Saturday, August 05, 2023

Keadilan bagi diri sendiri.

 


Supir taksi minta izin kepada saya untuk terima telp. Saya mengangguk saja.  Kemudian lanjut membaca news lewat hape. “ Ya, bu. Sabar. Bapak sedang usahakan” Kata supir taksi itu. Berkali dia berkata : sabar bu. Sabar bu. Saya tahu, kata kata sabar itu kalimat terakhir ketika orang tidak tahu jalan keluar. Tidak tahu harus berbuat apa. Tidak bisa melepaskan beban di pundaknya. 


“ Maaf boleh tahu. Tadi istrinya ya pak “ kata saya ingin tahu masalah dia.  Supir itu terdiam. Hidup ini sudah masalah bagi orang kecil. Mungkin pertanyaan saya itu naif. Sayapun tidak berharap jawaban. Setidaknya dia tahu saya punya empati. Itu saja.


“ Pak, putri saya diterima di PTN. Dia anak tertua saya. Saya sudah larang dia ikut test. Karena hidup kami sulit. Saya punya anak empat. Kalau dia masuk universitas, dia harus pindah ke luar kota. Saya harus sediakan biaya enggkos dan makannya. Belum lagi biaya kegiatannya di kampus. Berat pak..” Kata Supir itu. “ Tapi membuat dia gagal masuk PTN, itu beban mental paling berat bagi saya. Mungkin seumur hidup saya tidak akan bisa memaafkan diri saya. “ Lanjtu supir itu dengan suara lirih.


Saya tahu supir taksi itu perlu uang untuk anaknya masuk universitas. Dengan itu, dia punya hope akan masa depannya. Setidaknya dia yakin, anaknya tidak akan bernasip buruk seperti dia. Tingkat pendidikan diyakini oleh semua orang untuk bebas dari lingkaran kemiskinan. Semua orang tua ingin anaknya jadi sarjana agar bernasip lebih baik. Di indonesia sarjana adalah kemewahan. Karena tidak semua  orang punya kesempatan jadi sarjana. Hanya 4,5 % dari populasi yang jadi sarjana. Tapi apakah supir taksi itu tidak tahu bahwa dari 10 lulusan universitas 2 orang jadi pengangguran. 5 orang bekerja kontrak dengan UMR.  Hanya empat orang yang beruntung keluar dari lingkaran kemiskinn. 


Apa pasal? rendahnya index pembangunan manusia. Berdasarkan data human development report yang dirilis United Nation Development Programme (UNDP) , Indonesia masih termasuk dalam negara dengan pembangunan manusia yang menengah dengan peringkat 114. Masih kalah dengan Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura. Kelas Indonesia soal IPM (70-79) selevel dengan Filipina, Thailand dan Vietnam. 


“ Apa sih yang dimaksud dengan pembangunan manusia ? Tanya teman. 


“ Hobi rakyat membaca itu karena mereka sehat lahir batin. Itulah buah dari pembangunan manusia. Orang haus akan informasi, bukan sekedar tahu tapi terpacu untuk belajar. Potensi yang terpendam bangkit menjadi potensi real. Dari sanalah industri kreatif berkembang. Nah rendahnya literasi rakyat dan mudah terprovokasi media massa dan sosial media, itu bukti rendahnya kualitas pembangunan manusia. “ Kata saya.


“ Literasi itu apa  ?tanya teman lagi.


“ Membaca untuk belajar menganalisa informasi dan pengetahuan, dan menyelesaikan masalah secara rasional.” Kata saya. 


Mungkin teman saya tidak begitu paham. Tapi ketidak pahaman itu juga karena dia termasuk orang yang malas membaca. Perkembangan sosial media membuat orang gemar mendengar channel podcast atau membaca postingan singkat.  Semangat membaca semakin terhalau. Tingkat literasi yang rendah ini membuat politisi hidup nyaman. Karena mereka bisa memproduksi issue yang membuat orang lupa akan ketidak adilan yang bersumber dari politik sebagai panglima. Hukum jadi keset kaki. Mereka bebas membonsai kekuatan oposisi yang berusaha mencerdaskan hak hak politik rakyat.


Saya tidak pernah masuk perguruan tinggi. Tamat SMA adalah kewewahan bagi saya. Itu saya sukuri dengan sangat. Saya bersukur. Ibu saya lulusan sekolah Guru Agama dan pernah 3 tahun di ponpes. Jadi sedikit banyak dia paham agama. Saya belajar bahasa arab dan inggris dari ibu saya. Ibu saya sadar bahwa saya disleksia. Tidak bisa menghapal dengan baik.  Dengan kelemahan saya itu, ibu saya mendidik saya. Tidak melalui pelajaran tata bahasa. Tetapi lewat komunikasi langsung. Sehingga dua bahasa itu bisa saya kuasai. Dengan menguasai dua bahasa itu, saya punya kemampuan belajar secara mandiri.


Yang menarik dan sampai kini jadi dasar saya belajar adalah metodelogi belajar yang diajarkan ibu saya. Pertama. Kamu tidak akan pernah memahami ilmu apapun kalau kamu tidak tahu apa manfaatnya. Kedua, kamu tidak akan bisa memanfaatkannya dengan benar kalau kamu tidak paham mengapa ilmu itu ada. Ketiga, jangan pernah puas dengan pengetahuan yang ada. Sudut pandang pada satu hal bisa beragam. Dari keberagaman itu tidak ada satupun yang pasti benar kecuali Tuhan. Atas dasar itulah jangan pernah sombong dengan pengetahuan yang ada.


Pertama kali saya belajar ilmu marketing dan salesmanship usia 21 saat bekerja sebagai salesman di perushaan Asing. Saya dapat training. Dari sana saya tahu Seni menjual. Tahu pentingnya product knowledge, business process. Setelah berhenti kerja dan terjun ke bisnis, pengetahuan tentang product dan business process terus saya pelajari lewat bergami bacaan dan kursus serta ikut dalam seminar international tentang product knowledge. Dari produk mineral tambang, Agro, jasa logistik , migas, kimia dan biokimia, pharmasi, termasuk produk Hitech saya pelajari dengan tekun. 


Saya juga gunakan kesempatan untuk kursus pajak sampai lulus brevet B. Itu penting agar saya bisa mandiri membayar dan menghitung pajak. Saya juga belajar international trade dengan berbagai metode. Dari metode TT sampai LC, dan terus mendalami counter trade. Saya juga belajar ilmu management modern. Saya hanya Tamatan SMA-IPA. Tentu tidak pernah belajar ilmu Ekonomi dan tidak pernah lulus sarjana ekonomi. Tetapi saya bisa lulus terbaik ketika ikut kursus financial engineering yang diadakan lembaga keuangan multilateral. Sehingga saya termasuk segelintir orang pemegang certificate financial engineering di dunia ini.


Agar saya bisa berinteraksi dengan beragam kelas, Etnis, agama , saya belajar ilmu filasafat dan teologi.  Dengan dasar itu saya tahu mengapa perlu ilmu sosiologi, ekonomi, cultural, agama dan psikoanalisa. Sehingga mudah saya belajar ilmu tersebut. Maka pikiran saya terbuka dan karenanya saya bisa diterima oleh semua golongan di dalam dan luar negeri. Dan begitulah saya membangun network international dalam bisnis. 


Nah hidup saya sebenarnya berproses lewat belajar sepanjang usia. Dari proses belajar itulah saya termotivasi menegakan keadilan bagi diri saya sendiri. Berusaha survival ditengah kehidupan yang memang tidak ramah bagi si tolol dan si lemah. Engga mungkin saya berharap dari manusia untuk keadilan bagi saya. Apalagi berharap kepada pemerintah. Engga mudah memang. Dan bukan too Good to Be true …


Sampai di tempat tujuan. Saya katakan kepada supir taksi. “ Ini kartu nama saya. Suruh putri bapak temui saya.  Mungkin saya akan beri beasiswa untuk dia” Kata saya. Supir taksi itu terdiam. Mungkin tidak percaya sesuatu yang too good to be true. Setelah saya bayar ongkos taksi dan uang tip, saya masuk loby hotel untuk bertemu relasi.


***


Sorenya saya dapat telp dari seorang wanita. Dia perkenalkan dirinya sebagai putri dari supir taksi itu. Saya minta dia datang ke kantor saya di Jakarta Barat. “ Saya bayar uang kuliah kamu sampai tamat. Tetapi  biaya hari hari kamu tidak saya bayar. Gimana ? Kata saya. 


“ Terimakasih pak. Dhea akan kerja apa saja untuk hidup hari hari. Tidak akan bebani orang tua Dhea.” Katanya. Saya lihat matanya dan saya tidak perlu curiga dan ragu. Karena setiap orang perlu kesempatan untuk melewati hidupnya. Namun saya tidak akan memberikan kemudahan untuk itu. Tuhan telah memberikan akal dan kercerdasan spiritual untuk dia survival. Itu lebih dari apa yang saya beri. Benarlah, empat tahun kemudian, saya dapat kabar dia lulus jadi insinyer TI. Dhea pulang ke kampung neneknya di Jateng. Dia membuka home industri natadecoco. Ijasahnya di simpan aja di lemari. Produknya dijual lewat koperasi Ponpes. 


Setahun usaha itu digelutinnya. Dhea datang ke saya mengajukan proposal bisnis bangun pabrik minuman ringan dari Cincau. Saya miinta Yuni mitra saya di GI  untuk follow up proposal bisnisnya. Minuman ringan dari bahan cincau itu sebenarnya minum tradisional. Proses produksinya tidak rumit. Itu hanya tiga tahap proses. Mengeluarkan serat dari daun cincau lewat mesin press dicampur air hangat. Kemudian masuk ke mesin mixer untuk dicampur dengan tepung tapioka. Setelah itu masuk proses kemasan tinplate lewat tekhnologi seaming dan sealing standar FDA. Saya bangun pabrik di Malaysia.


Tapi menjualnya masuk pasar premium, itu tidak mudah. Saya  arahkan Yuni untuk memotivasi Dhea untuk memenuhi standar kepatuhan pasar ekspor yang berkaitan dengan standar higines.  Dhea perlu setahun untuk mendapatkan sertifikasi dari "Standards and Criteria for Food and Additives" yang diterbikan the Food Sanitation Act, and the standards for pesticide residues dari jepang, Eropa, Korea dan China. Dhea perlu kirim sample berkali kali dan terbang ke negara tujuan ekspor. Bahasa inggrisnya bagus sekali dan itu sangat membantunya dalam berkomunikasi. Dia juga orangnya ramah. Jawa banget. Dhea dibantu consultant international untuk mengeluarkan sertifikasi audit terhadap proses produksi HS code 2202.90. Tentu perlu kesabaran.


Setelah setahun barulah kami dapat sertifikasi. Tapi belum tentu sukses menjual. Kami harus membujuk mitra distributor dan agent lokal untuk membantu kami memasarkan produk tersebut. Kami harus berani mengirim 3 bulan hasil produksi tanpa dibayar. Memang kami memilih business model tanpa branded. Tapi kemitraan dalam marketing chain. Jadi kami tidak menanggung biaya promosi dan stok tapi kami harus berinvestasi dalam strategi promosi oleh mitra.


Setelah 4 tahun berdiri kami sudah punya mitra marketing chain untuk 6 branded di China, Korea, Jepang dan Singapore, termasuk Indonesia..Mengapa kami pilih Malaysia untuk proses produksi? karena malaysia punya Supply chain financial bagi petani yang memasok bahan baku kepada pabrik. Jadi kami tidak perlu repot bina dan modali suplier. Dan tidak perlu ongkos untuk stok bahan baku.  Dan setelah berkembang, dia menjadi  mitra dan direktur GI pada unit bisnis di luar negeri, Malaysia. Dhea sukses. Mengapa saya katakan sukses. ? Adik adiknya dia bina sama seperti saya membinanya dan kedua orang tuanya dijaganya. Dhea tetap hidup sederhana.


Kemudahan bisa melemahkan orang. Kalau dia lemah, di akan menghadapi banyak kesulitan.  Kesulitan dibalik kesulitan adalah survival,  yang bisa membuat orang kuat. Namun kekuatan karena kemudahan membuat orang mudah melakukan apa saja. Dan akhirnya melemahkan dirinya. Tapi saya percaya, orang yang berproses melewati beragam kesulitan, dia akan suskes dalam arti sesungguhnya. Dia akan tetap Focus kepada kebutuhan saja, abaikan keinginan. Nah saat itulah dia bersiap menjadi sebaik baiknya kesudahan.


1 comment:

Anonymous said...

Dea Sukses ya nduk

Harta hanya catatan saja

  Saya amprokan dengan teman di Loby hotel saat mau ke cafe “ Ale, clients gua punya rekening offshore di Singapore. Apa lue bisa monetes re...