Dina tidak harus bertemu dengan Mahdi. Tapi takdir tidak bisa dihindari. Itupun karena Dina ingin jadi anggota DPR. Ingin mengubah keadaan jadi berkeadilan bagi rakyat. Mahdi membuka jalan untuk dia jadi elite negeri. Tentu Dina membuka jalan liang senggamanya disentuh Mahdi. Perselingkuhan biasa terjadi. Apalagi untuk tujuan politik. Ada rasa salah, tetapi terselesaikan dengan berdamai pada diri sendiri.
Dina tahu, dia hanya dimanfaatkan kencantikan dan ketenarannya untuk menarik massa dalam Pemilu. Aku tahu itu. Aku kenal Dina. Dia tidak bodoh amat. Itu sebabnya, aku tidak sulit mendekatinya. Walau aku bukan politisi namun aku punya teman politisi dan punya uang untuk bergaul dengan mereka. “ Kamu, terlalu muda untuk masuk dalam lingkaran politik. Tetapi ya aku maklum. Pengusaha selalu melewati dirinya sendiri. Berada di lingkaran komunitas apa saja. Yang penting ada peluang.” Katanya waktu kali pertama bertemu di Bali.
Aku tidak tahu. Mengapa aku terus berusaha mendekat dengan dia. Memang dia cantik tapi dia lebih tua 4 tahun dariku. Tidak ada desire untuk mengencaninya. Tetapi lambat laun dia semakin mendekat. Diapun semakin mudah bicara apa saja. “ Kemarin, sang jenderal, sehabis acara di stasiun TV, ajak aku ke check in di hotel. Perkasa sekali dia. Aku suka dia. Suka banget.”
“ Hanya suka “
“ Ya sukalah. Emang ada nikma di dunia selain sex ? Dia tertawa.
Lain waktu, dia cerita pergi ke Bali untuk bertemu dengan teman politisinya. Sama dengan cerita sebelumnya. Cerita vulgar tentang permain sex. Tapi kali ini, “ Pria yang hebat dan cerdas. Tapi kehidupan sex nya buruk. Egois dan cepat sekali selesai. “ Katanya dengan senyum kecut. Pada akhirnya, kalau pria bangga bisa membawa wanita ketempat tidur, wanita juga bangga bisa berpura pura orgasme. Aku hanya senyum saja.
Tahun 1997 Dina ikut lagi bersaing dapatkan kursi pada Pemilu ke-7. Dia sibuk keluar kota. Situasi jakarta nampak memanas. Insiden sering terjadi di antara massa pendukung OPP atau bahkan antara massa dengan aparat keamanan. Fenomena Mega-Bintang mulanya disulut oleh pecahnya internal PDI, antara PDI pimpinan Soerjadi dan PDI pimpinan Megawati Sukarnoputri. Kabar yang beredar kala itu menyebut bahwa kubu Megawati mendekat dan akan mengalihkan suara pendukungnya ke PPP. Islam,. NU mulai diseret untuk berhadapan dengan Soeharto.
Megawati dengan dukungan pro demokrasi dan barisan marhaen semakin berani melontarkan kritik selama kampanye. Itu karena PPP bersama OPP Islam, ada di belakang mendukungnya. Kritik yang terkenal saat itu adalah praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang kian kentara di tubuh rezim. Mereka protes peran ABRi dalam politi, yang dapat 100 kursi tampa Pemilu. Rezim Soeharto berusaha meredam protes itu dengan menerbitkan Undang-Undang No. 5/1995 tentang Susunan dan Kedudukan MPR baru. Dalam UU ini, jumlah kursi ABRI di DPR dikurangi, dari 100 menjadi 75.
Namun, upaya ini ditanggapi sini oleh oposisi. Pasalnya, Golkar masih menjadi kendaraan politik Orde Baru. Ormas berlambang pohon beringin ini selalu meraih kemenangan telak di setiap pemilu berkat campur-tangan pemerintah. “ Semua infrastruktur politik pemerintah punya misi memenangkan Golkar. Jangan kaget bila semua harus dipaksakan menang” Kata Dina tersenyum. Usai dilantik jadi anggota DPR, Dina tetap saja sibuk bersama teman temannya,. Kadang dia sempatkan juga bertemu denganku.
“ Kemenagan partai kamu sebenarnya adalah kemenangan pro demokrasi.” Kataku. Dina terkejut.” Maksud kamu ?
“ Pemilu 1997 ini, Megawati berhasil menarik simpatik massa islam. Gus Dur mendukung dia. Pertarungan internal PDI dimanfaatkan Megawati untuk melambungkan namanya secara nasional. Kalau itu terjadi, ABRI akan melirik ke dia. “ Kataku.
“ Mengapa ?
“ ABRI itu dokrin idiologinya adalah rakyat. Kalau rezim tidak lagi didukung oleh NU, maka moncong bedil tidak lagi diarahkan ke rakyat tetapi ke istana. Tanpa dukungan militer, rezim pasti jatuh”
“ Oh itu sebabnya Gus Dur tidak mau bergabung dengan Amin Rais dan kawan kawan di ICMI. Karena dianggapnya itu cara Soeharto membonsai gerakan islam., Justru Gus Dur mengarahkan prodem ke Megawati. Itu sama saja mengarahkan kapal besar NU ke Megawati. Paham aku sekarang. “ Kata Dina manggut manggut.
” Eh kamu tahu engga. Aku dengar beberapa petinggi partai, jenderal dan menteri pindahin uangnya ke luar negeri. “
“ Oh Ya..”
“ Ya. Gila banget. Uang gede di bank ditranfer ke luar negeri. Bahkan rame rame mereka jual asset dan uangnya ditranfer ke luar negeri juga.?
“ Oh ya? Aku berkerut kening. “ Kenapa?
“ Mereka bilang dengan bisik bisik, sudah muak dengan diktator tua. Sebentar lagi jatuh tuh Diktator tua itu. Tetapi tidak semua punya rekening di luar negeri. Mereka maunya punya rekening offshore. Kamu tahu caranya”
“ Kenapa?
“ Bantu mereka lah. Kan kasihan. Kamu kan punya teman banker banyak di luar negeri.” Katanya.
“ Ok. “ Kataku
***
Bertempat di Ruang Business center Mandarin Hotel, Singapore. Aku bertemu dengan banker Asing. “ Pastikan semua rahasia. Jangan bocor ke publik. Ini sama dengan money loundry. Kita engga tahu apa benar presiden akan jatuh” Kata banker itu.Aku berusaha menjelaskan situasi politik yang kudapat dari Dina. Setelah membaca proposalku, akhirnya mereka bersedia membuka kantor perwakilan offshore bank di Jakarta. Aku dapat finding fee sebesar 0,25%. Lumayah. Rencana berkantor di hotel bintang V kawasan Sudirman. Sebenarnya bukan kantor. Itu hanya ruang pertemuan saja.
Setelah itu, Dina setiap hari bawa tamunya ke ruang Business center Hotel. Setelah bertemu denganku, mereka isi form aplikasi. Teken. Dalam 5 menit mereka sudah punya rekening offshore. Dengan itu mereka akan minta banknya untuk transfer uang itu ke luar negeri. Caranya sederhana sekali. Bank asing itu punya cabang di Indonesia. Itu bisa dilakukan secara cross settlement atau pindah buku dari rekening dalam negeri ke rekening offshore di luar negeri. Saat itu belum ada larangan cross settlement antara rekening dalam negeri dengan rekening luar negeri.
Ternyata bukan hanya aku, ada beberapa orang juga jadi agent rekening offshore dari beberapa bank asing di luar negeri. Dalam setahun, puluhan triliun rupiah berpindah ke USD. Rupiahpun jatuh secara berlahan lahan. Akhirnya terjun bebas. diktator tua oleng.
***
Aku masuk rumah. Dina tidur di sofa ruang tengah. Aku mendekat, kurapikan daster yang tersibak dengan hati-hati. Dina bergerak. Matanya perlahan terbuka. Dia lihat aku sejenak, lalu beralih melihat tivi. ”Makin ramai mahasiwa ke DPR ya. Menyemut sudah mereka. Jatuh tuh sebentar lagi dia?” Katanya.
” Ya.Katanya kamu sakit ? sautku. Dia menggeleng. “ Aku kangen kamu..” Katanya tersenyum menggoda.
“ Kita jahat ya Din? katanya dengan pandangan ke arah TV.
“ Dia lebih jahat.” kataku sekenanya
“ Tapi kan karena kita rupiah jatuh dan berujung krisis moneter. "
" Kalau rupiah engga jatuh, dia tidak akan jatuh” Kataku sekenanya." Bukan hanya kita. Semua teman dekat dia ikut jatuhkan dia. Itu para pengusaha rame rame minta KLBI dan BLBI. Kan pengusaha teman dia juga. Semua penguasa jatuh bukan karena oposisi tetapi oleh orang terdekat dia sendiri. Teman temannya sendiri”
“ Tetapi mereka lebih terbuka malawan. Sementara kita…” kata Dina.
“ Apa bedanya?. Terbuka atau tidak tidak, sama saja. Lawan ya lawan aja. Hidup kan begitu. “ Kataku sekenanya. Dia melirikku. Berdiri dari rebahan. “ Apa rencana kamu dengan fee yang kamu terima? Kataku.
“ Aku mau mengundurkan diri dari panggung politik. Aku mau jadi ibu rumah tangga aja. “
“ Dengan uang itu kamu bisa hidup aman selama lamanya?
“ Tidak. Aku akan gunakan fee itu untuk dukung partai yang bisa memimpin reformasi.”
“ Wah mulia sekali”
“ Aku senang saja. Berkat kenal kamu, aku bisa cerdas menentukan pilhan. Seumur hidupku, baru kali ini aku bisa benar menentukan pilihan. “
“ Ok. Bagaimana dengan pilihan suami? sudah ada? Kataku.
Dia tersenyum.
“ Tadi aku lagi tidur kamu benerin dasterku. Kamu sayang banget dengan aku. “Katanya merapat. Susu kenyalnya menyetuh pundakku.
“ Kamu kan kakakku.” kataku berusaha menjauh dari wajahnya.
“ Kakak yang bugil depan adiknya ya..” Katanya tertawa. Aku hanya tersenyum kecut. Napasnya terasa berburu di pundakku. Udara Jakarta terasa panas. Di luar yel yel mahasiswa terdengar terus menerus. Reformasi tidak bisa dihindari. Semua berperan dalam perjuangan untuk tegaknya demokrasi. Aku ingat tahun 1984 ketika digiring ke Laksus seperti anjing jalanan. Diperlakukan seperti anjing kurap. Kini tunai sudah. Moga dengan lahirnya reformasi, anak cucuku tidak mengalami nasip sama sepertiku. Itulah bagian secuil aksi rakyat jelantah untuk negeri yang dicintai selamanya.
4 comments:
Ternyata semua elemen masyarakat sdh muak.sgn sang diktator shg dia selesai
Sesederhana itukah untuk menjatuhkan regim?
Ngeri, semua krn harta, ngga perduli rakyat hidup susah dan melarat.
Ternyata demikian sejarah yg tidak tercatat
Post a Comment