Tadi malam saya dapat email. “ Pak Eri, putra dari ibu binaan kami sudah kerja sesuai rekomendasi bapak. Dia kerja di Smelter di Sulawesi. Kami menyampaikan rasa terimakasih mereka kepada bapak. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai pak Eri. Doa kami selalu untuk bapak, dan tentu ibu itu yang sudah bapak muliakan. “ Begitu kira kira isi email dari pegiat gereja kepada saya.
***
Tahun 2015 saya ke cafe yang ada di kawasan THR Lokasari untuk ketemu teman dari daerah. Dia sahabat lama saya. Kami pernah sama sama jadi sales jalanan tahun 80an. Dia pilih Hotel di kawasan Mangga besar karena rumah ibunya memang di kawasan mangga besar. Ibunya tinggal sama adik perempuannya. kami ngobrol santai. Sekedar kangenan saja. Usai ketemu, jam 9 saya pulang. Sambil nunggu taksi, saya lihat ada ribut ribut di jalan dekat hotel. Saya mendekat. Ternyata ada wanita sedang dipukuli pria. Sudah jatuh wanitu tetap saja disepak. Orang ramai hanya nonton saja.
Replek saya tergerak melerai. Saya tahan pria itu agar hentikan tendangannya. Saya berdirikan wanita itu. Bibirnya pecah. Keluar darah. Jidatnya lebam dan berdarah. Pipinya juga lebam. “ Minggir kamu, engga usah ikut campur. Dia maling uang saya.” Kata pria itu dengan garang. Saya tersenyum. Berusaha menenangkannya.
“ Kalau memang maling. Mari kita lapor polisi sama sama. Jangan dipukul. Kamu bisa kena pasal penganiayaan Itu hukumannya diatas 5 tahun. Mau? ” kata saya tenang. “ Ya udah bawa ke polisi saja” Kata penonton. Satpam hotel menahan wanita itu sambil menunggu polisi datang. Pria itu masih bersama satpam.
“ Berapa uang kamu diambil” tanya Satpam ke pria itu.
“ Rp. 500 ribu. “
“ Darimana kamu tahu dia curi uang kamu? tanya satpam
“ Dia tadi dekat warung saya. Mangkal disitu. Ternyata uang kasir saya hilang. Kebetulan saya liat dia sedang hitung uang dekat warung saya. Saya tanya dia malah lari. Ya saya kejar. Saya mau liat uang dia. Dia engga kasih. Ya saya pukul. Dia melawan. “ Kata Pria itu, Ternyata dia kasir restoran.
“ Mana uang itu? Tanya Satpam kepada wanita itu.
“ Ini uang dari gereja. Saya setiap bulan dapat uang Rp. 500 ribu untuk sewa rumah. Saya kan tidak punya rumah.” Kata wanita itu dengan menangis.
“ Boong kamu” teriak pria itu.
“ Ok, telp orang gereja yang kasih kamu uang” Kata Satpam.
“ HP saya rusak. Dia hancurkan. Saya tidak tahu nomor nya. Gimana mau telp” Kata wanita itu masih menangis. Dia nampak takut sekali. Saya terenyuh. Tetapi saya tidak berdaya.” Ibu, tahu apa nama Gereja. Di mana alamatnya. “ Kata saya lembut. Dia memberi tahu alamat dan nama gereja.
“Begini pak, “ Kata saya kepada Satpam dan pria itu. “ Saya akan ke gereja. Tanyakan soal uang itu. “ Kata saya. “ Siapa nama kamu” tanya saya kepada itu itu. Setelah itu saya segera dengan taksi datang ke gereja itu. Saya ceritakan, soal kejadiaan yang menimpa wanita itu. “ Bapak kita segera kesana. “ Kata petugas gereja mendengar nama PSK itu. “ Itu PSK binaan kami pak. Saya sedang berjuang untuk membujuk dia datang ke Gereja. Dia etnis tionghoa, dari keluarga miskin. Suaminya meninggal karena sakit” Kata petugas gereja itu. Dengan kendaraannya kami menemui wanita itu di tempat satpam.
Akhirnya kasus selesai. Terbukti lagi ternyata uang kasir itu memang tidak hilang. Karena boss nya ambil. Itu setelah bossnya telp. “ Kamu mau lanjutkan kasus ini” Tanya saya kepada wanita itu.
“ Tidak pak. Saya maafkan. Izinkan saya pergi. Saya harus cari uang untuk kedua anak saya.” Katanya. Petugas gereja membujuk dia ke RS. Tetapi dia menolak. Saya beri dia uang Rp 1 juta. “ Nah bapak ini beri kamu uang Rp. 1 juta. Kita ke RS ya.” Bujuk petugas gereja itu. AKhirnya dia mau ke RS.
Setelah dari RS, saya ngobrol dengan petugas gereja itu. Saya dengar program binaan yang mereka punya. Akhirnya saya putuskan.” saya akan jadi donatur untuk ibu itu. Tinggal telp saya, uang akan saya kirim.” Kata saya. Seminggu kemudian, saya dapat kabar. Ibu itu setuju ikut program binaan. Dia di training membuat kue dan sop buntut. Lengkap dengan management warungan. Saya transfer uang ke gereja termasuk modal dia untuk buka usaha kecil.
Setiap bulan saya dapat laporan progress dari gereja soal bantuan saya. Sangat transfaranse. Profesionali sekali. Lengkap dengan photo kegiatan ibu itu sedang ikut training. Termasuk ketika dia hadir bersama jamaat gereja. Keliatan sekali wajahnya menyiratkan bahagia. Tidak nampak dia kawatir dengan hidupnya.
Saya masih dapat laporan sampai ibu itu berhasil mandiri dengan usaha kulinernya. Tahun lalu saya dapat email bahwa putra ibu sudah jadi sarjana. Mereka minta tolong saya membantu kalau ada lowongan. Tiga bulan lalu saya rekomendasi putranya kerja di perusahaan smelter. Dan kini saya dapat laporan, putranya diterima kerja. Puji Tuhan. Tentu putranya akan jadi tongkatnya dimasa tuanya.
1 comment:
Nice story.
Post a Comment