Sunday, March 16, 2025

Attitude yang utama..

 


Saya bersama Aling sedang jalan di Mall menuju Grand Hyatt untuk ketemu relasi.   “ Pak Ale ya? ” tegur wanita paruh baya mendekati saya.


“ Ya siapa ya.” Jawab saya tersenyum.


“ Tahun 1980an bapak ngajar kursus akuntasi ya. “

 

“ Ya. Betul. Anda siapa ?


“ Saya murid bapak. “ Katanya. 


“ Oh ya. ‘ saya menyalaminya seraya kenalkan aling kepada dia. 

" Bapak adalah inspirasi saya.  " Katanya. 

" Emang apa kelebihan dia ngajar ? Tanya Aling.

" Analoginya tepat dan dia bisa memilih diksi yang tepat. Misal, dulu bapak analogikan bahwa dalam konteks organisasi, akuntasi itu adalah bahasa. Alat komunikasi antara perusahaan dengan semua stakeholder.  Tapi komunikasi yang baik adalah kejujuran atau tidak berbohong. Artinya menjalankan prinsip akuntasi dengan benar itu sama saja jalan spiritual. " Katanya. Saya senyum aja.


“ Terakhir saya ingat, bapak berhenti ngajar kursus karena diterima kerja di perusahaan Jepang. Betul, ya.? "  Katanya lagi. Entah mengapa ingatan saya jadi terang. Aha ya namanya  Meylani. Dia memang murid kursus saya tercantik di kelas. Dia bekerja di perusahaan distributor asing di Jakarta. 


" Meylani kan, yang kerja di Unilever. Betul ya. " Kata saya. Dia senang sekali saya masih mengingat namanya. Tanpa sungkan dia pegang lengan saya dengan kedua tangannya. " Tadinya Lani kerja di perusahaan distributor. Terinspirasi wiraswasta dari bapak saat kursus akuntasi. Lani banting setir jadi pengusaha. Awalnya jadi supplier pabrik elektronik perusahaan Jepang. Supplier packaging. Terus berkembang dirikan pabrik Pompa Air. Tahun 2000 Lani pindahkan pabrik ke Ho Chin Minh. Terus kerjasama dengan China dirikan pabrik Packaging plastik. Sekarang sudah berkembang ke bioplastik. “


“ Hebat ! .” Kata saya senang.


“ Ketika awal mendirikan perusahaan, yang pertama kali Lani rekrut adalah staf akuntasi. Lani tahu fungsi akuntasi dari bapak. Walau perusahaan berkembang, tetapi sistem akuntansi tidak berubah. Itu Lani jaga terus dengan disiplin. Seperti memisahkan fungsi pencatatan dan fungsi kasir. Standar kepatuhan dokumen untuk pemasukan maupun pengeluaran Lani jaga dengan disiplin.


Karena perusahaan sudah berkembang dan tidak lagi sederhana, Lani applies  standar akuntasi Database online. Kalau Lani tidak punya visi akuntasi tidak mungkin Lani berani berinvestasi untuk sistem IT, SAP. Dengan sistem itu, walau sekarang Lani  pensiun, Lani  tetap bisa monitor bisnis day by day darimanapun, tanpa Lani harus capek ketemu dengan direksi atau ngobrol dengan mereka minta penjelasan. Kalau ada masalah bisa cepat Lani selesaikan. “ Katanya.


Saya mengangguk dan tersenyum senang.


“ Setiap Lani ada masalah bisnis dan bisa solved, Lani selalu ingat bapak. Bapak benar.  Ternyata setiap masalah bisnis, itu hanya masalah komunikasi dalam bahasa bisnis. Lani bisa bermitra dengan siapapun karena bahasanya sama. Lani bisa mengelola sumber daya perusahaan karena menggunakan bahasa bisnis. Ya akuntasi, bahasa bisnis dengan prinsip konsistensi, precisi, dan transfaransi. Jadi setiap saat kita bisa focus kepada proses itu, tentu laba akan datang dengan sendirinya. “ Katanya lagi.


“ Benar...“ Saya mengangguk dengan tersenyum “ Akuntasi bukan hanya sekedar pecatatan dan kepatuhan, tetapi soal etik menegakan trust. Kata kuncinya keras lah kepada diri sendiri. Jangan pernah anggap uang perusaan sebagai masalah personal. Jangan anggap laba itu hak deviden, tetapi jadikan liabilities personal agar laba itu bisa meningkatkan value perusahaan agar sehat, kuat dan sustain. “ Kata saya. Lani acungkan jempol. Kemudian saya undur diri " Lani akan selalu mendoakan bapak Ale. " Kata lani saat akan berpisah. Amin.


***


“ Kenapa kamu tidak pernah cerita soal jadi guru vokasi akuntasi. Padahal  saya berteman dengan kamu sejak tahun 84. “ Kata Aling setelah sampai di fountain Grand Hyatt.


“ Saat itu tahun 82. Karena gagal masuk universitas. Saya belajar otodidak pembukuaan. Kemudian saya ikut ujian negara. Lulus. Dapat sertifikat Bond A/B dan APM. Saya juga belajar otodidak Akuntasi. Tentu tidak sulit. Karena saya sudah kuasai pembukuan atau penata buku. Lucunya, saya belajar akuntasi sambil ngajar kursus akuntansi. Dan ikut ujian yang diselenggarakan negara. Saya dan murid saya semua lulus dapat sertifikat ahli  Accounting Advance. “ 


“ Gimana sampai ada motivasi belajar akuntansi? Tanya Aling.


“ Saya punya mentor ex pendeta. Dia motivasi saya. Katanya, kalau kamu mau jadi pengusaha, yang pertama kali kamu harus kuasai  adalah bahasa bisnis. Bahasa bisnis itu hanya satu yaitu akuntasi.  Kemana saja kamu pergi Bahasa nya sama. “ Kata saya. Aling mengangguk. 


Ale, kenapa Yuan itu utangnya besar banget “ Kata Aling seraya perlihatkan neraca keuangan ke saya tahun 2024. “ Itu angka off balance sheet. “ Kata saya. “ Coba liat utang konsolidasi on balance sheet. “ Sambung saya tersenyum.


Aling perhatikan laporan keuangan Yuan dengan seksama. Saya diamkan saja. “ Oh kecil banget ya. Hanya 15% dari total asset. “ ALing bengong. “ Gimana bisa begitu ?


“ Karena Yuan berhutang tidak melibatkan neraca holding. Tetapi anak perusahaan. Itupun menggunakan Special Purpose Vehicle atau SPV. Utangnya bersifat non recouse. Collateral pinjaman adalah proyek itu sendiri yang diwakili oleh SPV. Artinya Yuan hanya meminjam untuk investasi. Sementara modal kerja pakai equity dari Yuan sendiri. “Kata saya.


“ Artinya Yuan hanya pinjam uang untuk menambah asset dan income dimasa depan. Sementara untuk biaya operasional seperti bayar gaji dan lain lain dari uang Yuan sendiri. Kalau proyek gagal,  yang disita SPV. Sementara Yuan aman saja.“ Kata Aling menympulkan. “ Makanya tidak sulit dapatkan pinjaman dan bunga murah. Tentu cepat bisa exit lewat bursa atau penerbitan obligasi berjangka panjang. “Lanjut Aling.


“ Itu namanya berhutang untuk produksi. “Kata saya tersenyum. “ atau istilahnya leverage terhadap uang cash yang ada di holdng.” Sambung saya.


“ Engga ngerti gua “ kata Aling.


“ Contoh Yuan punya laba ditahan USD 100 juta. Itu bisa membiayai USD 1 miliar proyek lewat perbankan dan pasar uang. Terjadi leverage sebesar 10 kali. Nah peningkatan asset dari hutang ini akan mempercepat pertumbuhan usaha. Tumbuh 5% saja pertahun, itu artinya 50% /tahun dari laba ditahan “ Kata saya.


“Wow..” Aling melotot “ Gimana bisa begitu ? Tolong jelaskan. Pendekatan philosofi nya ” Pinta ALing.


“ Pemahaman jadul ekonomi. Utang itu terkait dengan jaminan phisik yang dianggap setara dengan utang. Biasanya jaminan diatas 100% dari utang. Berkembangnya ilmu pengetahuan, pendekatan ilmu ekonomi tidak lagi berdasarkan utang dan jaminan seperti itu.  Tetapi sudah memasukan unsur value di masa depan. Untuk tahu value di masa depan, digunakan matematika quantitative.


Nah karena ekonomi dihitung berdasarkan matematika maka philosopi terhadap pemasukan dan pengeluaran tentu berubah. Hutang tidak lagi dianggap sebagai pemasukan atau penerimaan. Pembayaran hutang tidak lagi dianggap sebagai pengeluaran. “ kata saya.


“ Mengapa ? 


“ Hutang yang diterima itu berhubungan dengan value,  yang nilainya tidak mungkin sama. Contoh kamu berhutang untuk bangun pabrik. Utang sebesar Rp. 100 juta. Tetapi setelah proyek jadi, disitu ada SDM, bahan baku dan tekhnologi, pasar. Nilainya tentu berbeda dengan besaran utang. Nilainya bisa dua kali atau lebih. ini yang disebut dengan value.  Era sekarang berbisnis atau negara, sama saja. Yang dikejar adalah value. “ kata saya.


“ Artinya berapapun hutang bertambah akan semakin meningkatkan nilai dan kapasitas. “ Aling menyimpulkan.


“ Benar " Kata saya acungkan jempol. " Coba perhatikan persamaan terhadap rasio utang dimana hutang berbanding terbalik terhadap harta. Kan semakin besar utang, rasio utang semakin rendah. Karena asset bertambah lebih besar. Itu disebut dengan project derivative value.” Kata saya.


“ Tetapi kan banyak kasus default utang. Baik negara maupun korporate. Padahal mereka selalu beralasan. Tidak perlu kawatir. Utang pada rasio aman. Kenapa jadi paradox begitu ? tanya Aling.


“ Kan sudah diberi tahu tadi, yaitu berhutang untuk create value di masa depan.  Itu tidak berada di ruang hampa. Ada syarat utama yang harus dipenuhi, yaitu  attitude. Attitude itu dilihat  dari track record di masa lalu dalam mengelola commitment berhutang. Disiplin menjalankan sistem akuntasi yang akuntable, menghindari fraud  akuntansi, focus kepada business plan. Tidak pragmatis. Tetapi visioner.  “ Kata saya.


“ Konkrit nya gimana ? tanya aling.


“ Ya kekuatannya ada pada SDM yang high grade. Pengelolaan resiko bisnis yang prudent dan didukung stake holder berbasis business model dan ekosistem.“Kata saya.


“ Oh ngerti gua. Kenapa Yuan berinvestasi di SDM, riset dan ekosistem bisnis. Terjawab sudah. “ Kata ALing. Dia memandang saya lama. Seperti baru mengenal saya. 


“ Andai negara kita menerapkan strategi seperti itu. Selesai masalah Indonesia.  “ Kata ALing. “ Tapi ini uang APBN dipakai untuk konsumsi dan bayar belanja rutin. Malah defisit. Engga cukup tersisa untuk ekspansi. Utang malah dipakai untuk bayar utang. Sedih banget ya. Walau debt to GDP rendah, tetapi value engga nambah. Sejak era Soeharto sampai kini tidak terjadi transformasi ekonomi dari SDA ke Industri. Makanya sedikit aja terjadi penurunan harga komoditas SDA, fundamental ekonomi berderak“  Sambung Alng. 


" Ale, hasil Survey LPEM FEB UI menunjukkan situasi ekonomi Indonesia saat ini suram. Sebanyak 23 dari 42 atau 55% ahli ekonomi setuju bahwa kondisi ekonomi saat ini memburuk dibanding tiga bulan lalu. Selanjutnya, tujuh ekonom bahkan setuju bahwa kondisinya jauh lebih buruk. Sementara itu, 11 ahli menganggap situasi stagnan, hanya satu ahli yang melihatnya lebih baik dari sebelumnya. Pendapat kamu gimana ?


" Saya bukan ahli ekonomi namun saya pedagang, yang memaksa belajar ekonomi agar engga dibegoin. Problem utama Indonesia itu dari sejak 10 tahun lalu ada dua. Pertama cashflow. Kedua. Keterbatasan produk andalan untuk ekspor, yang masih didominasi SDA. Saya rasa baik ekonom maupun pedagang sependapat soal ini. Tentu saya akan membasa dua itu saja. Sesuatu yang saya pahami dalan keseharian saya.


Pertama. Cash flow kita tergantung kepada hutang. Tanpa hutang, APBN yang defisit tidak bisa dibiayai. Nah cash flow itu semakin lama semakin besar ketergantungannya kepada hutang. Karena untuk bayar utang terpaksa utang lagi. Dynamic cash flow namanya. Itu biasa saja dalam ekonomi dan bisnis. Selagi sumber daya keuangan terus tersedia dan trust terjaga, kita akan baik baik saja.


Yang jadi masalah pada negara,  trust itu berkaitan dengan politik. Itu tecermin dari fostur APBN. Kalau defisit semakin melebar dan ruang fiscal menyempit, trust otomatis berkurang. Hukum besi berlaku. Likuiditas terganggu. Kurs melemah dan IHSG turun.  Resiko ini harus di-konversi dengan meningkatkan tax ratio agar defisit berkurang. Apa jadinya kalau defisit melebar, dan tax ratio turun sebagaimana laporan Pemerintah kemarin. ? suram kan.


Kedua. Keterbatasan produk andalan untuk ekspor, yang masih didominasi SDA. Walau 55 bulan kita mencatat surplus perdagangan namun trend nya dari tahun ketahun terus menurun. Ekspor kita didominasi SDA, yang memiliki volatilitas TOT ( Term of Trade) 3 kali lebih volatil dibandingkan negara-negara yang mengekspor barang manufaktur. Selain besaran pergerakan ToT, volatilitas ini juga mempengaruhi nilai tukar riil suatu negara. Apa jadinya kalau ekspor terus turun karena jatuhnya harga komoditas Minerba di pasar dunia ? itu cepat sekali mempengaruhi nilai tukar riil. Suram! Kata saya.


" Negara maju seperti German, China, Inggris, Jepang, Korea, AS dan lainnya, pemimpinnya  tidak malu mengakui keadaan ekonomi negara tidak baik baik saja, dan tidak takut pemerintah jatuh kalau berkata jujur kepada rakyatnya.  Sehingga pemerintah mudah dapat dukungan dari rakyat untuk membuat kebijakan ekstrim seperti soal tarif, pajak dan lain lain. Dengan itu, proses recovery bisa dilalui walau pahit dirasakan rakyat. Mengapa pemerintah tidak jujur aja ?  


" Saya tidak ingin pesimis terhadap ekonomi Indonesia. Memang ketergantungan kita dengan luar negeri itu sangat besar. Itu bisa dilihat dari data Posisi Kewajiban Neto Investasi Internasional (PII) Indonesia pada akhir kuartal IV-2024 tercatat sebesar US$245 miliar. Itu sudah dipotong Cadev. Artinya sangat beresiko terjadi capital outflow. Nah, memitigasi capital outflow itu hanya satu, yaitu perbaiki index korupsi dan Index Demokrasi. Kalau itu membaik, cash flow akan lancar dan kita bisa terus move forward. Mudah kan solusinya.! Makanya saya tidak pesimis." Kata saya.


" Ya balik lagi soal attitude." Kata Aling. Saya senyum aja. 

No comments:

Attitude yang utama..

  Saya bersama Aling sedang jalan di Mall menuju Grand Hyatt untuk ketemu relasi.   “ Pak Ale ya? ”  tegur wanita paruh baya mendekati saya....