Monday, May 06, 2024

Uang kuliah Mahal...

 



Saya ada janji dengan teman banker untuk meeting di sebuah Hotel. Dengan menggunakan taksi saya menuju tempat meeting itu. Saya merasakan kendaraan berjalan dengan lambat dan tidak stabil. 


“ Bapak engga apa apa ? Tanya saya dengan kawatir.


“ Eh ya pak. Engga apa apa.” Kata supir dengan terkejut. 


“ Kenapa jalannya lambat.?


“ Ya pak. Maaf saya sempat bengong tadi. Baik pak. “ katanya kendaraan kembali melaju dengan agak cepat. 


“ Bengong kenapa ?


“ Hmmm “ Terdengar seperti ragu untuk mengatakannya. Saya diamkan saja. 


“ Saya bingung dengan anak saya. " katanya kemudian. " Sudah saya bilang engga usah melanjutkan ke universitas. Tetapi dia tetap ngotot juga. Seminggu lalu dia diterima di universitas negeri. Saya engga punya uang untuk bayar.” Katanya. Saya diam saja. Bayangan saya ada seorang anak yang sedang bertarung dengan nasibnya. Untuk masa depannya. Tanpa sedikitpun mengkhawatirkan akan keadaan ayahnya yang tidak ada uang. Tekadnya untuk sekolah lebih karena ingin perubahan terhadap nasib keluarganya.


Saya termenung. Kalau berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 53 ayat (3) walau berstatus badan hukum  namun tidak boleh keluar dari prinsip nirlaba. Status badan hukum itu lebih kepada cara mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan, ya sejalan dengan Pasal 31 ayat (1) UUD 1945. Namun  sejak UU No.12 Tahun 2012, Pendidikan Tinggi menjelma menjadi lembaga kapitalis. Kampus sudah bekerja layaknya PT ( Perseroan) yang profit oriented. Entah apa landasan konstitusi dari UU ini. 


Sejak berlakunya UU No. 12/2012 memang terasa mahal uang kuliah. Mahalnya UKT tentu ada hitungannya. Struktur biaya Perguruan Tinggi (PT) terbesar adalah SDM yaitu biaya dosen. Belum lagi biaya tetap perawatan gedung dan sarana belajar. Keliatannya karena mudah dapat kredit bank, PT berlomba lomba mempercantik kampus nya agar terkesan keren berkelas dunia.  Tapi dampaknya UKT jadi mahal dan ini dibebankan kepada mahasiswa. Dan lucunya ada kampus yang menawarkan program Pinjol kepada mahasiswa. Itu terbukti Kampus tidak identik dengan kecerdasan, kecuali dungu.


Kalau pemerintah bercita cita Indonesia emas tahun 2045, itu sangat jauh panggang dari api. Biaya PT yang mahal, membuat Angka Partisipasi Kasar PT jadi drop. APK pada 2024 yakni 39,37% di bawah rata-rata global yang 40%. Bahkan, lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia (43%), Thailand (49,29%), dan Singapura (91,09%). Artinya, masih ada 68,55% siswa lulusan SLTA yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan tinggi.


Pada 2022, berdasarkan laporan Programme for International Student Assessment (PISA) yang dirilis OECD, skor kemampuan matematika pelajar Indonesia sebesar 366 poin, menempati urutan keenam di Asia Tenggara. Namun, skor ini menempatkan Indonesia di posisi ke-69 secara global, termasuk dalam 12 terbawah. Dibanding negara-negara ASEAN lain, Indonesia kalah dengan Thailand di peringkat 57 (394), Malaysia di peringkat 53 (409), dan Brunei Darussalam di peringkat 40 (442). 

Sudah seharusnya Perguruan Tinggi negeri maupun swasta berpikir smart menyiasati sistem pendidikan yang ada sekarang. Caranya? ya ubah bisnis model. Jangan lagi bergantung 100% kepada uang kuliah saja. Tetapi diversifikasi kepada jasa riset, media sains dan vokasi. Tentu syaratnya kampus harus punya spesialisasi bereputasi nasional dan internasional. Misal UI, reputasi bidang ekonomi. ITB bidang Teknik. Cobalah create bisnis yang bisa jadi sumber income  bagi Kampus. Dan ini engga perlu ongkos mahal. Mahasiswa bisa dilibatkan dalam bisnis process, yang juga bisa sebagai proses belajar bagi mereka.


Saya tidak pernah masuk Perguruan tinggi dan pasti tidak sarjana. Tetapi saya punya sertifikat kursus dari Universitas kelas dunia seperti Cambridge di London, Erasmus university Rotterdam, Finance and baking di PolyU, Hong kong. Biayanya memang mahal tetapi untuk orang bisnis yang butuh berkembang, biaya itu tidak ada masalah. Sumber income universitas dari kursus atau vokasi ini tidak kecil. Sangat besar. Pesertanya dari seluruh dunia.


Perusahaan saya di Hong Kong juga kontrak dengan kampus dalam hal desk research berkaitan dengan perkembangan teknologi terupdate. Perusahaan dikenakan biaya tetap bulanan sedikitnya USD 200 untuk dapatkan buletin setiap bulan. Buletin dikirim via email dan bisa juga di download lewat web. Dan biaya khusus sesuai dengan luasnya cakupan desk riset. Salah satu kampus di inggris, punya 400.000 member korporat sebagai clients. Hitung aja berapa per bulan mereka dapat income member fee  


Nah biasanya kampus menawarkan program filantropi kepada clients Corporate untuk ambil bagian dalam subsidi biaya pendidikan. Umumnya promosi filantropi ini dibantu oleh almamater. Corporate tidak keberatan selagi data mahasiswa valid dan dilaporkan perkembanganya secara terupdate. Apalagi tawaran beasiswa itu termasuk paket rekruitmen terhadap mahasiswa setelah lulus.  Bagi corporate, subsidi beasiswa lewat CSR itu cara mudah dan murah dapatkan SDM berkualitas. 


" Jadi kalau dikelola dengan baik atau well organise, diversifikasi income itu sangat besar bagi kampus. Bahkan bisa lebih besar dari bersandar kepada uang iuran kuliah. Ya, kampus di era sekarang seharusnya dikelola secara modern, dan itu 60% lebih income berasal dari jasa desk riset, media sains, vokasi" Kata teman. 

***


“Anak bapak terima dimana ? Tanya saya kepada supir taksi.


‘ Ini pak. “ Kata supir taksi itu memperlihatkan dokumen kepada saya. Itu dokumen dari universitas yang menyatakan putranya lulus test. Dan syarat yang harus dipenuhi. 


“ Pak, ini ada uang dollar. Bapak tukar di money changer. Jumlahnya cukup untuk bayar uang kuliah anak bapak” Kata saya ketika hendak turun. Di tas saya memang selalu ada uang dollar. 


“ Dan ini ongkos taksi saya.” sambung saya. Keluar dari taksi itu. Supir taksi itu mengejar saya “ Kenapa bapak bantu saya? 


“ Bukan saya. Tetapi Tuhan. Itu uang titipan Tuhan. Semoga bermanfaat. Saya doakan agar anak bapak bisa terus kuliahnya.” 


Supir taksi itu menyalami saya dengan airmata berlinang. Saya pun berlalu. Bagi saya, putranya pantas mendapatkan itu. Dan selanjutnya tentu proses tidak mudah bagi dia yang miskin untuk  jadi sarjana. Ayahnya memang mengeluh dengan keadaanya tetapi tidak menadahkan tangan. Itu pesan cinta dari Tuhan kepada saya. Dan lagi putranya terima di perguruan tinggi Negeri. Tidak mudah orang bisa masuk PTN. Lah saya aja gagal. Kalau empati saya tidak tergerak membantunya , entah manusia macam apa saya ini. Mungkin Tuhan akan mengutuk saya karena kufur nikmat.


Orang tua saya menasehati saya " ada tiga hal yang kalau orang datang ke kamu tidak boleh menghindar atau punya alasan untuk menolak. Apa itu? pertama, bayar sewa rumah, bayar biaya pendidikan, bayar biaya kesehatan. Mengapa ? siapapun itu kalau sampai dia datang ke kamu itu karena dia menggadaikan kehormatannya. Kehormatan itu diberikan Tuhan kepada dirinya. Karena tidak ada lagi yang dia miliki maka itulah yang dia gadaikan. Kalau sampai kamu tolak maka itu sama saja kamu menolak kehadiran Tuhan. Kamu menolak menjadi agent Tuhan untuk tegaknya keadilan Tuhan.  " Saya bukan orang kaya. Juga bukan orang mudah keluar uang untuk hal yang engga jelas. Tetapi untuk tiga hal itu, saya tidak bisa menolak.


***

Memang kampus di Indonesia masih berproses untuk bisa disebut sebagai kampus modern. Tetapi engga perlu kecewa dengan situasi sekarang. Terima sajalah realita yang ada. Bagi lulusan SLTA yang gagal masuk Perguruan Tinggi, jangan kecil hati. Orang punya titel bukan karena dia hebat. Itu hanya bukti bahwa dia pernah belajar di universitas. Kalian hebat bukan karena kampus tetapi karena mindset kalian sendiri. Kemampuan untuk belajar dan berkembang secara mandiri, yang mendidik kalian cerdas untuk sturggle dan survival. Bagi yang punya kesempatan jadi mahasiswa dan sarjana, rendah hatilah dan tingkatkan terus kompetensi kalian lewat belajar sepanjang usia.  Kalian adalah elite bangsa. Bagi pemerintah, kita hanya berharap agar mereka kurangi korupsi dan rente agar ada ruang di APBN  untuk ekspansi sosial terutama pendidikan. Gitu aja.

8 comments:

Anonymous said...

Nasihat orang tua Babo itu seperti nya berlaku buat saya dan semua orang, tksh Babo 🙏

Anonymous said...

Luar biasa Babo. Patut kami teladani.

Mas Bro djoelianto said...

Terima kasih pencerahannya pak.
Sehat selalu.

Anonymous said...

Orang tua Babo sangat mulia. Salam sehat untuk Babo dan Oma.

Anonymous said...

👍🏿

Anonymous said...

Semoga makin banyak manusia manusia mulia seperti Babo di Indonesia.
Aamiin.

Anonymous said...

thanks Babo

Anonymous said...

Luar biasa Babo
Babo saya mau ikut di FB, mohon kirimkan link agar saya bisa baca postingan Babo di FB juga.

Terima kasih

Jangan melewati batas..

  Tahun 2013 september, Holding Company yang aku dirikan sejak tahun 2006 berada dibawah pengawasan dari pihak yang ditunjuk oleh konsorsium...