Thursday, May 07, 2020

Menjadi laki laki







Pedagang bubur ayam itu setiap pagi pasti lewat depan rumah saya.  Kadang saya beli kadang hanya tersenyum saat dia berhenti menawarkan dagangannya. Dari wajahnya dan tubuh yang ringkih, mungkin usianya diatas 70 tahun. Namun menurut istri saya yang pernah bertanya, usianya 65  tahun.  Kehidupan yang tidak ramah membuat wajahnya boros. 


Satu waktu dia hentikan gerobak dorong dagangnya depan rumah saya. “ Pesan semangkok pak “ kata saya. Dia menoleh“ Biasanya ibu kalau pesan pakai mangkok dari rumah. ? katanya dengan ramah.


“ Sekarang pakai mangkok bapak aja. Saya makan di teras ini. “ Kata saya ambi posisi duduk di kursi  Dengan sigap dia serahkan mangkok berisi bubur ayam. 


“ Udah berapa lama dagang bubur ayam pak? tanya saya dengan tersenyum dan mempersilahkan dia duduk di kursi. Dengan ragu dia duduk” Udah setahun pak Haji. “ Katanya.


“ Tadi dagang apa ?


“ Tadi saya dagang kelapa di pasar tradisional. Tetapi akhirnya modal habis untuk ngobati istri saya. 


“ Sekarang istrinya sehat? tanya saya.


“ Sudah meninggal pak Haji” Katanya dengan raut wajah menahan kesedihan. Saya merasa bersalah mengingatkan duka kepadanya. “ Maafkan saya pak..moga ibu mendapatkan tempat disisi Tuhan dengan sebaik baiknya tempat” Kata saya.


“ Amin Ya Rob.” katanya dengan wajah sedih.


“ Punya anak ? tanya saya lagi.


“ Hanya semata wayang. Perempuan. Sudah menikah. Punya dua cucu saya dari dia  “ Katanya tersenyum.  “ Setelah istri saya meninggal. Rumah saya jual untuk bantu anak saya beli rumah di Tangerang. Itu pesan istri kepada saya sebelum dia meninggal. Sementara saya tinggal sendirian di Rumah kontrakan di Bogor. Tanpa usaha dan kerja. Hanya habiskan sisa uang jual rumah. “


“ Oh..” suara saya tersekat di tenggorokan. 


“ Mau tinggal sama anak kawatir memberatkan dia. Kehidupan dia juga tidak baik amat. Suaminya buruh pabrik “ Katanya kemudian dengan wajah sendu dan kelabu. Tentu ada alasan lain yang tidak mungkin dia ungkapkan mengapa sampai anaknya tidak mengajaknya tinggal bersama.


Saya larut dalam haru. Di hadapan saya ada pria yang seumur dengan saya. Di masa tuanya miskin dan kesendirian. Namun tetap punya rasa hormat untuk  tidak memaksakan kehendak tinggal sama anaknya. Dia memaklumi keadaan anaknya. Begitulah laki laki..


“ Rumah bapak kan di Bogor. Gimana bisa dagang di daerah Tangerang ? Tanya saya.


“ Tahun lalu mantu saya meninggal karena kecelakan motor.   Saat itu yang saya pikirkan cucu saya yang masih balita  dan anak perempuan saya. Gimana hidup mereka?. Saya sampaikan rencana dagang bubur ayam kepada anak saya. Hasilnya untuk biaya hidup dia. Setiap hari sebelum subuh yang masak bubur dia. Yang dagangin saya. Setidaknya dengan kedua tangan saya ini bisa berharap kedua cucu saya bisa sekolah tinggi. “ Katanya. Sekarang dia tampak  bersemangat.


Saya termenung. Di hadapan saya ada pria sebaya saya yang harus berjuang dibatas usia yang tidak muda lagi. Dia tidak mengeluh dan tetap focus kepada solusi lewat ikhtiar walau apa adanya. Dia tetap punya hope…


“ Pak Haji..” Terdengar teguran ke saya yang membuat lamunan saya buyar. “ Maaf, saya harus jalan lagi. “ Kata pedagan bubur itu. 


“ Sebentar pak..” Kata saya segera masuk ke dalam rumah. 

“ Ini uang bubur dan ini uang untuk kedua cucu bapak. “ Kata saya menyerahkan 30 lembar uang merah. 


“ Engga usah pak Haji..” katanya terkejut dan segera menolak uluran tangan saya saat menyerahkan uang itu. 


“ Ini uang untuk cucu bapak. Beri kesempatan saya membantu anak yatim. Itu perintah Tuhan, pak. “ Kata saya tersenyum ramah. Dia rangkul saya.  


Kewajiban sebagai laki laki ada lima. Yang pertama adalah sebagai pemimpin rumah tangga. Kedua adalah menjaga dan melindungi perempuannya: ibu,  istri, anak perempuan serta saudari perempuan. Ketiga, menolong handai tolan yang kekurangan agar mereka tidak terkena kufur akibat kemiskinan. Keempat, menolong tetangga dan anak yatim, serta orang miskin. Yang kelima, mendukung setiap kebaikan. Demikianlah amanah Tuhan kepada setiap laki laki. Berat memang. 


Karenanya Tuhan ciptakan bahu lelaki kuat agar mampu memikul beban, didominasi oleh akal daripada perasaan agar cerdas melewati semua cobaan. Jangan pernah berhenti bekerja keras. Bila hidup lapang berlebih jangan hedonis tapi tetaplah hidup sederhana dan focus kepada amanah Tuhan. Bila hasil dan peluh tak sebanding, jangan bersedih. Ingatlah setiap keringatmu untuk menafkahi keluargamu itu sangat bernilai di hadapan Tuhan. Tuhan menilai bukan dari hasil tetapi dari niatmu. Setiap tarikan nafasmu dalam kelelahan dan derita akan dihitung sebagai pahala dan kelak di akhirat itulah yang akan menolong.


Menjadi pria itu adalah berkah dan juga cobaan sepanjang usia. Menikah itu sama saja melaksanakan setengah kewajiban agama. Mengapa? Dari rumah tangga itulah kita dilatih menjadi pemimpin mengemban amanah Tuhan untuk menjadi sebaik baiknya kesudahan…

3 comments:

Anonymous said...

Ternyata tulisan dibuat di 2020

Ben de Haan said...

Terima kasih Babo - EJB, ceritera yang menggugah sekaligus menyadarkan kita akan tanggung jawab mulia, sebagai laki2, suami, ayah, saudara dan sesama..👍🙏

Anonymous said...

thanks Babo

Harta hanya catatan saja

  Saya amprokan dengan teman di Loby hotel saat mau ke cafe “ Ale, clients gua punya rekening offshore di Singapore. Apa lue bisa monetes re...