Friday, January 28, 2022

Keras kepada diri sendiri

 






Tahun 2006 di Seoul. Setelah jam kantor. Saya masih di kamar kerja. Saya sewa kantor di bawahnya bengkel mobil. Ukuran kantor hanya 32 meter. Maklum itu awal awal tahun saya mendirikan kantor di Seoul. Saya dibantu oleh 2 staf dan 1 orang asisten.  Bisnis saya adalah mendukung efisiensi supply chain industri Korea. Saya menawarkan bisnis kemitraan dengan pabrik di China. Harga miring dan qualitas korea. Ya saya bayar QC dari Korea pada setiap pengiriman barang di China. Kalau berlanjut jangka panjang, saya tawarkan dengan suplier lokal untuk bermitra membangun pabrik di China.


Saya berkantor di Seoul hanya 7 hari dalam sebulan. Pada awalnya, pengusaha Korea memandang rendah saya. Maklum mereka tahu saya dari Indonesia. Saya dorong staf saya agar tidak menyerah dari setiap penolakan dari target market.


Pintu kamar kerja terbuka. “ Pak, boleh menggangu.” Kata Asisten saya, Myung. Wanita Korea. Usia 26 tahun. Dia Sarjana Management. Cantik namun terkesan ordinary lady. Tidak modis.


“ Sudah empat bulan. Tidak satupun kita dapat client. Sementara anda terus gaji kami. Kami terus bekerja keras. Apakah bisnis ini akan sukses? Maaf, kalau saya lancang.” Katanya. Saya lepaskan kacamata saya baca saya. Saya tatap dia dengan tersenyum. “ Staf masih ada di ruanganya? tanya saya.


“ Masih pak.”


“ Suruh masuk ke ruangan saya” kata saya. Tak berapa lama datang dua staf. Satu pria dan satu wanita. Saya tetap mereka satu persatu dengan tatapan teduh.


“ Saya datang tidak dengan uang banyak. Kalau saya berani ambil resiko, mengapa kalian tidak lebih berani dari saya. Bukankah, kalau bisnis ini sukses, kalian akan jadi pionir perusahaan. Kalian orang Korea. Tentu kalian yang lebih dulu menikmati, bukan saya.” Walau mereka diam saja. Namun saya yakin mereka termotivasi.

“ Apa mungkin akan sukses pak.” tanya staf Kim. Dia sarjana hubungan international.


“ Saya sudah riset mengenai business ini. Saya sudah tahu potensi pasar dan peluang bisnis ini di Korea. Saya yakin selagi kita focus dengan promosi dan tidak menyerah untuk meyakinkan bahwa kita akan memberikan service terbaik kepada Clients. Kita akan sukses.  Tetap bersemangat ya“ Kata saya. Mereka senyum. Saya dekati satu persatu. Saya usap kepala mereka. Mereka serentak peluk saya.


****

Saya datang ke Pabrik LCD yang ada di Hangzou. Dari ongkos produksi, China jauh lebih murah. Kecepatan produksi, tidak perlu dipertanyakan. Standar kualias mereka rendah. Bukan karena karena sistem quality control yang salah. Tetapi karena tekhnologi, Mesin German yang mereka pakai sudah jadul. Saya bingung. Bagaimana saya bisa menang tender di Korea untuk jadi supply chain. Saya provokasi pemilik Pabrik untuk ganti mesin. Tetapi pemilik tidak tertarik dengan anjuran saya. Alasannya, tanpa mengubah mesin, mereka sudah full order untuk pasar Amerika Latin dan Afrika. Saya telp Lee agar terus bersemangat menemukan mitra splier sesuai konsep kami.


Saya datangi China Academy Science minta pendapat mereka soal kelemahan tekhnologi LCD itu. Mereka mengatakan memang tidak berniat mengembangkan tekhnologi German. Mereka sedang kembangkan tekhnologi dari Jepang. “ Kamu bujuk orang ini.” Katanya memperlihatkan photo dan kartu nama orang di Jepang. “ Kalau dia pulang dan kerja di china, kami akan usahakan cepat dapatkan tekhnologi LCD dengan standar diatas Korea dan Jepang.” Saat itu saya sedang bersama Myung. Dia dampingi saya selama berusaha mendapatkan rekanan pemasok.


“ Kamu ke Jepang. Temui orang ini. Bujuk dia untuk datang ke China.” Kata saya kepada Myung.


“ Tetapi pak, waktu tender ke LG tinggal sebulan lagi. Apa mungkin kita bisa dapatkan tekhnologi? Hitung aja waktu pengadaan sampai instal mesin.” Katanya. Saya juga paham. Tapi peluang dari China Academy Science tidak bisa diabaikan. Jasa saya membantu China mengembangkan tekhnologi LCD tentu membuka peluang akses saya kepada industri high tech China.


Dalam kebingungan itu saya dapat telp Lee di Seoul “ Pak, saya dapatkan Pabrik yang mau jadi mitra kita. Pabriknya di Hunnan. Cina. Mereka setuju dengan proposal kita ganti mesin.Tetapi mereka tidak ada uang beli mesin. “


“ Kamu terbang ke Hunnan sekarang. Temui mereka. Pastikan dapat kontrak dengan mereka. Saya dan Myung terbang ke Tokyo hubungi pemasok mesin.” Kata saya. Kami dari Beijing terus ke Tokyo. 


***


Di Beijing kami nginap satu kamar, twin bed. Saya beri tahu  Myung bahwa dalam dua jam kami sudah harus  sampai di Bandara. Jadi waktu tersedia di hotel untuk check out hanya 10 menit. Saya ganti baju dengan suite dress setelan jas. Karena sampai di Tokyo langsung meeting dengan relasi. Dia juga pakai baju setelan blesser. Karena cuaca dingin. Winter time. Suhu beijing mendekati 4 derajat celcius. Tokyo lebih rendah lagi. Jadi kami terpaksa pakai termal underwear. Nah harus bugil dulu baru bisa pakai setelan.


Dia tatap saya. Kalau ganti baju di kamar mandi. Waktu akan habis. Kan harus gantian Dia nampak bingung. Saya cuek aja. Buka baju dan bugil. Kenakan thermal underwear dengan cepat.. Saya berharap dia ganti baju di Kamar Mandi. Tetapi malah dia juga dengan cepat buka bajunya sehingga bugil juga. . Hanya 1 menit dia sudah kenakan CD dan pakai celana panjang setelan blesser. Saya juga sudah selesai kenakan suite dress. Itu hanya 3 menit. Tanpa komando, kami bergegas keluar kamar. Langsung check in. Myung pesan taksi dan Saya check out. Dalam 5 menit kami sudah dalam taksi.


Dalam taksi dia terus telp Lee  dan Kim. Lee harus koordinasi dengan pabrik. Miss Kim harus siapkan document untuk tender ke LG. Dia juga gunakan laptop nya buat proposal tender. Saya arahkan bagaimana term yang saya inginkan. Dia simak dan ketik dalam bahasa Korea. Sampai bandara Beijing. Kami setengah berlari untuk check in dan boarding. Saya tahu kami sudah dua hari tidak tidur. Berburu waktu dan peluang yang tidak pasti. Menggedor pabrik di 4 kota di China agar mau jadi mitra kami.


Di dalam pesawat Myung terus ngetik di laptopnya. Saya pelajari detail mesin yang akan dipasok oleh Jepang untuk meningkatkan kualitas produk LCD di Hunnan. Myung sudah kirim spec mesin kepada miss Kim. Detail ini penting bagi saya untuk bahan negosiasi. Satu jam tak terasa. Pesawat sudah mendarat di Tokyo Sampai di Bandara Narita. Kami dapat email dari Miss Kim bahwa dia sudah dapat pemasok mesin. Kami langsung meluncur ke alamat kantor itu dengan taksi. Dalam perjalanan itu saya terus monitor  Hong Kong. Tanyakan progress business process yang sedang di jalankan James.


Negosiasi mesin berlangsung 2 jam termasuk lihat pabrikasinya. Kami puas. Kontrak dibuat. Saya bayar DP dan sisanya pakai LC. Timbul masalah baru. “ Pak, pihak bank bilang rekening kita kurang untuk buka LC beli Mesin.” Kata Kim. Duh gimana dapatkan uang. waktu terus berjalan. Saya berjuang dengan segala cara. Belum tentu saya menang tender di LG.


Saya telp james di Hong kong,” James, berapa saldo uang kita di bank.? Saya perlu uang untuk buka LC beli mesin. “


“ USD 2,5 juta. Tetapi cash flow ketat sekali. Engga bisa keluar uang cash. “ Kata Jemes.


“ OK. “ Kata saya lemes. Saya telp Wenny di Shanghai. Saya ceritakan masalah saya. " Kamu terbang aja ke Shanghai. Saya akan kenalkan dengan Credit Ekspor agency. Mungkin mereka bisa bantu. " Kata Wenny. Saya segera terbang ke Shanghai dan minta Lee juga datang ke Shanghai bersama mitra kami di Hunan.


Usai meeting kami terus balik ke Bandara. Sampai di Shanghai sudah jam 11 malam. Saya kaget. Meliat Myung mukanya pucat berjalan ke arah kuridor kedatangan. Sekian menit kemudian dia jatuh. Badannya berkeringat. Saya tahu. Dia kelelahan. Baru saya sadar dari pagi kami belum makan.


Tas Myung saya tandem dengan tas saya. Saya gendong Myung di belakang. Jadi saya bisa dorong tas itu sambil gendong. Sampai imigrasi. Itu lumayan jauh. Saya tidak tahu apakah saya sanggup terus gendong dia. Tetapi saya tidak ada pilihan. Untunglah ada suami istri mendekati saya. Mereka pasangan dari Iran. Suami raba kening Myung. Dia tersenyum. Dia beri kue kering manis. Myung makan. Tak berapa lama. Myung sudah lumayan. “ Saya sangagup jalan. Engga apa apa”Katanya tersenyum.


“ Darahnya drop. Karena kelelahan. “ Kata sang suami. “ Jaga istri anda. Jangan telat makan” Katanya. Saya membungkuk terimakasih.


“ Maafkan saya. “ Kata Myung.


Saya peluk dia. “ Mengapa harus minta maaf. Saya yang salah. Telah membuat kamu bekerja keras. Diatas kewajaran. Maafkan saya. “


Dia balas pelukan saya. “ Saya tidak tahu apakah ini semua berguna. Apa jadinya kalau gagal. Tentu anda akan kecewa sekali”


“ Tidak. Jangan pernah berpikir gagal. Kalian adalah investasi saya. Saya siap gagal walau harus 1000 kali. Tetap optimis dan bersemangat.” Kata saya. Eh dia malah menangis.


“ Tidak seharusnya anda datang ke korea. Terlalu berat medannya. Kamu newcomer. Modal terbatas..” Katanya mengusap air mata.


“ There will always fail, put you down. It is a fact that we all must face. However, if you realize that God is a best friend that stands beside you, you will never be afraid, never feel worthless and never feel alone.” Saya mengingatkannya.


***


Ternyata proses dapatkan kredit ekspor mudah sekali. Padahal saya belum ada kontrak dengan LG untuk memastikan mitra saya bisa ekspor ke Korea. Saya sempat bingung. “ B, kalau anda berani ambil resiko untuk kepentingan industri China, mengapa kami orang china sendiri ragu. Mari kita kerjakan sama sama tekad anda itu menjadikan Industri LCD jadi supply chain global.” Kata pejabat itu. Saya sempat berlinang air mata. Dalam tiga hari kami sudah bisa buka LC ke Jepang. Seminggu mesin sudah datang ke Hunna. Hanya sehari selesai install mesin.


Saya awasi setiap process produksi. Sejak dari lini awal sampai akhirnya. Untuk memastikan SOP mesin bekerja dengan baik. Hasil test ternyata kualitas sesuai standar Korea, bahkan lebih. Saya tersenyum. Puas. Nah sekarang kami harus bersiap tender di Seoul. Bersaing dengan perusahaan yang sudah eksis dan punya reputasi. Saya langsung terbang ke Seoul bersama Myung bawa semple LCD produksi pabrik yang akan jadi supply Chain. Lee tetap di Hunnan. Standby kalau kami menang tender.


Dari tempat parkir sampai lobi kantor saya gotong sendiri kotak LCD itu. Tadinya Myung dan Kim memaksa agar mereka saja yang bawa.” Kalian wanita. Saya merasa terhina kalau kalian harus angkat ini. Dan lagi kuat apa kalian gotong ini?. “ Kata saya.


“ Tapi Pak, Anda boss kami. Lihat lah itu semua CEO yang datang ikut tender tidak ada yang gotong kotak LCD. Yang angkat kotak LCD anak buah mereka.”


“ Nanti kita punya OB. Sekarang, lakukan saja apa yang kita punya. “ kata saya tersenyum. “ Ayo, semangat., Jangan kecil hati. Kita pasti menang” kata saya lagi. Mereka tersenyum. 


Sampai lobi kami terus menuju ruang lelang. Kotak LCD saya berikan kepada panitia. Dia sempat bingung lihat saya. Saya berkeringat. Walau Myung berusaha membereskan dasi saya, tetap saja bahu jas saya kusut. Saya tetap tersenyum dan bersemangat.

Sebelum lelang saya ke toilet. Di toilet saya bertemu dengan pra paruh baya. Dia tepuk bahu saya. “ Darimana asal anda?katanya dalam bahasa inggris.


“ Indonesia.” Kata saya. Karena dia paruh baya, saya segera ambilkan handuk basah untuk dia bersihkan diri. Dia tersenyum. Saya membungkuk, ketika dia keluar dari toilet. 15 menit lagi lelang akan di buka. Ada pengumuman dari Officer in Charge. Lelang dibatalkan. Saya stress. Oh Tuhan, ada apa ini? Saya membayangkan kecewanya mitra saya di China. Belum lagi saya sudah habis habisan untuk proyek ini. Saya keluar uang USD 200,000 untuk bayar provisi kredit ke Credit Export Agency. Belum lagi bayar uang muka mesin. Saya tidak ada uang lagi. Apakah saya harus kalah datang ke Seoul. Saya berdoa


Dalam kendaraan menuju kantor. Myung dan Kim diam saja. Wajah kedua gadis itu keliatan sangat prihatin atas kecewanya saya. “ Pak, Lee telp dari Hunnan. Apa yang harus dijawab” Kata Kim.

“ Suruh dia tetap di Hunnan sampai minggu depan. Saya sedang berpikir cari alternatif buyer.” Kata saya tersenyum. Belum sampai kantor. Myung dapat telp. Saya lirik Myung berwajah sangat hormat. Dia tersenyum menatap saya. Dia peluk saya.


“ Ada apa sih? Kata saya bingung.


“ Boss LG mau ketemu dengan anda. Dia undang makan malam”


“ Hah..kenapa ? Apa iya. “ Saya terkejut.


“ Tadi yang telp sekretaris dia. Nomor telpnya ada di hape saya.”


“ Oh baguslah, Ada harapan lagi kita.” kata saya tersenyum menatap mereka berdua.


Malamnya saya datang ke restoran. Di depan lobi restoran saya sudah dinanti sekretaris Boss LG dan 2 asisten. Mereka membungkuk di depan saya dan menuntun saya ke ruang VIP. Hanya saya dan boss LG. Saya membungkuk sebagai sikap hormat. Saya tidak dirikan kepala saya sebelum dia menegur saya.


“ B, duduk lah. “ Katanya dengan berwibawa. Saya terkejut karena pria ini,adalah pria yang saya temui di Toilet. Dia tatap saya dengan tersenyum. Saya sempat kikuk.


“ Tadi dari lobi saya lihat anda gotong kotak LCD. Saya tanya kepada sekretaris saya. Siapa itu?. Sekretaris saya bilang bahwa itu CEO salah satu perusahaan yang akan ikut tender jadi supply Chain kami. Kemudian saya baca proposal penawaran yang anda ajukan. Saya kagum dengan kejujuran anda. Lebih kagum lagi anda menawarkan konsep kemitraan, bukan sekedar sebagai pemasok. “ Katanya. Saya hanya diam saja. Andaikan akhir kalimat, dia menolak. Merasa kasihan kepada saya.Saya tidak akan kecewa. Itu sudah berkah. Yang harus saya sukuri.


“ B, serunya.” Saya mendongak. “Mari minum’ Katanya menuangkan Wine ke cangkir saya. Dari posisi duduk, saya merangkak mendekati dia. Saya menuangkan wine ke cangkirnya dari samping dia dudkuk. Kemudian saya kembali ke tempat duduk saya. Saya minum wine  menghadapkan wajah ke samping. Dia tersenyum. menatap saya.“ Besok datanglah ke kantor saya. Selesaikan kontrak supply chain. “ Katanya.


Saya langsung membungkuk di hadapannya. “ Terima kasih pak. Saya akan kerja keras untuk anda. “ Kata saya. Selanjutnya dia bercerita soal budaya kerja orang korea. Saya lebih banyak menyimak. Usai makan malam. Saya jalan seperti diatas awan. Myung jemput saya depan lobi restoran. Saya tersenyum menepuk bahu Myung yang pegang setir.


“ Besok pagi kita teken kontrak dengan mereka. “ Kata saya. Myung menangis. Airmatanya belinang terus waktu setir. “ Ada apa kamu?


“ Pak, saya tidak pernah percaya Tuhan. Tetapi kemarin disaat pintu terasa tertutup semua, saya lihat anda berdoa kepada Tuhan. Tidak nampak wajah anda hopeless setelah berdoa. Saat itu saya percaya. Memang kita perlu Tuhan agar tidak kehilangan harapan. Mulai besok minggu dan minggu berikutnya, saya akan rajin datang ke Gereja.”


“ Kamu kristen atau katolik?Tanya saya.


“ Katolik. “ Katanya.


Saya tepuk bahu dia.


“Setidaknya dengan kita percaya Tuhan, kita tahu batas kita dan kalau gagal, kita percaya Tuhan tetap mencintai kita. Andaikan tidak ada lagi orang percaya dan mencintai kita, masih ada Tuhan yang mencintai kita. Kita akan selalu merasa baik baik saja “ kata saya. Dia menangguk dengan air mata berlnang.


“ Anda mengubah saya, Pak. Bukan hanya saya tetapi juga miss Kim dan Lee. Kami punya budaya kerja keras. Ternyata anda lebih keras kerjanya. Kami selalu melihat peluang dari fakta. Kami tidak percaya miracle. Tapi anda mengubah fakta menjadi realitas. Kami tidak menghargai orang lemah. Tapi anda gendong saya. Tetap minta maaf kepada saya.”


Saya tersenyum, Saya rentangkan kedua tangan saya. Dia menghambur dalam pelukan saya. “ Saya malu anda sudah lihat tubuh saya semua.” Katanya dengan wajah bersemu merah.


“  Semoga kamu dapatkan jodoh hebat. Lebih hebat dari saya.”


Dia pukul lembut dada saya.


“ Nah sekarang antar saya ke Bandara.” kata saya kemudian.


“ Kemana lagi. ? Anda baru kemarin malam datang. Hari ini sukses tender. Mengapa tidak dirayakan?


“ Kembali ke Hong Kong. Untuk pertarungan berikutnya. Masih banyak kerjaan saya.” kata saya tersenyum. “ Kamu bisa gunakan kas kantor makan malam dengan teman kantor kamu ya.” Lanjut saya.



***

Dari satu client ini, staf saya terpacu semangat mereka untuk dapatkan lebih banyak clients. Dalam tiga bulan saya dapat clients, 6 industri untuk jadi supply chain. Electronic, Mesin pengolahan makanan, tekstil, Linked produk kimia. Tahun 2008 omzet saya sudah mencapai USD 50 juta setahun. Staff sudah 100 orang lebih. Tahun 2010 saya undang mereka makan malam di Restoran. 


“ Lima tahun kalian bersama sama saya. Membantu saya. Kerja keras lebih 18 jam sehari. Tanpa kalian, saya tidak mungkin bisa bertahan di Seoul dengan kompetisi yang ketat sekali. Terimakasih semua.” Kata saya.


“ Saya justru terimakasih pak. Berkat kerja sama anda, saya sudah punya apartement sendiri. Saya bisa menanggung kedua orang tua saya. “ Myung. Gadis lebih mirip wanita mongol.


“ Hidup saya juga berubah. Tadinya tidak ada yang percaya saya. Karena saya gagal masuk universitas. Tapi anda terima saya kerja.” Kata Lee.


“ Ya pak. “ Kata Kim. “ Awal kerja bahasa inggris Lee, sepotong potong. Saya terpaksa bantu dia menterjemahkan perintah anda. Tetapi kini dia bisa bahasa inggris lebih hebat dari kami. Dan hebatnya lagi dia lebih dulu bisa bahasa mandarin daripada kami.”


“ Apa kesan kalian terhadap saya.” Tanya saya kepada mereka.


“ Marah anda seperti pria Korea. Tetapi kelembutan hati anda tidak berkurang. Anda cepat sekali berubah dari marah jadi lembut dengan kesan seoarang kakak yang selalu melindungi kami. Itu yang mendorong kami tidak pernah merasa lelah walau kerja keras diatas jam kerja normal. Terimakasih sudah mendidik kami.” Kata Lee.


Sebelum berakhir makan malam. Saya umumkan. “ Posisi kalian sekarang kan semua manager. Besok saya akan restruktur perusahaan. Tadinya pemegang saham saya sendiri. Sekarang 30% saham saya bagi kepada kalian bertiga. Kalian bayar saham itu dari deviden. Cicil saja. Dengan demikian kalian akan jadi dewan direktur. Kamu Myung. Jadi CEO. Lee dan Kim jadi direktur. Kerja yang baik dan focus ya. “ Kata saya.


Mereka memeluk saya serentak dan tidak ada kata kata. Mereka semua berlinang air mata. “ Anda menetapi janji. Padahal kami tidak berharap apapun dan tidak pernah anggap anda berhutang kepada kami. Karena kami memang senang bekerja dan mendapatkan kehormatan dari pekerjaan ini. “ Kata Lee. Saya tersenyum.


Tahun 2018, Perusahaan awal yang saya dirikan di Seoul sudah jadi sub Holding dari Holdng saya di Hong Kong. Membawahi 18 perusahaan di China dan Korea, Ho Chin Minh. Sejak tahun 2010 saya praktis tidak lagi terlibat dalam management. Semua kebijakan operasional berkat kreatifitas mereka sendiri. Tentu dibantu James dalam sistem pengarawasan dan pengembangan. Bahkan para karyawan sebagian besar tidak ada yang tahu saya owner mereka. Kalau saya ke Seoul yang temanin saya kemana mana hanya Myung.


“ Pak, awal saya kenal anda. Dalam hati saya sempat merendahkan anda. Orang tua saya juga melarang saya kerja. Katanya tidak ada masadepan. Kantor saja sewa diatas bengkel. Tetapi gaji sama dengan standar gaji Korea. Lucunya setelah tiga bulan tidak ada pemasukan. Orang tua saya sedih. Mereka terus mendoakan agar anda sukses. “ Kata Myung waktu makan malam dengan saya.


“Pak. “ lanjut Myung. “ Mengapa anda tidak pernah tergoda dengan gadis Korea? Tidak pernah sewa escort. Padahal kalau anda mau, hubungan tanpa ikatan pasti mudah anda dapatkan “ Katanya tersenyum.


“ Myung, saya lebih suka bunga asli. Saya tidak suka bunga plastik. Walau itu lebih indah daripada bunga asli. Sekedar memandang saya suka saja. Saya bisa saja melakukan hubungan tanpa ikatan atas dasar cinta. Tapi itu tidak akan membuat saya nyaman, senyaman tidur dengan istri saya.” Kata saya.


“ Mengapa ?


“ Saya ordinary man. Bukan extra ordinary man. Shio saya kelinci. Saya suka mencintai tetapi tidak ingin komplik karena emosional. Alam bawah sadar cepat sekali menghindar. Makanya kalau ada keputusan bagus yang pernah saya buat, itu adalah ketika saya melamar istri saya dan menikah diusia emas saya. Istri saya ordinary lady. Kami berdua bukan orang terpelajar ” Kata saya tersenyum.


“ Ya pak?


“ Kami tahu diri satu sama lain. Tentu saling mengingatkan kesalahan tanpa emosional dan tanpa harus memuji melibatkan emosional berlebihan. Kami tidak saling menekan atas dasar emosional. Kami tidak merasa seling memiliki namun kami saling menjaga. ” Kata saya. Myung mengangguk. “ Pasangan yang sederhana. Justru itulah kekuatan kalian sebenarnya.” Kata Myung.


“ Yana, sempat curhat ke saya. Dia suka kamu, tapi kamu cuek saja. Dia sedih sekali waktu di Moscow kamu tolak tidur dengan dia. “ Kata Myung.


“ Dia tidak tahu apa apa tentang saya. Saya inginkan Yana menemukan cintanya. Saya bukan dreaming dia. “


Makan malam itu saya tidak ingin mabuk Soju. Myung juga tidak mabuk. Usai makan malam. Myung antar saya ke Hotel. Kami jalan kaki malam hari menyusuri trotoar di musim semi. “ Apakah di Hong Kong dan China, banyak wanita yang kamu kecewakan.” Kata Myung. Saya senyum saja. “ Saya focus ke bisnis saja. Hanya itu yang saya bisa. Yang lain itu bukan urusan saya.” Kata saya


***


10 comments:

Yasfir darlin ruru said...

Babo Luar biasa Perjuangan nya dan Kegigihan yang penuh keyakinan..Salut..Terima kasih sangat Menginspirasi..Harapan sama semoga bisa mencontoh Mental Babo dan Kebajikan Babo 🙏

Anonymous said...

terimakasih babo....

Anonymous said...

Saya sdh baca 3 kali sejak tahun sebelum nya menginspirasi kesuksesan kawan nya kegigihan

Anonymous said...

Tomorrow never Die

Anonymous said...

Bukan cerpen biasa..... Luarrr biasa, Uda Babo....

Anonymous said...

As Usual...Cool Babo👍👍👍

Anonymous said...

Doa Babo apa saat Posisi Hopeless ?

Anonymous said...

Menginspirasi sekali.. Perjuangan yg belum tentu org lain dapat melakukannya..

Anonymous said...

Hmmm....
Cerita yang sangat sangat bagus dan inspiratif sekali..👍
Namun bisa tak ya.. kita mencontoh semangatnya🤔
.🤔

Anonymous said...

Seandainya setengah dari semangat dan usaha saya lakukan mungkin dunia saya ah tak terlukiskan, thanks Babo atas inspirasinya🙏🙏🙏

Jalan menemukan rizki...

  “ Ale, bosoboklah kita” kata Mardi lewat SMS kemarin. Walau kami jarang sekali bertemu. Mungkin setahun belum tentu ketemu. Kami saling ma...