Wednesday, May 04, 2022

Meraih kebebasan.

 




Waktu bisnis trip di Nanning, China tahun 2013 , saya menginap di Nanning Mariot Hotel. Minggu malam saya keluar dari kamar. Menuju WuBu HuaYuan Restaurant. Restoran nya sangat antik. Terkesan nuansa pedesaan tanpa kehilangan kesan modernnya. walau westafel terbuat dari batu alam. Apalagi ada kolam kecil dengan dua Guci tembikar. Terasa menyatu dengan alam pedesaan.


Saya bebas merokok di sini. “ Anda pesan untuk satu orang table ya? Kata pelayan dalam bahasa mandarin. Saya mengangguk. Semua teman sibuk dengan acaranya sendiri sendiri. Wenny tadi siang mengabarkan tidak bisa datang. Apapun alasannya. Tidak penting. Dia punyak privasi sendiri. Apalagi dia bukan pacar saya. Dia sahabat saya. Tentu saya harus maklumi. James baru pesok pagi datang dari Guangzhou dengan Bullet train.


Depan table saya arah nyamping. Ada wanita duduk sendirian. Dia tidak sibuk dengan hape. Hanya diam mematung. Entah apa yang dia pikirkan. Berkali kali waitress datang menanyakan menu, dia tolak. Hanya pesan teh. Mungkin usianya 28 tahun atau setidaknya belum tiga puluh. Cantik. Dari pakaianya keliatan wanita berkelas. Entah mengapa ketika saya menatap arah tempat duduknya, dia menoleh kesamping. Mata kami bersetatap. Dia tersenyum. Ya saya senyum juga.


Dalam 30 menit, sepertinya berkali adu pandang. Sama sama tersenyum. Kadang dia duluan, kadang saya. Ah takut apa. Datangi aja tanble nya. Daripada bengong sendirian di kota yang asing ini. Saya berdiri dan melangkah mendekatinya “ Anda sendirian” kata saya dalam bahasa inggris.


“ Ya. “ katanya. Ah bisa bahasa inggris. Keren. Mimpi apa tadi malam. Sekarang dapat kenalan cewek yang bisa bahasa inggris. Engga mudah kenalan dengan wanita yang bisa bahasa inggris di China apalagi di Nanning.


' Where are you from?


" Indonesia, and you?


"  Jilin. "


" What is your job ?


" Flight attendant, and you?


"I'm a businessman,” Kata saya singkat. Sayapun tahu diri. Tidak akan tanya namanya. Cukup sampai disitu saja. Ini negeri orang. Salah salah ini bini orang. Panjang urusannya.


“ What's with being alone all that time ? tanyanya dengan tersenyum. 


“ "Same question. Why are you alone?T anya saya balik


“ "I had an appointment with a friend. But for some reason he didn't come. Phone off."


“ Male ? tanya saya.


“ Ya.”


Saya tetap berdiri. “ Why don't you move to my table. Let's just join my table. Or should I join your table? .” Katanya. Thanks god. Dapat tawaran. Lumer dah nih cewek.


“ Sebaiknya di table saya saja” kata saya. Dia mengangguk. Waitress membawa minumannya ke table saya.

.

“ Gimana kalau kita pesan Wine? dan makan malam?” Kata saya Saya menawarkan diri.


“Wine saja. Saya sudah makan.” Katanya tersenyum. Saya segera pesan Yellow wine seharga 6000 yuan. 


“ Saya pernah pacaran dengan teman kuliah saya.” Katanya setelah menenggak seloki Wine. Saya siap mendengar. “ Dia ganteng. Pintar. Sangat romantis. Setia. Tetapi lemah kemauan. Mudah mengeluh. Apa saja dia keluhkan. Seperti dia paling benar dan hebat. Dia cukup puas bekerja sebagai Akunting di perusahaan logistik. Masalahnya, uang jelas tidak seberapa yang dia hasilkan. Sex ? sangat buruk. Lantas apa yang saya harapkan dari dia. “


“Bukankah kamu mencintai dia ?Kata saya ingin tahu.


“ Benar saya mencintai dia. Itu saya rasakan pada pandangan pertama. Saya selalu merindukan dia. Tetapi apakah hidup yang hanya sekali ini kita harus menderita dengan penghasilan sekedarnya dan kehidupan sex yang buruk? Saya rasa tidak. “ Lanjutnya.


“ Sekarang kamu terdengar realisitis. “ Kata saya tersenyum. “ realita itu sangat baik kalau dari sudut ego kita. Tetapi kalau tidak sesuai dengan ego kita, yang terdengar hanya keluhan “ Why me”. Manusia kadang membingungkan. “ Kata saya.


“ Bisa jelaskan tentang pria ? Katanya. Saya tersenyum. Gimana jawabnya ya. Tapi okelah saya jelaskan.


“ Mengapa tanyakan itu ?


“ Saya capek pacaran, selalu gagal. Umumnya pria selalu sex tujuannya, biasanya setelah dia dapatkan apa yang dia mau, kita sudah diacuhkan. Sudah hambar hubungan. Sedikit saja masalah bisa cepat jadi besar dan akhirnya bubar”


“ In the primitive male brain, women are accessories. That's why in the ancient times, many wars were fought by men. The main target was to grab women from the losing side. In modern life now. Men are working day and night, often not afraid to face many obstacles, for the same reason. Their goal to succeed is to be respected by women. You don't believe it? Men who have been disregarded by women, will not be long in coming diseases and finally die miserably.


“ So…?


“ Kamu harus cerdas. Be realistis. Harus melihat pria dari sisi akal primitif nya itu. Percayalah. Tidak ada pria ideal seperti kamu mau. Yang ada tak ubahnya dengan monyet. Tak mungkin kamu kuasai dan miliki. Sehebat apapun kamu bersikap menguasai dia, dia lebih hebat meloloskan diri. Mudah saja itu. “ Kata saya tersenyum. Dia terdiam.


“ Apa yang harus saya lakukan ? katanya. Nah kena dech provokasi saya.


“ Kalau kamu inginkan punya suami atau pacar pria sejati, maka jangan rampas kebebasannya. Beri dia kebebasan.


“ Caranya ?


“ Ya bebaskan diri kamu dari rasa memiliki dia. Itu akan membuat dia nyaman. Karena merasa punya ruang menjadi dirinya sendiri dan selalu merasa dihormati. Yakinlah, sekali dia merasa nyaman, dia sudah ada dalam genggaman kamu. Dia akan selalu kembali kepada kamu. Kamu mau marah, bawel, atau tidak suka dandan, doyan duit, dia engga peduli. Dia akan terima itu. Itulah cara dia memanjakan kamu. Akan menjadi sahabatmu sepanjang usia. “ Kata saya. Dia terpukau.


“ Oh itu artinya dia tidak pernah mencintai saya. Dia hanya mencintai dirinya sendiri “Kata wanita itu.


“ Lantas apa bedanya dengan wanita yang ingin kuasai pria? Kan sama saja. Rasa ingin menguasai dan memiliki itu adalah tak lain sikap mencintai diri sendiri juga. ”


“ Tapi kalau begitu, apakah saya juga bisa bebas seperti pria? Sergahnya.


“ Itu hak kamu. Tetapi sekali kamu merasa bebas, dia akan lepas. Setelah dia lepas, kamu akan jadi pecundang dan dia semakin tinggi terbang. Mengapa ? bagi pria, wanita itu liabilities, bukan aset. Dengan siapapun kamu bertemu pria, sama saja. “Kata saya.


“ Bagaimana dengan sex ? Tarnyanya. Duh repot nih cewek. Gua harus jawab apa ?


“ Pria yang tahu harga dirinya di hadapan wanita, dia jaga staminanya. Sama saja dengan caranya menjaga kantongnya. Pasti sex nya hebat “Kata saya tersenyum.


Apa yang bisa disimpulkan " Katanya.


" Esensinya, manusia tidak bisa memiliki. Karena yang berhak memiliki itu Tuhan. Sekali kita ingin memiliki maka siap siaplah menderita. Mengapa ? karena itu paradox. Milik Tuhan kok mau dirampas. Jadi dalam hubungan suami istri atau  pacar, anggap best effort saja. Satu sama lain saling maklum aja. Kalau nyaman ya sukuri. Kalau engga, ya sabar.  Manusia tidak ada sempurna. “


“ Tosss “ Katanya. Saya balas toss nya dan tersenyum. Moga nih cewek engga mabok. Lewat dua jam, benar nih cewek mabok. Tuh kan kan masalah lagi. Harusnya balik ke hotel happy, ini malah bopong  cewek mabok.


***



Dengan taksi saya terpaksa antar wanita itu ke hotelnya. Tidak sulit tahu hotelnya walau dia dalam keadaan mabuk. Dia sudah persiapkan kemungkinan itu. Sebelum mabuk dia sudah letakan kunci kamarnya di table. Saya tahu ini kunci perlu PIN. Tetapi setidaknya petugas hotel bisa bantu dia masuk kamar. Saya bisa langsung kembali ke hotel saya. Dia tinggal di Hotel Youngzhou. Ini hotel milik Pemda Guangxie. Wajar bila semua ariline, crew nya nginap di hotel ini. Benarlah. Sampai di lobi sudah ada petugas hotel yang menyambut dan mengantar wanita itu ke kamarnya. Saya bisa langsung kembali ke Marriot Hotel. 


Pagi hari jam 7 pagi saya telp Hotel wanita itu untuk pastikan dia baik baik saja. Tetapi petugas hotel sambungkan saya kepada wanita itu di kamarnya. “ Apakah mungkin kita bertemu pada sarapan pagi ini. Saya ke hotel kamu atau kamu ke hotel saya” katanya.


“ Datanglah ke hotel saya” Kata saya singkat. Duh ada apa nih cewek. Moga engga panjang urusannya. Jam 9 dia sudah di lobi. Saya liatnya dan ajak dia ke restoran.


“ Maafkan saya. Tadi malam telah membuat anda repot” Katanya.


“ Ah biasa saja. Itu sudah resiko saya. Dan lagi mengenal kamu itu sudah keputusan saya. Santai aja.” Kata saya. “ Mengapa kamu ingin bertemu lagi?


“ Saya merasa dicampakan pacar saya.” Katanya dengan wajah murung. “ Saya merasa kami hanya dekat secara phisik, secara emosi tidak. Itu saya rasakan. Saya bosan dengan hubungan ini. Sudah 3 tahun berlalu hubungan ini. Entah kemana akan berlabuh”

Saya menyender di kursi. “Apa yang harus saya lakukan?Katanya kemudian.


Saya diam saja.


“ Maaf, saya tidak bermaksud apapun. Saya hanya ingin ngobrol dengan kamu. Pembicaraan tadi malam sangat berkesan. Cerahkan saya” Katanya.


“ Saya pengusaha dan juga pemain LBO yang aktif di bursa. Saya bisa bantu menilai tentang kamu. Setelah itu silahkan bersikap apa yang harus kamu rasa baik untuk hidup kamu”


“ OK silahkan”


“ Sebagai pilihan, kamu bukan saham yang menarik. Karena fundamental kamu lemah. Sangat beresiko untuk investasi jangka panjang. Jangka pendek ok lah. Tapi yang tertarik hanya pecundang. Ya cepat masuk, cepat keluar. “


“ Apa dasarnya kamu simpulkan begitu ?


“ Kamu cantik, tetapi kamu berpikir pragmatis. Bisnis yang dijalankan secara pramatis, itu tanpa visi. Engga mungkin bertahan kalau terjadi goncangan. Itu aja.”


“ Hanya karena sikap saya, kamu simpulkan begitu?Katanya mengerutkan kening.


“ Tas kamu itu orisinil, tetapi second grade. Baju yang kamu kenakan itu orisinil. Tetapi bukan ekspor quality. Tahu artinya? kamu maksain naik kelas. Justru itu merendahkan kamu sendiri. Yang mau takedwon ya hanya pria yang meliat tampilan phisik saja. Hanya pria seperti itu yang tertarik. Makanya jangan kaget., mereka cepat keluar. “ Kata saya tersenyum.


“ Apa ada wanita yang tidak pragmatis di era sekarang.?


“ Kamu tahu. “ Kata saya menuangkan teh cangkirnya. “ Istri saya sekarang. Tidak secantik kamu. Saat menikah saya miskin. Dan dia kaya. Tetapi saya melihat dia high grade saham. Memang untuk jangka pendek tidak menarik. Tetapi data fundamentalnya bagus. Dia siap bertaruh untuk jangka panjang. Makanya dia tidak menggoda saya, dan tidak memaksa diri. Tapi dia maintain saya sebagai investornya. itu butuh waktu lebih dari 15 tahun. Tanpa disadari berlalunya waktu, semakin saya berkembang dan berubah. Valuenya terus meningkat seiring banyak wanita yang pragmatis mampir dalam hidup saya” Lanjut saya.


Dia terdiam. Saya diam juga.


“ Apakah anda punya WIL ?


“ Punya. Tepatnya sahabat. “


“ Persahabat tanpa cinta, itu pasti omong kosong”


“ Benar. Saya mencintai mereka. Tetapi dalam bisnis portfolio, mereka hanya alat leverage saja.  Sehingga mereka punya value sendiri untuk mereka sendiri. Saya bebas Wrab mereka semua untuk di leverage, Dengan itu saya tidak loss, takr advantage dari mereka. Karena  secure. Wanita kalau sudah secure secara financial, mereka tidak perlu pria selalu ada disisinya. Mereka hanya perlu pengakuan sebagai portfolio. Ya mereka sadar, kapanpun kalau tidak menguntungkan saya,  bisa saya lepas, dan mereka tidak perlu sakit hati. Itu saja.”


“ Istri kamu tahu sikap kamu itu?


“ Tepatnya bukan tahu, tetapi menyadari bahwa saya investor dia. Setiap investor punya cara mengelola assetnya. Mana ada investor bego, ya kan” kata saya. Dia mengangguk. Sejam berlalu, dia minta izin undur diri. Karena jam 9 dia sudah dijemput untuk terbang. Saya mengangguk.


9.30 saya sarapan bersama James. Saya briefing James sampai jam 11. Setelah itu supir antar saya ke bandara untuk kembali ke Hong Kong. Saat sampai pintu masuk pesawat, mata saya beradu pandang dia sebagai pramugari. Dia bersikap hormat. Karena saya duduk di first class.


Sebelum landing, dia serahkan secarik kertas kepada saya. “ Call me. Be my friend as you wish.” katanya singkat. Saya tersenyum. Dia bid. Tunggu saya ask.


***

Setelah 2 bulan pertemuan di pesawat dalam perjalanan Guangxie- Hong Kong, entah mengapa saat membuka buku agenda kecil ada secarik kertas bertuliskan “ Call me, be your friend as you wish. “ saya terpanggil untuk untuk menelponya. 


“ Nihaw..” terdengar suara diseberang.


“ Masih mengenal suara saya.” Kata saya ketika telp tersambung.


“ Bagimana saya bisa lupa. Terimakasih sudah telepon”


“Ada dimana ?


“ Saya di Jilin. Kamu ada dimana ?


“ Saya di Beijing. “


“ Apakah saya terbang ke Beijing atau kamu kemari?


“ Datanglah ke Beijing. Saya siapkan kamar untuk kamu di Paninsula” Kata saya.


Sore saat saya kembali ke hotel, saya temui wanita itu ada di lounge. Dia berdiri dan membungkuk sebagai tanda hormat. Saya menyalaminya. “ Kamu masih kerja sebagai pramugari?


“ Sejak bertemu kamu, saya memutuskan berhenti kerja. Sekarang saya kursus adaministrasi logistik. Saya ingin jadi profesional logistik” Katanya tersenyum.


“ Sekarang sebutkan siapa nama kamu? kata saya.


“ Xiobao.”


“ Nama saya B.”


Entah mengapa suasana jadi kaku “ terimakasih. Kamu sediakan kamar panthouse untuk saya. Terlalu mewah.” Katanya berpakaian sederhana. Beda dengan dulu penampilannya sangat modis. Keliatan dia sudah berubah. Menjadi dirinya sendiri.


“ Jam 7 malam saya ada acara dinner dengan relasi. Mau temanin saya?


“ Mau, mau. “ Katanya bersemangat. Malah saya bingung” Ingat, saat kamu telp saya. Itu artinya kamu bersedia menjadikan saya teman. Kita bebas kemana saja.” Kata tersenyum cerah. Tak nampak lagi kaku.


Usai dinner saya kembali ke hotel. Pikiran saya penuh dan sesak. Dengan masalah yang harus saya hadapi. “ Kamu kembali ke kamar. Besok pagi kita ketemu di ruang breakfast.” Kata saya dingin. Dia mengangguk. Kami berpisah di dalam kamar lift. Beda lantai. Malamnya saya kerja sampai jam 5 pagi. Saya baru tidur setelah sholat subuh. Jam 9 pagi baru bangun. Cuci muka saja, terus ke lantai breakfast. Saya dapati Xiobao sudah ada di table. Dia berdiri melambaikan tangan agar saya gabung di table nya.


“ Mau kopi ? Katanya. Saya mengangguk. Dia segera pergi ke buffe ambil kopi dan roti. Kembali ke saya meletakan diatas meja. Saya seruput kopi. Saya tetap dia. Dia tersenyum cerah.  Saya telp James dan sekretaris saya. Bicara cukup lama. Wanita itu tetap diam di table. Setiap saya seruput kopi, dia tambah lagi. Sehingga tidak pernah berkurang kopi di cangkir.


“ Saya harus ke Shanghai pagi ini. Kalau kamu masih mau terus di Beijing. Pakai saja kamar itu.” Kata saya.


“ Saya kembali saja ke Jilin. “ katanya.


“ Kirim ID card kamu ke hape saya. Orang saya mau siapkan tiket kamu ke Jilin” kata saya. Dia kirim via hape file ID card nya. Saya teruskan ke staft saya. Saya menyerahkan amplop ke dia. “ Itu uang untuk ganti ticket kamu datang dari Jilin. “ Kata saya cuek. Kembali sibuk terima telp. Dia mengangguk " Terlalu banyak kamu beri saya uang" katanya bergumam.. Tak berapa lama, staf saya datang memberi ticket ke dia. Saya kembali ke kamar. Untuk siap siap ke Shanghai.


***

Tiga bulan kemudian saya telp Xioboa. “ Datanglah ke Hong Kong.” Kata saya. Dia keliatan terdiam cukup lama. Saya sabar menanti jawabanya. “ Saya datang. “ Katanya “ Malam saya sudah di Hong kong. “Lanjutnya.


“Kamu langsung aja ke Mandarin Hotel. Saya siapkan kamar untuk kamu” Kata saya.


Keesokan paginya saya telp Xibao. “ Kalau kamu mau jalan jalan di hong kong. Ambil uang di receptionist hotel. Itu ada budget untuk kamu USD 50,000.”Kata saya.


“ Terimakasih.” Katanya.’ Apakah…” katanya terputus.


“ Apa ?


“ Ok lupakan. “


“ Ok bye “ saya matikan telp. Karena harus segera terbang ke Tokyo. 


Tiga hari saya kembali ke Hong Kong. Saya telp Xioboa masih ada di hotel “ Gimana rasanya suasana Hong Kong? ” kata saya.


“ Saya tidak kemana mana. Hanya di hotel saja. “


“ Kenapa ?


“ Saya tidak ada teman. Hanya kamu teman saya. Ngapian pergi sendirian”


“ Malam kita dinner. Di rooftop restoran Mandarin ya.”


“ B, saya tidak punya baju untuk diner. Gimana kalau kita makan tempat biasa”


“ Dalam 15 menit ada orang datang ke kemar kamu. Dia akan berikan gaun makan malam yang cocok untuk kamu” Kata saya. “ sampai ketemu di lobi jam 7 malam” Kata saya mengakiri telp.


Xiobao keliatan cantik sekali dengan gaung makan malam. Tinggi semampai. Leher jenjang. Dia merasa risih saya perhatikan. " Maafkan saya. Karena kesibukan. Saya tidak begitu punya hospitality terhadap kamu.  " kata saya.


" Saya maklum siapa kamu. Dan saya berusaha membiasakan diri dengan kehidupan kamu. Suatu pengalaman yang luar biasa. Seumur hidup saya, baru kali ini merasa diperlakukan sebagai teman dan keliatan sekali kamu sangat tulus. Tidak ada kesan kamu sedang menggoda saya. Padahal siapalah saya. Kalau kamu butuh wanita cantik, tidak sulit kamu dapatkan dengan uang yang ada. Saya merasa tersanjung diperlakukan selayaknya sahabat." Kata Xiobao.


" Xio.. “ kata saya seraya mengusap rambut saya dengan kedua telapak tangan  dan menatapnya”  Saya kesepian. Teman saya banyak tetapi itu hanya teman kapitalis. Saya butuh teman yang tidak mengukur uang saya. Kamu saya beri USD 50,000 untuk bebas kamu pakai. Tetapi tidak kamu gunakan. Kamu lebih memilih bersama saya daripada bebas dengan uang. Kamu datang dengan diri kamu sendiri. Tanpa cover. Apa adanya kamu. Kamu tidak takut saya acuhkan. Padahal kamu sadar berada di lingkungan saya adalah lingkungan berkelas. Kamu bisa bedakan saya sebagai personal. Tidak kamu ragukan tempat bersandar. Dan saya sebagai pebisnis. kamu maklumi. Saya  butuh sahabat, dan kamu sudah dengan tulus menerima dan mengerti saya. Sahabat itu  adalah kebutuhan jiwa. Tak  bisa dinilai dengan uang. Janganlah ada tujuan lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya jiwa.." Kata saya. 


***


3 bulan kemudian, saya dapat telp dari Xiobao. “ B, apa kabar ? katanya dengan ragu.


“ Baik.” kata saya. “ Kamu ada dimana ?


“ Saya di Beijing. Saya ada mau dibicarakan? Apa cukup pakai telp atau saya ketemu kamu?


“ Bicara sekarang” kata saya sekenanya. Saya sedang sibuk di kantor. Saya hidupkan handfree. Saya dengar dia bicara sambil kerja depan komputer.


“ Saya mau buka private club. Teman saya mantan PR maskapai penerbangan mau gabung dengan saya. Dia ahli melayani tamu VVIP. Beijing sekarang. Pejabat tidak mau ketemu dengan relasi swasta di tempat umum. Makanya private club sangat diminati. “ Katanya. Termenung. Segera saya angkat telp “ kamu datang ke Hong Kong. Sekarang. Kita bicarakan secara detail” Kata saya.


“ Baik. Segera saya terbang ke Hong Kong.” Katanya.


“ Sampai di Hong Kong, kamu langsung check in di Mandarin hotel. Petugas hotel sudah tahu itu” Kata saya.


Malam hari saya sempatkan mampir ke hotel. Dia temui saya di cafe and Bar yang ada di basement hotel. Dia  membungkuk ketika berhadapan dengan saya. Saya mengangguk. Saya ajak dia minum. Tidak ada yang serius dibicarakan. Jam 11 malam saya keluar dari Bar. “Kita ke Central. Di sana ada restoran kebab. Saya mau makan” Kata saya. Dia mengangguk.


“ Berapa kamu perlu uang untuk rencana investasi kamu? Tanya saya ketika makan di restoran kebab.


“ 6 juta yuan. “ Katanya. “ rencana detail saya akan email sekarang.” Katanya. Dia langsung kirim email lewat smartphone. “ Saya sudah email.” Katanya. Saya forward ke sekretaris saya.


“ Besok kita ke lawyer untuk selesaikan akad. Setelah itu uang akan dikirim ke perusahaan kamu. Selesaikan semua program kamu. Lawyer saya sebagai nominee akan pegang saham 70%, sisanya kamu. Terserah kamu mau bagi berapa kepada teman kamu. Deal ?“ kata saya sambil makan.


“ Deal “ Katanya senang.


Usai makan saya ajak dia jalan kaki ke hotel..” Xiobao, mau bantu saya? Kata saya sambil lalu.


“ Tentu B. Apapun..”katanya bersemangat.


“ Saya sedang berencana membangun kawasan industri di Ginzou.  Saya punya program relokasi pabrik milik Jepang yang ada di Shejiang ke Ginzhou. Tugas kamu dekati ketua asosiasi manufaktur jepang-China. Selama tugas itu kamu dapat arahan dari team marketing saya. Target waktu hanya 30 hari “ kata saya.


“ Saya siap. Arahkan saya. “ Katanya bersemangat.


“ Besok kamu akan bertemu dengan partner saya dari Jepang. Dia akan jelaskan semua profile dari ketua asosiasi itu. Selama 3 hari kamu akan di training oleh orang saya. Mau ?


“ Siap B.”


Saya rangkul pundaknya. Dia merapatkan tubuhnya ke saya. “ Terimakasih sudah terima saya sebagai teman. “


“ Kamu harus jadi kapten atas diri kamu sendiri. Taklukan siapa saja dengan skill. Buang perasaan yang membuat kamu lemah. Focus kepada tujuan. Hanya dengan begitu kamu punya rasa hormat."Kata saya. Membuka jass  untuk dia kenakan. Karena cuaca musim dingin di Hong Kong sangat menggigit dengan deru angin. Dia tersenyum dan semakin merapatkan tubuhnya ke saya.


“ Siap B. Apa boleh saya tunda dulu rencana investasi dengan teman. Setelah tugas dari kamu selesai, baru saya ke Beijing. “


“ Terserah kamu aja. Saya percaya kamu.” Kata saya.


Tak terasa 3 KM dari central ke Causeway bay terlewati. Kami sampai di Time Square. Saya antar dia sampai lobi hotel “ Ingat saya sangat mengandalkan kamu. Besok ikuti arahan dan traning selama 3 hari ya.” Kata saya. Dia memeluk saya. " Tentu. Saya akan jaga kerpercayaan kamu. Asal kamu tahu B, baru kali ini saya merasa begitu yakin dengan hidup saya. Bahwa saya akan baik baik saja. Masa depan terbentang lebar depan saya. Karena ada kamu tempat saya bersandar."Lanjutnya. Saya biarkan dia larut dengan perasannya. Kemudian saya lepas pelukannya. “ Ok bye. “ Kata saya melangkah ke luar dari hotel, kembali ke apartement.


***

Selama Xiobao bertugas saya tidak pernah ada komunikasi dengannya. Saya sibuk urusan lain. Satu sore Wadah, mitra saya dari jepang datang ke kantor saya” B, kita sudah dapat ticket untuk deal dengan semua pabrikan jepang yang ada di Shejiang. Team marketing di Jepang akan selesaikan semua kontrak dalam seminggu. Terus…”


“ Apa ? Kata saya berkerut kening.


“ Xiobao mau diapain?


“ Suruh dia kembali ke Beijing. “Kata saya tegas.


“ Kamu engga tanya cerita gimana Xiobao bisa selesaikan tugasnya dalam dua minggu ?


“ Engga perlu. “ Kata saya cuek seraya terus kerja depan komputer.

“ Ok. Saya pulangkan dia ke Beijing. B….’Kata Wada masih bingung keliatannya.


“ Ada apa lagi Wada? tanya saya.


“ Kamu engga perlu ketemu dengan Xiobao?


“ Engga perlu. “ Kata saya cuek.


“ OK.”


***

Setahun kemudian saya ke Beijing. Saya telp Xiobao. “ B, ada dimana ? suaranya terdengar riang.


“ Beijing. Boleh mampir ke tempat Private club kamu?


“ Tentu. Saya jemput dimana ?


“ Paninsula”


Saya takjup dengan suasana private club. Walau tidak mewah namun benar benar privat. Tempatnya ada disebuah apartemen. Bangunan Apartement 4 lantai berada di dalam gang. Tempat parkir luas. “ bagaimana B? Katanya minta pendapat saya.


“ Luar biasa” hanya itu yang bisa saya sampaikan. Memang well organise. 


“ Terimakasih. Kamu sudah beri saya financial freedom dan rasa hormat. Financial freedom, saya dapat fee dari Wada sebesar USD 3 juta. Dan dari bisnis ini saya dapat rasa hormat, Punya reputasi. Apalagi yang saya perlukan? Cukup." katanya dengan ceria.


“ Engga tertarik dengan pria? Carilah suami” Kata saya.


“ Engga. Yang penting saya bahagia dengan pilihan hidup sekarang ini. Kalaupun nanti saya menikah, itu bukan karena saya berharap banyak kepada suami. Setidaknya saya sudah secure sebelum menikah.” Katanya tersenyum. “ apalagi menjadi sahabat kamu, itu lebih dari cukup, hal yang harus saya sukuri selalu. Terimakasih B.” lanjutnya. Saya tersenyum. 


“ Esensi hubungan bukanlah saling memiliki tapi saling menjaga dan itulah perlunya nilai persahabatan. Artinya menikah itu bagus tapi jadi mimpi buruk kalau kedua belah pihak merasa memiliki. Itu akan membelenggu, Tidak akan bahagia. Sementara persahabatan itu saling membebaskan namun saling menjaga. Dan itu indah. Tak lekang oleh waktu. Sepanjang usia selalu bergandengan tangan."


"But being your best friend is an opportunity for me to change for the better." katanya.


"Friendship is not an opportunity, but a sweet responsibility. " kata saya tersenyum.


4 comments:

Ben de Haan said...

Terima kasih sudah menjadi Mentor, Guru dan Sahabat Babo - EJB buat Xiobao - inspired story julukan saya Bang Udin seorang " Head Hunter yang profesional."

Anonymous said...

Thx Babo ats sharing ceritanya... banyak pelajaran bisnis & how to build + keep relationship yg dpt dipetik dr apa yg disharingkan ini.

Anonymous said...

Seru cerpennya. Apa kisah nyata ini om?

Iwan H. Suriadikusumah said...

Interesting story.
Terimakasih.
Saya belajar banyak tentang persahabatan.

Siluet kekuasaan dan kemiskinan.

  “ Mengapa kapitalisme disalahkan ? tanya Evina saat meeting di kantor Yuan. Dia CEO pada perusahaan di Singapore. Dia sangaja datang ke J...