Wednesday, November 16, 2022

Jalan terjal untuk Anies.

 




Sesuai janji dengan Ira aku harus menemuinya di Cafe bilangan Sudirman jam 4 sore. ‘ Aku mau ketemu bukan minta di traktir makan dan minum gratis. Tapi ada informasi yang mungkin perlu untuk bisnis kamu” Katanya via short message. Aku senyum aja. Kalau aku selalu traktir dia  di cafe bukan berarti aku menggoda dan memanjakannya. Tetapi aku suka menjadi sahabatnya. Usia kami sama. Walau kami berlatar belakang pendidikan berbeda dan profesi berbeda. Namun Ira tidak merasa rendah berteman denganku yang hanya tamatan SMA. Dia juga tidak risih kala tahu aku  pembisnis yang tidak punya standar moral seperti dia mau. Dari itu kami bersahabat lebih dari 20 tahun.


Ira pernah jadi anggota DPR era Soeharto. Mungkin termasuk anggota termuda. Pernah aku menantinya di tempat parkir belakang Gedung Senayan. Dia melangkah cepat kearah keadaraanku dan membuka pintu belakang dengan cepat. Tanpa malu dia buka jas partainya dan ganti baju di depanku. Kulitnya mulus dan payudaranya padat. Aku tersenyum “ kenapa ? kamu horny ? katanya dengan tersenyum


“ Ya engga. Aku hanya bayangin. Ada anggota Dewan habis rapat datang ke dalam kendaraanku, buka baju setengah bugil.”


“ Eh jelek.” katanya memukul bahuku. “ Aku ogah pakai jaket ini dekat dengan kamu. Gatel rasanya. Udah ah cepat panggil supir kamu. Kita cabut aja. Cari makan enak di Ancol.” katanya langsung mesra.


Belakangan aku dapat kabar darinya bahwa ada pria yang melamarnya. Aku dan istri datang di pesta perkawinannya. Setahun menikah, Ira hamil. Putranya lahir tepat sehari kejatuhan Soeharto. Setahun setelah itu atau tepatnya tahun 1999, Ira ikut suaminya pindah ke AS. Karena suaminya memang ekpatriat TNC bidang oil and gas. Aku dapat kabar, Ira sempat ambil PHD di harvard. Tiga tahun ira kembali ke Jakarta bersama putranya. Rumah tangganya kandas. Aku tidak bertanya lebih jauh. Yang jelas, setelah itu Ira tidak pernah menikah lagi.


Saat aku masuk cafe, Ira sudah ada di table. Aku menghampirinya dengan tersenyum. “ Kok telat ? katanya menyambutku denga kening berkerut.


“ Aku sholat ashar dulu” kataku duduk di sampingnya.


“ Ini kamu baca. “Katanya menyerahkan notepad nya kepadaku. AKu tahu Ira tidak mau email karena mungkin file ini rahasia. Aku baca file itu dengan seksama. Sempat mengerutkan kening.


“ Fenomena Anies ini tidak akan terjadi kalau tidak ada keterlibatan asing. Ini berkaitan dengan perang asimetris. Di sosial media sangat terasa sekali. Peran IDFC dalam proses suksesi kepemimpinan di Indonesia sangat significant? katanya.


“ Ah IDFC itu berbeda dengan OPIC. Dulu AS punya USAID, OPIC yang memang suka intervensi politik secara tidak langsung lewat program pembinaan kepada ormas dan LSM dalam rangka membangun demokratisasi. Mereka terlibat membiayai RUU yang pro demokrasi dan neoliberal. 


Tetapi sejak era Obama, USAID dan OPIC sudah dimerger kedalam IDFC. Nah tentu paradigma AS terhadap program internationalisasi dan demokratisasi juga berubah. Mereka menggunakan soft power, lewat kebijakan tarif  perdagangan dan financial kepada negara yang jadi targetnya. Itu memang efektif tetapi tidak bagi China. Justru kebijakan soft power AS jadi bumerang. Perang dagang membuat fundamental ekonomi AS goyah. Akhirnya Eropa yang juga sahabat karibnya ikut goyah.


Di tengah ekonomi yang terbuka seperti sekarang ini, sulit bagi negara super power jadi polisi dunia. Apalagi mencampuri urusan politik dalam negeri negara yang berdaulat. Mungkin lewat media massa, mereka masih bisa kendalikan bandul politik tetapi tidak juga efektif. Karena kekuatan sosial media sangat mudah menjadikan berita media mainstream itu bias. “ Kata saya mencoba menepis dokumen dari Ira yang menyebutkan adanya dukungan modal dari luar khususnya AS. Ini sudah termasuk perang asimetris, dengan tujuan menampilkan calonnya ke panggung politik..


“ Jadi menurut kamu analisa geopolitik ini tidak masuk akal? Kata Ira merujuk file yang dia punya.


“ Secara akademis bisa saja masuk akal. Tetapi dalam sistem demokrasi yang serba terbuka, proses politik tidak kaku. Tidak berada di ruang hampa. Politik jadi sangat dinamis dan cair. Tidak ada yang pasti. Semua bisa berubah kapan saja.”


“ Tapi Ale, kamu harus tahu. Pengaruh Anies bukan sekedar gerakan politik biasa. Ini sudah melahirkan satu gerakan perubahan. Gerakan dari mereka yang bosan dengan oligarki politik, yang hanya membesarkan oligarki bisnis. Apalagi IKN itu simbol dari oligarki bagi mereka. Narasi politik soal ketidak adilan itu sebenarnya absurd. Tetapi ketika dia bersanding dengan gerakan agama yang merasa diperlakukan tidak adil oleh penguasa, maka itu sudah jadi gerakan apocalipso. Itu bahaya kalau tidak  segera diantisipasi secara politik. “ kata Ira.


Aku menyimak. 


“ Harus segera diantisipasi gerakan ini sebelum mencapai tahun Pemilu. “ Kata Ira serius.


“ Caranya ?


“ Ya tidak bisa dengan kekerasan atau represif yang direkayasa seperti kasus KM50. Anies tidak bisa dibendung. Membendung Anies dengan rekayasa politik dan hukum justru sama saja melemparkan bensin ke  tengah api kecil. TNI dan POLRi tidak akan all out terlibat memproteksi kalau itu murni gerakan politik. Apalagi pencapresan Anies itu legal. Walau tidak cukup suara presidential threshold,  namun hak Nasdem mencalonkan Anies itu dilindungi UU. Surya Paloh cerdas dan dia dididik oleh Golkar. Sangat paham bermain, terutama soal perang asimetris. Network nya luas sekali. Maklum dia berbisnis oil and gas yang berafiliasi dengan TNC AS . “ 


“ Jadi ..” Semakin menarik perpektif Ira.


“ Ya harus ada upaya produksi dialogh antara sesama elite. Untuk menemukan akar masalah secara akal sehat. Tentu mereka harus kepala dingin. Utamakan semangat persatuan nasional. Apalagi tahun depan resesi global akan melanda. Tentu tidak elok bila keadaan politik tidak stabil. “ Kata ira. 


Entahlah. Sulit bagiku yang hanya tamatan SMA memahami kata kata Ira. 


“ Jadi..” lanjut Ira. “ Membenturkan pendukung Ganjar dan Anies itu adalah bagian dari perang asimetris. Itulah perang proxy, lewat sosial media, data survey, pengamat, influencer. PDIP sangat bijak dan paham soal perang asimetris ini. Makanya PDIP tidak mau terjebak buru buru mencalonkan Capres. PDIP lebih focus mengawal Jokowi sampai usai jabatannya. Kalau indikator ekonomi semua sehat sampai akhir kekuasaan Jokowi, atau setidaknya bisa melewati tahun 2023 dengan salamat. PDIP punya posisi tawar soal penetuan  capres pada tahun 2024 nanti. Siapapun calon yang tampil pastilah tujuannya rekonsiliasi nasional” Simpul Ira. Saya mengangguk setuju. 


“ Mengapa kamu ragu bahwa kita akan baik baik saja tahun depan? tanyaku.

“ Ale, kekuatan dollar kita didukung oleh The Fed lewat Repo Line., Kalau AS mau bikin repot kita, tidak sulit mereka jatuhkan kurs rupiah seperti tahun 1998. Kamu pahamlah. Jadi dengar ya. Harus segera diantisipasti gerakan Anies itu lewat kompromi politik damai dan sesuai dengan konstitusi. Itu aja” Kata Ira. 


Pandangan saya tertuju kepada table arah jam 3.  Ada wanita melambaikan tangan ke arah saya. Saya tersenyum. Dia mendekati table saya. " B, apa kabar. Tadi saya ragu mau tegur. Ternyata dugaan saya tepat. " katanya. 


" ira kenalkan " Kata saya kenalkan wanita itu. " Ini Caroline,   teman lama saya. Dia  berkeja di lembaga multilateral di bawah PBB.  Terakhir posnya  di KL. "

 ira menyalami hangat Caroline


" Sejak kapan pindah ke pos Jakarta." Tanya saya. 


" Tiga bulan lalu. Sebelumnya saya kembai ke pos saya di New York. Setelah itu dikirim bertugas ke Jakarta. " Katanya. 


" Oh i see "


" Eh kamu masih di UNF ? Terakhir kamu direktur untuk Asia kan. " Tanya Caroline. Saya lirik Ira sempat terkejut ketika mendengar pertanyaan itu.


" Udah lama engga. Tahun 2013 terakhir. Sekarang focus bisnis saja."


" Ok Lanjut ya. Saya pamit dulu. Sehat selalu ya B." Kata Caroline pergi ke table nya.


Ira melihat saya dengan wajah terpesona. 


"Ale siapa kamu sebenarnya? Apa ada lagi rahasia tentang kamu yang tidak saya ketahui? tanya.


" Saya bukan siapa siapa, Ira. Saya hanya pedagang." kata saya mengarahkan pandangan ketempat lain. " Mengapa ada pria yang pernah meniduri saya tetapi tetap saja misteri bagi saya. " katanya merengut. Dan tak lama dia pergi tampa pamit. Duh salah lagi. Ya udah. Biarkan Ira dengan dirinya. Nanti dia pasti akan kembali kepada saya. Kami sudah menua. 

No comments:

Kekuasaan ala Machiavelli

Kami duduk berhadap-hadapan di ruangan sebelum boarding pesawat. Sepertinya aku kenal. Ya pasti kenal. Betapa tidak. Diam diam aku suka dia....