Thursday, April 30, 2020

Aku harus pulang...





Di pinggir jalan dia berdiri. Malam dan gerimis menemaninya. Dia berusaha menyembunyikan tubuhnya digelap pinggir selokan. Ketika Lampu menyinari dirinya, dia berusaha menghindari cahaya itu. Namun ketika kendaraan melambat maka dia tahu bagaimana harus bergaya. Tubuhnya akan nampak utuh oleh cahaya dari lampu mobil.

" Terlalu tua" terdengar suara dari dalam kendaraan. Kendaraan itu berlalu begitu saja. Dia hanya mematung melihat kendaraan pergi. Harapan pun pergi untuk bisa bayar sewa kos.

Jam berlalu dan malam menuju pagi. Tak terhitung kendaraan mampir dan pergi meninggalkan dia sendirian. Dari jauh nampak bayangan langkah mendekatinya. Seorang pria lusuh. Dia tidak takut. Dia sudah biasa hidup di dunia malam. Resiko di pukul dan diperas tak terbilang sudah dia rasakan. Ini apalagi? Dia hanya diam dan siap siap.

" Mbak ...? Kata pria lusuh itu.
" Saya butuh Rp 250 Ribu."
" Aku hanya ada uang Rp 50.000 hasil tadi ngamen. Ambillah "i
" Engga ah. Uang segitu bisa apa?
“ Ini uang halal loh. Ayo lah..."
" Ogah ah..sana pergi" Dia ketus.

Pria lusuh itu pergi. Dia kembali sendiri dan berdiri menjajakan dirinya. Tak terasa waktu berlalu. Suara azan menggema. Subuh datang dan dia belum menghasilkan satupun deal dengan pelanggan. Dia sadar bahwa usianya semakin menua. Pesaing datang silih berganti usia belasan. Sementara dia , usianya sudah kepala empat. Dulu dia percaya pekerjaan ini hanya sementara namun akhirnya dia tidak tahu arti sementara. Karena dia tak lagi menghitung hari. Hidup dilaluinya seakan dia tidak akan beranjak pergi. Benar , dia tetap ditempatnya namun waktu memanggal rezekinya dan kini dia merasa sendiri dengan harga yang sulit untuk di jual... 

Dia sendiri dalam sepi.

Dia langkahkan kakinya menyusuri trotoar. Hujan sudah lama reda. Lampu merkuri menyinari tubuhnya yang seakan menyembunyikan Gincu diwajahnya yang memudar. Pria lusuh itu nampak lagi. Pria itu duduk setengah merebahkan dirinya di halte bus. Dia tatap pria itu. Mata pria itu terbuka sedikit kearahnya.
" Mbak..."
" Aku ..
" Ada apa?”
" Dari tadi siang aku belum makan. Aku lapar. Mau pulang bingung karena takut ditagih ibu kos”

Pria lusuh itu membuka matanya lebar lebar. Ia membuka dompet nya dan menyerahkan uang pecahan 5000 sebanyak 10 lembar. 

" Ambil lah " kata pria itu menyerahkan uang itu kepadanya.
" Di mana kita akan melakukannya"
" Melakukan apa ? 
" bukankah kamu mau membeli tubuh saya?"
" Tidak.! "
" Jadi udah gitu aja ? "
" Ya. Pergilah ..saya mau sholat di masjid itu" kata pria lusuh itu menunjuk kearah mesjid besar yang ada diujung jalan.

Dia menjauh dari pria itu. Bertahun tahun dia bertemu dengan banyak pria perlente dan semua superior dengan uang di tangan. Semua hanya transaksi yang menempatkannya sebagai pemuas nafsu. Uang yang dikumpulkan entah mengapa habis begitu saja tanpa ada bekas. Kini dia menua dan terlupakan. Tapi pria lusuh itu memberi tanpa membeli dan meminta dia pergi.

Mentari pagi mulai nampak di upuk. Cahaya merasuk kedalam sanubarinya. " Di tengah aku sendiri dan terbuang bagaikan sampah , ada seorang pria lusuh memberiku uang. Pria itu telah memberi makna bagi hidupku. Selalu ada cahaya di tengah gelap bahkan di tempat yang tak ada noktah cahaya sekalipun. Selalu ada cahaya. Selalu ada harapan. Aku harus pulang. Kembali kepada Tuhan ku. Walau tanpa uang , tanpa rupa... Aku harus pulang.

No comments:

Ekonomi hanya size

  Kantor Yuan di Singapore menyiapkan ticket penerbangan pagi untuk saya. Kemungkinan weekend saya di Singapore. Karena harus briefing team ...