Saturday, April 17, 2021

Menghapus airmatanya

 






Inikah takdir ? terlahir sebagai yatim dan kemudian menjadi piatu. Dina , tak pernah menyesali nasipnya. Rasa sukur selalu menghias wajahnya. Karena kasih sayang orang tua angkatnya yang telah membesarkannya hingga dia dapat tumbuh dewasa seperti sekarang ini. Mereka bukanlah orang kaya namun hati mereka sangat kaya. Dina diperlakukan layaknya anak kandung. Inilah yang membuat Dina tidak berhenti bersyukur akan kehidupan yang diberikan tuhan kepadanya. Dina tidak bisa menolak ketika di jodohkan dengan putra juragan kaya. Belakangan setelah mertuanya meninggal ,harta warisan habis diperebutkan. Suami dina jatuh miskin. 

***

Hari telah mulai gelap. Dina melangkahkan kakinya menyusuri lorong kampong ke arah rumah kontrakannya. Tentu tadi siang dia baru menerima gaji mingguan hingga ada uang sedikit lebih untuk membeli makanan kesukaan suaminya.


“ Mas , Ini aku belikan pecel lele kesukaan Mas. “ kata Dina kepada suaminya yang sedang tiduran di korsi butut. Suaminya menatap sinis kearahnya.


“ Aku tidak mau makan! Kamu saja yang makan. “ Teriak suaminya dengan tatapan sinis. Dina terkejut. Belum usai keterkejutannya, suaminya melempar makanan itu ke arah mukanya. Bungkusan nasi itu tumpah bertaburan di lantai dan sebagian sambalnya mengenai tubuhnya.


” Ada apa , Mas. ?


” Ah , jangan tanya. Mana gaji mingguan kamu. ” Bentak suaminya. Tanpa memperdulikan Dina yang masih terkejut dengan tumpahan Nasi dilantai, suaminya dengan cepat merampas dompet di tangan Dina. Namun , Dina berusaha menahan dompetnya dari hentakan tangan suaminya. ” Tolong Mas, Jangan ambil uang ini. Kita butuh makan. Aku sudah tidak bisa lagi berhutang di warung.” Kata Dina dengan memelas.


Wajahnya yang memelas itu bukannya membuat suaminya luluh malah yang datang ” Pang...” tamparan tepat diwajahnya. Terasa asin mulutnya. Dia tahu bahwa itu darah. Tangan suaminya dengan keras memelintir tangannya untuk merampas dompet. Dengan mudah dompet itu berpindah tangan. Suaminya mendorongnya hingga dia jatuh telentang di lantai. Dia lihat suaminya berusaha menarik tubuhnya kembali untuk memukulnya. Dina menutup wajahnya sambil berkata terbata bata ” Mas. Tolong jangan sakiti aku. Sudah, sudah, Ambil lah uang itu. ”


” Makanya jangan sok jago kamu. Berani melawan ya. ” Kembali suaminya bersuara lantang. Dina hanya terdiam sambil terduduk memagut kedua lututnya di pojok ruangan. Dia tak berani menatap wajah suaminya. Dina merasa takut dan sakit. Walau ini acap dilakukan oleh suaminya namun rasa sakit dan takut selalu hadir ketika suaminya marah. Jantungnya berdetak kencang.


Apalagi ketika suaminya kembali menghampirinya dengan menarik rambutnya. Dina terdongak keatas. Nampak wajah suaminya sangat dekat dengan wajahnya ” Aku hanya ingin kamu mau turut apa kataku. Kita akan hidup lebih senang kalau kamu mau nurut. Bukan hanya uang mingguan yang tak lebih seharga sebotol minuman keras untuk ku. Paham“ Dina hanya diam. 


Pedih rasanya dipukul dan terlalu pedih bila sudah sampai pada kehendak suaminya agar dia menjual dirinya untuk uang. Dina ikhlas bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan makan tapi tak pernah siap untuk menjual dirinya.


“ Mas…aku cinta Mas…” Dina memelas dan berharap suaminya kembali mengerti perasaannya.


“ CInta..cinta…aku tidak mengerti apa itu cinta. Aku hanya ngerti bagaimana hidup kita senang tanpa kerja keras. …” jawab suaminya sambil melotot. Ini membuat Dina kembali terpukul. Begitukah harga cintanya dihadapan suaminya. Pria yang dulu begitu diharapnya untuk melindunginya. Kehidupan seperti ini telah berlangsung bertahun tahun. Bentak, marah dan akhirnya memukul adalah keseharian yang dia terima dari suaminya.


Seperti biasa setelah puas marah , suaminya pergi keluar dengan uang mingguan dari hasil kerja keras Dina. Tentu suaminya baru akan pulang setelah dini hari dalam keadaan mabuk. Dina hanya dapat memandang ulah suaminya dan berharap agar semua ini dapat berakhir. Inilah drama hidupnya. 


Inikah takdir ? Subuh dia ada Polisi datang ke rumahnya bersama suaminya. Polisi menggeledah isi kamar. Mereka menemukan narkoba. Polisi menangkap Suaminya dan Dina. Berkali kali Dina menolak pergi karena dia tidak tahu apa apa. Tetapi polisi tidak peduli.


***

Dua tahun dalam penjara. Dina dibebaskan. Hakim bisa meringankan hukuman Dina berkat bantuan relawan perempuan. Mereka memberikan advokasi kepada Dina. Sementara suaminya kena hukuman 8 tahun penjara. 


Keluar dari Penjara, Dina tidak tahu kemana harus melangkah. Rumah tidak ada. Dia tidak ingin membebani orang tua angkatnya. Di perempatan jalan Tomang. Dia duduk termenung. Salah satu pedagang susu kacang. Menyuruh dia menjajakan susu kacang itu ke kendaraan yang sedang berhenti di lampu merah. Itu dia lalui berhari hari untuk sekedar makan. Sementara dia tidur di pelataran masjid Istiqlal.


Satu waktu dia bertemu dengan penumpang kendaraan yang membeli susu kacangnya. Setelah ngobrol sebentar. Penumpang itu memberinya uang Rp. 1 juta. “ Kamu datang ke alamat yang tertera di balik kartu nama saya. Datanglah ke sana. Mungkin ada kerjaan untuk kamu. Ke esokannya Dina datang ke alamat tersebut. Ternyata pabrik Footware. Satpam membawanya ketemu dengan GM pabrik.


“ Tadi saya dapat telp dari ibu dirut di kantor pusat. Kamu kelola koperasi karyawan khusus kantin. Kamu tamat SMK kan.”


“ Ya pak. SMK Jasaboga. Tetapi ijazah udah engga ada. “ kata Dina.


“ Ya udah. Kamu isi formulir ini. Terus, temui pak Hadi di ruang HRD. Biar kamu dapat penjelasan kerjaan kamu.”


“ Ya pak. “


“Gaji kamu Rp. 6 juta sebulan. Uang transpor dan uang makan dapat. Udah cepatan pergi ke HRD.” Kata GM itu.


***

Dua tahun kemudian, saya ke pabrik karena mau lihat penambahan mesin baru. Saya sempatkan makan di kantin bersama Yuni. Saya bertemu dengan Dina.  Dia terkejut ketika meliat saya dan segera memeluk saya . “ terimakasih bapak. Dua tahun saya harus menanti mengucapkan terimakasih. Sekarang kesampaian juga. Terimakasih bapak” . Kata Dina dengan terbata bata menangis. Dina cerita tentang hidupnya sampai akhirnya bertemu saya. Yuni berlinang air mata mendengar cerita Dina.


“ Apa dasar uda percaya dan memberikan kesempatan kerja dengan Dina” tanya Yuni.


“ Pertama cara dia menjajakan susu kacang. Tanpa maksa. Cukup dengan senyuman. Dan pada waktu itu jam 10 malam. Kedua, saya kasih uang tanpa membeli. Dia menolak. Tetapi ketika saya tawarin peluang kerja. Dan saya beri uang agar dia beli baju yang bagus dan dandan yang rapi. Dia  terima uang itu dengan menangis“


“ oh itu sebabnya Uda suruh Yuni carikan pekerjaan yang cocok untuk dia”


“ Ya.” 


“ Kalau Dina terima uang tanpa uda membeli mungkin Dina engga pernah kenal Yuni ya. “ kata Yuni melirik ke Dina. 


Hikmah cerita : Ketika anda memberikan kesempatan kepada orang lain untuk bekerja, bukan tidak mungkin anda ditugaskan Tuhan untuk menghapus airmatanya yang didera oleh kezoliman manusia.


Friday, April 16, 2021

Jalan terjal menuju taubah.

 




Pria itu datang ke KTV tidak seperti tamu lainnya. Dia tidak mau menyentuhku  walau aku sudah di booking dan bisa diperlakukan sesukannya. Usai waktu KTV, dia memberiku tip lebih besar dari tamu lainnya. Apakah dia menyukaiku dan ingin berhubungan lebih dari sekedar hubungan client dan pramuria KTV. Entahlah. Pernah satu saat, aku tidak masuk kerja.  Menurut mami son, dia tidak memilih wanita lain. Apakah dia sedang menggodaku? Apakah dia terpesona denganku. ? 


Ah tidak mungkin. Aku bukan pilihan tepat. Banyak yang lebih cantik dariku. Kalau dia mau istri simpanan, tentulah dia pilih yang lebih cantik. Soal service? Aku tidak pernah ada kesempatan service dia. Sudahlah.  Biarkan dia dengan sikapnya. Mungkin dengan duduk di ruang KTV bersama temanya, dan memberi tip kepada pramuria adalah kesenangan tersendiri baginya. Apa peduliku.


Suatu saat dia datang ke rumah sakit. Ternyata dia tahu aku sakit dari Mamin Son. Dia pindahkan aku kamar VIP. Dia hanya diam menatapku. Tak ada kata penghibur.  Tapi dia tanggung semua biaya. Sekeluar dari rumah sakit. Aku merasa ada cahaya dalam relung sanubariku.  Aku harus berubah. Aku harus mencari pekerjaan lain yang lebih terhormat.  Tapi aku tidak ada uang untuk bayar hutangku kepada mamison. Ketika dia tahu rencanaku. Dia membayar hutangku.


 “ Beranilah untuk berubah. Dan tetap sabar walau cobaan berat.” Katanya singkat ketika memberi tahu bahwa hutangku sudah dibayarnya. Setelah itu aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Walau aku tahu Hapenya, aku tidak berani telp dia. Dia hanya pria yang misterius dan memberikan solusi too good to be true kepadaku. Aku tidak boleh baper. Walau mungkin aku sudah jatuh cinta dengannya.


***


Empat tahun setelah keluar dari dunia malam. Aku memang berubah dalam segala hal. Walau pekerjaanku sebagai administrasi gudang coldstorage  namun lebih dari cukup untuk hidupku sendiri. Aku sudah bisa sewa rumah sendiri. Aku juga menaggung seorang ponakanku yang yatim piatu. Aku tidak butuh apa apa lagi. Kecuali bersukur kepada Tuhan. 


“ Murni kamu ada dimana? SMS masuk. Tertera namanya Doni. Di hapeku aku sebut namanya “Mas-ku”.

“ Di rumah mas..” 

“ Boleh engga ke rumah akmu?

“ Boleh mas. Datang aja. “ Kataku seraya memberi alamat lengkap.


Belum jam 10 malam mas Doni sudah sampai. Dia tampak kumuh. Tidak seperti biasa.

“ AKu bangkrut, Mur. “ Katannya berwajah muram.

“ Sabar ya mas.”

“ istriku pergi ke Singapore ikut anaknya setelah rumahku disita bank.  “ katanya tertunduk lesu. “ Aku tidak punya apa apa lagi. Hanya baju yang melekat di badan” Lanjutnya. 

“ Kalau Mas engga keberatan. Mas bisa tinggal di rumahku sementara. “ Kataku mengusulkan begitu saja. Dia terkejut menatapku. Seperti tidak percaya yang baru didengarnya. 

“ Terimakasih Mur. Moga engga lama saya merepotkan kamu. Saya ad peluang bisnis yang sedang saya urus. Moga cepat berhasil dan aku bisa keluar dari rumah’

“ Amin. Semoga dimudahkan Tuhan rencana Mas.” 


Setelah itu Mas Doni tinggal di rumahku. Setiap hari dia keluar rumah. Kami hanya bertemu malam hari. Itupun dia tidak merepotkanku. Dia punya kunci sendiri. Tidur di dekat dapur. Pagi pagi aku membuat sarapan untuk dia sebelum pergi ke kantor. Selalu diatas meja makan aku letakan uang Rp. 100 ribu untuk ongkos dia. Aku pergi kerja dia belum bangun. 


Tiga bulan Mas Doni di rumahku. Dia pamit ke kalimantan membawa relasi bisnisnya dari luar negeri untuk meninjau tambang batu bara. Setelah itu Mas Doni mengabarkan bahwa dia sementara menetap di Kalimantan. Tak lupa berterimakasih. Setelah itu itu kami sudah jarang komunikasi. Aku berdoa semoga dia baik baik saja.


Setahun kemudian, mas Doni datang menemuiku lagi. Sekarang dia sudah berbeda dari sebelumnya. Penampilannya sama seperti awal aku bertemu dengannya. Dia sudah kaya lagi. Dia membelikan rumah untukku. Saat itu aku benar benar tersanjung. Namun saat itu juga Mas Doni bilang bahwa dia sudah kembali ke istrinya. Aku senang saja. 


Suatu hari di hari minggu, aku kedatangan wanita dan pria ke rumahku. Aku persilahkan mereka masuk
“ Kamu Murni ? Kata pria tamu.

“ Ya benar. Ada apa ? 

“ Kamu perusak rumah tangga orang ya. “ Suara pria muda itu menggelegar. Aku terkejut. Jantungku berdetak kencang. Aku yakin anak muda ini putra dari Mas Doni dan perempuan itu istrinya.

“ Maaf, apa maksud anda?

“ Papa saya selingkuh dengan kamu. Dan rumah mewah ini pasti pemberiannya! Kata anak muda itu dengan emosi.

“ Dasar lonte kamu! Teriak wanita itu. 

Aku terdiam. Entah mengapa aku menangis. “ Maafkan saya. Rumah ini memang pemberian dia tanpa pernah saya minta. Kalau kalian mau ambil, ambillah. Saya keluar sekarang”  kataku.

“ Minggat  kamu.! Teriak anak muda itu dengan garang.
“ Ya udah keluar kamu! Kata wanita itu.

Tanpa banyak bertanya lagi, aku langsung masuk kamar dan  keluar membawa tas dengan isi pakaian. Anak asuhku kubawa pergi. Sejak itu juga hape mas Doni aku block. Tempat tinggalku  yang baru aku rahasiakan kepada teman teman kantor.


Aku tidak menyalahkan keluarga Mas Doni. Anaknya tentu berhak atas ayahnya. Tentu mereka inginkan kedua orang tuanya rukun kembali. Istri Mas Doni tidak salah. Dia berhak lindungi suaminya.   Setidaknya dengan kebangkutan Mas Doni dan akhirnya bisa bangkit kembali, keluarganya bisa mendapatkan hikmah untuk saling memperbaiki diri dan merubah menjadi lebih baik. 


Aku juga tidak salah.  Kalau aku membantu mas Doni, itulah caraku berterimakasih kepada Mas Doni. Apakah aku pantas dapatkan keadilan atas kesalahan yang tak kuperbuat terhadap Mas Doni?  Itu tidak penting bagiku. 


Allah memang Maha Pengampun atas dosa dosa manusia. Namun ampunan itu tidak didapat dengan hanya lewat kata dan penyesalan. Tetapi harus dibuktikan dengan sikap konsiten di jalan yang benar.  Sama halnya dengan keimanan. Tidak ada keimanan tampa cobaan. Pada akhirnya rasa sukur dan sabar itulah menjadi pendamai jiwa, walau sakit tak tertanggungkan namun aku tetap harus berprasangka baik kepada Tuhan.


Menjelang usia 40 tahun aku bertemu dengan duda yang berkarir di Bank. Dia bisa menerima masalaluku. Mendukung karirku. Kini, Karirku diperusahaan cold storage semakin bagus. Aku sudah jadi pimpinan unit business. Aku mengendalikan empat processing fish di Indonesia, Thailand, China, Korea. Pimpinanku yang juga wanita Jomblo adalah inspirasiku untuk memahami itu semua.  Kadang satu pintu tertutup, Tuhan bukakan pintu lain. Selalu indah akhirnya.

Sunday, April 11, 2021

Sesal.

 


Tahun 2013, saya bertemu Andi di KL“ Lue tahu kan, abeng” Tanyanya. Saya mengangguk. Betapa tidak. Abeng sahabat saya. Kami berteman sejak tahu 80an. “ Sekarang dia tidak punya apa apa lagi. Dia diusir oleh istri dan anak anaknya. Tengoklah dia. Dia ngekos di Mangga besar “ Lanjut Andi.  


Saya teringat tahun 89, setelah saya bangkrut. Saya datang menemui Abeng di Ruko nya kawasan Kota. “ Tuhan sedang jewer lue Ale. Engga apa apa. Biasa laki laki. Bangkrut itu untuk ajarkan lue naik kelas.” Kata Abeng setelah tahu saya bangkrut. Dia dukung rencana saya untuk ekspor pumice stone. Dia beri saya modal untuk satu container. Dan ketika saya sukses dan kembalikan uang “ Ale, pakai aja uang itu. Kalau sudah longgar kembalikan. Jangan terlalu terbawa perasaan. Kita kan teman.” Katanya. Sejak itu kami semakin dekat. Saat saya akan berangkat ke China untuk hijrah, dia sempatkan datang ke Bandara antar saya. Dia beri semangat istri saya untuk terus dukung saya. Dia belikan jacket musim dingin " ALe perlu jacket ini. Di china dingin kalau lagi winter " Katanya.


Sepulang dari KL, saya sempatkan datang ke tempat Kos Abeng. Saat saya datang pagi hari. Dia terkejut. Dia peluk saya lama. “ Ada apa Beng. ? kenapa engga telp gua? Tanya saya. Abeng diam saja sambil tertunduk.


“ Sejak perusahaan gua serahkan ke anak gua yang tertua untuk kelola. Gua praktis pensiun aja. Kemudian bini gua diangkat oleh anak gua sebagai direktur keuangan. Gua sendirian aja di rumah. Pas gua sakit, yang urus nurse. Entah mengapa mereka curiga gua selingkuh dengan nurse. Akhir cerita gua dibuang oleh mereka. Adik gua rawat gua di Bangka. Setelah sembuh gua balik ke jakarta. Karena gua mau urus uang gua di Singapore.” Kata Abeng dengan nada datar. Saya juga tidak mau bertanya lebih jauh. Itu masalah keluarganya.


“ Ale, bisa bantu gua.” tanya.


“ Ya pastilah. Apa yang harus gua bantu?


“ Beberapa tahun lalu gua ada teken kontrak investasi di Singapore. “ Katanya seraya menyerahkan kontrak dari balik tasnya yang kumuh. Saya baca kontrak itu. “ Kita ke singapore hari ini. Lue cepatan mandi. “ kata saya. Dia segera mandi. Dari mangga besar kami go show ke bandara. Hanya dua jam saya urus, investasi Abeng di Asset manager itu bisa saya cairkan. Jumlahnya USD 5 juta.


“ Terima Kasih Ale. Padahal udah capek gua urus. Engga juga cair. Tapi ama lue sebentar doang, selesai.” Kata Abeng berlinang air mata.


“ Lue ya, aneh. “ Saya mengerutkan kening. “ Gua kan teman lue. Kenapa engga tel kalau ada masalah.”


“ Ale, gua malu. Kata teman teman lue udah jadi orang hebat, Apa iya masih ingat gua. Malu ale. Gua tahu diri.” Katanya. 


" Ingat engga. Waktu gua bangkrut. Lue bantu gua dan lue ajarkan gua untuk tetap bersemangat. Dan beri gua modal. Lue pikir gua lupa ? Lue udah gua anggap saudara kandung gua. Walau kita jarang ketemu, tetapi dihati gua lue tidak pernah hilang. Pahamkan Beng? Abeng menunduk dan akhirnya mengangguk.


“ Terus apa rencana lue dengan uang itu? tanya saya. Abeng hanya diam. 


" Ya udah. Tapi ingat. Kalau ada masalah telp gua ya Beng." Kata saya maklum. Tidak mau desak dia. Sejak itu dia tidak pernah telp saya lagi. Tapi dari AWi saya tahu usahanya semakin berkembang sebagai eksportir sarang walet. Dia memang punya network di Taipei. Sementara anak anaknya tidak mau bertemu dengan dia.


Tahun 2020 saya dapat kabar dari Awi. Abeng masuk rumah sakit karena COVID. Segara saya datang ke rumah sakit bersama Awi. Kondisinya memang parah. Dia sempat menyerahkan kunci safety box bank dan PIN. Dia tidak bisa bicara lagi. Tapi saya tahu bahwa kalau terjadi apa apa dengan dia, saya mendapatkan amanah dari dia. Sebisanya saya berusaha menghubungi istri dan anak anaknya. Tetapi mereka tidak mau tahu.


Seminggu kemudian Telah berlaku takdir untuk ABeng. Dia dijemput pulang oleh Tuhan. Awi urus jenazahnya dan penguburunnya. Tetap anak anak dan istrinya tidak mau datang ke rumah duka.


Seminggu setelah Abeng meninggal, saya temui anak dan istrinya. Saya serahkan semua dokumen kepada mereka. “ Ada 4 rumah. Salah satunya di Pantai Mutiara. Termasuk reksadana di Singapore. Dan saham perusahaan yang sekarang ada. “ Kata saya. Istrinya terkejut. 


" Papa engga punya istri lagi ? tanya anaknya yang perempuan


" Papa kamu tidak pernah menikah lagi. " Kata saya.


Anaknya yang perempuan langsung menangis saat baca surat warisan. Dia teriak histeris menyalahkan mamanya. Anaknya yang laki laki hanya tertunduk dan diam.  Ayah adalah ayah. Cintanya tidak terungkapkan dengan kata kata. Tetapi dengan perbuatan. Seberat apapun beban yang dipikulnya, dia telan semua dan tetap tersenyum di hadapan anak dan istrinya tanpa mengeluh.  Dalam diam dia berdoa. Dalam sakit dia tetap tidak kehilangan harapan untuk memberikan yang terbaik bagi putra putrinya. Semoga Abeng damai di alam sana dan keluarga yang ditinggalkan …Tentu akan menjadi sesal yang tak berujung bagi mereka..

Dimanusiakan...

 







Setiap istirahat sekolah aku berlari ke kantin bersama teman teman. Kami biasa makan sambil istirahat. Tapi tidak bagi Bayu. Dia pergi ke dekat pintu gerbang sekolah. Dia jual pempek. Setelah usai jam istirahat, dagangnnya dititipkan kepada babak tua pedagang bakso. Dia kembali ke kelas. Sepertinya hubungan Bayu dengan pedagang bakso hubugan orang kelas bawah. Yang saling menjaga dan percaya. Bayu teman SMP ku. Kami dari SD sekalas. Waktu SD jam istirahat dia jualan kerupuk di halaman sekolah. SMP, dia jualan pempek di halaman sekolah. Pulang sekolah dia jualan Es Balon dan Pempek di tempat olah raga. 


Bayu pintar sekolah khususnya matematika. Lainnya dia memang kurang. Namun dia tidak pernah punya masalah dengan temannya. Walau dia sering diejek karena pakaianya tambalan namun dia tak pernah tersinggung.. Dia hanya punya satu sepatu. Olah raga dia bertelanjang kaki. Karena dia tak mampu beli sepatu olah raga.Walau para wanita di kelas tidak pernah menegur Bayu, aku kadang suka juga menegurnya. Bahkan beli pempek dagangannya.
Suatu saat kami sedang olah raga di lapangan umum di luar sekolah. Ada ada preman menganggu kami. Anak pria semua lari ketakutan. Tapi tidak bagi Bayu. Dia hadapi anak preman itu. Anak preman itu lari setelah melihat kepala bayu berdarah.


“ Aku engga apa apa. Rum. “ Kata Bayu berusaha berdiri. Aku menangis. Itu karena dia berusaha melindungi kami para perempuan dari anak berandal. Sikunya berdarah. Dari kepalanya keluar darah karena kena pukulan kayu. Tetapi Bayu petarung sejati. Dia berhasil membuat pengeroyoknya tidak ingin melanjutkan perkelahian. Dua dari mereka tejatuh.


“ Aku kasihan dengan ibuku. Ini dagangan untuk bantu ibuku menghidupi kami” Kata Bayu dengan sedih menatap pempek yang bertebaran di jalan. Termos es hancur. Namun Bayu tidak meratap. Hanya airmatanya berlinang.


“ Kamu ke dokter sekarang. Aku panggil supirku datang sekarang. Kamu tunggu !” kataku seraya keluar dari lapangan olah raga ke tempat parkir.


“ Engga perlu Pak. Saya pulang aja. “ Kata Bayu kepada supirku. Dia menutup luka kepalanya dengan kaus bajunya.

“ Pak cepat bawa dia ke Rumah sakit. Dia teman sekelas saya. “ Kataku meraung kepada supirku. Namun Bayu terus melangkah dan menjauh membawa baskom kosong. 


Keesokanya aku bertemu dengan Bayu di kelas. Kepalanya tidak diperban. Aku tanpa sungkan melihat kepala dan sikunya. “ Dikasih kopi Rum. Engga apa apa “ kata Bayu dengan tersenyum. Aku menitikan airmata.


“ Mereka jahat sekali. “Airmataku jatuh.


“ Engga apa apa, Rum “ Bayu tersenyum seakan menguatkan aku bahwa dia akan baik baik saja.


***

Tamat SMP aku masuk sekolah Swasta kristen. Karena aku etnis Tionghoa. Bayu terima di sekolah negeri. Sekolah pavorit. Sejak itu aku jarang bertemu dia. Namun setiap malam minggu aku sering melihat Bayu dagang rokok di kaki lima. Papaku selalu temani aku turun dari kendaraan menyapa Bayu “ Nak rame dagangannya ? Kata papa.


“ Biasa saja Pak. “


“ Ya udah, Saya beli rokok Djisamsoe ya “


Bayu sempat melirikku ketika menyerahkan rokok itu kepada papa. Namun dia cepat sekali menundukan wajah di depanku.


“ Rum, Papa dulu waktu seusia Bayu juga mengalami kehidupan seperti dia. Biasa saja laki laki. “ Kata Papa. Bayu menunduk ketika kami pamit berlalu. Sesudah makan mie bersama papa, aku selalu pesan mie untuk dibugkus, untuk Bayu. Papa hanya duduk di dalam kendaraan melihatku mengantar mie ke Bayu yang sedang dagang di kaki lima. Itu aku lakukan selama tiga tahun setiap malam minggu. “ Kamu berbuat baik itu karena Tuhan. Dan nanti Tuhan juga yang akan membalas kebaikan itu ” Kata Papa. Itu tidak pernah aku lupa.


***

Setamat SMA aku melanjutkan ke univesitas Swasta di Jakarta. Setahun kemudian, keluargaku juga hijrah ke Jakarta. Aku tidak tahu kelanjutan Bayu. Namun kenangan tentang Bayu tidak pernah hilang dalam ingatanku. Setamat Universitas aku bekerja di bank swasta di Jalan Roa Malaka, jakarta. Aku pacaran dengan nasabah bankku. Tiga tahun setelah itu aku menikah. Namun kenangan tentang Bayu tak pernah juga hilang. Apakah aku jatuh cinta dengan Bayu? Ah tidak. Aku hanya merindukan wajah teduh dan tenangnya. Semangat hidupnya tanpa mengeluh. Karakter papa ku ada pada Bayu. 


Usiaku sudah 50 tahun. Seusia itu aku sudah menjanda dua tahun. Suamiku meninggal. Aku harus mengambil alih tanggung jawab melanjutkan usaha suami. Papa udah meninggal. Mama tinggal bersamaku. Usahaku semakin sulit. Karena mendiang suamiku meninggal hutang yang cukup besar. Aku berusaha bertahan. Pertahanku terakhir adalah menyelesaikan utang bank. Agar pabrik tidak disita. Pihak bank berbaik hati untuk menyelamatkan bisnisku. Caranya aku harus bermitra dengan investor. Aku ikhlas. Yang penting aku tidak dibebani hutang. Amanah mendiang suami bisa kutanaikan.


Di hotel bintang Lima aku diatur oleh pihak bank untuk bertemu dengan calon investor yang akan jadi mitraku. Aku datang on time. Tak lebih 5 menit setelah itu, aku melihat pria berjalan kearah tableku. Jantungku berdetak kencang. Betapa tidak. Pria itu adalah Bayu.


“ Rum, kamu? lama ya engga ketemu. Kamu sehat.? Katanya beruntun. Aku perhatikan ada kerinduan pada wajah Bayu. Dia tetap menaruh hormat kapadaku seperti waktu SMP dulu.


“ Aku baik saja. Kamu sehat ?


“ Aku sehat. Kamu sendirian ? boleh aku gabung sebentar. “


“ Oh boleh Bayu. Boleh. “


“ Nanti kalau relasi kamu datang. Aku pergi “ Katanya.


“ Ya. tapi tunggu aku.Jangan pergi. Aku kangen kamu,  Bayu. “


“ Boleh tahu mau ketemu siapa ? Pria ?


“ Perempuan , Ibu Yuni. ?


“ Yuni dari yang di cengkareng. Yang punya pabrik footware di batuceper ?


“ Ya kok kamu tahu ?


“ Ya artinya kamu ketemu aku. Yuni itu direksiku.”


“ Hah..Bayu! Kamu boss nya ?


Bayu hanya tersenyum dengan rendah hati.


“ Ya tadi Yuni cerita soal kerjasama bisnis. Aku putuskan ketemu langsung. Dia engga bisa ikut meeting. Ada urusan lain. “


“ Oh..” Aku kehilangan kata kata.


Bayu tidak jadi bermitra dengaku. Caranya sangat halus memperlakukanku. Dia bantu menyelesaikan masalah hutang lewat skema venture linked MBO. Ya hutang perusahaanku dilunasinya di bank. Pada waktu bersamaan dia terjunkan team untuk merestruktur dan rasionalisasi pabrik. Dukungan pasar internationalnya sangat hebat. Sehingga dalam tiga tahun program MBO selesai. Perusahaan tetap miliku. Produksi pabrik di offtake oleh perusahaan Bayu di China. Aku bisa santai di masa tuaku. Bayu, adalah malaikat  yang Tuhan kirim kepadaku, yang selalu hadir disaat aku sulit.


“ Mengapa kamu baik sekali kepadaku, Bayu?

" Ya tak pernah aku lupakan. Rasa kawatir kamu ketika melihatku terluka. Itu benar benar menginspirasiku. Air matamu itu tidak bisa dihapus dalam pikiranku. Itu akan abadi. Bahwa aku dimanusiakan di tengah kekurangan dan kemiskinanku." kata Bayu. Namun sikap hormatnya tidak berubah kepadaku. Kadang aku risih tetapi itulah Bayuku. Sampai kini kami bersahabat.

Monday, April 05, 2021

Dia memang orang baik

 




 “ Mengapa kamu tidak masuk kedalam? temanin saya makan.” Kata saya kepada wanita yang berdiri depan restoran di kawasan Jayakarta.


“ Saya tidak ada uang untuk makan. Tapi saya akan baik baik saja.”


“ Ya. Saya yang bayarin. “


“Kedua anak saya yang butuh makan. Saya tidak lapar.”


“ Gimana kalau kamu makan dulu. Setelah itu kamu bisa pesan nasi bungkus untuk kedua anak kamu. ? Kata saya. Dia terdiam lama. Seperti dia ragu. “ Saya bukan pelacur, Pak.”Mata sipitnya seperi menyiratkan kawatir.


“ Eh siapa yang anggap kamu pelacur. “Kata saya tersenyum.


“ Terus apa maksud bapak ajak saya makan? Katanya ragu.


“ Saya memang mau ajak kamu makan” Tetap tersenyum ramah.


Dia terdiam dan nampak ragu. Akhirnya dia mau juga masuk ke dalam restoran. “ Kamu  bisa duduk dimana kamu suka. Engga usah dekat saya.”

“ Tapi saya tidak ada uang.” Katanya dengan nada kawatir.

“ Saya yang bayar. “ Kata saya yang kemudian panggil pelayan restoran. “ Dik, kamu sediakan makan untuk wanita ini. Bill saya yang bayar.” Kata saya. Wanita itu keliatan tenang. Tapi akhirnya dia memilih duduk bersama saya. Ya udah.


“ Saya dagang kue di stasiun kereta. Punya orang. Saya hanya bantu jualin”. Katanya. Saya tersenyum menyimak. “  Sejak suami saya meninggal, saya merasa kehilangan tongkat. Saya  tidak pernah membayangkan suami begitu cepat pergi. Karenanya saya tidak pernah mempersiapkan untuk mandiri. Kini saya  harus bisa menjadi ibu dan sekaligus ayah bagi kedua anak laki laki saya. “


“ Oh..sabar ya.” Kata saya.


“ Ini malam tahun baru. Tidak semua daganganya terjual. Namun cukup untuk sekedar makan bagi kedua anak saya. Tadinya saya berencana mampir ke warung beli indomie. Tapi  waktu nyeberang jalan, ada motor ditambrak oleh kendaraan mewah. Kendaraan itu melarikan diri. Pengendara motor tergeletak di jalan. Untunglah masih sadarkan diri. Saya memanggil taksi dan membawa korban ke rumah sakit.  Uang  yang saya dapat hari ini habis untuk ongkos taksi.” 


Dia terdiam lama. Saya sabar menyimak. “ Rumah saya di belakang Gajah Mada. Tadi saya lama depan restoran. Saya membayangkan kedua anak saya lapar. Mereka masih anak anak.” Katanya berlinang airmata.


“ Tuhan hari ini aku menyaksikan anak manusia. Dia telah berkorban untuk berbuat baik. Sementara kedua anaknya kelaparan. Tapi dia  tidak menyesal. Mungkin saat dia berbuat baik, dia hanya ingatMu ya Tuhan. Tidak ingat kedua anakıya. Kini dia ada dihadapanku. Kalau aku tidak bisa membaca pesanMU dari peristiwa yang dialami wanita ini, rasanya aku tidak pantas menyembahMu.” Kataku dalam hati.


Usai makan,  saya mengantarnya pulang dengan taksi. Dalam perjalanan saya memberikan uang USD 5000. Dia terkejut. “ Terimalah uang ini. Gunakan untuk kamu bertahan. Saya yakin kamu akan baik baik saja. Kamu orang baik.” Kataku.Dia menangis. 

“ Bapak baru mengenal saya. Mengapa  bapak baik sekali? Katanya dengan air mata belinang
“ Apakah kamu mengenal pengedara motor yang kamu tolong? Kata saya lembut

“ Tidak.”

“ Mengapa kamu tolong”

Dia terdiam.

“ Apapun alasannya, pasti sama dengan alasan saya membatu kamu.” Saya tersenyum. “ terimalah uang ini. Engga usah merasa berhutang.” 

Dia segera letakan uang itu  ke ubun ubunnya. “ Terimakasih Tuhan. Terimakasih pak. “ Katanya. Taksi berhenti depang gang rumahnya. Saya terus pulang. Itu tahun 2005.


***

Tadi sore jam 6. Saya keluar dari gedung Bank Asing. Saya ada di pinggir jalan belokan dukuh atas. Tidak ada taksi lewat. Akhirnya saya putuskan untuk panggil Gojek. Namun sebelum aplikasi gojek saya kirim. Ada kendaraan Pajero berhenti samping saya. “ Pak mau kemana? Anak muda di dalam kendaraan itu.

“ Plaza Indonesia. “

“ Wah kebetulan. Saya mau jemput ibu saya di Plaza Indonesia. Ikut saya pak.” kata anak muda itu dengan ramah. Saya bingung. Ada apa ini?

“ Bapak kan tamu atasan saya. Tadi saya liat” 

“ Oh ya. Kamu kerja di Bank itu?

“ Ya pak. Setelah pulang dari Amerika ,saya dapat kerjaan di Bank”

“ Oh hebat.”


Sampai di Plaza Indonesia, saya turun di lobi. Namun sebelum saya masuk ke lobi. Ada wanita Etnis Tionghoa yang melangkah kearah kendaraan. Dia  tegur saya. “ Bapak..? Katanya. 

“ Ya bu. “Saya terkejut ditegur itu. “ Ada apa ?

“ Bapak lupa ya.? Katanya tersenyum. 

“ Lupa apa ? Saya bingung.

“ Ingat engga malam tahun baru 2004. Bapak tolong saya. Bapak beri saya USD 5000. “ Katanya berusaha mengingatkan saya. “ Maaf kalau saya salah duga.” sambungnya.

“ Oh ya. Benar. Rumah ibu di belakang Gajah Mada. Gimana kabarnya Bu” kata saya.


Dia tarik tangan saya ke arah kendaraan yang tadi saya tumpangi. “ Hendri, ini loh om yang mama ceritain. “Katanya.

“ Oh ini ma..” Anaknya segera turun dari kendaraan. Dia langsung memeluk saya. “ Mama setiap hari berdoa untuk om. Dia ingin sekali bertemu om. Tapi tidak tahu kemana carinya. Alamat tidak tahu. Saya dan adik saya juga ingin ketemu. “ katanya dengan air mata berlinang.

“ Pak, berkat uang bapak, saya bisa membesarkan kedua anak saya. “ Kata wanita itu tersenyum.

“ Sukurlah. Baik baik selalu ya. “ Kata saya tersenyum dan memberikan kartu nama “ Nanti lain waktu kita atur ketemuan ya. Maaf, saya buru buru mau ketemu orang” Sambung saya.


Hikmah Cerita : Kalau wanita itu sukses membesarkan anak anaknya dan mengirim mereka ke luar negeri, bukanlah karena pemberian saya tetapi karena dia memang orang baik. Tuhan menjaganya selalu agar dia baik baik saja.


Sumber “ My diary.”

Bisnis dalam dimensi moral

  Saya tadi sore ketemu dengan sahabat pembaca blog saya. Dia dari luar negeri yang sedang menyelesaikan S3 nya. "Saya tertarik membaca...