Sunday, August 27, 2023

Sempak...

 





Henky adalah seorang insinyur. Selama berkarir di politik mindset seorang insinyur berubah total. Dari tadinya berbuat  dan  berbpikir berdasarkan fakta, berubah menjadi paranoia. “ Berpolitik atas dasar kekuasaan kolonialisme saratnya kamu harus cerdas. Kecerdasan itu yang membuat negara kita yang seukuran liliput di Eropa bisa menjadi penguasa atas wilayah Hindia Belanda yang kaya namun penduduknya bodoh seperti monyet.”  Kata Coorvaben, mentor politiknya seorang politisi dan juga perwira tinggi militer di Belanda. 


“ Bangsa inlander ini, tegas Coorvaben “  akan sangat berbahaya apabila dibiarkan di luar kendali Belanda. Karena biadab dan malas, kalau dibiarkan, maka bangsa inlander akan menjadi bangsa yang korup, dan apabila dibiarkan terus, akan menjadi bangsa anarkis, yang kalau dibiarkan terus-menerus justru akan menghancurkan bangsa ini sendiri.”


Sebelum akhirnya Henky dapat posisi sebagai Walikota dia lebih dulu merebut hati Anneke, Putri dari Coorvaben. Dari itu tidak sulit dia mendapat akses kepada kekuasaan termasuk restu tuan Gubernur Jenderal yang ada di Batavia. Belakangan dia merasa terintimidasi oleh pilihannya sendiri. Anneke sebelum menikah langsing. Namun setelah menikah jadi gendut. Wajahnya seperti Babi malas. Kadang dia malu membawa Anneke ke tempat berkelas kaum bangsawan dan Belanda. Untuk acara resmi dia tidak bisa menolak. Harus membawa Anneke. 


Mungkin karena pernikahan politik. Henky melewati perkawinan itu dengan prilaku politik juga. Penuh kemunafikan. Dia tidak merasa berdosa atau berkhianat bila dia punya selir pribumi. Lain halnya dengan  Coorvaben yang justru jatuh cinta kepada Imih, perempuan pribumi asal Jawa Timur, dan akhirnya menjadikan perempuan hina-dina itu sebagai Nyai. Itu sama saja berkhianat kepada Belanda. Sepertinya urusan wanita dan jatuh cinta tidak ada istilah pengkhianatan politik apalagi dilakukan secara informal. Biasa saja.


Itu sebabnya Henky tidak bisa menolak hasratnya untuk bertemu secara diam diam dengan Marry, pribumi peranakan Belanda. Marry memang cantik sempurna. Kali pertama dia bertemu di Simpangsche Societeit dikenalkan oleh Lim Tan, pedagang etnis Tionghoa. Setelah itu Marry selalu secara diam diam mendampingnya di De Club di pojok Embong Malang, Societeit Concordia di Societeitstraat, Militair Cantine di Krembangan, dan Marine Societeit Moderlust di Oedjoeng. Lim Tan yang atur semua itu. Lim Tan tentu berharap dapatkan konsesi dagang dari Henky. Henky tidak sampai jatuh hati kepada Marry. Tapi dia suka. Bukan hanya karena kecantikan tapi bisa menjadi teman bicara yang seimbang.


Namun setelah bertemu Darti, anak bedeng Tuan Thong, persepsinya tentang wanita berubah.  Dengan Darti dia tidak mendapatkan kehangatan teman bicara di tempat berkelas, tetapi kehangatan di tempat tidur. Sebelum melayaninya tidur, Darti akan datang membawa baskom dengan air hangat. Darti akan menghangatkan telapak kaki dan sekaligus membersihkan kaki Hanky dan mengurutnya dengan lembut. Kemudian membersih tubuh Henky. Andaikan Henky suruh minum air kotor itu, Darti tidak akan menolak. Henky hanya senang melihat wajah pasrah dan kalah dalam keadaan terhina seorang perempuan pribumi.


Berkali kali Tuan Thong berbisik kepada Henky soal quota dagang tembakau untuk dikapalkan ke Singapora. Henky tidak bisa menolak. Dengan aksesnya ke pada tuan gubernur di Batavia, tidak sulit dia dapatkan quota itu. Padahal berkali kali pula dia dapat bisikan dari Lim Tan untuk hal yang sama. Dia tolak dengan dalih macam macam. Henky  tidak merasa kawatir Marry dihilangkan Tuan Lim. Karena dia bisa dapatkan Nyai lain yang biasa mangkal di De Club. Uang bicara. 


Sebeum bertemu Darti, hampir setiap waktu, dia menikmati tubuh wanita pribumi. Karena setiap kali dia melihat perempuan pribumi cantik, dia tinggal suruh centeng untuk membawa perempuan itu ke tempat pesanggrahannya. Perempuan pribumi asal Mojokerto, Jombang, Sidoarjo, Manado, Aceh, bahkan Batavia dia kangkangi dan setelah itu dibuang begitu saja. Tapi dengan Darti, itu lain. Dia bisa saja dengan mudah dapatkan perempuan pribumi tanpa bersalah menghina dinakan mereka. Tapi tidak untuk Darti. 


***

Pagi itu, ketika cuaca Surabaya benar-benar cerah, Henky datang ke kantor lebih awal, dengan gaya percaya diri, dan jalan agak digagah-gagahkan. Bahkan, beberapa saksi mata menuturkan, sambil berjalan menuju ke ke ruang kerjanya, Henky sempat menggumamkan lagu. Keriangan pagi itu bubar begitu saja ketika dia usai membaca surat dari Batavia. 


“ Laporan inteligent menyebutkan bahwa tuan Thong terlibat sebagai donasi gerakan bawah tanah penentang  Belanda.” Isi surat itu.


 “ Bereskan Tuan Thong.” Perintah keras harus dia laksanakan. 


“ Ini Tuan. “ Kata Herman staf intel memberikan dokumen dari mata mata yang dia terjunkan ke gerakan bawah tanah. Termasuk tempat pertemuan “ mereka jadikan tempat rumah selir Tuan Thong untuk diskusi dan membuat rencana, termasuk yang hadir dari gerakan komunis international.  Kalau dibiarkan ini akan menjadi bola salju. “ Kata Herman. 


Henky terperanjat. “ Tuan harus paham. Sebelum terjadinya pemberontakan Diponegoro 1825-1830, pemberontakan Sitti Margopoh di Lubukbasung, Kabupaten Agam, Minangkabau, pada tahun 1908-1910, serta perkelahian antara kelasi-kelasi pribumi dan perwira-perwira Belanda di atas kapal perang Belanda Lucas Roemeltje pada tanggal 4 Februari 1924 di Laut Jawa, tidak jauh dari Surabaya. Itu berawal dari gerakan rahasia. Mereka segelintir tapi mereka terpelajar. Sangat efektif mejadi provokator kaum pribumi. Biang keroknya karena gerakan itu ada yang ongkosi. Siapa lagi kalau bukan toke toke Tionghoa itu. “ Kata Herman.


“ Sebenarnya ini intrik persaingan antar sesama toke yang ingin dapatkan akses kepada pemerintah kolonial Belanda agar dapatkan sumber daya. Dengan uang, mereka mudah memprovokasi gerakan perlawanan agar melawan kita. Walau mereka tahu toh pada akhirnya kita juga yang menang. Namun karena itu mereka berhasil menumpas pesaingnya yang berada dibalik gerombolan itu. Tanpa disadari mereka sengaja membelah persatuan antara pangeran, antar bangsawan dan tentu pada akhirnya mereka korbankan rakyat jelatah yang bodoh dan tolol” kata Herman lagi.


Henky sadar bahwa Data inteligent ini menguatkan bahwa Tuan Lim dibalik rencana pemerintah kolonial menghabisi gerakan bawah tanah yang diongkosi oleh Tuan Thong. Memang selama ini dia juga  dapatkan kemewahan dan memenuhi rongrongan Anneke dan Marry dari uang suap Tuan Lim. Dia merasa terhormat dari kedua wanita itu karena uang dan kekuasaan. Tapi dari Darti dia tidak tidak perlu keluar uang. Karena dia tidak butuh kehormatan tapi kepuasan.


***

Suatu malam sebelum Henky memutuskan untuk memerintahkan pasukannya dan intel menangkapi orang yang terlibat dalam  gerakan bawah tanah itu. Dia menemui Darti. Mengapa ? karena pada akhirnya dia harus memilih rasa hormat lewat uang dan kekuasaan atau kepuasan. Rasa hormat dan kekuasaan itu soal rasa. Sementara kepuasan itu soal kebutuhan. Dia menghadapi dilema. Walau kesetiaannya kepada Ratu Belanda tidak perlu diragukan namun kolonialisme bukanlah Ratu belanda tapi politisi kapital.


Seperti biasa Darti menyambutnya di rumah dengan senyum seperti hewan buruan yang tenang menyerahkan dirinya dihadapan predator.  “ Saya akan membunuh Tuan Thong. Juga kamu. Tuan Thong dan kamu akan mati dengan tenang dan tanpa jejak hukum. Kamu harus patuhi saya” kata Henky. 


“ Silahkan Tuan. Lakukan apa saja yang tuan suka.. “ Kata Darti tanpa menolak dan tidak pula terkejut. Sangat pasrah. “ Tapi …”


“ Tapi apa ? Bentak Henky. 


“ Jangan bunuh tuan Thong. “ kata Darti dengan tatapan kalah.


“ Mengapa ? Teriak Henky.


“  Dia telah membeli jiwa saya lewat orang tua saya yang miskin. “ kata Darti berlinang air mata. “ Saya harus patuh kepada orang tua saya” Lanjut Darti dengan menatap ujung kakinya.  Entah mengapa hati Henky luluh. Manusia macam apa perempuan pribumi ini. Dia rela mati tapi tidak siap mati bila Tuan Thong yang telah membelinya ikut juga mati. Ternyata Darti adalah pedagang sejati. Dia menjual dirinya untuk dapatkan trade off dari Tuan Thong. 


“ Jangan ragu tuan. Lakukanlah” Kata Darti merebahkan dirinya di tempat tidur. “ Kalau tuan inginkan saya minum racun, saya akan minum tampa ragu. Kalau tuan inginkan saya mati tercekik, saya tidak akan berteriak. Lakukanlah” Lanjut Darti pasrah.


Seperti ada cahaya terang melingkari tubuh Darti. Mata Hengky silau. Terduduk lemas tak berdaya. Darti bangkit dari tempat tidurnya. Dia mengambil baskom dan mencuci kaki Henky. Melepas bajunya satu persatu. Dia tersenyum sambil merebahkan dirinya kelantai. Meletakan kedua telapak kaki Hengky di perutnya sebagai keset kaki. Henky melirik tubuh Darti yang bugil. Sangat exotic, hairy yang halus dan tentu harum. Ciri khas wanita Jawa. Entah mengapa? Malam itu Henky hilang niat membunuh Darti dan Tuan Thong.


Dan hari hari berikutnya, tahun tahun berikutnya,  berbisik-bisik itu datang dari berbagai suku. Inilah awal gerakan nasional Indonesia,  yang kali pertama diperkenalkan oleh Tan Malaka dalam bukunya Naar de 'Republiek Indonesia’. Beda dengan Perang Pangeran Diponegoro, yang hanya melibatkan orang-orang Jawa. Tidak sama pula dengan pemberontakan Sitti Margopoh, di Sumatera Barat, dan sama sekali tidak menyuarakan ke-Indonesia-an.  Berbisik bisik kaum kiri yang komunis dibiayai para toke etnis Tionghoa. Kaum kanan dibiayai oleh saudagar islam etnis Arab. Lambat laun bisik bisik itu telah bersatu menjadi gerakan terorganisir menuju Indonesia merdeka. 


Dengan Anneke, Henky berada dilingkungan berkelas. Dengan Marry, dia merasa punya selera berkelas. Dengan Darti, dia merasa  kebutuhanya sebagai pria menjadi sempurna. Toh soal kebutuhan tidak perlu orang lain tahu. Sama dengan sempak yang tidak perlu dilihat orang lain. Entah apa gunanya sempak?. Memang pilihan yang tidak rasional. Itu sudah jadi kebutuhan bagi semua orang namun karena alasan moral sempak harus disembunyikan dibalik pakaian luar… Samahalnya begitu banyak pahlawan yang tidak tercatat dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Eksistensi mereka bukan untuk kehormatan kekuasaan indonesia merdeka tapi karena kebutuhan akan kedilan…

3 comments:

Anonymous said...

👍🏾🇮🇩👍🏾

Anonymous said...

Hebat

Anonymous said...

Kesetiaan seorang Darti

Uang kuliah Mahal...

  Saya ada janji dengan teman banker untuk meeting di sebuah Hotel. Dengan menggunakan taksi saya menuju tempat meeting itu. Saya merasakan ...