Saya sengaja datang ke rumahnya. Karena dia baru pulang dari AS menengok cucunya. Maklum dia sempat 3 tahun di AS. Usianya sudah 78 tahun. Dia sarjana ekonomi. Dia masih sehat. Walau seumur hidupnya sebagai pengusaha dan sukses. Namun karena latar belakangnya adalah kaum terpelajar, perhatiannya kepada kebangsaan tinggi sekali. Dia adalah mentor saya dalam bisnis. “ Saya sangat sedih. Mengapa semakin lama merdeka, semakin renta persatuan kita. Mudah sekali tersinggung soal agama, suku. Mengapa pak? Tanya saya.
Dia tersenyum menatap saya seraya mengisap Cigar yang saya bawa satu box khusus untuk dia. “ Sebenarnya persatuan Indonesia itu tidak didapat dengan mudah. Tidak dengan suka rela begitu saja ingin bersatu. Ini perjuangan yang penuh intrik dan darah antar anak bangasa. “
“ Mengapa ?
“ Kamu harus paham. Sebelum Jepang masuk, walau wilayah nusantara ini dikuasai Belanda, tetapi itu sifatnya kolonialisasi. Artinya sistem dan kekuasaan formal ada pada kerajaan lokal. Bagi Belanda kolonialisme cara yang murah untuk berkuasa daripada aneksasi. Nah ketika Jepang mengusir Belanda dan masuk ke Indonesia. Sistem kolonialisme itu dihapus oleh Jepang. Semua kekuasaan raja dianulir dia. Makanya Soekarno mendukung masuknya Jepang. Bahkan Soekarno berkolaborasi dengan Jepang untuk mengajak rakyat bersatu mendukung Jepang. “ Katanya. Dia menyeruput kopinya. Hebat, Usia 78 tahun masih minum kopi dan cigar.
“ Mengapa sampai Soekarno mau berkolaborasi dengan Jepang? Kata saya. Saya siap menyimak dan senang mendengar pandanganya.
“ Bagi Soekarno, selagi kerajaan masih ada, sulit menghadapi sistem kolonialisme Belanda. yang menggunakan politik adudomba. Tetapi menghapusnya juga tidak mudah. Karena ini menyangkut budaya dan agama yang sudah berakar. Apalagi sebagian besar kerajaan yang ada di nusantara ini adalah kerajaan islam. Sejak dia masih kuliah di Bandung, diskusi soal itu mengemuka dan sikap Soekarno jelas anti feodalisme. Makanya Soekarno ditangkap Belanda sebagai politisi, bukan pemberontak. Maklum saat itu, paham anti feodalisme juga sedang nge-trend di Belanda. Itu wajar saja sebagai perubahan berpikir zaman.” Katanya. Saya mengangguk.
“ Tapi, tidak semua sepemikiran dengan Soekarno soal feodalisme itu. Bagi kaum ningkrat, bangsawan, pedagang mereka setuju feaodalisme dihapus tetapi tidak sependapat untuk menghapus sistem kerajaan. Maklum saja. Mereka setuju perubahan mindset tetapi, tentu tidak ingin kehilangan akses uang. Sementara kaum jelata, lebih mengingingkan tumbangkan kerajaan. Jadi pilihannya adalah revolusi, Gerakan ini dimotori oleh kaum kiri, yang didalamnya juga ada tokoh islam. “ Katanya kembali menyeruput kopi.
“ Nah ketika Jepang mulai tersudut menghadapi serangan AS dan sekutu dalam perang dunia kedua, Jepang punya agenda kalah dalam perundingan. Dengan harapan mereka tidak kehilangan sumber daya atas wilayah aneksasinya. Makanya PM Kuniaki Koiso dalam pidatonya di sidang parlemen Jepang Teikoku Ginkai pada 7 September 1944, mengusulkan kemerdekaan kepada Indonesia. Proxy sudah disiapkan yaitu Soekarno atas pemerintahan bentukan dari Jepang. Makanya rencana pembentukan BPUPKI dan kemudian PPKI tak lain design negara boneka dari Jepang.” Katanya, Saya terkejut, dan menarik.
“ Namun jatuhnya Bom atom di Nagasaki dan Hirosima, membuat Jepang kalah tanpa syarat. Sebenarnya agenda Jepang untuk menjadikan Indonesia sebagai proxy sudah tidak ada lagi. Namun Soekarno dan hatta masih punya harapan. Maklum saat itu belum ada internet. Informasi sangat lamban sakali. Kaum kiri seperti Soekarni, Aidit, Wikana, dan Chaerul Shaleh. Paksa Soekarno dan Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan. Kaum kiri siap menghadapi proses selanjutnya lewat revolusi. Sementara kaum tua, kaum bangsawan tidak sependapat. Mereka lebih memilih rencana kemerdekaan bentukan Jepang.”
“ Oh Itu sebabnya, pada tanggal 16 agustus, Soekarno dan kawan kawan diculik oleh mereka ke Rengasdengklok. Paksa Soekarno memproklamirkan kemerdekaan. Keesokan harinya tanggal 17 agustus di proklamirkan. “
“ Makanya setelah usai memproklamirkan kemerdekaan, di jalan Pegangsaan, Soekarno dalam keadaan deman malaria dia dengan lirih berucap, revolusi sudah dimulai. Soekarno membayangkan darah anak bangsa akan tertumpah.” Katanya.
Dia terdiam. Seakan berpikir dan airmatanya berlinang. “ Sejak itu antar golongan terpecah. Kelompok Islam ingin mendirikan negara sendiri. Komunis juga ingin mendirikan negara sendiri. Sementara kerajaan yang ada ingin mengembalikan status legitimasinya mereka setelah Jepang kalah. Soekarno ada ditengah pusaran itu. Di tengah intrik anak bangsa yang inginkan kekuasaan, Soekarno menentukan sikap jalan tengah, yaitu nasionalisme.
Tetapi nasionalisme juga bagian dari politik feadalisme. Semua tahu itu. Kaum kiri dan islam mencurigai sikap Soekarno itu. Soekarno mendapat dukungan dari kaum bangsawan dan kerajaan. Ini penting bagi Soekarno untuk memuluskan jalan mendapatkan legitimasi kemerdekaan setelah sistem Jepang deligimasi. Cara ini lebih aman dan tidak perlu ada bau amis darah. Makanya walau Proklamasi kemerdekaan Indonesia diadakan di Jakarta namun ibukota negara adalah Yogyakarta. Karena memang yang pertama kali kerajaan mendukung kemerdekaan kita adalah Sultan Yogya. Kesultanan Mataram diakui international.
Tetapi proses perubahan kesultanan jadi republik terjadi sebelum ada pengakuan international. Belanda menolak proklamasi kemerdekaan itu. Tetapi tidak bisa menolak eksistensi Republik, yang didukung kesultanan Yogya. Kemudian, Indonesia dan Belanda pun diundang untuk melakukan perundingan di Hooge Veluwe oleh pemerintah Inggris. Perjanjian Linggarjati dimulai di Jawa Barat pada 11 - 15 November 1946. Dalam perundingan tersebut, Indonesia meminta Belanda untuk mengakui kedaulatan atas Pulau Jawa, Sumatera, dan Madura.
Namun, Belanda hanya menerima untuk mengakui Indonesia atas Pulau Jawa dan Madura saja. Soekarno setuju. Perjanjian ditanda tangani 25 Maret 1947.Karena memang begitu faktanya. Tetapi kaum kiri dan Islam yang didukung tentara menolak isi perjanjian itu. Terjadilah gerakan massal menolak perundingan itu. Chaos tidak bisa dihindari. Makanya terjadi aksi polisional Belanda yang pertama. Karena dianggap pemerintahan Indonesia yang baru berdiri tidak mendapatkan kepercayaan dari rakyat. Ibukota RI di Yogya tidak disentuh. Tetapi Jawa Barat dan Sumatera dikuasai Belanda. Perjanjian Linggar Jati tidak bisa dilaksanakan.
Perlawanan dari rakyat terjadi meluas. Keadaan ini memaksa Dewan Keamanan PBB ikut terlibat menengahi. DK-PBB megusulkan diadakan gencatan sentaja antara Indonesia dan Belanda. 17 agustus 1947 kedua belah pihak sepakat. Kemudian DK-PBB membentuk Komisi Tiga Negara yang telah disetujui kedua belah pihak, yaitu Amerika Serikat, Australia, dan Belgia. Mereka ditugaskan menciptakan perdamaian. Perjanjian damai ditanda tangani di atas geladak kapal perang Amerika Serikat yang berlabuh di Jakarta.
Perjanjian damai ditanda tangani pada tanggal 17 Januari 1948, Belanda hanya mengakui wilayah Indonesia adalah Jawa Tengah, Yogya dan Sumatera. Jawa Barat tidak termasuk. Akibatnya pasukan Siliwangi harus hijrah ke Jawa tangah. Tetapi tidak ada perdamaian setelah itu. Bahkan perlawanan terjadi meluas di seluruh tanah air. Terutama dipicu kaum sosialis dan islam. Mereka tidak anggap legitimasi RI atas dasar perundingan yang diawasi PBB itu sah. Bahkan terjadi revolusi rakyat menjatuhkan kerajaan Melayu di Sumatera.
Dipenghujung tahun 1948. Belanda melakukan lagi aksi polisional ke-2. Ibukota RI Yogyakarta jatuh ke Belanda. Soekarno dan kabinetnya ditangkap Belanda. Soekarno tetap percaya pada akhirnya Belanda akan kalah dalam diplomasi international. Tentu selagi Soeltan Yogya tetap setia kepada Republik. Saat itu kaum kiri sosialis dan islam provokasi Soedirman untuk terus bertempur. Abaikan semua perjanjian damai. Akhirnya Soedirman berhasil merebut Yogya. Karena itu, PBB mengajak Belanda dan Indonesia maju keperundingan lagi.
Kali ini perundingan dihadiri langsung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Bargain Indonesia lebih kuat. Perjanjian itu dikenal dengan Perjanjian Roem-Royen. Di tanda tangani 7 Mei 1949. Soekarno dan para pemimpin dilepaskan dari tahanan. Ibukota RI Yogya dan keberadaan RI diakui oleh Belanda secara defacto. Kedua belah pihak setuju menyelesaikan secara menyeluruh dan final dalam perundingan di bawah pengawasan PBB. Pada akhir Desember 1949 ditandatangani. Hasil perundingan KMB ini memang mengakui kekuasaan defakto dan yuridis atas keberadaan Republik Indonesia, tetapi dalam bentuk Sistem Negara Perserikatan. “ Katanya. Dia terdiam. Saya sabar menyimak kelanjutan.
“ Soekarno menerima perjanjian KMB itu. Namun tidak bagi kaum kiri dan islam. Soekarno cerdas. Daripada kita terus bertempur melawan kehendak Belanda yang justru semakin merusak kepercayaan pemerintah. Mengapa kita tidak ajak rakyat langsung menentukan sikap politik mereka. Mari kita adakan pemilu. Silahkan semua golongan buat partai. Dari hasil pemilu itu kita buat UUD dan menentukan sikap kita terhadap sistem negara.
Nah hasil pemilu melahirkan tiga keuatan besar. Yaitu Partai Nasionlis, Partai Islam, yaitu NU dan Masyumi, Partai Komunis Indonesia. Inilah kekuatan real bangsa kita. Mereka inilah yang melahirkan UU No. 13/ 1955. Membatalkan hasil KMB. Belanda dan PBB tidak bisa lagi bicara. Karena itu sudah kehendak rakyat. Status kerajaan closed file. Republik sah berdiri secara international. Rakyat inginkan NKRi, bukan RIS.
Setelah soal legitimasi sistem negara selesai. Kita tidak lagi berhadapan dengan Asing. Tetapi berhadapan dengan intrik diantara kita sendiri. Itu bisa dilihat dari sulitnya kita membuat UUD berdasarkan Pemilu 1955. Golongan islam, inginkan negara berdasarkan syariat Islam. Pihak komunis inginkan negara berdasarkan sosialis. Pihak nasionalis inginkan negara state welfare atau negara kesejahteraan. Tentara inginkan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Soekarno akhirnya memilih berpihak kepada Tentara. Maka keluarlah dektrit Presiden tahun 1959 membubarkan dewan konstituante UUD. Kita kembali kepada UUD 45. Semua tahu UUD 45 itu dikonsep oleh Soepomo. Dia kan fasis. Kekuasaan diktator.” Katanya. Dia terdiam dan menghela napas. Saya tetap menyimak.
“ 10 tahun setalah Pemilu 1955, tidak ada lagi Pemilu. Soekarno benar benar diktator. DPR dam MPR dia pilih sendiri. Ini dukung oleh front nasional Nasionalis, Komunis dan Agama atau Nasakom. TNI backup penuh Soekarno. Politik tidak stabil. Terutama kelompok islam menentang keras. Terjadi pemberontakan PRRI/Permesta, DII/TII. Walau akhirnya bisa diredam pemberontakan itu. Tapi akhirnya Soekarno dijatuhkan oleh kekuatan TNI yang bela dia selama ini. Kelompok islam bergabung dengan TNI untuk habisi komunis, lawan politiknya selama ini.
Soeharto tampil ke panggung kekuasaan. 32 tahun berkuasa secara ditaktor. Sampai akhirnya jatuh oleh kaum muda yang menuntut reformasi total. Amandemen UUD45 terjadi. Kita kembali ke RIS namun dalam sistem yang lebih soft, yaitu sistem desentralisasi. Menggunakan sistem demokrasi langsung. Sehingga kita terbuka untuk dipengaruhi asing. Kelompok islam menggunakan ini untuk merebut katong kantong suara islam dengan menggunakan issue primodial. Kelompok nasionalis menggunakan issue kesukuan dan juga primodial.
Lama lama bubar NKRI ini kalau cara cara mendapatkan kekuasaan menggunakan issue primodial kesukuan dan agama. Kita punya rekam sejarah. Negara lemah dihadapan kepentingan golongan. Itulah yang saya sedihkan diusia menua ini. Semoga generasi muda, bisa melewati takdirnya dan mendapatkan solusi lebih baik dari kesalahan generasi kami. “ Katanya berlinang airmata. Saya terharu. Akankah saya dan generasi anak saya menyadari ini. Saya minta izin pamit karena ada rapat dengan konsorsium project. Saya peluk dia dan mohon doanya.
***
Saya bertemu dengan teman lama seusai rapat dengan konsorsium project di Ritz. Wanita usia belum gocap. Dia sedang bersama elite partai. Dia ajak saya gabung di table nya. “ Kamu katanya tinggal di London. “ tanya saya
“ Udah bokek gua. Ya balik ke Indo lah. Entar kalau tajir, balik lagi ke London.” katanya. “ Tapi masih cantik kan.” Lanjutnya. Saya senyum aja. Karena ada orang lain di sebelahnya. Terus kami ngobrol santai. Ngalur ngidul.
“ Yang jadi masalah era reformasi ini, tidak terjadi transformasi ekonomi. Masih bertumpu kepada rente. Industri kreatif masih belum berkembang. Malah potensi pasar yang terbukti provent justru dimanfaatkan oleh platform IT untuk dapatkan uang lewat bursa dengan skema bubble. Padahal harusnya potensi pasar itu memacu orang membangun industri dan manufaktur memenuhi pasar domestik. Jokowi lemah sebagai pemimpin? “ Kata temannya.
“ Masalahnya sejak era Soeharto sampai sekarang sektor produksi dikuasai oleh group itu itu saja. Misal Sawit, itu Sinar Mas dan Wimar, Salim Group. Batubara itu keluarga Bakri dan ASTRA. Tambang dikuasai BUMN. “ Kata saya.
“ Kan engga masalah. Kalau mereka mampu jadi lokomotf industri kreatif” Kata teman saya.
“ Memang engga ada masalah. Yang jadi masalah mereka bukan pengusaha murni. Mereka menjalankan agenda dari investor asing. Misal Salim Group itu mendapat tugas melaksanakan Agenda dari First Pacific International, Hong Kong. Sementara First Pacific itu terhubung dengan CIC atau China Investment Corporation dan group investment china lainnya.
Sinar Mas, Wimar, dan lainnya pasti terhubung dengan Goverment Singapore Investment. Batubara seperti Bakrie, mayoritas saham dikendalikan CIC lewat skema hutang. ASTRA itu mayoritas sahamnya dikuasai PCG Hong Kong. Ada BUMN yang kuasai tambang. Eh smelter nya pihak asing, China dan Jepang.
Agenda asing kan untuk kepentingan domestik mereka. Untuk menghidupkan industri domestik mereka. Mana ada mereka mau bangun industri kreatif. Buktinya sampai hari ini kendaraan aja kita belum mampu mandiri. Kilang BBM baru mau dibangun. Itupun yang bangun negara.” Kata saya.
“ Terus…Migas gimana ?”Tanya teman saya.
“ Semua MIGAS , 80% lifting berasal dari NOC asing. Jadi pasti untuk kepentingan dan agenda asing “
“ Terus..” Kata teman saya penasaran.
“ Pasar uang dan obligasi baik korporate maupun negara, digerakan oleh investor bursa terhubung dengan lembaga keuangan AS. Kalau ingin obligasi laku di pasar ya harus di underwrite lembaga keuangan AS. Tentu syarat dan ketentuan tergantung agenda AS.” Kata saya.” Kata saya
“ Jadi apa solusi nya? Kata temannya.
“ Ya Jokowi sudah tahu. Makanya dia keluarkan UU Cipta Kerja. Tetapi UU itu dianulir secara konstitusi oleh MK.Mau gimana lagi” Kata saya.
“ Ya masalahnya…” Kata tamannya. Saya tahu dia oposan.
“ Masalah orang seperti anda itu hanya bisa menilai salah, tetapi tidak tahu akar masalah bangsa ini.”
“ Apa sih akar masalah bangsa ini? Kata temannya seakan meragukan argumen saya.
“ Ya Kepentingan nasional. Apa jadinya bila mayoritas sumberdaya ekonomi dikuasai segelintir group dan terhubung dg agenda asing? Omong kosong kepentingan nasional.“ kata saya.
“ So..
“ Itulah yang diperjuangkan Jokowi lewat UU Cipta kerja. Agar semua anak bangsa bisa bangkit mengisi celah peluang usaha yang terbuka luas. Jangan itu itu saja. Lambat laun itu akan berkembang dan meminggirkan bisnis rente. Karena distribusi peluang bisnis berlaku bagi semua. Maka secara real, mayoritas ekonomi kita ada pada kita sendiri dan itulah kepentingan nasional kita sebenarnya.” Kata saya. Dia terdiam.
“ Duh gimana..” tanya teman saya.
“ Makanya pahami sebelum teriak salahkan Jokowi. Ngomong aja engga jelas atas nama rakyat. Tanpa disadari kalian itu jadi korban proxy asing. Saya katakan ini, karena saya pemain bisnis. Saya tahu persoalan bangsa ini. Kenapa tidak pernah adem dan tidak focus membangun pro rakyat. Karena ada pihak yang tidak ingin demokratisasi ekonomi berkembang. Kawatir bisnis rente mereka tersingkir. Makanya mereka bayar orang dungu dan rakus untuk terus membodohi rakyat lewat jargon agama dan populis.“ Kata saya. Panggil waitress dan saya bayar bill. Pulang. Saya ingat linangan air mata mentor saya...
***
2 comments:
Nice information
Nice and useful information
Post a Comment