Thursday, May 22, 2025

Mengapa IDR menguat atau melemah ?

 






Saat santai di café sore hari bersama Albert, Doni dan Hasan. Kami berteman lebih dari 20 tahun. Di usia menua kami sudah jarang bersibuk diri di luar rumah. Hanya keluar rumah kalau ada meeting penting. Setelah itu santai lagi. “ Bet,  lihat tuh Rupiah menguat. “  Doni berujar seraya mencibir. “ Mana ramalan lue rupiah bakal tembus Rp. 20.000.? mingkem dah lue “ Lanjut Doni ketawa.


“ Ah jangan besar hidung duluan lue. Tunggu aja, entar juga tumbang.” Jawab Albert. Saya senyum aja. Albert dan Doni cermin orang kebanyakan. Walau mereka bedua pengusaha. Tetapi tidak begitu paham dibalik pergerakan kurs. Mereka hanya tahu dari berita media mainstream. Umumnya pendapat pengamat ahli atau analis keuangan pada perusahaan forex, yang bisa jadi itu bagian  dari influencer bursa, yang kadang bias. Memancing orang awam berspekulasi forex.


“ Dalam system Kurs mengambang bebas maunpun terkendali, kurs menguat atau melemah, itu biasa.  Kuat belum tentu bagus, lemah belum tentu buruk” 


“ Loh kok pengertiannya jadi absurd. Kalau kurs lemah, itu artinya buruk. Kalau kuat, ya  bagus. “ Kata Albert. 


“ Ya engga begitu. “ kata saya tersenyum. “ Yang harus dipahami bukan berapa kurs tetapi apa yang membuat kurs menguat atau melemah. Dengan memahami itu, kita bisa tahu apakah kurs melemah bagus atau kuat bagus. Atau sebaliknya, kuat dan lemah engga bagus.” Kata saya.


“Mengapa ? Doni mengerutkan kening.


“ Menguatnya IDR terhadap USD, itu bukan berarti fundamental ekonomi kita kuat atau kebijakan fiskal dan moneter kita hebat. Faktanya ruang fiscal sangat sempit untuk ekspansi akibat defisit. DSR kita hampir 50% terhadap penerimaan negara. Sementara moneter kita juga rentan terhadap capital outflow. Itu bisa dilihat dari data akhir tahun 2024, posisi Investasi International kita mengalami defisit USD 245 miliar. Neraca pembayaran dan transaksi berjalan masih defisit kwartal 1 tahun ini.


Artinya kekuatan kurs kita ditopang sepenuhnya oleh utang luar negeri atau factor eksternal. Nah, konsekuensi nya kalau Index USD atau DXY melemah.  Otomatis asset bermata uang USD jadi menyusut nilainya. Investor  jual USD dan pindah ke asset bermata uang negara emerging market, termasuk Indonesia. Akibatnya permintaan rupiah jadi meningkat di pasar untuk berinvestasi pada surat utang negara dan saham. Menguatlah kurs IDR  terhadap USD.  


Nah yang jadi masalah adalah apakah IDR menguat itu bagus ? Perhatikan. Kalau DXY melemah artinya Cadev kita yang berupa asset bermata uang USD juga menyusut nilainya. Tentu kekuatan Cadev menjaga stabilitas belanja valas jadi melemah. Kalau Cadev tidak di topup tentu beresiko. Itu buruknya. Makanya response BI sangat menentukan terhadap fenomena market ini. “ kata saya.


“ Apa response BI sekarang dengan kurs IDR menguat terhadap USD, ? Tanya Albert.


“ BI turunkan suku bunga. “ jawab saya.


“ Mengapa ? albert penasaran ingin tahu.


“ Dengan turunnya suku bunga BI, IDR semakin kokoh dan liquid. Biasanya dengan USD melemah, harga komoditas ekspor seperti minerba dan CPO akan naik di pasar Global. Nah ini peluang mendapatkan valas untuk topup cadangan devisa yang menyusut.” Kata saya seraya tersenyum. 


“ Terus apa yang terjadi kalau karena USD melemah diikuti dengan kebijakan the Fed menurunkan suku bunga T-bill.? Tanya Albert. Nah ini seperti berita media massa, yang selalu menyebut issue kenaikan atau turunnya suku bunga the fed


“ Likuiditas akan semakin mengalir deras ke luar AS. Mengalir ke surat utang negara yang yield nya lebih tinggi. Termasuk ke Indonesia. Itupun kalau suku bunga dan value SBN kita lebih tinggi dari Tbill. Mau engga mau kan BI engga leluasa menurunkan suku bunga. Harus jaga spread yang reliable untuk mengalirkan likuiditas ke Indonesia.


Artinya kurs yang terlalu kuat akibat aliran modal lewat pasar uang, itu juga engga bagus. Itu hot money. Berongkos mahal. Apa jadinya kalau terjadi pembalikan. Uang balik ke AS. Kan bisa tumbang moneter kita. Jadi BI harus sangat prudent mengelola kurs dan likuiditas.” Kata saya.


“ Maksud, Ale “ kata Hassan menimpali. Mungkin dia lihat mereka tidak paham apa yang saya katakan. ” penguatan kurs rupiah terhadap USD lewat moneter tidak bisa dijadikan andalan  menjaga stabilitas rupiah. Karena gimanapun juga stabilitas kurs yang sehat itu berasal dari kekuatan fiscal. Nah fiscal itu terkait dengan defist APBN dan defisit neraca pembayaran dan neraca berjalan  “ Lanjut Hassa. Dia memang sarjana Ekonomi dan punya usaha bisnis konsultan.


“ Mengapa ? Tanya Albert


“ Karena USD melemah akan membuat harga komoditas di pasar global naik dan menjadi mahal bagi konsumen AS. Nah ini akan memicu inflasi. Yang pada gilirannya the fed terpaksa naikan lagi suku bunga guna meredam inflasi. USD akan mengalir lagi ke AS. IDR akan melemah. Rentan sekali. Kecuali memang fiscal kita sehat. Mau kuat atau lemah USD, IDR  tetap solid dan stabil menjadi mesin pertumbuhan “  Kata Hassan.


Albert dan Doni menyimak. Saya senyum aja.


“ Bisa jadi pelemahan USD ulah AS sendiri, atau by design. Karena AS gagal perang dagang dengan China, ya cara terbaik agar harga ekspor produk AS murah di pasar dunia, ya jatuhkan nilai  USD. Jadi dari segi harga AS lebih kompetitif terhadap China dan negara lainnya dan ini mendorong arus investasi real masuk ke AS. “ Lanjut Hassan.


“ Ya bisa juga begitu. Namun tidak bisa cepat proses relokasi indusri ke AS. Karena struktur industry AS tidak bisa bersaing dari segi upah dan ekosistem dengan China dan negara lain. Sebagai substitusi dari tarif resiprokal, penurunan USD, itu termasuk smart. “ kata saya.


Albert dan Doni saling tatap. Entah mereka ngerti atau engga. Saya diamkan saja sambil seruput kopi.


“ Dari penjelasan lue, Ale dan ditambah dari Hassan, kata kuncinya ada pada kekuatan fiscal. Kurangi defisit dan tingkatkan penerimaan negara. Artinya kerja keras meningkatkan pajak atau berusaha hemat APBN. “ Kata Doni sambil mengangguk.


 “Gimana dengan program populis Pemerintah sepeti MSB, 3 juta rumah dan Koperasi desa Merah Putih. Bukankah itu membuat APBN jadi defisit dan rasio utang meningkat terhadap PDB?  ” Tanya Abert.


‘ Setahu saya, selama 6 bulan pemerintahan Prabowo, efisiensi itu berjalan efektif. Belanja Kementerian kontraksi 11%. Sementara  realisasi belanja MSB baru 3% sampai April. Realisasi pengadaan rumah 3 juta juga 3 %. Soal koperasi Desa Merah Putih. anggaran dialokasikan kepada Pemda. Tidak menambah pos APBN. Ya, anggaran ada tapi standar kepatuhan untuk belanja diperketat. Kan sama saja ikat pinggang kencang kencang. “ Kata Hassan. Saya senyum aja. 


“ Prabowo smart. Dia player soal control uang. Uang masuk welcome, uang keluar entar dulu. Program tinggal program tapi kalau Menteri engga bisa bawa duit non APBN atau tingkatkan penerimaan negara  ya sorry aja. “ kata Doni tersenyum.


“ Memang caranya itu berdampak kepada kinerja pemerintah jadi engga keliatan. Terkesan hanya omon omon doang. Ya wajar. Sebagai konsekuensi berkurangnya ekpansi pemerintah lewat belanja APBN “ Kata Hassan.


“ Make sense. Background Prabowo kan pengusaha. Dimana mana pengusaha kan begitu mindset nya ” kata Albert. Doni mengacungkan jempol. Nah berdamai mereka. Saya senyum aja.


Saya seruput kopi dan melirik ke arah table yang agak jauh. Hassan melihat ke arah table itu “ Itu istrinya Ale, merangkap jadi supirnya. Ale kan engga bisa setir.” Kata Doni tersenyum seakan menjawab rasa ingin tahu Hassan terhadap wanita yang terus saya lirik dari tadi.


“ Ya gara gara Ojol pada demo, terpaksa istri antar gua meeting tadi di SCBD. Terus udah meeting, kemari ketemu lue orang.” Kata saya.  Hassan tersenyum. 


" Indah sekali masa tua Ale, Selalu bersama dengan istri. " Kata Albert.

" Ya padahal masa mudanya sibuk banget. Mungkin setahun 3 bulan  di atas pesawat dia. " Kata Doni.


“ Ale, lue kan lama di China. Gimana aturan soal ojol di China. “ Tanya Hassan.


“ Di China, provider aplikator harus menjamin pendapatan driver tidak boleh dibawah UMR. Harus dapat fasilitas asuransi dan jaminan jam kerja tidak boleh diatas normal. Provider aplikator juga harus transfarance terhadap cost operationya,  sehingga kalau mereka mengenakan tarif fee, itu bisa diterima oleh driver. Artinya tarif fee harus persetujuan dari driver sebagai mitra.” Kata saya.


“ Wah demokratis sekali mereka ya. Padahal mereka tidak menerapkan demokrasi liberal” Kata Hassan. 


“ Demokratis itu memungkinkan lebih buruk daripada otoriter. Karena merasa suara mayoritas suara Tuhan. Walau perbedaan suara hanya kurang 10%. Yang terjadi, yang mayoritas menganeksasi yang minoritas.  Apalagi electoral vote diongkosi oleh pengusaha. Dimana mana begitu” Kata saya dengan tersenyum. “ Ya udah. Gua undur diri dulu. Kasihan istri kelamaan nunggunya. Sehat selalu ya.” Kata saya menyalami mereka satu persatu. Sebelum pergi istri bayar bill kami.


Wednesday, May 21, 2025

Kepentingan nasional atau personal?

 




Saya makan siang bersama Abeng, Akim, Akok dan Herman di  Kawasan Jayakarta. Kami berteman sejak tahun 80an. Saat usia muda sebagai salesman jalanan. Tentu usia kami kini tidak jauh beda. Diatas 60 tahun semua. Walau kami semua pengusaha dan berbeda bisnis. Namun persahabatan tetap terjalin sampai kini.  “ Hebat ya. “ Seru Herman. “ BYD perusahaan China berinvestasi di Subang. Investasi lebih Rp 15 triliun. Rencana tahun 2026 selesai dibangun. Kapasitas engga tanggung tanggung. Mencapai 150.000 unit kendaraan listrik. ” Lanjutnya


“ Belum lagi, PT Frisian Flag Indonesia sedang bangun fasilitas pabrik baru dengan luas 45 hektar, berkapasitas  400.000 kilogram susu segar setiap hari.” Kata Hermen dengan bersemangat. Dia satu satunya teman kami yang bukan pengusaha kreatif. Bisnisnya lebih berfocus kepada rente, bidang minerba dan pembangkit listrik. Memang dia kaya karena itu dan tak nampak berlelah urus bisnis. Mitra asing nya yang handle operation. Dia duduk manis dapat cuan.


Saya melirik Abeng yang tersenyum melihat ke Herman. 

“ Artinya ambisi Presiden untuk mencapai petumbuhan 8% bukan omong kosong. Walau sekarang menurut IMF, tahun ini diprediksi PDB tidak tumbuh diatas 5%. Namun ditahun tahun mendatang harapan itu ada. “ Kata Herman lagi.


“ Man, seru saya. “ BYD bangun pabrik di Subang hanya manufacture. Semua bahan seperti baterai, motor listrik, dan sistem elektronik, didatangkan dari China. Di sini hanya merakit saja. Begitu juga dengan Frisian Flag, 80% bahan baku susu dari impor. Hanya 20% local, itupun harga murah karena kualitas rendah.


Seperti halnya BYD dan Frisian Flag, mereka bangun pabrik dengan tujuan memanfaatkan pasar domestic kita yang besar. Nilai tambah terbangunnya TKDN dalam negeri tidak ada. Justru memperkuat basis produksi mereka kuasai pasar domestic dan Kawasan ASEAN. Dan kita hanya konsumen.  “ kata saya.


“ Loh gua dengar BYD dan Frisian Flag punya program peningkatan TKDN. Bahkan pemerintah beri insentif untuk itu.” Kata Herman.


“ Duh, kita semua tahulah. Aturan dengan kenyataan beda. Logika aja. Kalau pemerintah memang peduli kepada local konten, mengapa mengizinkan BYD buat pabrik di Indonesia. Kan kita tahu, BYD itu pabrik ekosistem EV, yang 70% part nya mereka produksi sendiri. Engga mungkin mereka mau patuhi TKDN. “ Kata Abeng tersenyum. 


“ Begitu juga dengan Frisian Flag, anak perusahaan dari Friesland Campina yang bermarkas di Belanda. Mereka kan raksasa food dan beverage kelas dunia. Mereka punya pabrik di 100 negara dan di sini mereka sudah beroperasi sebelum Indonesia merdeka “ Lanjut Abeng.


“ Ya benar, Kemarin Apple gagal investasi karena alasan TKDN. Seharusnya Apple belajar sama orang China dan Belanda gimana elus telor pejabat kita. “ kata Akok menyela. Semua ketawa. Saya senyum aja dan Herman tersenyum masam.


“ Tapi kan investasi masuk dan itu berdampak kepada pertumbuhan ekonomi dan menyerap Angkatan kerja. Benar engga?” Kata Herman berargumen menatap saya. 


“ Benar. “ kata saya tersenyum. “ Tetapi pertumbuhan ekonomi lewat investasi tidak selalu bagus kalau ingin mencapai pertumbuhan berkelanjutan. “ Kata saya.


“ Mengapa? Tanya herman.


“ Mereka yang invest itu kan datang ke Indonesia dengan mindset pedagang. Bukan mindset industry yang membutuhkan riset untuk kemandirian kita sebagai bangsa. Kalau pasar jenuh akibat persaingan dengan produk impor atau perubahan tarif, mereka akan redup dan hengkang ketempat lain. Kan itu sudah dibuktikan sejak era Soeharto. Pabrk datang dan pergi begitu saja. Kita tetap aja tidak mandiri. Malah terjadi deindustrialisasi “Kata saya.


“ Engga ngerti gua. “ kata Herman. Awi dan Abeng tersenyum melihat Herman mengerutkan kening.


“ Selama era Jokowi total  investasi APBN untuk infrastruktur mencapai Rp. 3000 triliun lebih. Kalau ditambah proyek PSN bisa mencapai Rp 4000 triliun lebih. Artinya setiap tahun lebih Rp. 400 triliun dana investasi. Hasilnya rata rata pertumbuhan PDB hanya mencapai 5%. Bandingkan dengan Vietnam dan Rwanda yang mampu mencapai pertuumbuhan diatas 6%. Padahal investasi mereka tidak sebesar kita. “ Kata saya.


“ Dan lucunya udah begitu besar investasi APBN dengan growth hanya 5%, makmur juga engga. Malah kemiskinan menurut bank dunia diatas 50% dari populasi.  Makanya perlu bansos dan subsidi sebagai bantalan ekonomi yang selama era Jokowi mencapai Rp 6000 triliun lebih.  Nah kini saat ruang fiscal terbatas, DSR terhadap penerimaan negara hampir 50%, tidak cukup uang untuk ekspansi, pertumbuhan malah drop. Paham lo man! “ kata Abeng. 


“ Artinya memang engga salah investasi bisa memicu pertumbuhan, tapi tidak  menjamin inklusif dan tidak menjamin terjadinya sustainable “ kata saya  menimpali untuk dipahami Herman. Memang diantara kami hanya Abeng yang sarjana ekonomi lulus tahun 86,


" Januari 2024, Mubadala Energy berhasil menemukan cadangan gas  di Blok Andaman II dan South Andaman,  lepas pantai Aceh. Ini merupakan salah satu cadangan gas terbesar di dunia. Rencananya tahun 2025 sudah final investment decision. Ini investasi raksasa. Tentu akan meningkatkan PDB kita. “ Kata Herman lagi dan ngotot.


“ Sampai sekarang engga jelas tuh kelanjutan dari Proyek itu. Memang engga mudah dan engga pasti. Yang pasti, Mubadala Energy udah dapat kontrak jual Gas ke Pupuk Indonesia, dengan produksi gas dari sumur Tangkulo-1. Rencana delivery akhir 2028. Dan kalaupun nanti Blok Andaman II dan South Andaman berproduksi, gua dengar semua di offtake oleh Pertamina. Jadi kita yang punya SDA, orang asing yang invest, market nya kita sendiri, dan lucunya market international price dengan mata uang USD. Bukan IDR. " Kata saya.


" Well, you know. In reality, our officials are not smart enough to be trusted to manage natural resources for national interests. They only work for personal interests. " Kata Abeng menimpali. Kami semua tersenyum. Walau kami jarang ketemu namun setiap pertemuan sangat menyenangkan. Seakan masih terasa muda. Ya teringat dulu waktu masih muda kami melata di jalanan untuk bertahan hidup sebagai salesman.


“ Jadi baiknya menurut lue gimana ? tanya Herman tetap focus ke saya tanpa peduli komentar Abeng. 


“ Sebaiknya industry yang mengandalkan pasar domestic dan bahan baku impor dikelola oleh BUMN. Jadi pemerintah bisa awasi langsung perkembangan local konten atau TKDN. Keterlibatan UMKM sebagai supply chain akan lebih banyak. Multiplier effect terjadi. Program sinergi riset antar lembaga pemerintah dan antar swasta bisa lebih terarah. Dengan itu kita bisa berharap tercapai kemandirian dalam jangka Panjang. Engga takut dengan hengkang nya asing. Sehingga pertumbuhan bisa sustain.” Kata saya.


“ Ah BUMN lagi.” Kata Akim kibaskan tangan. Padahal dari tadi dia diam Ternyata dia menyimak pembicaraan kami “ Sejak kapan BUMN melaksanakan tugas negara? Yang ada malah boncosin APBN, minta talangin utang bank karena rugi dan skandal korupsi ” Lanjut Akim.


  Aneh aja. “ Sela Akok. “ Di group gua engga pernah dengar tuh anak usaha yang berani minta suntikan modal  atau minta bailout utang bank. Laporan kwartal laba dan omzet turun, udah gua omelin dirutnya. "


“ Akhir tahun rugi, pecat semua dewan direktur yang engga Kok” kata Abeng ketawa.  

“ Kita kan bayar kerjaan, bukan bayar orang. Enak aja mereka hidup mewah dengan fasilitas perusahaan. Pas rugi ngeles. Kick out lah “ Timpal Akok. 


“ Susah sama lue orang. Paranoid terus“ kata Herman dengan nada kesal. 


" Ya bedalah dengan lue. Yang kaya raya karena bisnis konsesi. Harus elus telor terus pemerintah. " Kata Akok.


"Kritis itu sehat dan menyehatkan. Sama dengan bini di rumah. Engga berhenti ngomel salahin kita. Kan awet muda kita semua. " kata Akim.

Tuesday, May 20, 2025

Terlalu rakus..

 




“ Bro, tolong dikritisi tulisan saya ini sebelum saya posting di jurnal ilmiah.. “ demikian tulis Marie via email. Mungkin sudah sebulan saya tidak ada waktu baca draft nya. Kemarin sore dia bisnis trip ke Jakarta. Sempatkan untuk bertemu saya. Tentu saya sanggupi. Dia ekonom dan juga dosen. Di luar itu dia juga sebagai konsultan ekonomi. Sebagian besar clients nya adalah  MNC. 


Topik bahasannya tentang fenomena pengangguran. Saya maklum. PHK terjadi dimana mana. Bukan hanya di Indonesia. Negara maju juga. Memang penyebabnya mudah diketahui. Akibat ketidak pastian geopolitik global, suku bunga tinggi, volatilitas kurs, gangguan rantai pasokan, yang semuanya berimplikasi kepada inefisiensi ekonomi. Selalu PHK sebagai solusi.  


Bagi business yang memang  secara struktur sudah sunset akibat perubahan tekhnologi memilih pailit. PHK total. Bagi yang masih bisa bertahan dan punya prospek, mengubah proses produksi lewat otomatisasi. PHK tidak bisa dihindari. Tapi tidak significant. Masih juga belum kokoh, biasanya mengubah business model yang tidak butuh tenaga kerja banyak.  PHK akan sangat significant. Fenomena ini terjadi meluas hampir diseluruh dunia terutama negara yang mengandalkan eksport dan FDI. Sementara jumlah tenaga kerja yang siap masuk lapangan kerja terus bertambah. Ini akan menambah jumlah pengangguran. 


Kami bertemu di Burgundy Café,  Grand hyatt. “ Riset saya membuktikan bahwa PHK terjadi meluas akibat kebijakan pemerintah di bidang fiscal dan moneter  yang tidak pro job. Ini masalah mudah dipahami tapi tidak mudah diselesaikan. Sudah seperti benang kusut. Apapun solusi selalu berujung debat tak berujung” kata Marie mengawali diskusi. Saya menyimak saja.


“ Gimana perspektif kamu soal fenomena PHK ini? Tanyanya.


“ Menurut saya PHK ini sudah terjadi sejak 10 tahun lalu. Sebagai akibat dari fenomena imbalance economy global. Terutama ketidak seimbangan antara moneter dan fiscal. Yang berujung kepada ketidak seimbangan dari sisi demand and supply. Sifatnya structural sekali. Ini bukan masalah ekonomi semata. Tetapi lebih kepada masalah mental atau mindset. Kerakusan ingin makmur sendiri. 


Ada negara yang terus memacu produksi. Yang akhirnya pertumbuhan ekonomi stuck. Over supply  terjadi dimana mana. Ada negara yang terus memacu uang beredar lewat leverage hutang dan finanicialisasi PDB. Rasio utang terhadap PDB sudah diatas wajar.  Likuiditas jadi ketat. Pertumbuhan stuck bahkan slow down. Semuanya menimbulkan paradox. “ kata saya tersenyum menguatkan kesimpulannya.


“ Padahal ada  tekhnologi IT yang digadang gadang sebagai lompatan peradaban 4 G, 5 G dan 6 G  dalam system produksi dan konsumsi yang efisien, malah justru karenanya banyak bisnis tradisional kalah besaing dan tumbang. Banyak pekerja formal beralih ke informal. Ini melahirkan inefisiensi dari sisi sosial cost, yang berujung middle income trap.”  Kata Marie 


“ Gimana pendapat kamu ? tanya Marie. Saya senyum aja sambil seruput kopi. “Apakah kamu percaya bahwa sumber masalah ekonomi itu lebih disebabkan oleh factor diluar ekonomi? Tanya saya. Ini penting agar diskusi bisa efektif. Dia mengangguk, walau terkesan tidak sependapat.


“ Semua industry high tech itu berujuan menghasilkan nilai tambah tinggi. Mereka perlu bahan baku dari Mineral tambang atau industry ekstraksi. Di dunia ini  hanya ada 10 pemain. Semua perusahaan tambang dimanapun pasti terhubung dengan 10 pemain ini. Mereka menjadi diktator menentukan harga dan ekosistem bisnis. Kita semua tahu Freeport pemilik IUP di Papua. Kita juga tahu inalum sebagai pengendali Freeport. Tetapi tidak banyak orang tahu siapa dibalik teknologi, pasar dan modal freeport. Ya salah satu dari 10 raksasa itu.


Misal kamu atau siapapun dapat IUP diatas 5000 hektar, kemanapun kamu cari market ekspor, kagak mungkin dapat. Kalau market tidak pasti. Tidak ada bank yang mau biayai. Kalau tidak ada kepastian modal, walau IUP di tangan, jangan harap dapatkan teknologi. Namun sekali kamu terhubung dengan top 10 itu, kamu udah kena trap lewat skema counter trade off set.  Semua hal berkaitan dengan modal, tekhnlogi dan market bukan lagi masalah.  Itu memanjakan kamu sebagai penikmat rente.


Mereka top 10 itu engga mau tahu soal lingkungan rusak. Karena mereka sudah bayar kamu. Tugas kamu membeli penguasa lewat pengaruh uang atau politik elektoral. Hidup kamu hedonis dan tugas kamu hanya menghadapi gugagatan aktifis lingkungan dan rakyat yang terampas tanahnya. Itu tidak ada masalah. Akan ada aparat dan ormas agama yang akan menenangkan. 


Begitu besar sumber daya dikorban, namun yang menikmati hanya segelintir saja. Bahkan serapan tenaga kerja juga rendah. Setiap Rp. 1 triliun investasi pada industry pada karya seperti alas kaki dan tekstil menyerap pekerja sebanyak 6.500 orang. Sementara industry ekstraksi nickel hanya 156 orang. Batubara lebih rendah lagi. Hanya 44 orang. Sangat rakus.  Sementara kita tahu industry ekstraksi itu menjadi pemasok bahan baku bagi industry high tech. Investor nya sama saja. Sama sama mindset rakus. Sama sama pemain bursa.  


Mari perhatikan struktur cost satu 1 unit Hape Iphone 15. Ongkos produksinya hanya USD 130. Di tambah ongkos design dan royalty jadi USD 423. Itu harga pokok siap dijual. Bayangin aja. Beda ongkos design lebih dua kali lipat dari ongkos produksi yang melibatkan angkatan kerja luas dan sumber daya. Selisih itulah lambang kerakusan manusia. Belum puas? Itu hape dibeli konsumen dengan harga USD 1200. Itu artinya hampir tiga kali dari harga pokok. Betambah lagi kan rakusnya. 


Mengapa sangat rakus? Itu karena kerakusan investor bursa yang ingin value saham meningkat ratusan kali. Lebih gila lagi, investor bursa bertransaksi saham itu pakai skema leverage. Rasio profit jadi ribuan kali tampa melibatkan ribuan pekerja. Hanya main depan terminal.  Nah semua kerakusan ini berdampak kepada meningkatnya uang beredar, yang tidak menciptakan trickle effect down. Hanya berputar di atas saja, yaitu elite berduit. Rasio GINI melebar. Imbalance economi terjadi.


Nah, pada akhirnya kerakusan pasti terbentur dinding paradox. Dimana daya beli melemah dan laba perusahaan turun. Apakah investor itu peduli dengan kinerja perusahaan terpuruk? Tidak. Mereka malah alihkan uangnya ke surat utang negara. Mengapa? Sudah bisa ditebak. Pemerintah pasti membuat kebijakan stimulus lewat penerbitan surat utang.  Agar bisa memompa likuiditas ke dunia usaha. Tambah lagi income mereka dari bunga dan yield surat utang. Artinya dalam situasi booming maupun krisis mereka tetap cuan. Sementara mayoritas rakyat disaat booming tidak menikmati kemakmuran dan terpuruk disaat krisis.


Saat sekarang keadaan ekonomi serba tidak pasti. Itu istilah sederhana menyebut dampak buruk dari kerakusan. Dunia ini cukup untuk semua orang di planet bumi ini. Tetapi tidak cukup untuk satu orang rakus.  Kini Industri padat karya RI sedang bermasalah. Mulai dari tekstil, CPO, hingga tembakau, itu udah end. Bukan lagi trend bisnis yang reliable bagi investor. Para pemilk uang lebih memilih menikmati rente dari kerakusan negara berhutang. Proses PHK akan terus berlanangsung. Karena memang selama ini kapasitas berlebih dari yang bisa diserap pasar. “ kata saya. 


Marie dari tadi menyimak dan wajahnya  keliatan berubah serius. “ Jadi apa solusinya ? tanyanya.


“ Model pertumbuhan yang dipimpin investasi telah mencapai batasnya. Itu harus akui dulu oleh para ekonom. Baru kita bisa lanjut diskusi. “ Kata saya tersenyum. Marie menangguk. “ Disituasi sekarang kan ekspansi kredit dan spending APBN tidak lagi memberikan reward yang reliable. Itu tercermin dari volatilitas kurs dan defisit anggaran. Artinya ada yang salah dalam sistem  ekonomi, yang tadinya kita percayai akan membawa kemakmuran bagi semua.


Solusinya hanya satu, yaitu konsumsi domestic.  Mengapa? Lebih 50% PDB kita didukung oleh belanja domestic. Artinya Focus kepada inward looking policy pada sektor pertanian, industri kreatif, pariwisata, dan manufaktur yang akan efektif menyerap lapangan kerja, yang tentu meningkatkan kesejahteraan. Sektor industry ekstraksi engga usah jadi focus, apalagi jadi andalan ekspor. 


Tentu dibutuhkan reformasi struktural untuk mengubah model ekonomi secara signifikan. Ada beberapa opsi reformasi yang tersedia, meskipun bervariasi dalam kelayakan finansial dan politik. Diantaranya adalah mengurangi kesenjangan desa dan kota lewat reformasi tata niaga. Alokasi fiskal kepada sector produksi dan menghapus anggaran populis. Memotong jalur distribusi lewat warehouse ecommerce market place yang terhubung dengan ekosistem financial  dan market. Memberikan insentif bagi industry substitusi impor dan memperbesar alokasi belanja APBN kepada produksi dalam negeri.


Reformasi ini membutuhkan peran aktif masyarakat secara luas, maka reformasi politik dan birokrasi juga perlu dilaksanakan secara konsisten. Yang menjamin transfaransi dan akuntabilitas. Yang memastikan perang terhadap korupsi dan state capture harus dimenangkan. Mengapa? Agar rakyat punya keyakinan negara hadir dalam solusi dan niat baik. Tanpa itu, reformasi tidak akan berjalan smooth.  berujung kepada nation fail. “ Kata saya.


“Apakah mungkin? Kata Marie dengan berkerut kening. “ Reformasi ekonomi dan politik membutuhkan social engineering. Itu tidak akan terjadi tanpa perubahan mindset. Seperti kata aktifis di AS, pemerintah juga bagian dari creator imbalance economy, yang membuat segelintir orang kaya semakin kaya dan miskin semakin terpuruk. Dan penguasa menikmati itu. I dont think so mereka mau berubah ” Lanjutnya. Saya diam saja. Inilah susahnya. Bila akademisi jadi paham lapangan. Dia tidak lagi focus kepada hal akademis tetapi berubah jadi aktifis social dan politik.


Saya tidak tahu mengapa dia suka diskusi dengan saya. Padahal saya tidak punya pengetahuan akademis. Saya hanya pebisnis yang tamatan SMA. Belajar dari pengalaman praktis dan gemar berliterasi“ Saya suka karena kamu bisa melihat ekonomi dari perspektif lain. Terutama dari praktek lapangan“ katanya satu waktu. Tapi saya tidak yakin alasannya hanya itu. Terbukti bila saya business trip ke New York dia juga tidak menolak saya ajak dinner and date.



Mengapa IDR menguat atau melemah ?

  Saat santai di café sore hari bersama Albert, Doni dan Hasan. Kami berteman lebih dari 20 tahun. Di usia menua kami sudah jarang bersibuk ...