Saturday, February 04, 2023

Idealisme ?


Rahmat teman SMP ku. Ayahnya kepala sekolah. Dia memang pintar di sekolah. Beda denganku yang setiap dapat lapor sekolah dengan nilai  rata rata lepas makan alias sekedar naik kelas. Walau rumahku dinding gribik dan rumahnya berdinding beton, tidak menghalangi keakraban kami. Dia lemah dalam hal matematika. Dan aku suka matematika. Mungkin karena alasan itu dia ingin berteman denganku. Entahlah. Yang pasti dia suka ke rumahku. Selalu memuji masakan ibuku enak katanya.


Akupun sering ke rumahnya. Ayah nya nasehati kami agar belajar keras dan cita cita harus tinggi. “ negeri ini perlu para sarjana hebat untuk membangun negara. Mengangkat mereka dari kubangan kemiskinan. Pak Harto punya mimpi menjadikan Indonesia macan Asia. Kehebatan sarjana kalau mereka berakhlak mulia. Tulus mengabdi kepada tugas yang diemban.” Nasehatnya kepada kami. 


“ Ale punya cita cita apa ? Tanya ayahnya


“ Saya tidak tahu pak. Keluarga kami miskin. Mau berharap beasiswa aku tidak pantar."


Setelah tamat SMP kami berpisah. Beda SMA. Tapi kadang dia datang main ke rumahku. Di kamarku, kami cerita tentang teman teman kami di sekolah. Dia sekolah Kristen dan aku sekolah negeri.


“ Ini radio rongsokan. Untuk apa, Ale.? Katanya melihat ada rongsokan radio tanpa casing di laci meja belajarku.


“ Itu bukan rongsokan. Itu radio aku buat sendiri.” 


“Eh dulu kan waktu SMP kita punya pelajaran prakarya elektronik. Aku tidak paham. Sepertinya kau pun tidak paham. Waktu praktek, kau hanya bisa buat bel. Kenapa sekarang kau bisa buat Radio “ Katanya.


“Aku hanya ciplak design di buku prakarya elektronik. Aku beli papan transistor dan transistor nya, termasuk speaker dan baterai. Kemudian aku susun transistornya dengan las timah. Jadilah radio. Sekedar menangkap saluran BBC london, lumayanlah “


“ Untuk apa BBC London “


“ Aku perlu belajar bahasa inggris dari radio. “ 


“ Mau keluar negeri kau ? 


“ Nanti kalau aku merantau ke Jakarta, aku bisa cari makan dari touris guide. Setidaknya skill ku bertambah. Bukan hanya skill masak, menjahit dan perbaiki jam. Dengan skill itu aku bisa bertahan hidup di rantau.” kataku. Dia tersenyum dan sepertinya dia tidak antusias mendengar alasanku. Dia justru minta aku mendengar mimpinya untuk jadi insinyur dan setelah itu kuliah di luar negeri.


“Mengapa kamu tidak bercita cita?


“Aku hanya ingin merantau. Setelah di rantau entah lah. Yang penting merantau saja.”


“ Aku mau masuk universitas di Jawa” katanya. 


Kelas 3 SMA kami sudah jarang bertemu. Pernah malam minggu dia jalan bersama Amoy cantik di depan aku dagang kaki lima di pojok pasar. Aku berusaha menegurnya, tapi dia melengos seperti tidak kenal. Aku maklum. Dia asik dengan pacarnya. 


Tamat SMA sebelum pergi merantau ke Jakarta, aku bertemu dengan Rahmat di kios photo copy. “ Aku mau ke Bandung, ale” katanya. “ Gimana dengan kau? tanyanya.


“ Aku ke Jakarta. “


“ Kuliah dimana ? 


Aku menggeleng.. “ Aku doakan saja semoga cita cita mu terkabulkan” kataku.


“ Terimakasih Ale. Niatku sekolah tinggi agar aku bisa jadi PNS dan bisa membantu orang miskin seperti kamu.”


“ Amin Ya Allah “ 


***


Tahun 87 aku dapat cerita dari teman SMP ku. Rahmat bekerja sebagai PNS setelah meraih gelar insinyur pertanian di Bogor. Tahun 87 aku sudah punya pabrik carrugated box.  Aku sudah mengikuti kursus singkat Akuntansi management. Karena aku perlu pengetahuan menganalisa laporan keuangan perusahaan. Aku juga kursus Management Usaha Baru agar aku mengerti bagaimana mengelola manufaktur. Ikut program pendidikan dan pelatihan ekspor yang difasilitasi pemerintah. Tahun 90 aku dapat cerita lagi, Rahmat dapat beasiswa ambil S2 dan Phd di AS. Aku senang. Karena cita citanya terkabul. 


Tahun 2002 aku dapat kabar , posisi rahmat sudah eselon di kementrian. Tahun 2004 aku hijrah bisnis ke China. Tahun 2006 pada satu acara seminar di Hong kong tentang Trade agriculture aku bertemu dengan Rahmat. Saat itu aku sedang mengembangkan bisnis Maklon.


“Ale ! Sapanya, tapi kesannya terkejut ketika melihatku hadir dalam seminar itu.” Ale kerja dimana ?


“ Aku engga kerja. Tapi dagang, Mat.” 


“ Alumni universitas apa ?


Aku menggeleng.


“ Kenapa ikut seminar ini ?


“ Ya inikan seminar tentang international trade bidang agriculture. Aku ingin tahu kuridor WTO. Ini penting untuk wawasan bisnis international ku.” Kataku.


“Ale apa ngerti materi seminar yang disampaikan? katanya dengan senyum satire.


Aku mengangguk. Tapi Rahmat tidak merindukan aku teman semasa remajanya. Dia cepat berlalu bergabung dengan teman temannya. Aku maklum. Walau sebenarnya aku merindukannya.


***

Tahun 2012.Bersama dengan mitra globalku dari China, AS dan Hong kong, aku sudah punya Holding international di Hong Kong. Di Indonesia aku juga punya holding bidang perkebunan, perikanan, manufaktur, Trading, Agro Industri. Saat itu unit bisnisku bidang pengolahan makanan kemasanku semakin sulit berkembang. Karena bahan baku gula dan garam yang semakin mahal. Kalau aku tidak cari akal, bisnisku terancam bangkrut akibat rente impor. Aku harus berusaha surival. Aku cukup punya pengalaman  berbisnis jatuh bangun akibat bisnis rente dari pesaingku.


“ Wi, cari orang yang sering diakses diam diam oleh pejabat. Ada tapi tiada. “ Kataku kepada asisten bisnisku.


“ Untuk apa ?


“ Gua mau ambil quota impor. Ini udah engga fair mainnya. Kalau kita ngalah, kita hanya jadi penonton bego. Pabrik makanan kita bisa tutup karena itu. “


“ Siap Bro. Paham gua”


Seminggu kemudian Awi ketemu aku. “ Ini orang nya yang kamu maksud itu” katanya memperlihat photo di gadget dia. “ Namanya Dewi. Dia punya stok cewek sekelas seleb. Bukan hanya sekedar goyang ditempat tidur tapi juga enak dianjak kencan. Ngomong pinter dan wawasan ok punya. Pelanggannya semua AAA rate punya” Kata Awi. AAA yang dimaksud adalah pejabat level tinggi.


Sebulan kemudian Dewi kena kasus dan diberitakan secara nasional. Kasus mucikari artis. “ Bro, dia udah gua bebaskan. Dia mau kerja untuk kita” Kata Awi.


“ OK, coba test. Gua mau lihat pejabat ini makan malam di Singapore dengan anak  buah dia. Kalau benar dia bisa atur, ya udah. Kita lanjut pekerjakan dia” Kataku sebutkan nama pejabat yang aku maksud.


“ Siap Bro.”


Benarlah. Satu waktu aku dan Awi ke Singapore. Kami makan di marina bay. Sesuai jadwal yang ditentukan. Aku lihat dari table lain. Anak buah Dewi masuk bersama pejabat yang aku maksud.


“ Top punya anak buah dia Wi. Ok kita perkerjakan dia. “ Kataku “ Jangan lupa training Dewi bagaimana berbisnis dengan benar dan formal. Pastikan kita tidak terhubung secara legal dengan dia. Jangan pernah sebut nama saya, apalagi kenalkan dengan saya“ Lanjutku.


“ Siap Bro, Kata Awi.


Selanjutnya Dewi di create oleh Awi jadi business lady yang terhormat. Termasuk siapa saja yang harus di lobinya untuk melancarkan bisnis kami. Menentukan anggaran lobi. Para anak buahnya tidak lagi jadi komoditi tapi jadi PR high class. Awi jadi malaikat mereka. Kerjaannya mengurus quota impor komoditi. Ya dapat remah remah aja. Bisnis Quota kelas capung aja. Tapi lumayan untuk mempertahankan pabrik makananku tidak nyunsep karena kartel impor.


***

Januari 2023, aku tidak lagi bergitu aktif dalam management perusahaan. Semua unit business dikelola oleh profesional. Awi datang kepadaku. “ Ale, ini ada pensiunan pejabat. Dia cocok jadi Komut untuk perusahaan Dewi. Dia bisa jadi mentor dan sekaligus memperlancar kerjaan Dewi. “ Kata Awi. Tapi karena aku sibuk, aku diamkan saja. Sebulan kemudian, aku minta Awi atur aku bertemu dengan calon komut. Pertemuan di apartement khususku menerima orang yang terkait dengan business informalku.


Ketika pintu apartement terkuak, pria yang tidak asing melangkah mendekatiku yang menanti di sofa ruang tengah. “ Rahmat ! Kataku terkejut. 


“ Ale..” 


Rambutnya sudah memutih sebagian. Dia memelukku. Kemudian dia merasa kikuk.  Dia lama menatapku  “ Ale, benar ini Ale yang aku kenal ? 


Aku mengangguk.  Dia rangkul aku lagi. 


“ Aku pensiun tahun kemarin. Posisi terakhirku sebagai pejabat membidangi bantuan international  berkaitan dengan FAO..” Katanya. “ Boleh tanya. Apa hubungan Ale dengan perusahaan Ibu Dewi?


“ Engga ada hubungan. Itu perusahaan pemegang saham pengendali adalah Pak Awi ini.” kataku menunjuk Awi yang duduk di depanku. “ Kebetulan kantor tempatku kerja diminta sebagai konsultan rekrutment. " 


Rahmat mengangguk." Aku dapat informasi dari Bu Dewi, bisnis PT dia  kan bidang impor pangan. Gula dan Garam ya ? Kata Rahmat.

Aku menganguk.


“ Bisa jelaskan keuntungan bisnis itu ? Kata Rahmat. Aku mempersilahkan Awi untuk jelaskan.


“ Hitung aja  cost struktur impor. Harga gula mentah di pasar New York pada 31 desember 2022 tercatat sebesar US¢20,89  per pound atau US$420 per ton.  Ditambah dengan ongkos transport, asuransi, dan pengolahan senilai US$200 per ton,  maka harga di pabrik gula rafinasi menjadi US$629 per ton. Dengan kurs tengah BI 32 januari Rp. 15.000. Maka harga pokok siap jual Rp. 9.435. Ada disparitas yang sangat lebar antara harga luar negeri dan lokal. Sekitar Rp 2000. Inilah untungnya. Hitung aja berapa uang didapat kalau dapat quota 100.000 ton saja. “ kata Awi.


“ Kalau garam impor ?


“ Hitung aja. Harga impor sampai di pelabuhan Rp 1300/kg. Harga Distributor tebus garam  Rp 3000/ kg. Minimal Quota ya 60.000 ton untuk satu shipment. Itu untung Rp 1700/kg, itu kan Rp 100 miliar per kapal. “ kata Awi. Rahmat diam tanpa reaksi. 


“ Gula impor setahun hampir 4 juta ton. Dan garam sekitar 2 juta ton setahun. Yang saya tahu total impor garam mencapai lebih 2 juta ton setahun” Kata Rahmat. Aku mengangguk. Karena jelas Rahmat sangat paham bisnis dan kebijakan pemerintah soal impor. Rahmat lama terdiam, seakan berpikir. 


“ Ale,” Seru rahmat”  dari sejak aku jadi PNS, aku tidak suka dengan pengusaha pemburu rente. Karena mereka merugikan petani. Melemahkan daya saing. Aku ingin berbakti dengan pengetahuanku untuk bangsa dan negara. Aku ingin menjadikan petani sebagai profesi yang bergensi di republik ini.Tapi sejak era Soeharto sampai kini, tidak ada perubahan. Bahkan kini pengusaha sudah bisa dikte menteri. Seenaknya perintah Dirjen. Mungkin karena aku selalu berseberangan dengan kebijakan pemerintah, jabatanku mentok sebagai pejabat fungsional saja. Sampai pensiun.” Katanya.


“ Jadi…” Kataku.


“ Selama di PNS idealisme ku tidak tersalurkan. Kalau aku mau menerima posisi Komut. Itu karena aku bukan lagi PNS. Kini aku jadi orang swasta. Tidak ada salahnya aku mendapatkan uang tanpa idealisme. Aku butuh biaya. Dua anakku semua masih kuliah. Aku menikah telat Ale.“ Kata Rahmat. 


Aku tersenyum dan mengangguk. 


Usai meeting, Aku bisikan Awi untuk pulang sendiri. Sementara aku keluar dari apartemen bersama Rahmat. “ Kau bawa kendaraan Ale.?

“ Aku engga punya kendaraan Mat’

“ Kalau begitu aku turunkan kau dimana ?

“ Arah kau kemana ?

“ Ke Depok.”

“ Ya udah turunkan aku di Pancoran. Nanti dari sana aku naik taksi. “ kataku.


Dalam kendaraan rahmat cerita tentang pengalamannya ambil S2 dan S3 di AS. Lingkungan pergulannya dengan teman temannya di kementerian yang sama sama dapat program beasiswa ke luar negeri. Aku menyimak saja. Dalam hati aku berkata. Pada akhirnya Rahmat harus berdamai dengan kenyataan. Dia memang pintar tapi tidak cukup cerdas. Mungkin banyak PNS dan pejabat yang merasa idealis namun tanpa disadari mereka terjebak dalam intrik bisnis yang berkompetisi menguasai sumber daya negeri ini. Banyak  regulasi dan tata niaga lahir dari ruang legislatif atas pesanan pengusaha, di create oleh mereka yang terpelajar atas beasiswa negara.  Sehingga peran orang seperti Rahmat hanya jadi boneka sistem yang berpihak kepada mereka yang menguasai 2/3 sumber daya nasional.


Di usia senja Rahmat harus focus kepada masa depan anak dan keluarganya. Mungkin idealisme seperti itulah kemampuannya. Walau dia bangga dengan pencapaian dan niat besarnya, namun dia tak lebih pecundang di hadapan politik kapitalisme. Sementara aku yang tidak terpelajar berusaha menjadi bapak bagi ribuan karyawanku. Walau karena itu aku berada diantara hitam dan putih.  Hidup dalam posisi volatile. Seperti orang menari dan menyanyi diatas panggung. Tanpa tepukan, tanpa kebanggaan. Soal masa depan negeri ini, itu urusan Tuhanku. Merahasiakan pencapaianku jauh lebih baik agar Rahmat tidak terintimidasi dengan nasibnya..

8 comments:

Anonymous said...

Jadi apa yg salah cuma sistem ny?

Anonymous said...

Jadi teringet 97an...

Anonymous said...

Tanpa tepukan dan sorotan lampu...#welldone

Anonymous said...

Apakah akhirnya rahmat tau, babo adalah bos

Anonymous said...

Cerita yang menarik

Anonymous said...

Orang2 yg mencoba mempertahankan idealisme akan menjadi machluk aneh dalam sistem yg rusak

Anonymous said...

Survival

Anonymous said...

Freewill

Mengapa Hijrah ke China.

  Sore itu saya makan malam dengan Florence dan Yuni. Kebetulan Yuni ada business trip dari Hong Kong ke Jakarta. Yuni kini CFO Yuan Holding...