2008, pada satu kesempatan makan malam bersama Cha, saya datang bersama sahabat saya, David. “ Kita memindahkan pekerjaan remeh kepada negara miskin yang padat penduduk, agar mereka bisa menghidupi rakyatnya lewat industri padat karya namun nilai tambah rendah. Sementara di Eropa , AS dan Jepang sibuk berinovasi lewat riset dan teknologi untuk menghasilkan produk high tekhnologi. Itulah sebabnya sejak 20 tahun lalu terjadi gelombang relokasi industri besar besaran dari Eropa, AS ke China, Vietnam dan negara berkembang lainnya.
“ Manusia bukan budak yang bekerja keras untuk produksi sandal, sepatu, tas dan pakaian dengan standar upah rendah. Dengan tekhnologi tinggi, tinggi juga nilai tambah dan tentu tinggi juga upah. Dengan begitu terjadi tranformasi dari masyarakat industri tradisional ke industri modern high tech. Itu cara mudah dan cepat mencapai kemakmuran. “ Lanjut David.
“ Tekhnologi bukanlah solusi menyelesaikan masalah subtansi kehidupan. Ia hanya sebagai alat mempermudah upaya manusia. Walau ada uang digital, namun fungsi uang tidak berubah. Ia tetap sebagai alat bertransaksi. Market place online bagus, tetapi tidak akan menggantikan off line. Product high tech bagus, tetapi barang remeh tidak tergantikan. “ Kata Cha. David tersenyum mendengar ucapakan Cha yang pilosofis itu.
Setahun setelah itu Pabrik Garment David di Spanyol dan Pabrik sepatu di Italia dia tutup. Saya beli merek dagangnya dan jaringan marketingnya. Pabrik saya pindahkan ke Dongguan-China. Cha membantu saya dalam proses relokasi pabrik itu. Kami terus bersahabat. Cha, saya kenal kali pertama ketika dia jadi Sales di Guangzhou. Tapi tahun 2013 dia sudah jadi boss pabrik besar di China. Bagaimana secepat itu dia dapat sukses.? Begini ceritanya…
***
Dia cerita bahwa awalnya dia mengetahui ada informasi dari Internet tentang new produk. Produk ini dibuat dari bahan alami atau istilahnya friendly environments. Kegunaanya adalah untuk membersihkan toilet atau mencuci piring kotor atau membersihkan kramik kamar mandi. Hebatnya lagi, limbah dari produk ini ,kalau mengalir kesaluran pembuangan maka dapat membersihkan juga saluran tersebut dan sekaligus menghilangkan aroma busuk. Dia melihat ini suatu peluang yang luar biasa kalau dapat dipasarkan di China.
Kemudian , dia mengirim email ke perusahaan yang memproduksi barang tersebut di AS. Hampir sebulan , tidak ada response. “ Padahal dalam sebulan itu saya berkirim email lebih dari 100 kali.”
“ Mengapa ? Apa pasal ?
“ Karena dalam email itu saya menawarkan diri sebagai sole agent di china.Naif ya. “ Katanya tersenyum. Saya tahu, dia hanyalah salesman ,yang tidak punya kantor sendiri , apalagi karyawan.Tapi dia jujur menyampaikan background dia kepada produsen barang itu.
Akhirnya berkat kegigihan itu datang juga response. Perusahaan di AS itu bersedia menujuk dia sebagai agent asalkan dia dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan. Syarat tersebut , tentu syarat yang normative. “ saya harus punya gudang, harus punya kantor, harus punya cabang, harus punya bukti kemampuan menjual sesuai target selama setahun. “ Kata Cha tersenyum. Secara logika, tidak mungkin Cha mampu memenuhi syarat tersebut. Tapi yang logika bagi orang awam, tidak bagi dia.
Dia berjuang untuk dapat memenuhi syarat yang ditetapkan oleh produsen. Sebelum dia melangkah lebih jauh dia minta ada penjanjian sederhana (seperti MOU ) yang memberikan hak dia untuk memproses sesuai sarat yang ditentukan dan juga kewajiban produsen memenuhi janjinya apabila dia dapat memenuhi persyaratan.
Setelah MOU ditanda tangani. Dia mulai bergrilya mendatangi target pasar. “ Saya memilih meyakinkan pasar sebelum saya melengkapi persyaratan lainnya. Beberapa rumah sakit besar, Hotel dan apartement resort , saya datangi. Setiap hari sedikitnya ada sepuluh calon target pasar yang saya kunjungi. Saya mendatangi target market itu menggunakan angkutan umum dan kadang berjalan kaki. Karena kendaraan pribadi saya telah terjual untuk keperluan biaya sehari hari.
Disamping itu saya juga mengirim brosur via email lebih dari enam ribu sasaran. Hasilnya dalam tiga bulan , saya bisa mendapatkan response lebih dari 500 target market. Total permintaan tak disangka , lebih dari valume penjualan produsen AS selama setahun di lima negara.” Kata Cha.
Hasil penjajakan pasar ini , dia laporkan kepada produsen di AS tapi tidak ditanggapi serius karena dia belum melampirkan kesiapan yang lainnya seperti kantor, izin perusahaan dan lain lain. ‘ Saya sadar jalan sebagai agent terlalu sempit peluang. Ada ruang yang lebih besar yaitu sebagai industriawan. Naif ya.” Katanya. Saya mengangguk.
Maka dengan keyakinan pasar yang begitu besar, jalan sebagai industriawan dipilihnya. Walau dihadapan produsen AS dia tidak dianggap sebelah mata, namun dia tidak ragu untuk mengajukan proposal sebagai industriawan. Lebih dari empat bulan, proposal itu tidak pernah digubris oleh produsen. Walau setiap hari dia selalu mengirim email tentang hal yang sama. Kadang sehari dia kirim 5 email. Menurutnya, tidak sedikitpun dia ragu akan diterima proposalnya. Dia yakin seyakinnya. Selagi belum ada jawaban maka peluang masih ada. Kalaupun ada jawaban penolakan maka dia masih punya cara untuk meyakinkan.
Akhirnya , benarlah keyakinannya bersua dengan kenyataan. Pihak produsen , menyanggupi untuk bekerja sama” Mereka minta technology fee berdasarkan volume penjualan danh golden share sebesar 15%. Mereka juga miinta transfer right untuk patent sebesar USD 1 juta dollar didepan. Itu wajar saja. Tapi sarat ini tidak mungkin dapat saya penuhi. Apalagi dengan keadaanya saya yang hampir bankrupt. Maklum lebih dari setahun saya hidup dari tabungan karena tidak lagi bekerja sebagai sales. Seluruh energy dan waktunya dicurahkan untuk ini. “ Kata Cha.
Dalam keadaan serba kurang , dia tetap yakin akan berhasil. Apalagi istrinya selalu mendukungnya dan tak sedikitpun meragukan obsesinya. Dukungan istrinya sangat luar biasa. Di saat terpuruk istrinya selalu meyakinkan dia untuk terus berjuang dan focus. Istrinya terpaksa kerja di Pasar Ikan untuk biaya hidup mereka. Padahal sebelumnya hidupnya nyaman sebagai sales manager di Pabrik Kimia. Dia juga insinyur kimia. Tentu tidak sulit dapatkan kerjaan. Tetapi jalan wirausaha, jalan yang sulit dan terjal dipilihnya.
Waktu dilaluinya dengan berat dan jalan terseok seok. Semakin sulit semakin membara semangatnya. “ Andaikan semua mudah, tentu sukses akan menjadi milik semua orang. Hanya pejuang yang berhak memenangkan pertempuran “ Demikian philosopy hidup Cha.
Itulah sebabnya tidak ada istilah menyerah baginya. Ditengah sulit akan selalu ada cara untuk keluar dari kesulitan asalkan selalu bergerak dan bergerak , tidak menyerah dengan keadaan. Dia juga tidak mengemis dengan produsen untuk mengasihaninya agar melunakan kondisi. Baginya, kemitraan adalah keseimbangan. BIla dia ingin dihargai maka dia harus memastikan dirinya qualified untuk dijadikan mitra dan itu hanya satu jalan yaitu dia harus memenuhi syarat dari produsesn.
“ Lantas apa solusinya ? Tanya saya.
“ Jalan yang ditempuh adalah mencari orang lain yang bisa dijadikan sinergi untuk meraih impiannya.” Katanya.
Pertama tama yang dia datangi adalah Perusahaan Distributor besar, yang mengageni banyak produk import. Ada banyak distributor yang didatanginya. Akhirnya beberapa menyanggupi untuk mendukung rencananya membuat pabrik dan bersedia menjadi distributor. Masalah marketing teratasi.
Masalah kedua , darimana modal untuk merealisasikan ini. “ Inilah yang paling utama. Tanpa modal , semua impian akan menjadi tetap impian. Tapi saya tidak frustrasi. Tanpa izin perusahaan, tanpa kantor , tak mengurangi rasa pecaya diri saya untuk bertemu dengan bank. “ Katanya. Ya, hanya bank yang dia tahu sebagai sumber pembiayaan. Lain tempat tidak dia paham. Apalagi mengharapkan bantuan dari keluarga Itu tidak mungkin. Dia terlahir dari keluarga miskin, juga istrinya.
Dengan bermodalkan proposal bisnis dan MOU dengan produsen di AS, dia berusaha meyakinkan bank untuk mendukungnya. Bukan hanya satu bank yang didatanganinya ,tapi beberapa bank. Jawaban bank semuanya sama bahwa dia harus punya track record sebagai businessman atau collateral, juga perizinan yang lengkap. Tanpa itu bank tidak bisa beri dia modal.
“ Tract record , saya tidak ada. Collateral, apalagi, izin jangan tanya.” katanya. Dia tidak kecewa dengan penolakan itu. Karena dari penolakan itu dia mengetahui apa yang harus dilakukannya agar qualified mendapatkan pinjaman dari bank.
“ Ya saya harus mencari mitra yang punya tract record sebagai debitur bank yang sehat. Tentu mereka orang yang sukses dan perusahaan yang hebat. Bila saya bermitra dengan orang itu maka perusahaan saya akan memenuhi syarat untuk dibiayai oleh bank.” Katanya. “ Tapi saya tidak mau bermitra hanya bawa badan dan semangat. Saya harus mendirikan perusahaan terlebih dahulu. Darimana uang biaya izin dan sewa kantor ? Saya menjual apartement. Hanya itu tersisa sumber daya keuangan kami. Selanjutnya, kami pindah ke rumah orang tua saya.” Lanjutnya.
Selanjutnya dia mendatangi beberapa nasabah bank yang sudah punya track record. Dia tidak meminta modal dari mereka. Dia hanya minta nama mereka tercantum sebagai pemegang saham perusahaanya. Karena nasabah bank yang sudah punya track record adalah perusahaan besar , tentu tidak mudah mendatangi mereka apalagi meyakinkan petinggi perusahaan itu.
“ Untuk mendapatkan kesempatan bertemu, tidak sekali saya terpaksa duduk seharian di depan sebuah restoran, yang biasa dikunjungi CEO perusahaan itu. Tak sedikit yang langsung menolak rencana bisnis saya. Namun saya tak pernah kehilangan harapan. Saya sadar, apalah saya untuk dengan mudah dipercaya orang”Kata Cha.
Akhirnya ada satu perusahaan yang tertarik untuk mendukungnya. Benarlah. Mereka tidak keluar uang hanya bersedia menempatkan namanya sebagai pemegang saham mayoritas. Mereka minta saham 60% namun dia punya opsi untuk membeli kembali saham itu dalam jangka waktu tertentu dengan harga 50% diatas harga nominal. Dia terima deal itu tanpa sedikitpun merasa dirugikan.
“ ini wajar, menurutnya.” Karena siapa yang akan percaya kepada pemula. Namun saya yakin , walau saya minoritas saya akan menjadi pemenang karena saya sangat memahami bisnis ini dan tahu bahwa mitra venture saya hanya mengejar rente saham. “
Setelah kemitraan terjadi maka proses pengajuan pinjaman ke bank dilaksanakan. Bankpun setuju memberikan kredit dengan kondisi semua saham dijadikan jaminan, termasuk personal guarantee dari pemegang saham mayoritas yang dikenal bank sebagai nasabah yang punya track record bagus.
Maka, jadilah Cha sebagai direktur perusahaan dengan investasi raksasa. Tiga tahun setelah perusahaannya beroperasi , produksinya sudah membanjir pasar dalam negeri China maupun manca negara. Hebatnya lagi , principalnya yang di AS memilih menutup pabriknya di AS dan memindahkan businessnya ke china. Melalui venture capital dia mengajukan skema pembiayaan untuk menbeli kembali saham yang 60% tersebut dan kemudian menjualnya kembali kepada mitranya dari AS seharga 4 kali lipat. Kini dia bermitra langsung dengan principal yang menguasai riset dan technology.
Sukses sudah ditangannya. Apakah penampilannya berubah, seperti orang kaya baru ? tidak !.Justru dia semakin keras bekerja. Sehari dia berkeja hampir 18 jam. Hidup sederhana. Tidak membeli rumah mewah. Dia bahagia dengan tetap tinggal di tempat yang lama. Kenapa ? dia masih punya obsesi ? “ saya ingin membuat imperium business , bukan hanya untuk saya dan keluarga tetapi juga untuk masyarakat china.”. Tahun 2013 saya mendukung perusahaanya untuk masuk ke bursa Shenzhen Stock exchange dan Shanghai Stock Echange.
***
Hikmah cerita.
Apa yang dilakukan oleh Cha adalah suatu semangat entrepreneurship. Jeli membaca peluang, creative mencari solusi, tidak kenal lelah dan selalu bekerja keras , tidak takut menghadapi resiko ketidak pastian, selalu berpikir positif, tidak rendah diri, bersikap terbuka dan mau berkerjasama demi mencapai tujuan. Lebih daripada itu adalah niat baik untuk kepentingan semua pihak.
Ya, Keberhasilan tidak pernah datang dengan mudah. Semuanya harus diperjuangkan ditengah keterbatasan yang ada. Hidup adalah proses , yang semua orang harus melewatinya. Tanpa kecuali. Yang membuat orang lain kagum bukanlah hasil yang dicapai seseorang melainkan proses dibalik keberhasilan tersebut. Jangan pernah tergoda dengan istilah miracle atau short cut atau kekuatan doa miskin effort. Bila kita percaya kepada Tuhan maka kita juga harus percaya kepada hukum Allah, yaitu sunattulalh, bahwa semua harus dilalui dengan kerja keras, istiqamah dan sabar. Ini juga yang ajarkan agama kepada semua orang beriman.
Sumber “ MyDiary.
Tahun 2013.
No comments:
Post a Comment