And even if the sun refused to shine
Even if romance ran out of rhyme
You would still have my heart until the end of time
You're all I need…
Saat kali pertama kakiku menginjak Bandara Incheon tahun 2006, 28 oktober tekad sudah bulat. Aku harus bisa jadi pemenang. Usiaku 43 tahun. Usia matang setelah melewati usia emasku yang penuh luka dan kecewa akibat kegagalan demi kegagalan. Aku sudah established. Aku sudah punya bisnis di China yang sedang berkembang. Kini aku harus memasuki medan perang baru, Korea. Ini medan perang yang tidak mudah. Pengusaha korea semua adalah pengusaha yang sudah eksis di China. Mereka berpengalaman dalam hal marketing. Menguasai network sumber daya.
Umunnya para pebisnis korea adalah almamater universitas hebat. Mereka umumnya adalah bintang kampus. Sukses dalam karir mengantar mereka jadi pengusaha. Sementara aku, apalah. Gagal jadi mahasiswa. Tidak punya pengalaman berkarir di perusahaan kelas global. Aku hanya terdidik dari proses kegagalan demi kegagalan. Di negeri kusendiri aku tak mampu jadi elang. Hanya jadi ayam kampung. Tetapi aku tetap dengan tekad. Sama seperti ketika aku masuk ke China. Mungkin saja aku akan kalah atau gagal. Tetapi aku tidak mau kalah dengan mudah.
Aku check in di hotel. Bukan hotel bintang 5. Hanya hotel bintang IV. Usai check in, aku menghubungi temanku. Kami makan malam. Aku utarakan niatku untuk berbisnis supply chain di Korea. “ B, mending kamu lupakan niat itu. Di sini mental petarung pengusaha 5 kali lebih hebat dari China. Mereka semua berkelas dunia. Umumnya mereka tamatan sekolah di AS. Pengusaha besar Korea masih terikat dengan marga dan almamater untuk menentukan rekanan. Kamu siapa ?
Selama seminggu aku temui teman teman di Seoul yang tadinya ralasi bisnisku di CHina. Semua menyarankan agar aku lupakan tekadku. Tetapi itu justru membuat aku pantang mundur. Pasti ada celah bagiku untuk ambil bagian. Koneksi kuat dengan pabrikan di China, itulah modalku. Minggu kedua, aku putuskan untuk membuka kantor di Seoul. Tetapi terbentur proses perizinan PMA. Modal disetor cukup besar. Aku tidak punya cukup uang. Kecuali kalau bisnisku sudah established, tidak sulit aku dapatkan modal untuk pengembangan.
Pada satu sore desember, salju turun di Seoul. Aku berlari ke arah cafe kecil. Cafe itu hanya menyediakan kopi dan kue. Meja hanya ada empat. Aku duduk. Pesan kopi. Pelayannya wanita. Hidungnya mancung. Tinggi mungkin 172 Cm. Seperti wanita korea di border utara. Mungkin wanita itu punya blasteran tar tar.
“ Anda dari mana asalnya ”Katanya dalam bahasa inggris setelah menyediakan kopi hangat.
“ Indonesia” Kataku.
“Oh Indonesia. Saya pernah kerja di Jakarta sebagai menager Restoran. Empat tahun.” katanya dalam bahasa indonesia lumayan bagus. Aku senang. Seperti ada cahaya menuntunku dalam kegegelapan.
‘ Wah hebat. Bahasa indonesia kamu bagus” Kataku.
“ Ya saya suka semua tetang Indonesia, Orangnya baik semua. Putri saya lahir di Jakarta. “
“ Oh ya. Suami kamu orang Indonesia? Tanya saya. Dia tidak jawab. Karena harus melayani tamu lain. Dia kembali lagi ke table saya. “ Tidak. Orang korea, tetapi kami cerai setalah putri kami berusia 3 tahun. Saya kembali ke korea paska kerusuhan mey 1998. Memulai usaha cafe ini. “ Katanya. Saya mengangguk. Dia kembali sibuk melayani anak anak beli kue. Ternyata dia boss dan juga pelayan cafe. Dia perkenalkan namanya Mrs Kang.
Tak berapa lama ada anak wanita ABG masuk ke cafe. “ Itu putri saya. Namanya Yuna. “ Katanya menunjuk anak ABG duduk di table kasir. Anak itu menganguk ke arah saya. Kami asik mengobrol. Dia punya banyak kenangan di Jakarta. Sayapun ceritakan obsesiku berbisnis di Seoul. Dia menyimak. “ Saya kenal beberapa pengusaha di Indonesia. Tapi yang nekat hanya kamu, barangkali. Tetapi saya yakin kamu akan sukses. “
“ Kenapa kamu yakin?
“ Dari mata kamu. Tidak ada rasa kawatir apapun. Kamu penuh semangat.”
***
Besoknya aku datang lagi ke cafe itu sorenya. Dia tersenyum. “ B, sibuk ya hari ini” sapanya.
“ Ya “Kataku tersenyum. Tanpa aku pesan dia sudah datang dengan Kopi hangat. “ Katakan apa rencana kamu ?
“ Saya mau buka perusahaan di korea. Tetapi syarat untuk jadi PMA sangat sulit dan mahal. Saya orang asing. Modal juga terbatas. Semua relasi saya di sini, tidak berminat bermitra dengan saya. Mungkin tidak percaya dengan rencana bisnis saya yang mengadalkan supply chain China.” Kataku.
Dia pergi melayani tamu yang datang. Setelah itu dia kembali. “ memang begitu syaratnya. Korea sudah memasuki negara maju. Standar kami sangat ketat. “ Katanya. Dia kembali sibuk dengan pelanggan. Aku diam saja di table. Sambil berpikir apa yang harus aku lakukan.
“ Sejam lagi saya tutup, Mengapa tidak datang ke apartement saya. Kita ngorbol di rumah saya yang sederhana”: Katanya menawarkan. Aku mengangguk walau sungkan. Karena baru kenal tapi di undang wanita berkunjung ke rumahnya.
Rumah Kang ternyata hanya 1 blok dari cafe itu. Dia tinggal di lantai dua. Tangga dari samping. Ukuran apartement itu mungkin tak lebih 36 M2. Hanya ada dua kamar yang sempit. Untuk dia dan putrinya. Dia persilahkan aku duduk di tikar dari rotan. Tidak ada sofa. “ Saya masak dulu. Hanya memanaskan makanan saja. 30 menit saya sudah kembali dengan makan malam kita” katanya tersenyum. Saat dia masak sempat aku candid.
Kami makan malam bersama putrinya. Putrinya sedang berusaha belajar bahasa inggris. Kang memotifasi nya untuk belajar dengan baik. Aku belajar bahasa korea dari putrinya dan sambil mengajarinya bahasa inggris. Kang membantuku meluruskan dalam bahasa korea. Karena dia fasih bahasa Indonesia. Suasana di rumah itu jadi akrab. Layaknya seperti sebuah keluarga. Kadang mereka tertawa ketika saya melafalkan bahasa korea. Besoknya saya datang langsung ke apartemen Kang. Mereka sambut dengan antusias.
Lima kali aku berkunjung. Aku mengatakan kepada Kang.:” Aku harus kembali ke Hong Kong. Visa saya sudah hampir habis”
“ B, boleh saya usul. “ Kata Kang. Saat itu Yuna sudah tidur di kamarnya. Tinggal kami berdua saja. “ Gimana kalau saya dirikan perusahaan. Saya akan beri kuasa penuh kepada kamu untuk kelola. Nanti kalau sudah established. Kamu bisa ambil saham itu lewat akuisisi. Namun kamu tidak perlu bayar apapun. “ Lanjutnya. AKu tahu Kang, sangat paham. Dia terpelajar. Pernah sebagai menager restoran. Kinipun dia pengusaha cafe.
Aku terharu. Usulanya itu membuat aku berpikir. Aku terdiam. Mengapa dia begitu percaya kepadaku Padahal kami bertemu belum sebulan. Malam itu kami saling berdiam lama sampai akhirnya mata beningnya sudah ada dihadapanku dan menenggelamkanku dalam kenyaman dan rasa aman. Saat itu aku tahu dia jatuh cinta kepadaku. Atau tepatnya kepasrahan tanpa sekat. Kepasrahan Musa di Bukit Sinai ketika menerima 10 perintah Tuhan. Kami akhiri semua itu dengan senyum penuh arti. Setelah itu semua persepsiku tentang Kang sudah berbeda sekali.
***
Keesokannya aku kembali ke Hong Kong. Seminggu kemudian aku kembali ke Seoul. Malamnya Kang datang ke Hotelku. Dia menyerahkan dokumen pendirian perusahaan. “ Besok kita ke notaris untuk legalisir status kamu sebagai mandatori saya. Selanjutnya terserah kamu.” Kata Kang.
Aku serahkan uang USD 30,000 untuk biaya yang dia keluarkan mendirikan perusahaan. Tetapi dia menolak dengan memelukku. “ Kenapa B.? kamu beri saya uang, itu menyakitkan B. Aku tak berharap apapun dari kamu. Aku mencintai kamu, tak penting kamu suka atau tidak. Terima sajalah aku sebagai sahabat.” katanya dengan airmata berlinang. Saat itu aku terasa tenggelam dalam keegoanku. Andai dia menerima uangku atau minta kompensasi lebih, tidak akan mengurangi rasa hormatnya dan aku tidak merasa berhutang. Tetapi dia menolak. Itu dia telah membeli jiwaku. Ini takdirku. Aku harus membayar secara pantas. Apapun itu.
Keesokannya aku pergi ke notaris bersama Kang. Proses legasiir statusku sebagai mandatory selesai dalam 1 jam. Sejak itu Kang hanya bertindak sebagai proxy. Namun dia tidak mau terlibat dalam bisnisku.” Biarlah aku dengan bisnisku di cafe itu. Kamu focus aja di bisnis kamu. Kalau ada waktu sempatkanlah mampir ke aparment kami. AKu dan Yuna merindukan kamu “ Katanya.
***
Kang carikan apartement murah untukku sewa. termasuk kantor untuk aku sewa. Selama 3 bulan modalku hampir habis. Tapi Kang terus memberiku semangat. Selama 5 tahun mengembangkan bisnis di Seoul memang aku jarang bertemu dengan Kang. Karena kesibukanku. Tiga hari aku di Seoul dan tiga hari di China. Kang tidak pernah telp aku. Dia benar benar mengerti aku. Tapi aku usahakan setiap bulan sekali datang ke apartemennya. Dia dan Yuna menyambutku dengan hangat. Kami seperti sebuah keluarga. Dan Kang sangat pandai memanjakanku sebagai pria. Selalu membuatku nyaman.
Tahun 2011 aku merestruktur bisnisku yang tersebar di beberapa negara dalam satu holding di Hong kong. Aku membentuk team untuk melaksanakan restruktur itu. Salah satu perusahaan di Seol yang sahamnya atas nama Kang dialihkan ke dalam holding. Proses akuisisi dilakukan secara formal. Kang dapat dana dari Team akusisi. SIDC di Seoul semakin besar dan karyawan sudah ribuan. Akupun sudah sangat sibuk. Tidak ada waktu lagi bertemu dengan Kang. Diapun tidak telp. Ada keinginanku mau telp Kang. tetapi aku tidak siap ketemu karena kesibukan. Moga Kang mengerti.
Tahun 2013, aku terkejut di lobi. Ada Yuna berdiri. Dia mendekatiku ketika keluar dari Lift. Dia tersenyum namun tidak bisa menutupi wajah sedihnya. Aku punya pirasat tidak baik. “ Yuna, kamu baik baiok saja”
“ Ya paman” Dia menunduk dan seperti hendak menangis. Saya pegang bahunya. Dia menyerahkan amplop. Dalam amplop itu ada rekening bank atas nama Kang dan kartu debit " Ale, ini uang hasil pelepasan saham atas namaku, saya kembalikan. Saya tidak pernah ambil. Tolong terima uang ini. Cinta yang kamu berikan selama ini lebih dari cukup untuk saya.”
Aku tatap lama Yuna. “ Mama meninggal sebulan lalu. Karena kanker. Hanya seminggu di rumah sakit.” Kata Yuna. Terasa seketika langit runtuh menimpaku. Aku merasa sangat egois. Mengapa aku biarkan dia menderita sendiri dengan penyakitnya. Seharusnya aku ada di sampingnya disaat dia menderita dan menjelang ajal. Apalagi aku baru sadar. Pemberian uang kepadanya atas pelepasan saham, ternyata itu menyakitkan baginya. Terbukti dia tidak terima. Hanya itu caranya membuktikan cintanya tulus. Bukan meminta tetapi memberi. Cintanya begitu Agung. Aku tidak pandai berterimakasih. Kehangatan setiap inci tubuhnya membayang di pelupuk mataku. Airmataku jatuh,
Segera aku peluk Yuna. “ Ingat ya Yuna, Mulai hari ini dan selanjutnya Paman akan jadi ayah kamu. Paman janji akan jaga kamu. Akan selalu ada untuk kamu” Kataku dengan air mata berurai. Yuna memelukku erat. “ Berkai kali Yuna mau telp Paman mengabarkan mama sakit. Tetapi mama larang. ALasanya jangan gangu dan jangan merepotkan paman. Pesan mama kepada Yuna, apapun yang terjadi harus baik kepada paman. Pastikan amplop itu sampai ke paman”
“ Mama kamu sangat baik sayang. Terlalu baik. Paman salah dan sangat salah” Kataku. “ Besok kamu ke Hong kong. Tinggal sama Paman ya. Mau ya Yuna” sambungku. Yuna mengangguk. Matanya sembab.
***
Aku ceritakan semua tentang Kang kepada Wenny. Wenny terharu. “ B, aku akan anggap dia sebagai anaku sendiri. Aku akan jaga dia. Percayalah.” kata Wenny. Setelah itu, Wenny mengabarkan bahwa Yuna diterima di Seoul University. Wenny terbang ke Seoul menyiapkan apartement untuk Yuna dan rekening bank untuk dia terima biaya hidup dan pendidikannya. Wenny berjanji akan telp Yuna setiap minggu sekali. Tempat pulang Yuna adalah rumah Wenny. Dia merasakan ketulusan itu. Kadang kami makan malam di rumah Wenny seperti sebuah keluarga.
Tahun 2016 Yuna lulus dari Seoul University. Aku sempat hadir waktu dia wisuda. Ternyata sejak kuliah, selama 1 tahun dia magang di SIDC Korea. Sebelumnya dia tidak pernah cerita. Tahun 2020 dia dipindahkan ke Shanghai sebagai Manager di bawan anak perusahaan SIDC , unit bisnis tekhnologi.
Kemarin aku bertemu dengan Yuna di Jakarta. “ Aku ditugaskan mempersiapkan kantor perwakilan SIDC di jakarta. “ Katanya dengan percaya diri tinggi.
“ Loh kenapa kamu? Kan kamu sekarang di Vietnam di unit bisnis manufaktur elektronika”
“ Eksekutif di Shanghai sulit keluar negeri karena situasi COVID. “ Katanya tersenyum. Kami makan malam di Robot Cafe. “ Mereka di SIDC tidak ada yang mengenal hubungan anda dengan mendiang ibuku. Tetapi karirku sangat bagus di SIDC’
“ Karena kamu memang hebat. Hebat, seperti ibumu.” Kataku ketika mengantarnya ke lobi Ritz carlton.
“ Apakah anda mencintai ibuku?
Aku tersenyum. “ mengapa kamu tanyakan itu, sayang?
“ Ibu Wenny selalu menjagaku sejak ibuku wafat. Dia juga memotifasiku agar belajar keras dan bekerja keras. Ibu Wenny baik banget. Sudah seperti ibuku sendiri. Kalau aku ke Hong Kong itu terasa sekali dia sangat tulus mencintaiku. Pernah waktu kuliah aku sakit. Dia terbang ke Seoul dan menjagaku sampai sembuh. Dia selalu ada untukku. Kata ibu Wenny, semua dia lakukan karena perintah anda. “ kata Yuna
“ Cinta mama kamu sangat agung, sayang..Dengan pengorbanan dan ketulusannya, ia telah membeli jiwa saya. Dia sudah delivery semua arti cinta dan persahabatan. Dia pantas mendapatkan semua, termasuk hati saya. Mencintai mama kamu adalah kemewahan bagi saya, Saya harus pastikan kamu baik baik saja. Itu amanah dari mama kamu. Hanya itu cara saya membayar, akan jadi beban sepanjang usia saya. Jaga diri yang baik ya sayang ” Kataku. Yuna berlinang airmata.
19 comments:
Subhanallah, man Jadda wa jadda
Menakjubkan... Cerita tentang keluhuran budi dan jiwa. Terimakasih Babo....
luar biasa...
Tulus itu mahal
Luarbiasa. Nangis Bombay jadinya saya ini..
Babo bakal diundang jadi saksi diperkawinan Yuna kelak
Hebat Padang.....
Nice story'
Antara suka dan duka. Sukanya krn keinginan Babo utk eksis di Korea berhasil dgn memuaskan. Tapi dukanya, .....sang sponsor meninggal dunia. Kalau difilemkan, dijamin akan membuat penonton menangis.
Bikin 😭😭😭 tilisan ini
Berapa Kali di baca tetap saja merobek perasaan. Thk Babo
Wanita yg punya value selalu menghantarkan pria ke puncak kesuksesan...ketulusannya menuntun dan menguatkan.
Luar biasa Babo, cinta yang tulus mengantarkan kesuksesan.
😭😭😭
Luar biasa alur ceritanya, menghanyutkan...
Rasa2nya smua cerita pribadi Babo sangat menghanyutkan.. 👍🙏
Unconditionally LOVE, so sweet ❤️
Cerwang ini sih... Cerita yg mengandung Bawang...
Cerita-cerita dari Babo sangat cocok untuk difilmkan
Itu yang komentar "hebat Padang", siapa ya?
Post a Comment