Sunday, April 13, 2025

Rekayasa sosial kemandirian

 



Setelah teman pergi. Saya tetap di cafe sendirian di kawasan SCBD. Saya pindah ke table bar. Tampa menoleh saya lirik di samping saya ada wanita duduk sendirian. Cantik memang. Saya terpaksa menoleh ke kiri melihat kearahnya. Tetapi wajahnya keliatan tidak suka saya liat. Padahal saya bukan liat dia langsung. Tetapi melihat kearah deretan minuman. Saya mau pesan cocktail. Haus soalnya. Eh wanita itu malah pindah ke table. Sepertinya dia takut dekat saya.  Tak berapa lama temannya datang. Saya tidak begitu perhatikan. Karena mereka saya punggungi.


Saya terus asik rokok dan minum cocktail sambil baca news lewat smartphone. Rencana jam 8 malam saya pulang. Jam 6 sore saya pergi ke toilet untuk selanjutnya Sholat maghrib. Saya amprokan dengan Jasson. “ B, Masih di Hong Kong. “ Sapanya.


“ Ya tapi engga begitu aktif. Kamu masih di Boston kan?


“Engga. Sejak tahun lalu, Perusahaan pindahin saya ke kantor di Jakarta. “


“ Makin besar aja portfolio bisnis perusahaan kamu ya” kata saya,


“ Ya. Tetapi saya tetap saja pegawai. Sama seperti Tom, CEO kamu di New York. “


Usai dari toilet saya terus ke mushola untuk sholat maghrib. Setelah itu saya  kembali ke Cafe. Lanjutkan minum Cocktail. Ternyata Jasson sedang bicara dengan wanita yang  tadi duduk di table bar sebelah saya. Jasson  senyum kearah saya. Saya engga mau ganggu privasi dia. 


Tak berapa lama, Jasson mampir ke table  bar. Kami ngobrol  “ Tahun lalu saya  business trip ke China. Sempat 2 minggu. Itu mungkin terlama saya di China. Sebelumnya  paling lama 3 hari.  Luar biasa pembangunan di China. Bagaimana mereka bisa mengubah peradaban yang  50 tahun lalu terkesan  inferior kini menjadi superior “ Tanya Jasson.


“ Itu berkat social engineering.” Kata saya.


“ Bagaimana mungkin mereka bisa melakukan social engineering.  Penduduk mereka kan banyak. Kan beresiko secara politik..” 


“ Mudah saja. Tidak sulit” Jawab saya dengan tersenyum. 


“ Bagaimana bilang mudah? Ini kan soal perubahan peradaban dari penduduk diatas 1 miliar. Manusia kan bukan mesin yang seenaknya diubah. “ Kata Jasson.


“ Kalau anda pernah baca buku, cellular programing and reprograming oleh Sheng Ding, secara sains bisa dijelaskan tentang kemampuan cell programming entity, bahwa manusia punya kemampuan diprogram dan memprogram ulang diri. Jadi bukan hal yang sulit mengubahnya by design.” Kata saya.


“ Wah menarik nih. How ?


“ Ibarat computer, raga kita adalah hardware. Namun bekerja berdasarkan software. Nah dalam diri manusia software itu adalah   akal dan hati. Itu Tuhan yang design, hanya khusus untuk manusia Tidak pada makhluk lain..” Kata saya.


“ Apa itu di program ? 


“ Aplikasi tentang kebaikan dan kebenaran atas dasar cinta dan kasih sayang. Contoh dari kecil anda mengenal cinta dari kedua orang tua maka selanjutnya itu akan menjadi program dalam diri anda. Guru di sekolah menanamkan program dalam diri anda. Lingkungan keluarga juga berperan meng create program dalam diri anda. Lingkungan persahabatan juga berperan. Itu disebut dengan value kebudayaan. Tuhan sendiri yang mengajarkan manusia” Kata saya.


“ Tetapi dalam perkembanganya, terjadi distorsi dan malah menjadi mindset. Orang tua, sekolah dan lingkungan justru membuat anda punya mindset follower, lemah kreatifitas, paranoid, pembenci dan anti perubahan.” Kata Jasson.


“ Ini bukan value kebudayaan. Itu penyakit peradaban. Harus diperbiki terus menerus. Disitu perlunya kepemimpinan. Makanya setelah jatuhnya Dinasti terakhir di China, dan terbentuknya republik. Feodalisme semakin mendapat tempat. Terjadi benturan antar kelas sebagai awal bangkitnya komunisme.  Sebelum China membuka diri kepada dunia luar,  yang dilakukan terlebih dahulu oleh Mao adalah revolusi kebudayaan. Semacam social engineering berkskala luas. Value lama China sebagai identitas masyarakat berbudaya dibangkitkan. Yang sebelumnya terdistori dikubur. Ya, karena pendekatannya kebudayaan, revolusi itu menjadi  inspirasi dan tidak sulit masyarakat  menirunya untuk membangun peradaban lebih baik. “ Kata saya.


“ Apa mungkin bisa semudah itu mengubah mindset yang terlanjur terdistorsi ? tanya Jasson.


“ Sebenarnya dalam diri manusia itu sudah disediakan Tuhan cetak biru kebaikan, kehebatan dan kekuatan termasuk untuk memprogram ulang diri. Dalam buku Self induce and mind control oleh Gregory T. Peele, dijelaskan cara mencapai sukses dalam hidup dengan mengatur pikiran, kebiasaan, tindakan anda melalui pemrograman diri dan  self hypnosis. “ Kata saya.


“ Oh I see. Jadi sebenarnya memang tidak sulit. Karena software nya ada pada diri kita. “ Kata Jasson mengangguk tanda paham “ Bagaimana melakukan program ulang diri ? tanyanya.


“ Pertama, anda harus paham apa itu tujuan dan apa itu metodelogi. Nah disini anda harus punya kemampuan literasi dan kebiasaan membaca. Contoh, agama atau idiologi itu metodelogi mencapai tujuan, bukan tujuan. Jadi tidak perlu ada benturan antar agama. Tidak perlu ada benturan antar idiologi. Toh itu hanya metodelogi, soal pilihan, bukan masalah substansial.


Kedua, pentingnya kebebasan berpikir, yang sehingga bisa membedakan mana metodelogi dan mana tujuan. Makanya di China, mereka engga pusing walau hanya ada satu partai komunis. Engga pusing siapa presiden. Engga pusing dengan urusan keyakinan beragama orang lain. Engga pusing dengan titel. Kan hanya metodelogi , bukan tujuan. Bahkan di era presiden Hu Jintao, pendidikan luar sekolah diakui sejajar dengan pendidikan formal. Sehingga orang belajar di sekolah motif nya ya murni untuk belajar. “ Kata saya.


“ Gimana belajarnya ? 


“ China menghapus program hapalan yang menentukan salah benar. Makanya di China ujian sekolah lebih banyak menggunakan essay daripada multiple choice. Nilai dan rangking ijasah dihapus.  Mengapa ?  Reformasi pendidikan di China orientasinya adalah mengarahkan orang untuk mampu memprogram dirinya sendiri sesuai dengan nilai nilai kebudayaan. “ Kata saya. 


“ Terus …”


“ Ketiga, menghapus stigma. Salah dan benar itu relatif. Ukuran bukan dari orang lain tetapi kembali kepada diri anda sendiri. Apa yang baik untuk anda pasti datang dari Tuhan, maka kerjakan dengan sungguh sungguh. Jangan biarkan persepsi anda di create orang lain. Jangan!  Hidup anda adalah takdir anda, dan anda sendiri yang merasakan, bukan orang lain. Bahasa mesranya adalah kemandirian. “ Kata saya tersenyum.  Dia menoleh ke saya “ Teruskan..” katanya 


“ Nah revolusi kebudayaan China hasilnya adalah mengembalikan nilai nilai lama itu, yaitu kemampuan memprogram diri sendiri untuk menjadi diri sendiri. Jadi, saat tahun 80an China membuka diri lewat reformasi , mereka  melakukan lagi social engineering. Tetapi karena Akal dan hati sudah terbentuk lewat revolasi kebudayaan, mereka bisa menerima proses reformasi itu tanpa kehilangan indentitas. Dan lagi memang pemerintah meng apply semua program itu, bukan sekedar retorika “ Kata saya. 


Jasson mengangguk.. “ Kesimpulannya, program pendidikan adalah melatih orang untuk punya kemampuan memprogram dirinya sendiri. Menjadi manusia yang bisa membentuk dirinya sendiri, yang mandiri, kreatif, inovasi. “ Katanya.


. “ Anda berbisnis di China, sementara kini Trump nyatakan perang dagang dengan China. Apa yang bisa saya katakan sebagai teman. Moga semua baik baik saja.” Katanya dengan agak canggung. Saya tersenyum menatapnya.


“ Tapi kalau dari penjelasan anda soal social engineering, saya yakin China akan baik baik saja. Perubahan terjadi disegala bidang berkat  social engineering. Sukses membawa China ke masa depan dengan kemajuan yang spektakuler. “ Katanya. 


“ Sebenarnya China tidak punya konsep yang spektakuler seperti Sarjana Harvard atau MIT. Mereka berpikir sederhana menyikapi tuntutan perubahan. Yaitu, mereka menerima pasar terbuka dan melakukannya dengan apa yang bisa mereka lakukan. Mereka mengadalkan keunggulan komparatif. Orang lain untung, mereka juga untung” kata saya.


“ Yang jadi masalah adalah kepemimpinan pasar itu sepenuhnya dikendalikan oleh kekuasaan yang totalitarian. Itu terasa sekali di era Xi Jinping dengan tampilnya state capitalisme. AS anggap ini tidak demokratis. Tidak sesuai dengan prinsip kebebasan pasar bagi semua” Kata Jasson. Saya menyimak. 


“ Pertumbuhan ekonomi China yang pesat  “ Lanjut Jasson. “ setelah Mao wafat dan reformasi Deng dilaksanakan. China mempersiapkan diri untuk bergabung dengan WTO. Kepemimpinan pasar berproses. Tahun 2001 China bergabung dalam WTO. Hasilnya memang luar biasa. Pada tahun 1970, produk domestik bruto  riil China hanya  USD 200  miliar something. Namun, setelah pasar meluas dan individu memiliki lebih banyak peluang untuk menjadi kaya, PDB riil tumbuh diperkirakan tahun ini akan mencapai $ 19 triliun.


Tapi kemajuan itu tidak berada di ruang hampa. Banyak hal yang dilanggar Xi Jinping terutama hubungan antara pemerintah dan pasar.  Koleganya yang juga Perdana Menteri, Li Kegiang, udah peringatkan hal itu pada tahun 2015. Tapi Xi Jinping mengabaikan saran itu. Baginya melepaskan kontrol negara terhadap pasar justru akan mendegradasi kekuasaan Partai. Seharusnya Xi memahami bagaimana demokrasi  itu di apply” Kata Jasson.


“ Coba pahami ini. “ Kata saya tersenyum. “ Bagi AS demokrasi itu adalah kebebasan berpendapat, keterbukaan dan kesetaraan dihadapan hukum. Apakah juga kebebasan mengakses sumber daya? Apakah juga kesetaraan mengakses peluang? Kan tidak ada itu. Kebebasan dan kesetaraan hanya bagi pemodal. Begitu capitalisme bekerja. Tidak berlaku bagi simiskin.


China tentu berbeda meng apply demokrasi. Mereka memberikan akses sumber daya melalui pembangun infrastruktur ekonomi yang massive. Sehingga dimananpun rakyat China berada bisa meng-akses sumber dayanya. Distribusi barang dan jasa efisien. Membangun financial inklusif secara gotong royong yang dipimpin oleh kepala daerah seperti LGVF atau local government vehicle fund , sehingga memberi akses permodalan bagi siapa saja. Dibidang hukum, China menerapkan hukuman mati bagi koruptor. Begitu China menerapkan demokrasi.” Kata saya.


“Mengapa mereka menerapkan kepemimpinan tunggal? Tanya Jasson “ Apakah system itu pemaksaan terhadap HAM? 


“Seperti yang saya katakan tadi. Rakyat China tidak bisa lepas dari  kebudayaan.  Ibarat  ikan dan Air. Kalau mereka tercabut dari kebudayaan, mereka akan jadi bangsa yang kalah. Sejarah mencatat ribuan tahun China dipimpin oleh kerajaan. Dan dinasti itu bertahan ratusan tahun. Tanpa dukungan kebudayaan, mana mungkin bisa bertahan. Artinya aaceptable. Nah kepemimpinan Tunggal lewat PKC itu  adalah kebudayaan. Hanya ganti nama dari Dinasti ke republic. Budaya tidak berubah.   “ Kata saya.


“ Tapi perbedaan system politik itu merugikan kami secara ekonomi. Kini kami suffering dengan utang USD 36 Triliun. Defisit anggaran diatas 5% PDB. Defisit perdagangan dengan banyak mitra dagang kami, terutama dengan China. Banyak pabrik yang tutup.” katanya,


“ Think about it.  “ Saya tersenyum. “ Apakah China memaksa orang AS membeli barangnya? Kan tidak. AS semakin makmur akibat konsumsi barang dari China yang murah. China harus happy dengan laba rendah, sementara kalian high profit. Apakah China ngiri? Kan engga. Akibat begitu besarnya kapasitas indusri untuk memasok kebutuhan pasar AS, rakyat China harus menghirup polusi udara dari asap pabrik dan pembangkit listri. Menerima upah rendah.  Apakah rakyat China protes kepada pemerintahnya? Kan engga.


Banyak industry di AS yang relokasi ke China. Apakah itu dipaksa China. Kan engga. Itu business as usual. AS perlu uang untuk mengatasi defisit anggaran.  China beri pinjaman. Padahal PDB China masih tergolong negara berkembang, bukan negara maju seperti Eropa,  Jepang dan Korea. Apakah ratusan juta rakyat miskin China protes ? Kan engga. Bagaimana kalau itu terjadi pada AS? 

 

Jasson mengangguk. “ Ya, andai itu terjadi di AS, pasti rakyat AS akan protes. Demo besar besaran. Kami punya hak demokrasi untuk protes. “ Kata Jasson  tersenyum getir.


“ Pahami bahwa AS adalah bangsa yang penduduknya migran dari beragam bangsa dan budaya yang berbeda. Wajar menerapkan sistem demokrasi terbuka. Tidak mungkin disamakan dengan China sebagai bangsa utuh, yang juga wajar menerapkan kepemimpinan tunggal. Kalau tidak menyadari esensi perbedaan ini. Tidak mungkin bisa terjadi dialogh yang kontruktif antara AS dan China. “ kata saya.


 “ Saya paham. Defisit perdagangan itu sebagai konsekuesi sikap kami selama ini. Seharusnya kami tidak menyalahkan negara lain, termasuk China. Yang salah ya kami sendiri. Sepertinya kami perlu social engineering. Karena membangun bangsa bukan melulu soal ekonomi tetapi juga membangun nilai sebagai bangsa yang berkarakter, tangguh namun flexible.” Kata Jasson. Saya mengacungkan jempol.  Jasson minta izin undur diri. Dan janji keep in touch.


Saya lanjut minum. 


“ Pak..” tegur wanita di belakang punggung saya. Saya noleh kebelakang. Tertanyata wanita tadi. Saya senyum.


“ Bapak kenal sama Mr. Jasson” Tanyanya.


“ Teman lama. Ada apa ?


Dia lama terdiam. Seperti mau ngomong tetapi tercekat di tenggorokan. “ Bisa minta nomor telp nya pak.?


“ Untuk apa ? saya mengerutkan kening.


“ Mungkin lain waktu kita bisa minum atau makan malam. “ Katanya ragu.


“ Ada apa? Saya berusaha tersenyum ramah agar dia bisa menjawab alasannya.


“ Saya perlu bisnis dengan Mr. Jasson.” Katanya. Saya senyum aja melihat kearah minum saya. “  Mungkin bapak bisa bantu. Proyek saya bagus pak. “ Desaknya. Saya diam saja tanpa menoleh ke dia. Akhirnya dia terdiam. 


“ Permisi pak. Maaf ganggu bapak. “  Kata wanita itu. Dia pergi. Saya diam saja namun mengangguk


Jam 8 malam saya keluar dari Cafe. Di lobi ternyata wanita itu masih ada. Dia mendekati saya. “ Pak bisa minta nomor telpnya. Maaf. Saya mau bisnis, pak. “ Saya perhatikan wanita ini sangat militan. Sales sejati. Apapun cara dia tempuh agar dapat deal.


“ Entah siapa nama kamu. Tapi saran saya. Percayalah pada diri kamu sendiri. Percaya kepada bisnis kamu. Engga usah berharap dari orang lain dapat kemudahan. Berusahalah yakinkan calon mitra kamu bahwa kamu qualified. Kalau ditolak. Ya perbaiki. Coba lagi. Mungkin itu jalan agar kamu lebih baik disaat nanti bertemu dengan mitra yang tepat “ Kata saya berlalu. Dia seperti terkejut dengan kata kata saya. 


Negeri saya yang tak henti berjuang mencapai kemakmuran namun diatas ketidak mandirian. Utang tadinya sebagai alat leverage malah menjadi ketergantungan. Tanpa hutang, APBN tidak jalan.  Bansos dan BLT semakin membesar dan menjadi mindset anti kemandirian. Populisme telah meracuni bangsa Indonesiia. Sulit bangkit sebagai bangsa mandiri yang bermartabat. Seharusnya ada program social engineering.

Friday, April 11, 2025

Keculasan Amerika..

 



Sore hari Marina mengatur saya bertemu dengan Hengky di kantornya. " Pak Ale, gimana tawaran kerjasama dengan Yuan.” Tanya Hengky. Dia menyerahkan lagi proposal lengkap dengan rencana pengembangan industri downstream CPO. Saya diam saja. Saya baca juga engga proposal itu. Dia sudah bahas ini lebih dari 1 tahun. Tetapi saya tidak pernah mau follow up secara serius. Walau dia chasing. Saya diam saja. Hari ini saya terpaksa bicara juga.


Anda tahu, sejak tahun 2019 China itu importir terbesar kedua minyak sawit. Tekhnologi oleokimia China sangat maju. Bahkan mereka sudah mampu menghasilkan pakan ternak berprotein tinggi dari expeller. Itu sudan menggeser jagung. Tahun ini mereka sudah beli CPO dan PKO diatas 10 % total produksi Indonesia. Ambisi mereka ingin menguasai spply chain global Industry. Beberapa perusahaan China saat sekarang melalui proxy nya sudah kuasai lahan lebih dari 100.000 hektar di Indonesia. 


Kerjasama dengan pengusaha Sawit agak dikurangi. Karena Pemerintah engga komit dengan No Deforestation, No Peat, No Exploitation atau NDPE. Pemerintah tutup mata dengan pemain sawit yang nakal yang tidak sepenuhnya patuh dengan NDPE. Terus apa saya harus juga begitu? Ogah saya. Kata saya. Hengky bengong.


Saya ingat tahun 90an saat pengusaha malaysia dan singapore menawarkan kerjasama jadi proxy mereka untuk menguasai program PIR kebun Sawit. Dulu juga saya tolak. Ogah ikutan. Saya memang bukan orang baik, tetapi saya tidak akan menggadaikan negeri ini. Anda tahu, semua pengusaha harus punya mindset memprioritaskan kepentingan nasional. Kalau engga, siapa yang akan jaga ratusan juta rakyat yang lemah dalam segala hal. Thing about it. “ Kata saya segera mengakhir meeting itu dan permisi keluar. Marina ikuti saya keluar ruangan.


***


Kami memilih nongkrong  di café di Kawasan SCBD. “ Sekarang setiap rendezvous dengan teman  teman, selalu yang jadi topik pembicaraan soal Trump. Ada yang pro dan ada yang kontra. Masing masing punya sudut pandang berbeda. “ Kata Marina tersenyum. Marina sahabat lama saya. Bisnisnya supply chain pharmasi yang berkantor di Singapore namun client maklonnya  nya di Indonesia adalah pabrik pharmasi.


“ Keliatan sederhana. Hanya karena Trump menaikan Bea Masuk barang impor, dengan tujuan memperkecil defisit neraca perdagangan dan sekaligus meningkatkan penerimaan pajak impor. Dari beleid itu AS bisa memperkecil defisit anggaran dan memperlebar ruang fiscal. “ kata Marina. Saya senyum aja. Memang kalau ketemu Ina, kami lebih banyak diskusi hal yang positif. Kebetulan punya concern yang sama.


“ Engga sesederhana itu dear persoalannya. Ini bukan sekedar tarif.” Kata saya.


“ Memang sederhana. “ Tangkis Marina. “ Dan lagi yang dipajaki Trump kan konsumen AS. Bukan konsumen negara lain. Itu hak pemerintah AS sebagai negara berdaulat.“  sambung Ina.


“ Ya engga bisa AS menyebut itu soal kedaulan negara. Karena tarif itu terkait dengan tatanan global yang digagas AS sebagai pemenang perang dunia kedua  dan memaksa semua negara mematuhinya. Dan setelah established. AS seenaknya break ! Dan bukan sekali ini saja“ kata saya. 


Marina menatap saya dengan tanda tanya. Sepertinya dia tertarik mengetahui perspektif saya tetang tarif Trump lebih jauh “ Bisa cerahkan gua” Pinta Ina.  Saya tersenyum sambil seruput kopi dan hisap rokok. “ Pada tahun 1944 sebelum kekalahan German dan Jepang pada perang dunia kedua dan perang pasti dimenangkan oleh sekutu. Kala itu secara harfiah tidak ada ekonomi negara yang berfungsi secara global kecuali AS. Atas inisiatif AS diadakan pertemuan dengan 44 negara sekutunya. Diadakan di Hotel Mount Washington , di Bretton Woods, New HampshireBertujuan membentuk sistem perdagangan baru dan sistem moneter baru.  


Wajar bila pada pertemuan itu melahirkan Bretton Woods agreement. Juga dibentuk IMF sebagai the last lending resource. International Bank for Reconstruction and Development atau Bank Dunia. Esensinya menjadikan mata USD sebagai mata uang dunia. Namun menggunakan Gold standar. Artinya uang kertas dinilai berdasarkan harga emas. Pada awalnya  ditetapkan $35 per ons emas. Tentu dapat trust dari dunia international. Terutama dalam rangka menciptakan alat tukar yang stabil. 


Apalagi setelah perang Dunia Kedua, Gold standar ini efektif sebagai bagian dari pemulihan ekonomi akibat perang. Terbukti memang gold standar ini menciptakan kemakmuran ekonomi yang luar biasa sepanjang tahun 50-an dan 60-an. Selama 25 tahun berikutnya, USD dengan gold standar sukses meningkatkan perdagangan global.  " kata saya. Kembali seruput kopi. Marina asik menyimak.


Nah, ketika di era pemerintahan Presiden Richard M Nixon pada tahun 1969, AS menyadari bahwa ekonomi dunia telah tumbuh sangat cepat dan dari skala sangat besar. Moral hazard tidak bisa dihindari. Federal Reserve mencetak banyak dolar. Akibatnya, jumlah dolar yang beredar empat kali lebih banyak daripada jumlah emas dalam cadangan. Itu artinya AS merampok hasil kerja keras negara lain lewat cetak uang USD.


Memang pada pada tahu 1944 nilai tukar $35 di peg satu ons emas itu fair enough. Namun dalam perkembangannya, emas juga jadi komoditas. Harga emas melambung. Nilai tukar itu sudah tidak reliable. Pada tahun 1971 USD benar-benar dinilai terlalu tinggi. Itu berarti impor sangat murah, dan ekspor sangat mahal. Nah AS mengalami defisit perdagangan pertama sejak abad ke-19. AS mengalami masalah ketenagakerjaan. Untuk pertama kalinya, AS mulai berbicara tentang kehilangan daya saing. “ kata saya.


“Duh sama dengan sekarang, ya”  Timpal Ina. 


“ Ya sama. Hanya bedanya kalau sekarang, AS terlalu banyak mencetak uang lewat system moneter uang fiat, yaitu pelonggaran quantitative dan  penerbitan surat utang. Makanya terasa murah barang impor dan ekspor jadi mahal. Defisit perdagangan terjadi.” Kata saya. Keliatan ina mau potong lagi pembicaraan saya. “ Jangan dipotong saya bicara. Saya bukan dosen. Engga punya cukup memori menyimpan pengetahuan. “ Kata saya.


“ Ya ya” Ina  tersenyum. “ Lanjut…”


“ Dampak tahun tahun berikut di era NIxon sangat serius. Inflasi hampir tidak terkendali. Jika inflasi terus berlanjut, nilai dolar akan jatuh. Nixon khawatir negara lain akan rush emas dan AS pasti tidak bisa delivery. Itu akan menjadi skandal besar dan default atas Breton Wood. “ Kata saya seraya seruput kopi. “ Nixon tentu tidak mau AS jadi korban system gold standar.”  Kata saya.


“ Mengapa? 


“ Selama beberapa dekade, lewat Marshall Plan AS membantu memberikan pinjaman kepada semua negara sekutunya. Tentu memakmurkan Eropa dan Jepang paska perang. AS juga mengangkat ekonomi dunia lewat world bank, USAID, IMF. Artinya dunia juga menikmati keculasan system mata uang gold standar. Namun keculasan itu dianggap lebih merugikan AS. Makanya pada tahun 1971, AS menghentikan mindset policy Marshall Plan.” Kata saya.


“ Terus..” 


“ AS berniat mendevaluasi mata uang USD. Namun karena sudah dipatok dengan emas, jadi complicated. Nixon mencari solusi dengan mengundang tekhnorat financial dan ekonomi terkemuka. Pertemuan diadakan di Camp David. Saat itu juga hadir wakil  konglomerat financial. Namun Pertemuan itu dirahasiakan.  Kawatir menimbulkan spekulasi. Hasilnya pada 15 Agustus 1971 melepaskan USD dari emas dan memodernisasi sistem moneter global dengan system uang fiat. Sejak itu kaum monetarist membuat kebijakan meningkatan uang beredar lewat sekuritisasi asset“ Kata saya.


“ Duh itu kan masalah substansial sekali. Itu sama saja AS menipu banyak negara. Mengapa waktu itu tidak ada yang protes ? Tanya Ina dengan kening berkerut. Saya tersenyum menatap Ina.“ 90% kekayaan global dikuasai oleh 1 % konglomerat financial. Kalau 1% setuju tentu tidak ada masalah. “ Kata saya seraya seruput kopi dan hembuskan asap rokok.


“ Bisa sebutkan nama  konglomerat financial yang hadir dalam pertemuan Camp David itu ?


“ Yang datang hanya Peter Peterson. Dia mewakili 13 orang konglomerat financial yang anonymous. Kita tahu siapa Peterson. Pendiri Blackstone Group, yang juga menjadi member dari commitment holder the fed. “ kata saya.


“ Terus..”


“ Dalam pertemuan itu, Peterson menyampaikan pesan dengan sangat jelas. Bahwa daya saing Amerika lebih dari sekadar nilai tukar dan negosiasi perdagangan. Dia yakin bahwa yang benar-benar dibutuhkan AS adalah lebih banyak investasi berkualitas tinggi guna menyerap  tenaga kerja kelas menengah dan itu perlu investasi dibidang R&D.


Pesan itu diamini oleh para peserta dalam pertemuan itu. Dan sejak itu AS mulai membangun basis ekonomi yang bertransformasi kepada daya saing competitive advance. Tentu moneter tetap jadi kekuatan geopolitik AS. Bahkan lebih besar hegemoninya setelah itu” Kata saya.


“ Artinya, perubahan dari gold standar ke fiat itu karena konspirasi antara pemerintah AS dan konglomerat financial ? Kok dunia diam aja? Tanya Ina.


“ Saat itu perang dingin sedang melanda. Semua negara terbelah dua blok Barat dan Timur. AS menunjukan taringnya dalam perang Korea dan terakhir perang Vietnam. Mana ada negara blok Barat yang berani protes.  Apalagi setelah itu, Nixon berkunjung ke China. Padahal sekian puluh tahun tidak ada hubungan diplomatic dengan China. Sepertinya AS butuh aliansi baru selain Jepang dan Eropa. Jadi jepang dan Eropa tidak lagi jadi anak emas AS.” Kata saya seruput kopi." 


“Artinya perang demi perang itu, jangan jangan ulah konglomerat financial yang drive AS agar bisa excuse dan rebalancing ekonomi global” Kata Ina  dengan paranoid.


Saya senyum aja.


“ Termasuk kemajuan China sekarang berkat dukungan AS” Kata Ina.  


“ Tepatnya bukan AS sebagai negara, Tetapi berkat dukungan 13 konglomerat Anonymous. Kamu kan tahu, Alan Greenspan setelah pensiun dari Chaiman the Fed jadi advisor di China. brookings institute yang merupakan Lembaga think thank AS yang disponsori group commitment holder the fed juga punya cabang di China. “ Kata saya dengan tersenyum. Ina terhenyak.


“ Mengapa Trump itu tidak menyelesaikan masalah imbalance economy dan imbalance trade lewat berunding dengan negara mitranya. Kenapa langsung membuat keputusan sepihak. Mengapa ? Tanya Ina.


“ Dulu ketika Nixon membuat keputusan mengubah USD dari gold standar ke fiat, itu juga keputusan sepihak. Walau akhirnya setelah pengumuman itu ada gejolak global, namun itu justru dimanfaatkan Nixon  untuk dapatkan persetujuan dari semua negara. NATO, No Another alternatif To Objection. Jadi Trump hanya copy paste dari presiden sebelumnya, yang bersandar kepada kedigdayaan AS, ya American great. “ Kata saya.


“ Kira kira apakah akan sama hasilnya keputusan Trump seperti era Nixon? Membuat American tetap great” tanya Ina. Saya seruput kopi lagi.


“  Sejak adanya WTO dan Globalisasi. Masalah internasional dan domestik kini sudah terintegrasi. Keputusan domestic akan berdampak otomatis kepada international. Ketentuan Tarif resiprokal sebagai cara mengurangi defisit perdagangan AS, itu sangat  berbahaya. Karena ini akan jadi preseden bagi negara lain untuk memainkan cara seperti ini. Dunia benar benar menghadapi ketidak pastian dan ketidak stabilan“  kata saya.


“ Contohnya ?


“  Bisa saja karena itu, Indonesia menaikan tarif impor migas dari Singapore. Kan bisa bubar Singapore. Atau Malaysia stop alirkan air dan listrik ke Singapore. Kan bisa kacau. Atau China yang menguasai 20% supply chain global, membatasi supply chain nya lewat non trarif barrier. Harga ekspor supply chain China jadi mahal. Akan banyak pabrik di dunia ini yang beroperasi tidak efisien. Walau ada proteksi atas produk domestic.  Tetap aja akan sulit bersaing dengan produk jadi China itu sendiri.” Kata saya.


“  Akibatnya defisit anggaran negara mitra dagang China akan menganga. Utang negara akan terus bertambah. PHK akan meluas. “ Kata Ina menyimpulkan. Dia terdiam. “ Oh paham gua. Artinya ada banyak kesamaan antara apa yang terjadi sekarang dan apa yang terjadi pada tahun 1971. Ada inflasi dan defisit perdagangan yang besar. Dan menjadi tambah rumit sekarang karena ada China sebagai pesaing baru AS yang juga kuat dalam skala ekonomi. “ Sambung Ina.


“ Ya, terutama dari mata uang digital Yuan. Itu ancaman serius terhadap USD. Karena akan banyak negara menggunakan mata uang digital Yuan. AS tidak bisa lagi seenaknya merasa punya hegomoni dengan USD sementara produktifitas rendah dan akumulasi asset real juga rendah. Itu sama saja dengan mata uang crypto. Hanya bernilai dan berharga pada komunita terbatas, just money but nothing “ Kata saya.


“Paham gua, Ale. Sumber masalah itu karena sistem monetarist yang memungkinkan adanya sekuritisasi asset, pelonggaran uang beredar yang menciptakan bubble asset di pasar. Moral hazard yang sulit dihindari. Membuat orang mudah terjebak dalam rakus. Ternyata benar kata Agama. Bahwa perdagangan derivative tanpa phisik itu dosa. Valuasi yang tidak sesuai dengan nilai intrinsic juga dosa. Semua agama samawi punya prinsip larangan sama. Karena agama mendidik manusia agar tidak terjebak rakus. Kita tahu yang bisa menjadi sumber ketidak adilan adalah sifat rakus


Ternyata pengetahuan sejarah lue dalam konteks ekonomi dan perdagangan sangat substansial. Itu memudahkan lue memahami fenomena ekonom Global. Lue tahu apa yang salah dan apa yang benar. Yang benar itu adalah hiduplah sederhana. Ya seperti life style lue sekarang.“ Kata Ina. Saya tersenyum.



Rekayasa sosial kemandirian

  Setelah teman pergi. Saya tetap di cafe sendirian di kawasan SCBD. Saya pindah ke table bar. Tampa menoleh saya lirik di samping saya ada ...