Tahun 2011, sekretaris kirim nota ke saya “ Ada tiga anak magang. Kamu terpilih oleh HRD sebagai salah satu mentor. Pilih salah satu kamu suka” Itu memang tradisi SIDC Holding. Karyawan magang yang terpilih dalam proses rekrut harus didampingi mentor. Itu berlangsung selama 1 tahun. Kalau mereka lolos maka mentor bisa rekomendasikan dia ikut test Management Traine ( MT). Kalau dia lolos test MT dan bisa mengikuti pendidikan di MT selama3 bulan, maka barulah dia bisa diangkat jadi karyawan tetap. Kalau selama tahun magang dianggap tidak qualified oleh mentor ya di kick out.
Saya pilih pria muda. Usianya 21 tahun. Dari CV saya tahu dia dari India dan sarjana hukum. Karyawan magang itu datang ke kamar kerja saya diantar oleh sekretaris. Tingginya mungkin 172 cm. Saya tatap sekilas. Saya mengangguk. Saya minta sekretaris beri dia kursi di pojok ruangan saya. “ Kamu duduk disana. Selama saya di ruangan ini kamu duduk disana. Tunggu perintah saya” kata saya. Dia mengangguk dengan sikap hormat.
Selama seminggu dia saya suruh antar dokumen ke Sekretaris. Suruh dia buatkan kopi, photo copy dokumen. Setelah seminggu saya ajak kemana saya pergi. Kalau saya meeting dengan relasi. Dia ikut. Makan siang dan malam dengan ralasi, dia ikut saya. Bahkan kalau rapat di kantor pun saya ajak dia mendengar.
***
Dalam satu rapat dengan dewan direksi anak perusahaan di Hong Kong. Saya mendengar paparan tentang kinerja perusahaan. Selama menyimak itu saya tulis di notes, hal yang perlu saya kritisi. Setelah selesai paparan. Saya bertanya singkat saja.” Mengapa growth naik hanya 6,7% setahun? Kemudian dia jelaskan dengan perbandingan industri sejenis yang mengidikasikan kami lebih baik dari yang lain.
Saya geleng geleng kepala dan muka masam.
“ Jawab apa yang ditanya B,” Kata James.
Dia terdiam. Sepertinya dia tidak siap dikritik dan merasa bangga dengan kinerja growth yang ada.
“ Karena leverage. “ Jawabnya singkat.
“ Nah itu artinya semakin banyak aset dibiayai dari hutang. Tahu dampaknya? drop aja 10% penjualan, digulung nih perusahaan. “
“ Pasar sangat kuat makanya kita berani naikan leverage dan bank mendukung” Tangkisnya.
“Menurut data, 9 dari 10 perusahaan hancur karena berpikir seperti kamu itu. Saya tidak berbisnis onani. Saya butuh pertumbuhan berkelanjutan. Itu ukuran prestasi kamu. “
“ Saya tidak punya pilihan. Saya memanfaatkan peluang saja. Kebetulan pasar mendukung dan bank mendukung” Kata CEO anak perusahaan.
“ Dan kamu melihat peluang itu untuk dapatkan bonus besar. Ya kan! Kata saya keras.
“ Ya.”
“ Hari ini kamu saya pecat. Beresin masalah kamu di bagian legal. Dan saya tatap yang lainnya. “ Kalian semua saya pecat. Bubar rapat” Kata saya tegas.
Setelah itu saya panggil direktur BDG Holding” Kamu juga saya pecat. Keluar.” Kata saya.
“ Kenapa saya? Katanya berusaha protes.
“ Kamu kan benteng saya untuk menilai usulan anak perusahaan melakukan ekspansi. Dan kamu tidak melaksanakan tugas dengan baik. “
“B, jangan emosi. Keputusan itu sudah diberhitungkan dengan analisas yang rijid. Engga mungkin salah. Hasil audit tidak ada korupsi. Ini murni soal kebijakan untuk masa depan perusahaan”
“ Lakukan itu pada perusahaan kamu sendiri. Tidak pada perusahaan saya. SIDC bayar kamu untuk berpikir berdasarkan visi pemegang saham. Bukan visi kamu. Selesaikan masalah kamu dengan bagian legal” kata saya. Dia keluar loyo.
James dan Willam datang ke kamar kerja saya. “ Ada apa kamu? kamu kick out direktur BDG. Dia itu mantan banker dan sebelumnya kamu pecat semua direksi anak perusahaan. Mereka sudah terbukti kinerjanya bagus”
Saya tatap mereka satu persatu. “ Temanin saya ke sauna. “ kata saya. Mereka berdua ikut saya.
Di jalan saya katakan “ Kamu tahu management ponzy ? Berusaha meningkakan kinerja lewat hutang dan berharap bonus gede dari itu. Kalau ada masalah, mereka akan datang dengan proposal to good to be true. kita sebagai pemegang saham dipaksa untuk bailout. Saya orang kampung. Saya suka dengan bunga asli walau mudah layu. Engga suka dengan bunga plastik walau indah dan tak layu. Paham.” Mereka berdua menangguk. Tanpa disadari saya sudah mendidik anak magang yang selalu ada di samping saya.
***
“ Pak kenapa anda tahu segala galanya.? Kata Anak magang suatu waktu.
" Sebenarnya engga juga begitu. Kalau saya tahu sedikit karena focus saya kepada hal tentang bisnis dan spiritual saja. Dan semua itu karena pengalaman praktis. Dari pengalaman itu saya belajar tentang hal diluar diri saya. Saya tercerahkan untuk berubah jadi lebih baik. Selebihnya saya tetaplah orang biasa saja yang tidak terpelajar.
Kalau saya tahu soal hukum karena saya berkali kali berhadapan dengan kasus hukum dalam sengketa bisnis. Jadi saya belajar banyak dari lawyer. Mereka memberi saya wawasan soal proses peradilan. Sehingga saya paham bagaimana bersikap di hadapan hukum atas kasus saya. Paham bagaimana seharusnya sebagai warga negara untuk patuh hukum.
Kalau saya paham soal ekonomi. Itu karena saya sering berinteraksi dengan konsultan bisnis dalam dan luar negeri. Dari mereka saya paham apa itu product knowledge, business process, legal aspect dan markro ekonomi. Sehingga saya paham membuat keputusan bisnis. Karena saya berbisnis secara international saya juga sering diskusi dengan ahli geopolitik dan geostrategis global. Sehingga saya paham bersikap dalam melakukan aksi korporat di berbagai negara.
Sebagai manusia tentu saya sering larut emosioanl dan depresi. Karena itu saya perlu orang untuk mencerahkan saya. Saya bergaul dengan ahli spiritual, guru agama, dan kadang saya berguru kepada orang lain yang saya anggap patut sebagai mentor. Karena itu saya paham bersikap atas setiap masalah yang menimpa saya.
Tentu dari interaksi dengan berbagai kalangan itu memaksa saya perlu referensi akademis. Ini penting untuk saya bisa bersikap mandiri. Engga sekedar follow mereka. Makanya saya juga membaca banyak buku dan jurnal ilmiah. Mengikuti program seminar tentang sains yang terkait dengan management, industri dan manufaktur. “ Kata saya.
Dia menyimak.
“ Jadi paham kamu ? kata saya.
“ Ya Pak. Belajar itu sepanjang usia. Karena pengetahuan itu bukan hal statis, Tetapi dinamis. Kalau kita tidak bisa update ya kita seperti rusa masuk kampung.”
“ Jadi apa kuncinya bisa menyerap pengetahuan itu ? Tanya saya.
“ Berpikir terbuka. Jangan terisolasi pikiran dengan satu teori dan satu persepsi saja. Bergaulah dengan siapa saja tetapi bergaul dengan mereka yang bisa membuat kita lebih baik karena waktu. Jangan berteman dengan mereka yang suka mengeluh provokasi kita untuk membeci. Bergaulah karena cinta dan hasrat berbagi. “ kata anak magang. Saya tersenyum.
***
Setelah 1 tahun. “ kamu mau rekomendasi saya? tanya saya.
“ ya pak.” Katanya.
“ Buat tulisan selembar aja. Saya mau tahu pemikiran kamu selama 1 tahun magang.” Kata saya.
Hanya tiga menit dia sudah serahkan selembar surat. Isinya “ Focus kepada realita dan selesaikan semua masalah berdasarkan fakta. Nikmati hidup selagi ada kesempatan. Jangan buang waktu untuk omong kosong. “ Saya tersenyum menatapnya.
“ Ya udah kamu dapat rekomendasi saya.”
Tahun 2013 saya dapat kabar anak magang saya itu sudah pegang posisi manager di unit business Industry Development zone di Gungxie. Tahun 2013 saya pensiun dari SIDB. Tahun 2018 dia sudah pegang posisi sebagai direktur di Guangxie. Tahun 2018 saya berkesempatan berkunjung ke Guangxie setelah 5 tahun pensiun. Saya kembali pimpin SIDC. Saya datang ke kantornya. Dia pegang kaki saya dengan ujung jarinya. Begitu cara dia menghormati saya seperti orang tuanya.
Saya ambil kursi dan duduk di pojok ruangannya. “ Saya akan jadi anak magang kamu” Kata saya. Dia terkejut. Tapi karena saya serius, Dia terpaksa terima. Dari jam 10 pagi sampai jam 10 malam saya bersama dia. Siang di kantor dan sore pergi ketemu dengan relasi. Selama itu saya diam saja. Hanya mengamati saja. Apa yang membuat saya terkejut? Mindset kerja saya dia adopsi. 100% percis sama. Cara dia bersikap mirip saya. Keesokannya saya kembali ke Hong Kong. Dia antar saya sampai ke bandara. Dia peluk saya.
Manusia memang mempunyai kemampuan untuk meniru atau mencotoh orang lain secara sempurna. Konsep Neoro Linguistic Programming ( penyusunan bahasa syaraf ) menjelaskan bahwa setiap manusia mempunyai susunan syaraf yang sama. Artinya segala sesuatu yang orang lain dapat lakukan , kita juga bisa melakukannya. Kalau mau tiru, maka tirulah mindset positif orang lain yang tercermin dari caranya berpikir ( way of thinking ) , merasakan ( feeling ) dan kemampuan memfungsikan semua potensi positip ( functioning ) sebuah cara hidup ( the way of life ) dan cara menjadi ( way of being ) yang transformative. Soal gaya maka jadilah diri sendiri.
No comments:
Post a Comment