaya untuk mengelola bisnis yang ditawarkan Awi.


Tahun 2004, ketika di Hongkong. Ada telp dari Yuni. “ Pak, maafkan saya. Entah gimana saya harus bicara. Saya diusir oleh suami saya. Sekarang saya ada di stasiun Gambir bersama balita saya. Boleh saya pinjam uang untuk cari tempat tinggal sementara. Saya perlu malam ini” kata Yuni dengan suara terisak.


“ Saya sedang di Hong Kong. Saya akan kirim orang segera ke tempat kamu sekarang. Tunggu sebentar.” kata saya. Malam itu juga Yuni diantar ke apartement. Awi memberinya uang saku untuk makan bersama balitanya beberapa bulan. Setelah kembali ke jakarta. Saya sibuk. YUni tidak telp saya lagi atau sms. Tiga bulan kemudian Yuni minta bertemu. Saya sanggupi.


“ Berilah saya kerjaan pak. Saya malu numpang makan dan tidur di tempat bapak. “ Katanya dengan airmata berlinang seraya memeluk Balitanya. Saya minta dia bersabar. Dua bulan kemudian,  saya ajak dia ke Singapore. Dia senang sekali. Balitanya dititipkan dengan sahabatnya yang sudah seperti saudara. Dari Singapore saya ajak dia nai kapal Pesiar untuk melihat arena judi. Kemudian pergi ke Genting Malaysia dan Macao, lihat casino


“ Kamu udah lihat casino di kapal pesiar, Genting, Macao” Kata saya pada YUni, setelah usai makan malam.


“ Ya terimakasih. Ini kali pertama ke luar negeri langsung menikmati hiburan termewah. Saya tidak pernah memimpikan bisa menikmati kemewahan ini. Tapi Tuhan sangat baik..sangat baik.  Sentuhan kamu membuat saya merasa begitu sangat sempurna sebagai wanita. Terimakasih.” Kata Yuni.


“ OK. Saya aka dirikan perusahaan. Perusahaan itu semua saham atas nama kamu. Namun pemilik 100% saya. Kita akan atur perjanjian proxy. Saya akan tempatkan Awi sebagai komisaris untuk kawal kamu. Kamu akan dilengkapi dengan fasilitas layaknya dirut dan pemilik bisnis international. Nah selanjutnya saya minta kamu kelola bisnis itu “


“ Bisnis apa itu?


“ Memberikan pinjaman kepada para penjudi yang mau berjudi di casino. Bisnis ini juga bisa dipakai sebagai modus untuk cuci uag dan larikan uang ke luar negeri. Side business nya,  kamu bisa menjual paket tour lengkap ticket pesawat dan akomodasi. Bahkan kamu bisa sewa private jet untuk khusus layanan paket tour.  Dari bisnis pinjaman itu kita dapat bunga dan fee. Kita juga dapat margin dari harga ticket pesawat, hotel dan restoran. Tugas kamu kelola bisnis jangket ini. Tidak perlu cari pasar lagi. Tugas kamu dekati konsumen yang jadi target. Awi akan beri kamu daftar nama mereka. Lengkap dengan kebiasaannya.“


“Siapa saja mereka itu ?


“ Pengusaha, politisi dan aparat. Semua kalangan atas. Gimana?


“ Saya siap dan percaya kepada Bapak.  Saya janji akan setia. Hanya itu yang saya punya. Saya tahu diri siapa saya. Apa saja saya kerjakan asalkan halal, apalagi bekerja dengan Bapak. Itu kehormatan terlalu tinggi bagi saya “ Kata Yuni. Bagi saya, besok dia sudah jadi pegawai saya. Statusnya itu adalah dinding tebal antara saya dan dia. Namun perasaan cintanya akan memberikan alasan kuat baginya untuk setia. Apalagi belakangan kesetiaan itu sudah bercampur respect.  Dia tahu bahwa orang yang bisa bisnis jangket adalah orang yang dekat dengan gangster dan aparat. Apapun bisa dibeli termasuk nyawa. 


Usaha jangket itu berhasil memuaskan. Dia mampu membujuk clients kakap yang mau berjudi di casino terkenal di luar negeri. Termasuk mereka yang mau cuci uang. Awi senang dan bilang bahwa kami hocky dapatkan komandan lapangan yang setia seperti Yuni dan nyali lebih dari preman.


Saya tahu bisnis Awi itu tidak benar. Tapi Menjadikan Awi yang liar berubah jinak tidak mudah. Apalagi mengeluarkannya dari lingkaran gangster. Berat sekali. Saya terpaksa terjun dalam bisnis itu agar bisa menuntunya keluar. Benarlah, tahun 2006 usaha jangket bisa kami hentikan. Dari keuntungan selama dua tahun, dijadikan modal untuk ekspansi usaha halal.  Berawal dapat fasiltas dari teman di partai Penguasa untuk dapatkan izin tangkap ikan. Yang beroperasi dan keluar modal adalah mitra kami dari Jepang dan China. Kami dapat fee setiap ton ikan yang ditangkap. Kami juga dapat margin dari nilai ekspor ikan.  Dapat uang lagi dari penyewaan cold strorage. Saya percayakan bisnis itu untuk Awi dan Yuni kelola dengan baik. Itupun sukses. Dia bisa membuat mitra saya dari Jepang dan China puas.  Selanjut usaha berkembang berbagai bidang usaha di dalam dan luar negeri. 


Kini tak terasa, Awi dan Yuni sudah 17 tahun bekerja bersama saya. Saya, Awi, dan Yuni, kami tidak terlahir dari keluarga kaya. Walau kami pernah melakukan prakter bisnis amoral, itu tidak dengan niat buruk. Itu hanya upaya survival saja. Kami bangkit dari kehinaan dan rasa lapar diatas sistem yang sudah berengsek dari sononya. Ya maklum saja. Kami orang miskin yang tidak terpelajar, hanya ayam kampung yang berusaha menjadi ayam merak. Itu aja.


***


“ Sialan lue. Anjing lue ya. “ katanya dengan nada keras. Dia bukan sahabat. Hanya teman. “ lu yang atur gua kena trap untuk naikin  modal. Kalau engga,  izin gua dicabut” lanjutnya. Saya diam dan senyum. 


“ Eh lu bisa engga sopan bicaranya “ kata Awi udah siap kepalkan tinjunnya. Saya tahu Awi kalau sudah bergerak engga berhenti sebelum orang terluka. Walau dia sudah jinak, tetap aja srigala. Kalau kepancing keluar juga liarnya. Saya pegang bahu Awi agar dia diam. 


“ Dari awal gua  tawar harga perusahaan lue. Lue bilang gua kampungan. Engga ngerti bisnis keuangan. Karena gua buka harga murah. Ya udah. Kita batal. Kita teman aja. Sekarang lue marah karena ada kewajiban tambah modal. Itu kan aturan pemerintah. Kenapa gua disalahin? . Semua perusahaan  kayak lue kena semua. Bukan lue doang. “ kata saya.


“ Ah jangan belaga bego lue. Gua tahu ini semua ulah lu. Karena lu tahu gua engga ada duit tambah modal. “ katanya sewot.


“ Ya sudah. Gua jalan aja dech. Nanti bicara lagi kalau lu sudah tenang. “ kata saya berdiri dan keluar dari ruang meeting kantornya. Dia kejar saya. Dari belakang terdengar dia bully saya. Saya cuek aja. Sampai di lift . Awi engga ada. Kemana dia? Saya balik laki ke dalam kantor teman. 


Saya menuju ruang meeting yang ada dalam kamar kerja teman. Keliatan Awi sedang tekan pakai kaki teman yang sedang duduk di kursi.  “ lue telp siapa saja yang lu anggap backing lue. Gua tunggu disini. “ Kata Awi  tenang. 


Duh masalah ini. Saya langsung teriak “ lepasin wi” awi kaget. Dia ngeliat saya dan akhirnya dia lepaskan. Bayonet ukuran pendek dia selipkan lagi di pinggangnya “ Lue keluar sekarang” kata saya kepada Awi. Setelah Awi keluar. 


“ Koh maafkan Awi. Maafkan” kata saya berlutut. “ cara awi itu sama saja merendahkan saya. Saya malu. Apapun akan saya lakukan agar kokoh maafkan saya. “ kata saya. Dia dekati saya dan rangkul saya. “ saya juga maafin,  Padang. Gua tadi emosi. Ya udah. Gua tahu jujur. Gua yang salah. Terserah lu aja. Kalau lu tetap mau beli. Belilah dengan harga lue mau. “ 


“ Ok Koh. Dirut gua lagi di NY. Bulan depan dia kembali. Suruh dirut lue ketemu dia. Biar mereka selesaikan. Kita mending main mahyong dan minum wine.” Kata saya. Dia tersenyum. “ Minggu depan ya. Sekarang gua lagi di rumah anak gua. Jaga cucu. Kerena anak gua ikut suaminya ke luar negeri urus bisnis” katanya. Saya melambaikan tangan keluar kamar kerjanya.


Sampai di lobi Awi keliatan sedang berdiri. “ Balik kantor ya” kata Awi.


“ Antar gua ke PI dah tuh lue balik ke kantor” Kata saya. Dalam kendaraan “ Jel, Maafin gua tadi. Engga bisa terima lue dihina begitu. Apalagi dia bilang lue perampok dan bandar rentenir. “ 


“ Jangan pernah sekalipun lakukan seperti tadi. Itu sudah masa lalu kamu. Cukup sekali itu aja. Ngerti lue!


“ Ya jel. Tapi kenapa lue sabar banget ?


“ Dia sedang posisi sangat lemah. Karena dimakan oleh  ego dia sendiri. Jadi wajar kalau dia mudah menyalahkan siapapun. Itu penyakit  paranoid. Dekat sekali dengan gila. Kita yang waras dan kuat ya harus ngalah“ kata saya.


“ Paham gua. Maaf ya Jel”


***

Dalam perjalanan ke Plaza Indonesia, saya diantar Awi. Dia salah tingkah karena saya diam saja setelah ingatkan dia agar jangan mudah emosional menggunakan kekerasan ke relasi bisnis.


  “ Jel, lue harus ngerti. Gua dihina engga apa apa. Tetapi kalau lue dihina gua engga terima. Gua keluar dari penjara lue terima gua sebagai mitra bisnis. Walau gua lebih tua dari lue,  tetapi tetap lu Dàgē gua. Gua sekolah hanya SD, rasanya kalau lue engga bantu gua, engga mungkin gua sekaya sekarang dan hidup lempeng di masa tua gua. “ Katanya. Saya diam saja. 


“ Ingat engga tahun 88. Lue kasih gua jaminan modal jadi agent SDSB. Usaha itu kandas, Uang lue habis. Lue engga marah. Terus gua datang lagi minta ongkos untuk jadi debt collector di Hong Kong. Lue tetap percaya gua. Lue kasih gua uang. Padahal bini gua yang gua tidurin, kagak percaya gua lagi. Mertua gua juga engga percaya. Semua teman teman waktu masih kecil, kagak ada yang percaya. Tetapi ada anak padang keling. Percaya gua. 


Gua sayang banget sama lue. Lebih dari sedara kandung gua. Sedara kandung gua aja kagak ada yang percaya gua. Lu satu satunya yang percaya gua. Hanya nasip gua aja yang  jelek. Selalu nyusahin lue. Apapun yang gua kerjain selalu gagal. Makanya gua nekat ambil alih casino di Kamboja. Teman gua di KL bantu gua cari desersi tentara Vietnam. Hanya 8 orang gua punya orang. Gua nekat aja. Gua berhasil acak acak semua bos Casino. Saat itu yang gua pikirkan hanye lue. Gua ingin datang ke lue sebagai orang yang lue banggakan.  Memang gua berhasil. Duit gua banyak, Tetapi lue engga keliatan bangga.


Ingat engga? Tahun 1993, kita pergi ke Karaoke di Hayam Wuruk. Gua diserang oleh preman di ruang Karaoke. Mereka serang pakai pedang samurai.Empat teman gua kabur semua. Padahal dua dari mereka anak buah gua yang ikut gua rebut kasino di Kamboja. Lu sendiri yang hadapi 4 penyerang gua. Karena gua udah jatuh. Punggung gua kena sabetan pedang samurai. Gua lihat lue pertaruhkan nyawa lindungi gua. Lue berhasil rebut samurai salah satu mereka. Tiga kena sabetan samurai lue. Akhirnya mereka mundur karena polisi datang.  Lue berhasil selamatkan nyawa gua.” Kata Awi. 


Saya pandang Awi yang sedang setir. Akhirnya saya menghela napas. Saya kembali menatap lurus ke depan. Sampai di belokan HI, saya berkata kepada Awi. “ Akhir bulan ke Thailand. Nanti sampai KL ada orang yang akan jemput lue.”  


“ Ngapain jel. Tugas apa lagi?


“ Lue mondok di Vihara selama 30 hari. Teman gua antar lue sampai tempat vihara itu “ Kata saya.


“ Jel…”


“ Ini perintah. “Kata saya tegas.


“ Siap ..! Kata Awi spontan.


Sampai di lobi, dia masih nawar “ Jel gua janji, engga akan emosional lagi. Janji.! Katanya berusaha memegang tangan saya.  “ Janganlah sampai mondok 30 hari. Gua dengar disana kita cari makan sendir tanpa uang. Tidur juga kurang. Bisa kurus gua. Lu kan tahu. Kalau kurus pasti gua jelek. Kagak ada lagi yang segan ama gua. Ngerti ya jel” Katanya memohon. Saya tatap matanya dengan keras. 


“ Ya Ya. Siap. Gua jabanin. Gua percaya lue. Pasti ini untuk kebaikan gua ya. “ Kata Awi. Saya langsung keluar dari kendaraannya.


***

Dulu waktu masih muda. Preman datang menyerang kami sedang di ruang Karaoke. Penyerang itu ada 6 orang. Kami berenam juga di ruang Karaoke. Mereka menggunakan pedang samurai. . Empat teman kabur. Tapi Awi kena sabetan pedang samurai di punggungnya. Dia terjatuh. Saat itu secara replek saya tarik Awi dan  sapu kaki penyerang Awi. Dia terjatuh. Dengan cepat saya rebut pedangnya. Saya berguling ke samping seraya mengayunkan pedang samurai itu ke arah kaki mereka. Saya bisa melukai paha dua dari mereka.  1 lagi menghidar kesamping, tapi ayunan pedang saya mengenai punggungnya. Itu berlangsung hanya sekian detik.

 

Yang tidak terluka, terkesima. Saya senyum saja. Tidak ada niat saya menyerang mereka. Saya tetap standby dengan pedang samurai. Mata saya terus ke matanya. Dia cepat ambil temannya yang terluka. Kebetulan satpam dan polisi datang ke ruangan itu. Sementara saya kena lengan dekat urat nadi wektu merebut pedang samurai tadi.


Pernah saya lihat dua group preman berkelahi di Dongguan China. Mereka semua pakai golok dan pedang. Tidak ada satupun yang terluka. Karena dua kelompok itu profesional. Mereka punya motif jelas. Mereka lakukan pertarungan itu dengan ketenangan tinggi. Terbukti waktu lawanya terjatuh, mereka tidak langsung menghabisi. Mereka beri kesempatan lawannya berdiri. Kalau ada yang lari, tidak dikejar. Motif mereka berkelahi untuk rasa hormat. Standarnya adalah moral. 


Banyak orang belajar bela diri. Tetapi ketika berkelahi, seni bela dirinya tidak nampak. Dia berkelahi seperti monyet. Mengapa? Karena belum bisa mengalahkan dirinya sendiri. Bagaimana mau menhadapi lawannya? Orang beragama. Belajar agama hebat. Tetapi dalam keseharian mereka sama dengan monyet. Itu karena mereka gagal mengalahkan dirinya sendiri. Banyak orang pintar bergeral hebat, tetapi kelakuannya tetap saja seperti monyet. Mengapa? Itu karena mereka tidak bisa mengalahkan dirinya sendiri. 


Jadi bagaimana bisa mengalahkan diri sendiri? Cobalah kendalikan nafsu makan. Kalau ada uang berlebih, jangan manjakan selera. Kalau tidak ada uang, sering seringlah puasa. Keduanya menyehatkan jiwa dan pikiran. Mengapa ? karena musuh utama kita adalah nafsu kita. Itu soal perut. Kalau itu anda bisa kendalikan, jangankan sikap rakus, sex saja bisa anda kendalikan. Maka anda sudah jadi kapten terhadap diri anda sendiri. Tidak ada yang perlu dikawatirkan lagi soal hidup. Itulah alasan saya mengirim Awi ke Vihara. Agar dia belajar mengalahkan dirinya sendiri.


Bisnis itu Ibadah...

  “ Bangunkan saya kalau sudah sampai di Plaza Senayan ”kata saya kepada Lina saat kendaraan masuk toll Pluit. “ Ya pak” Jawab Lina.  Masuk ...