Minggu lalu, Risa berkunjung ke Jakarta. Dia minta jalan jalan. Berdua saja dengan saya. “ syaratnya kita lepaskan semua protokol standar hidup kita. Kita membaur dengan msyarakat tanpa palladium di dompet. Mau? Kata saya.”
“ Siapa takut. Ok “ Katanya. Kami bersahabat sejak tahun 1984. Sejak dia masih dagang kaset di Glodok dan kini dia CEO investment Holding Company di China.
“ Bagaimana dengan masa depan ekonomi Indonesia ? Kata Risa waktu di dalam kendaraan.
" Kamu tahu. Dulu ketika ada revolusi industri. Ditemukan mesin uap dan terus berkembang dalam berbagai jenis mesin penggerak. Industri tumbuh. Mengubah tanah jadi tembikar. Mengubah minyak bumi jadi plastik. Dengan ditemukannya plastik terjadi perubahan besar di semua industri. Begitu juga lainnya. Nah dengan terjadinya perubahan itu, ada barang yang dihasilkan, lapangan kerja tercipta, efisiensi dan efektifitas berproduksi terbangun. Peradaban bergerak maju. Kemakmuran Eropa dan AS, karana itu.
Tapi tahun 90an muncul bisnis dotcom. Orang tidak lagi berinovasi produksi tetapi focus kepada value ilusi. Dampaknya kemana mana. Apalagi sumber dana dari bursa. Akibatnya terjadi bubble value ilusi harga saham. Dan apa yang didapat kemudian? Kebangkrutan bursa. Itu terjadi berulang kali. Merontokkan sepertiga pertumbuhan ekonomi AS yang didapat dari puluhan tahun kerja dalam inovasi tekhnologi produksi. Yang justru mendapatkan manfaat adalah China, India, Rusia yang menyerap Tekhnlogi untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Mereka tidak ikutan terjebak bisnis ilusi tetapi focus kepada produksi,
Yang saya sedihkan di Indonesia. Banyak kini kaum milenial terpelajar terperangkap dalam bisnis ilusi. Mereka bangga dengan digitalisasi. Padahal mereka adalah sumber daya terbatas yang negara punya. Ini kerugian besar bagi negara. Sementara sumber daya alam kita dikuasai asing dengan menyisakan kerusakan lingkungan. Dan kita tetap jadi konsumen produk luar negeri. 90% bahan baku pharmasi kita masih impor. Padahal kita punya bahan baku kapsul high grade.
Masalahnya kita selalu melihat keluar, tidak pernah melihat ke dalam. Akibatnya kita kehilangan nilai nilai lama. Apa itu? Gotong royong dan hidup sederhana. Bagi kita, budaya barat dan AS yang gila hedonis kita puja. Coba aja lihat Channel Youtube, like subcriber kehidupana glamour pasti jutaan jumlahnya. Entahlah. Kalau bicara masa depan indonesia dan kegemaran orang Indonesia baca berita sampah, saya tidak melihat ada visi besar dari pemimpin untuk menjadikan Indonesia bangsar besar. Apalagi tingkat literasi kita nomor 4 urutan terakhir dunia “ kata saya.
Kami pergi ke daerah Roxy, makan soto Betawi. Saat menanti menu datang. Ada anak kecil menjajakan tissue. Saya membeli tissue itu. Uang Rp. 50 ribu tidak saya minta kembalian. Anak itu tersenyum seraya mengucapkan terimakasih.
Tak berapa lama, datang pengamen. Suaranya merdu. Saya lirik sekilas. Pria pengamen itu usianya mungkin diatas 30 tahun. Tidak ada yang memberinya uang tip. Tetapi saya panggil juga. Saya beri uang Rp. 50 ribu. Tak lupa dia mengucapkan terimakasih. Usai makan soto, kami kembali ke hotel. Sebelum masuk kendaraan saya memberikan tip kepada tukang parkir. Usianya mungkin tidak lebih 40 tahun. Dia berterimakasih. Selama itu saya tidak pernah bicara apapun dengan Risa. Namun saya tahu dia perhatikan semua sikap saya.
“ Ale, saat sekarang sisi pasokan dan permintaan sudah tidak seimbang dan semakin diperburuk dengan gangguan rantai pasok akibat ketegangan geopolitik. Situasi ini memicu gangguan di sisi komoditas, energi, dan pangan dan berujung pada peningkatan inflasi dan pada akhirnya mengancam struktur bangunan ekonomi dunia” Kata Risa.
“ Menurut kamu apa penyebabnya ? kata saya tersenyum.
“ Ya karena pandemi dan kemudian terjadi perang Rusia -Ukrania.” Kata Risa.
“ Menurut saya, apa yang terjadi sekarang bukanlah mendadak, Bukan hanya karena pendemi dan perang. Tetapi sudah berproses sejak awal rezim kapitalisme diperkenalkan. Dampak buruk dari kapitalisme adalah imbalance economy. Itu dibiarkan terus terjadi. Karena rakus itu memang membuat orang lupa diri. Korporat dan negara terus menarik hutang dari pasar. Mereka dengan rakus mengexploitasi SDA dan SDM. Sehingga terjadi kelebihan kapasitas dimana mana.
Keadaan ini mencapai puncaknya pada tahun 2008. Ditandai dengan subprime mortgage crisis yang mengguncang Ekonomi AS dan berimbas ke seluruh dunia. Tapi itu semua disikapi dengan senyum oleh China, India dan Rusia. “
“ Ya mengapa China, Rusia dan India selalu keluar lebih dulu dari setiap krisis terjadi di dunia dan biasanya setelah krisis mereka semakin kencang berlari. Mengapa ?
“ Perhatikan, selama 300 tahun Perancis memimpin perubahan peradaban. Abad 18 lahir revolusi di Perancis. Pada abad 19 Perancis redup. Karena terjadi revolusi industri di inggris. Saat itu kapitalisme diperkenalkan. Kemudian Inggris memimpin perubahan peradaban. Abad 20, Perang dunia terjadi dan AS menguasai dunia. Inggris disalip AS. Tapi tahukah kamu?. Sejak kapitalisme diperkenalkan berkali kali terjadi krisis. Itu semakin mengurangi vitalitas ekonomi. Masuk abad 21, China, Rusia dan India mulai bergerak dengan paradigma sendiri. Lepas dari Barat dan AS. “Kata saya.
“ Ya. Hal ini tidak disadari oleh Eropa dan AS. Malah, dicibirkan oleh AS, Eropa? apa pasal? Tanya Risa.
" Karena China, Rusia dan India menolak standar AS dan Eropa dalam membangun demokrasi, ekonomi dan sains. AS dan Barat tidak pernah percaya bahwa China, Rusia, India akan mampu mengatasi masalah sosial dan politik, apalagi dengan jumlah penduduk besar. Cara mereka berpikir sangat terbelakang. Budaya mereka tidak bisa beradabtasi dengan masyakat modern. Tidak punya standar ilmiah. Itu pendapat Barat dan AS.
Namun berlalunya waktu, Barat dan AS tidak habis pikir. Bagaimana bangsa yang tidak pernah bisa bersih toiletnya, sulit diatur antri, tidak menghargai HAM dan demokrasi. Tidak menghargai akreditas akademis. Ternyata tiba tiba bangkit. Mengejutkan mereka. IBM korporat kebanggaan AS diakuisisi oleh Lenovo China. Bank of America Asia diakuisisi oleh China Contruction Bank. Kemudian, China sudah pemegang saham pengendali HSBC bank kebanggaran Inggris.
Bagaimana mungkin USSR yang tahun 1991 dimana idiologi komunis bangkrut, ternyata kini telah menjadi negara industri hulu yang tangguh dan industri jasa yang berkembang pesat. Rusia telah menjadi pengendali harga baja , gandum dunia, menguasai tekhnologi explorasi Gas dan Minyak. Mengalahkan AS dan Eropa dalam hal riset alat tempur canggih. Berkali kali krisis tetapi selalu cepat recovery, Itu karena sektor agronya sangat kuat dan lentur.
Bagaimana mungkin India, negara yang hidup bergantung kepada agriculture, kini telah menjelma menjadi negara jasa. Telah menggeser AS dan Eropa dalam hal kemampuan menjadi supply chain global dibidang industri digital. Tingkat penyerapan angkata kerja yang lebih besar dibanding revolusi industri inggris, negara yang pernah menjajahnya. Riset inovasi yang bersaing dengan AS, dan unggul dalam design teknologi Digitai.” Kata saya.
“ Mengapa ? Tanya risa.
“ Yang patut kamu perhatikan dari kebangkitan China, India , Rusia adalah karena mereka tidak percaya dengan standar AS dan Eropa. Memang mereka belajar banyak dari Eropa dan AS tetapi mereka terapkan dengan standar mereka sendiri. Dan itu terbukti lebih baik. Ketika AS dan Eropa menerapkan standar pendidikan nasional. India, China dan Rusia memberikan indepedensi sekolah dan kampus menentukan standar sendiri sendiri. Ketika AS dan Eropa menerapkan standar kesehatan nasional. India, China dan Rusia punya standar sendiri yang lebih utamakan kearifan lokal.
Hebatnya, Baik China, India, Rusia, semakin maju ekonominya semakin mereka membangkitkan budaya lokal dan meninggalkan standar Eropa dan AS. Kebebasan sosial media dikendalikan lewat tekhnologi yang mereka kuasai. Walau rakyat memiliki kebebasan, tetapi tekhnologi membatasi mereka, dan harus patuh kepada standar moral lokal. Pasar domestik untuk consumer goods mereka semakin kokoh. Karena produksi dalam negeri. Beda dengan AS dan Eropa yang tergantung impor.
Pemerataan ekonomi bukan seperti AS dan Eropa yang lewat bursa sistem spread ownership, tetapi lewat dukungan UMKM yang luas, memastikan peluang bagi semua. Konglomerasi dikendalikan negara untuk kemakmuran dan keadilan sosial bagi semua. Mata uang dikendalikan dengan kontrol ketat cross border transfer kecuali dengan underlying. Bagi mereka uang bukan segala galanya, tetapi uang yang mengutamakan produksi dan berbagi dalam bentuk kolaborasi dan sinergi. “ Kata saya.
“ 38 tahun lalu saya kenal kamu, saya masih gadis culun dan hidup dari kaki lima. Berusaha dapatkan ijazah SMA lewat sekolah malam. Dan kini saya sudah CEO Perusahaan MNC di China. Kamu tidak berubah. Penuh percaya diri dan bersemangat. Tidak ada kesan inferior di hadapan siapapun. Walau kamu hidup dengan standar berbeda. Tetapi kamu menjadi sahabat bagi semua temanmu dari China, Rusia, India, Eropa dan tentunya AS. Memang ngangenin. Penuh cinta dan respect. " Kata Risa senyum penuh arti.
“ Philosofi hidup saya adalah kesederhanaan, termasuk dalam bersikap dan beragama. Karena Tuhan sendiri berkata, yang terbaik diantara kamu adalah mereka yang paling ikhlas. Lantas apakah ada yang lebih ikhlas dari orang yang sederhana. “ Kata saya.
Risa terdiam lama. Dan akhirnya tersenyum. " Tadi saya lihat Ale membeli tissue kepada anak kecil. Ale memberi tip kepada pengamen dan memberi tip kepada tukang parkir. Mereka orang kecil yang struggle untuk survival. Sama saja dengan pengusaha dan pejabat. Hanya bedanya mereka tidak punya value added. Itu hanya karena mereka tidak punya modal dan kekuasaan tidak berpihak kepada mereka. Kalau kita tidak bisa membantu mereka setidaknya beri mereka peluang untuk berkembang. Walau hanya membeli diatas harga. Setidaknya Ale sudah memberikan hope kepada mereka. Suatu perpaduan, kapitalis dan sosialis yang anggun. Atau tepatnya socialis demokrat. ya kan Ale"
2 comments:
.(~_~).
Alhamdulillah .
Terima kasih atas hikmah tulisan elok pak Erizeli Jely Bandaro .
Salam Bahagia .
☆
Sosialis demokrat ?
Post a Comment