Sudah setengah tahun proses akuisisi jalan Tol di China masih belum financial clossing. Saya ingat tahun lalu. Saat bertemu dengan Matius, Fund Manager dari Morgan. Dia menawarkan salah satu ruas tol yang ada di Cina untuk diakuisisi. Sebenarnya harga terlalu mahal kalau berpatokan dengan IRR atas arus kas yang ada. Hanya 1% dari bunga bank atau obligasi. Engga ada ruang untuk risk management.
Namun menjadi menarik karena ruas tol itu terhubung dengan rencanan pemerintah China akan buka palabuhan hub logistik connected dengan ASEAN. Saya bisa jadikan jalan tol itu sebagai fitur business model bidang logistik. Tentu asalkan dapat peluang konsesi membangun hub logistik. Setelah saya minta kepada CEO Yuan Holding untuk follow up peluang bisnis itu. Saya hanya berdoa semoga Yuan bisa melaksanakannya dengan baik. Namun tetap saya pantau dan kini mengharuskan saya bertemu dengan team Yuan.
Teresia dan Mia datang ke Jakarta. Mereka dari AMG SIDC New York dan diperbantukan untuk memperkuat team Yuni sebagai CFO Yuan Holding Hong Kong. George dari London juga datang. Saya menemui mereka di Kantor SIDC di Kawasan Jalan Thamrin Jakarta. Saya mau mendengar rencana konkrit akuisisi jalan Tol di China dari tangan group besar.
“ Ada empat aspek terkait dengan structure fund. Intinya saya harus pastikan semua aspek dan step terkait dengan skema pembiayaan reliable. “ kata saya saat mengawali rapat. “ Silahkan siapa yang mau bicara.” Lanjut saya.
Yuni tampil kedepan. Dia perlihatkan layar presentasi. Jalan toll ini masih tersisa konsesi selama 15 tahun. Tarif ditentukan oleh pengelola. Data revenue selama 5 tahun kebelakang atas dasar traffic kendaraan. Rata rata setiap tahun meningkat significat. Setelah akuisisi, kita ubah bisnis model dengan menjadikan jalan tol sebagai supplementary pusat logistik yang akan dibangun, hitungan tingkat IRR sangat atraktif “ Yuni paparkan di layar presentasi data statistic traffic dan revenue.
“ Dari Analisa ekonomi berdasarkan financial engineering kita bisa terbitkan revenue bond sebagai project financial solution. “ Lanjut Yuni dengan memaparkan forecasting value bond dari setiap perubahan revenue dari pusat logistik dan peningkatan taffic. Juga membandingkan dengan bond sejenis yang ada di pasar. Semuanya reliable
“ Ok. “ Kata saya. Apa yang disampaikan Yuni hanya resume dari semua aspek investasi yang sudah dianlisa secara rigid.” Yakinkan saya soal forecasting income. “ Tanya saya.
Mia tampil di depan layar presentasi. Dia memang ahli matematika kuantitative. “ Ruas toll ini melewati tiga Kawasan baru yang dikembangkan pemerintah. Namun jalan negara yang disediakan pemerintah sama bagusnya dengan jalan Tol. Kami mengukur makro ekonomi pengembangan wilayah terkait dengan pendapatan dari ruas tol ini dan juga dari pusat logistik. Ternyata data menunjukan progress pengembangan pusat ekonomi baru berkorelasi significant dengan peningkatan pendapatan tol, yang pasti akan menguntungkan pusat logistik
Mia memperlihat Analisa data yang di hitung dengan model matematika kuantitative. Luar biasa. Semua aspek dihitung dengan rigid. Sehingga forecasting income bisa dipertanggung jawabkan secara akademis.
“ Jadi setahun setelah akuisisi kita bisa lanjutkan ekspansi bangun ruas toll ke pusat logistic yang rencana akan dibangun dua tahun lagi. “ Lanjut Mia memperlihatkan layer berikutnya. Data Analisa peningkatan traffic dan pendapatan pusat logistik. “ Atas dasar pertimbangan visi besar pemerintah memberikan konsesi jalan toll ini, kita tidak perlu ragu. Karena data membuktikan sejak 10 tahun lalu semua proyek pengembangann wilayah on schedule. “ katanya.
“ Ok. Sekarang gimana dengan structure fund dan skema pembiayaan. Saya mau tahu hitungannya.” Kata saya. Teresia tampil di depan. Dia memang ahli financial engineering. Layar presentasi tampil dengan judul Bond back SBLC. “ Kita akan menerbitkan structure fund berbasis revenue yang di securitisasi lewat bond back SBLC. Cost of fund 5% untuk credit enhancement sebagai dasar penerbitan SBLC non callable“ katanya.
Lewat layar presentasi, Teresia perlihatkan structure cost dari bond back SBLC. Semua aspek dan probality dihitung secara matematika. Sehingga tingkat minimal guarantee revenue atas bond sebesar 4% pertahun bisa acceptable bagi market untuk tenor bond 15 tahun dan secure bagi kami. Begitu juga dengan forecasting harga bond selama 15 tahun. Sangat exciting bagi investor.
“ OK, gimana dengan skema pembiayaan ? tanya saya.
George tampil di depan. Dia perlihatkan layar presentasi sebelum bicara. “ dari skema ini, kita melibatkan asset menegement sebagai custodian, bank confirming dan issuer SBLC. Juga meiibatkan underwriter bond yang full commitment, dan trustee sebagai payment agent untuk financial closing. " Kata George. Saya perhatikan gambar organisasi pembangunan proyek untuk ekspansi ruas toll dan pusat logistik yang melibatkan project meneger kelas dunia dan EPC trile A. Lengkap dengan term sheet nya dan drawdown schedule.
" Kita sudah ada LOI dari masing masing institusi dengan rate triple A. Hasil simulasi penjualan bond kemungkinan oversubscribe“ sambung George. Dia memang jago dalam hal structure financing. Saya mengangguk puas.
“ Ok, masalah kalian apa sekarang ? tanya saya. Saya tatap mereka satu persatu. Semua mata mengarah kepada Yuni. “ Kami belum bisa deal dengan provider yang bisa delivery credit enhancement untuk penerbitan SBLC. Karena diperlukan cash collateral sebagai linked CDS. “Kata Yuni. Saya mengangguk dan telp seseorang. Usai telp, “ Yun, saya sudah hubungi EFG di swiss. Mereka bersedia support untuk credit enhancement. Urus itu.” Kata saya .
“ Siap Pak. “ kata Yuni. Kemudian saya tatap mereka satu persatu. Saya tidak meragukan profesionalitas mereka. Apalagi untuk sampai tahap ini bukanlah mudah. Pasti melewati kerja keras." Silahkan lanjut kerja. Pastikan tahun ini bisa financial closing. “ Kata saya segera berdiri. Rapat bubar. Saya minta Yuni pergi bersama saya ke Grand Hyatt untuk ketemu dengan teman.
***
“ Mengapa kenaikan Yield obligasi German dan Jepang begitu mengkawatirkan terhadap kenaikan suku bunga the fed ” tanya teman saya.
Saya melirik kepada Yuni untuk minta menjelaskan. Yuni mengangguk.
“ Bank itu hidup dari likuiditas yang bersumber dari dana pihak ketiga atau deposan. “ Kata Yuni mengawali. “ Kelebihan dana yang masuk dibandingkan penyaluran kredit, menimbulkan masalah bagi bank. Karena maklum uang yang diterima bank itu berbunga. Setiap detik agronya jalan. Nah agar mereka tidak bleeding, maka uang deposan itu di invest kepada surat utang negara. Mengapa? Karena alasan surat utang negara nol risk.
So, selanjutnya bank menikmati spread antara bunga yang diterima dari obligasi dengan bunga deposan. Tentu itu lumayan besar untuk ngongkosi biaya operasi bank. Namun yang jadi masalah, skema pembelian Obligasi pemerintah sebagai sumber income bisa menimbulkan moral hazard. Fungsi bank sebagai intermediary untuk sector real menjadi berkurang. Bank sudah bekerja seperti rente.
“ Tentu tidak sehat dalam jangka Panjang. “ Kata teman.
“ Ya. Terutama menggerogoti fungsi uang sebagat alat produksi. Pada gilirannya akan memperlemah fundamental makro ekonomi negara. Uang lebih banyak beredar di sector moneter. Ini mendorong naiknya tingkat inflasi. Yang memaksa bank central naikan suku bunga. Nah sifat investasi surat utang atau bond atau obligasi itu, semakin tinggi bunga, semakin tinggi resiko dan semakin tinggi yield yang diperdagangkan di pasar.
Makanya engga aneh bila the fed menaikan suku bunga yang berdampak naiknya yield obligasi. Engga aneh bila kenaikan yield otomatis menjatuhkan asset bank berupa surat utang negara. Misal, kalau yield obligasi tenor 10 tahun 5%/tahun, itu value nya tinggal 80%. Apa jadinya kalau dua digit. Itu bisa tinggal 50%. Otomatis nilai asset bank pada neraca ikut jatuh juga. Kejatuhan nilai asset memaksa bank harus tambah modal disetor. Kalau engga, CAR terancam dan tidak lagi eligible menerima tabungan. Ya collapse. Demikian perjelasan Yuni.
“ Lantas bagaimana dengan nasip SBN Indonesia? Tanya teman.
“ Naiknya yield obligasi Jerman dan Jepang, itu lebih mengerikan dampaknya bagi SBN Indonesia. Mengapa? Karena selama ini yang mempengaruhi kenaikan suku bunga the fed adalah dua negara ini. Maklum dua negara ini merupakan kreditur AS. Kalau Yield obligasi mereka naik, akan memaksa the fed menaikan suku bunga agar spread melebar dan obligasi AS tetap sebagai pilihan bagi investor. Nah, kalau the fed naikan suku bunga, otomatis berdampak secara global.
Surat utang negara lain Yield nya akan terkerek naik, termasuk SBN. Kenaikan Yield SBN ini akan berdampak serius terhadap neraca Lembaga keuangan termasuk bank. Maklum sebagian besar asset bank, asuransi dan Dapen dalam bentuk SBN. Saat sekarang SBN yang menjaid asset bank mencapai 20 % dari total SBN yang beredar. Belum lagi SBN yang menjadi asset BI mencapai 25 % dari total SBN yang diterbitkan.” Kata Yuni.
“ Apa jadinya kalau yield SBN terus naik?
“ Ya asset bank ikut jatuh? Ya sistemiik. Keruntuhan massal.” Jawab Yuni dengan santai.
“ So..” Teman bagi antusias ingin tahu lebih jauh.
“ Kalau trend kenaikan yield obligasi Jerman dan Jepang tidak segera dimitigasi dengan cepat oleh pemerintah Indonesia, ini akan sangat berbahaya. “ Kata Yuni dengan tersenyum.
“Solusinya apa?
“ Saya menyarankan pemerintah segera melakukan langkah kebijakan yang terencana dan jadikan keadaan ini sebagai momentum untuk perbaikan neraca hutang secara holistic. “
“ Gimana caranya? Kejar teman.
“ Untuk tahu bagaimana memitigasi resiko itu, tapi kita harus tahu apa akar masalahnya sehingga Yield obligasi meningkat. “
“ Ya apa itu? Kejar teman lagi. Saya senyum aja.
“ Ya, karena baik pemerintah maupun bank central satu orchestra terhadap defisit. Pemerintah melakukan ekspansi fiscal lewat defisit dan bank central memonetisasi nya. Klop kan. Jadi bank central sudah masuk ke wilayah politik. Engga lagi focus sebagai Lembaga independent yang berpihak kepada market dan keeping trust. Makanya setiap pengumuman lapran defisit fiscal pemerintah, pasti disikapi negative oleh pasar. Terjadilah sell off, yang membuat yield meningkat. “ Kata Yuni.
“ Gimana solusinya? Tanya teman.
“ Ada tiga langkah kebijakan. “ Kata Yuni.
Yuni menghela napas.
Pertama, pemerintah harus mengurangi defisit fiscal. Caranya penggal APBN sampai 10%. Tapi bukan penggal untuk dialihkan sector lain. Benar benar potong anggaran sehingga APBN kita surplus. Kalau APBN surplus, tekanan terhadap kenaikan Yield obligasi bisa diredam. Trust pasar kembali. Resiko kenaikan yield bisa dimitigasi. Tetapi itu tidak selesai begitu saja.
Harus ada upaya strategis menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ? Tanpa investasi kan engga mungkin ada growth. Engga usah kawatir. “ kata Yuni tersenyum. “ Pemerintah bisa lakukan financial engineering untuk create revenue bond berbasis sumber daya alam. Tentu harus didukung dengan business model yang kuat lewat tersedianya infrastruktur pendukung baik sarana maupun regulasi. Mengapa? Agar resiko menjadi resiko bisnis yang bisa dimitigasi tanpa menjadi resiko negara. “ Lanjut teresia.
“ Wah menarik nih. caranya? Kata teman.
“ Setiap unit revenue bond diterbitkan oleh SPV. Untuk menjamin transfaranci dan akuntable, revenue bond itu di monetization menjadi structure fund berdasarkan tujuan strategis, seperti Housing Development program, renewal energi, downstream minerba & oil and gas. Downstream Agro dan kelautan.” Kata Yuni.
“ Apa mungkin pasar aka nada yang menyerap structure fund itu ? Apa tersedia peluang sumber daya keuangannya di pasar? “ Tanya teman berkerut kening.
“ Saat sekarang total putaran structure fund di dunia mencapai diatas USD 50 triliun. Angka itu akan terus meningkat. Diperdagangkan lewat ETF. Tentu harus reliable dan market acceptable “ Kata Yuni.
“ Ya gimana ?
“ Pertama. Lewat financial engineering bisa dihitung resiko dan peluangnya. Dan ekosistem financial global saat sekarang menyediakan beragam produk risk menegement dan derivative, seperti CDS, credit link note, yang eligible dan marketable. Target investor adalah sophisticated investor yang punya uang minimum USD 100 juta. Semakin exclusive financial resource semakin exciting bagi investor.
Kedua. Skema pengelolaan SPV itu lewat MBO yang punya reputasi international terhadap ESG. Melibatkan sponsor yang menguasai tekhnologi dan market. Artinya penunjukannya jangan diserahkan kepada pertimbangan politik oligarki alias broker. Jadi, lakukan investor biding secara terbuka. Engga ada masalah kalau ternyata asing sebagai pemenang. Toh negara hanya focus kepada pajak dan penyerapan Angkatan kerja dan penerimaan devisa yang sekaligus penghematan devisa.
Ketiga, Skema pembiayaan adalah project financing. Pooling fund lewat revenue bond itu masuk ke trust account yang dedicated terhadap project management. Artinya SPV tidak terima uang. Tetapi terima project jadi. Tentu mensyaratkan pembangunan proyek dilakukan oleh EPC yang triple A, yang punya akses pada sumber daya keuangan sesuai dengan skema pembiayaan berbasis revenue bond yang direncang lewat financial engineering.
Dengan tiga term sheet itu, mendatangkan FDI tidak sulit. Tentu dengan ketentuan, pemerintah harus kick out semua pemain rente dan oligarki politik. Artinya kalau ingin menjadikan sumber daya negara sebagai comparative advantage, ya pastikan hukum tegak dan demokrasi established. Maka trust akan datang, uang akan mengalir dengan sendirinya sebagai mana business as usual. Kalau engga, sumber daya itu akan menadi kutukan. Dihabisi oleh oligarki manja yang hidup sebagai komprador. “ Kata Yuni.
“ Apakah anda contoh negara yang sukses lakukan skema itu? Tanya teman kemudian.
“ Anda bisa pelajari kasus Rwanda, Libia. Itu contoh vulgar. Negara yang terpuruk bisa bangkit dengan pertumbuhan ekonomi diatas 7%. Tidak ada yang tidak mungkin bagi pemerintah yang punya nait baik bekerja untuk kepentingan rakyat.” Kata Yuni dengan tersenyum. Teman terhenyak dan terdiam. Entah apa yang dia pikirkan. Setelah teman pergi. Yuni antar saya pulang.
“ Engga kebayang ya Uda. Yuni hanya tamatan SMA bisa memimpin orang orang pintar. “Kata Yuni saat dalam kendaraan.
“ Karena kamu cerdas sebagai pemimpin. “ Kata saya sekenanya.
“ Yang lebih cerdas ya Uda. Yang bisa create Yuni orang kampung yang tamatan SMA bisa memimpin orang orang hebat lulusan perguruan tinggi terkemuka.” Kata Yuni merebahkan kepala ke pundak saya. " Senin besok Yuni langsung kembali ke Hong Kong ya uda. " Suara Yuni berbisik lembut. Saya mengangguk.
3 comments:
Like,terimakasih 🙏
Yuni keren, yang lebih keren adalah Uda Bandaro
nah teresia ntu siapanya yuni, da? 😃
Post a Comment