Saturday, April 23, 2022

Semangat berbagi


 


Di shenzhen saya janjian dengan teman. Dia sudah berkali kali minta ketemu dengan saya. Tetapi saya tidak ada waktu. Saatnya ada waktu, saya sempatkan bertemu. Saya sebut teman. Sebenarnya dia karyawan Spa. Pekerjaannya menager restoran khusus layanan lounge. Saya sering ngobrol dengan dia.


“ Ngapain sih ketemu wanita itu.” kata Wenny waktu saya sampaikan rencana mau ketemu Jian.


“ Dia sudah berkali kali dia minta ketemu. Mungkin ada hal penting yang dia mau sampaikan”


“ Emang mau bisnis apa ? Diakan manager restoran tempat spa”

“ Ya. “ Kata saya. Namun karena saya bersikukuh mau ketemu. Wenny mengalah juga. Dia antar saya ketemu wanita itu di kawasan Dongguan.


“ B, maaf ganggu waktu kamu. “ Katanya ketika kami bertemu di lounge hotel. “ Ini ada proposal. Mohon kalau ada waktu pelajari” Katanya seraya menyerahkan proposal kepada saya. Tidak tebal. Saya hitung hanya 8 lembar.


“ Kamu bicara aja. Ringkas aja. Apa isi proposal itu” Kata Wenny.


“ Begini. Saya ingin membuat restoran untuk mereka yang tidak punya uang. Mereka mungkin belum dapat kerjaan di Kota atau sedang proses mencari kerjaan baru atau siapa saja yang memang lapar  karena miskin. “ Kata Jian tersenyum.


“ Jadi kamu suruh kami keluar uang untuk orang makan gratis? Kata Wenny menegaskan.


“ Ya kak. “


“ Kamu pikir kami Tuhan? Tuhan aja engga begitu. Aneh” Kata Wenny. Saya diam saja.


“ Kak, saya paham. Proposal ini memang tidak masuk akal. Tetapi google juga gratis. Toh akhirnya mereka bisa hidup lewat ekosistem bisnis dari mereka yang butuh gratis informasi itu”


“ Google bukan makanan. Beda.” Kata Wenny sewot. Tapi Jian terus melihat ke arah saya. Berharap saya merespon. “ Ok nanti saya pelajari. Beri saya waktu seminggu. “ Kata saya.


***

“ Ada apa  sih kamu B. ? Ini China. Banyak orang diluar sana berdrama hanya untuk memancing emosi orang keluar uang. Apalagi dia wanita. Cantik lagi. Engga usah aja. Lupakan” kata Wenny waktu kami jalan pulang ke apartement. Saya diam saja.

Besok paginya ketika sarapan. “ Saya sudah pikirkan semalaman. Saya setuju dengan proposal Jian. Saya mau invest 2 juta yuan.” Kata saya.


“ hah..itu sama dengan USD 250 ribu. Gila? serius kamu? . Berapa lama uang sebanyak itu akan bertahan? . Paling lama sebulan habis itu uang.” Kata Wenny.


“ Ya. Tetapi saya yakin dengan proposal dia. “


“ B, ada apa sih kamu?


“ Wen, bantu sayalah. Dukung aja”


“ Engga bisa. “ Kata Wenny tegas. Saya diam saja.


“ OK” Kata Wenny kemudian. “ Izinkan team analis saya pelajari proposal dia. Gimana?


“ Wen, udah pasti ditolak oleh team kamu. Please..”


“Kamu naksir dengan Jian.” mata wenny melotot.


“ Duh engga begitu. “ Kata saya garuk garuk kepala. Lebih baik saya diam saja. 


Akhirnya malam hari sebelum tidur, Wenny berkata kepada saya. “ OK, saya dukung kamu. Saya akan keluarkan uang 2 juta yuan untuk jian. Tapi biarkan saya deal dengan dia. Bisnis proses tetap jalan sesuai strategi saya.”


“ OK setuju.” Kata saya 


***

Setahun kemudian, saya ke Dongguan ninjau pabrik SIDC. Saya didampingi WEnny. Usai ninjau pabrik. Wenny ajak saya makan di restoran. Ramai sekali pengunjung. Maklum makan siang. Usai makan, Wenny bayar bill dua kali dari bill yang ada. Kasir memberikan bunga sebagai ucapan terimakasih. Saya kaget, Yang lain juga saya perhatikan sama dengan kami. Membayar lebih dan dapat bunga mawar. 


Seorang wanita mendekati saya. “ B, apa kabar. Lama engga ketemu. “ Katanya. Ternyata itu Jian. Dia tersenyum melirik wenny.

“B, restoran ini sudah berkembang jadi dua. Dana operasi dibayar oleh donator. Tadinya memang gratis tetapi setelah 3 bulan, hasil dari donasi lebih banyak dari biaya menu dan operasi. Kami surplus.


“ Bagaimana bisa begitu?


“ Walau gratis namun Restoran didesign memang untuk kelas menengah. Kami tidak mencurigai siapapun yang datang. Kalau mereka tidak bayar itu artinya mereka tidak ada uang dan pantasi dapatkan makan gratis. Itu aja. Ternyata, ini mengundang empati orang berduit. Mereka tanpa sungkan bayar bill lebih untuk mereka yang tidak ada uang bayar bill. Mereka senang makan bersama orang miskin di tempat berkelas dalam suasana berbagi. itu aja. “


“ OH…” Saya melongo. 


“ Dan itu berkat kak Wenny. “ sambung Jian lagi.


“ Wenny? Saya kaget seraya melirik ke arah Wenny yang nampak tersenyum.


“ Ya. dia ubah konsep restoran, termasuk menu dan design ruangan. Menurutnya, kalau kita ingin berbuat baik maka jangan tanggung tanggung. Harus yakin dengan niat baik kalau ingin dapatkan empati dari orang baik.” Kata Jian


Saya tersenyum menatap Wenny.


“ Investasi kak Wenny sudah kembali empat bulan lalu. Kini restoran mandiri dan hidup serta berkembang dari seni berbagi.” Kata jian.


“ Terimakasih Wen” Kata saya waktu pulang ke apartement.


“ Kamu inspirasi saya, B. Maafkan saya kalau cepat reaktif. Terus arahkan saya jadi orang baik ya.” kata Wenny. Saya genggam jemarinya. Dia tersenyum


16 comments:

Anonymous said...

Terima kasih Babo

Anonymous said...

Bikin air mataku meleleh Bo❤️

Anonymous said...

Sesuatu bangat ...

Anonymous said...

Hard life tender heart on the right track. Thks, Uda.

Anonymous said...

,👍

Anonymous said...

Sangat inspiratif

Anonymous said...

Berbagi itu Indah. Terima kasih telah menginspirasi saya, walaupun sy berbagi dibidang yg lain

Anonymous said...

Kebaikan utk kan ada penghalang.


Anonymous said...

Alhamdulillah ... Semangat berbagi

Anonymous said...

Ah... Tuhan tidak tidur 🙂

Yurzinal said...

Luarbiasa, tksh Babo sudah berbagai 🙏

Anonymous said...

Berbagi itu indah, jika dilakukan di jalan Tuhan

Anonymous said...

aku jadi terinspirasi dengan kisah kasih ini,. Semoga suatu saat membumi cita cinta ini,. Matur Nuwun,.. Babo..
🍮🎶👍

Anonymous said...

Terharu 😭

Anonymous said...

Terima kasih Tuhan ternyata masih ada orang kaya yang baik budinya

Anonymous said...

Semoga Babo semakin diberkati!🙏

Siluet kekuasaan dan kemiskinan.

  “ Mengapa kapitalisme disalahkan ? tanya Evina saat meeting di kantor Yuan. Dia CEO pada perusahaan di Singapore. Dia sangaja datang ke J...