Sunday, May 01, 2022

Kembali ke fitrah


 


Dengan pakaian serba baru juga sepatu baru. Nurdin melangkah pasti kerumah Komariah. Komariah atau yang dipanggilnya " Diah",  adalah temannya semasa kanak kanak yang sekarang telah tumbuh menjadi wanita cantik. Setamat SMP mereka berpisah. Diah pergi merantau ke kota dan Nurdin juga merantau ke kota. Seakan mereka sepakat untuk meninggalkan desa tempat kelahirannya untuk mengejar impian di kota. Karena perbedaan kota tempat mereka merantau maka mereka jarang bertemu. Kecuali ketika hari raya Idul fitri. Di sinilah mereka bertemu untuk saling melepas rindu.

“ Wah kamu makin hebat saja , ya Din “ Diah tersenyum menatap Nurdin. Nurdin bangga akan dirinya.


“ Lumayan. Usahaku sebagai kontraktor di kota berjalan dengan baik “ Jawab Nurdin.


« Oh Kamu jadi pengusaha sekarang , ya ?


“ Ya. “ Nurdin berdiri tegak seakan ingin memperlihatkan semua yang dikenakannya kepada Diah. Namun Nurdin pun melihat hal yang luar biasa pada Diah. Pakaiannya yang nampak modis layaknya wanita kaya di kota kota. Diah melihat pancaran kekaguman pada diri Nurdin. Diah pun berdiri dari tempat duduknya dan melangkah ke luar teras rumah.


“ Aku sedang memikirkan untuk memperbaiki rumah ini. Setelah kemarin aku udah belikan orang tua ku kerbau dan sebidang sawah. “ Kata Diah.


“ Wah hebat kamu , Diah “ Nurdin kelagapan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Diah terhadap keluarganya. “ Apa pekerjaan kamu di Kota ? Tanya Nurdin.


Diah menatap Nurdin dengan tersenyum “ Aku awalnya bekerja di Salon dan sekarang usahaku berkembang. Itulah aku. “ Diah seakan tanpa nada.


“ Oh, kamu memang beruntung “ Tak terduga Nurdin menanggapi kata Diah.


“ Kamulah yang lebih beruntung, “


“ Kamu ! “


" Kamu !.


“ Ah , sudahlah Din. Aku senang bisa ketemu dengan kamu. " Diah tersenyum. Seperti biasanya kemudian mereka asik berbicara dan selalu Diah terhibur karena Nurdin selalu membuat Diah tertawa.


Itulah kejadian tahun lalu ketika terakhir dia bertemu dengan Diah. Sementara tahun ini dia tidak bisa pulang untuk bertemu dengan Diah karena dia terkurung dikesunyian kota yang lengang ditinggal mudik oleh sebagain penduduknya. Usahanya berdagang kaki lima sudah digusur oleh Pemda. Modal yang tersisa habis untuk makan. Sementara dia kini jadi tunanisma. Kadang tidur di emperan toko, di terminal bus, di stasiun. Ketika gema takbiran menyelimuti kota , Nurdin membayangkan kenangan indah bersama Diah di kampung. Mungkin , Diah sudah ada didesa dan berharap berjumpa dengan nya.


Tanpa disadari dirinya sudah di kelilingi oleh petugas Ketertipan Kota yang melakukan razia yustisi. Nurdin tidak bekutik ketika dipaksa naik kedalam Truk untuk diangkut. Gema takbiran semakin menusuk hatinya ketika truk melaju menuju Wisma rehabilitasi. Dia merasakan betapa tidak berartinya dirinya kini. Hidup menjadi sia sia belaka setelah sekian tahun mengadu nasip dikota. Kebohongan demi kebohongan sengaja dirangkainya bila pulang kampong. Cerita tentang suksesnya di kota selalu dikemasnya , terutama di hadapan Diah. Wanita yang sangat dicintainya.


Tak terasa kendaraan sudah sampai dipelataran pakir wisma rehabilitasi. Disana sudah banyak kumpulan orang orang yang berwajah muram. Mereka yang tertangkap itu terdiri dari para PSK, tuna wisma , gelandangan dan Nurdin adalah satu dari sekian orang yang tertangkap hari itu. Mereka menampakan sosok manusia yang kalah dan terhinakan dengan sikap para petugas yang menganggap mereka tidak lebih adalah sampah kota yang harus dibersihkan demi keindahan kota.


Semua yang tertangkap dalam operasi ketertipan hari itu dikumpulkan dalam satu aula dan mulai didata satu persatu. Kemudian mereka harus menanda tangani berbagai formulir yang mereka tidak paham. Katanya setelah itu akan dikembalikan kedesa asal atau ditransmigrasikan. Tapi kenyataannya , itu tidak pernah sepenuhnya dilakukan. Mereka hanya dijadikan alasan untuk menghabiskan anggaran ketertipan kota. Buktinya setelah beberapa hari kemudian mereka akan dibebaskan dan untuk kemudian akan ditangkap lagi bila ada operasi.


Nurdin hampir tidak percaya ketika pandangan matanya kearah seorang wanita yang duduk di pojok aula itu. Sekejap mereka beradu pandang dan kemudian satu sama lain berusaha untuk menghindar. Seakan darahnya berhenti mengalir ketika dilihatnya di pojok aula itu adalah wanita yang sangat dikenalnya. DIAH. Kini dia tidak bisa lagi berdusta dengan keadaan dirinya. Tapi bagaimana dengan Diah ? Mengapa dia ada disini pula?


Dengan langkah berat Nurdin mendekati Diah.


“ Diah? “ seru Nurdin lembut sambil jongkok. Diah menundukan kepala seakan hendak bersembunyi dari kenyataan yang ada. Lama sekali wanita itu menundukan kepalanya dan kemudian dengan lambat diangkatnya kepalanya. Wajah merekapun berada sangat dekat.. Tanpa terduga Diah langsung memeluk Nurdin.


” Din..” Seru Diah yang nampak menahan tangis “ Aku mau pulang Din. Kota ini terlalu jahat untuk orang orang seperti kita. “ Diah larut dalam isak tangis dipelukan Nurdin.


“ Ya., Diah. Kita akan segera pulang. Kota ini telah membuat kita berubah menjadi bukan diri kita yang sebenarnya.” Nurdin melepaskan pelukan Diah karena petugas menarik tangan Diah untuk segera didata.


“ Dia PSK. Kamu bisa carikan uang untuk kami Rp. 1000,000 dan wanita ini bisa segera kamu ambil. Nah , Kamu bisa segera pergi sekarang. “ Kata petugas itu yang seakan memperhatikan adanya peluang hubungan emosional antara Diah dan Nurdin.


***


Diah merasakan kebahagian yang teramat sangat setelah seminggu kemudian, Nurdin datang menjemputnya di panti rehabilitasi.


“ Kita langsung pulang ya Din. “ Nurdin tersenyum sambil mengenggam tangan Diah.


“ Terakhir aku merasakan genggaman hangat tanganmu ketika kita ada acara perpisahan sekolah.” Kata Diah tersenyum indah kepada Nurdin.


Langkah mereka terhenti di terminal bus keberangkatan ketika petugas polisi berpakaian preman menodongkan pestol kearah Nurdin. “ Itu orang yang merampas tas saya pak.” Kata seseorang kepada Polisi menujuk kearah Nurdin. Polisi itu kemudian memaksa Nurdin tiarap untuk diborgol. Diah menyaksikan kejadian itu dengan bengong. Matanya sempat melirik kearah Nurdin yang nampak meringis kesakitan ketika diborgol.


Diah langsug menghambur mendekap Nurdin sambil meraung. Polisi itu nampak terkesima dan seakan membiarkan peristiwa itu berlansung di hadapannya. Nurdin merapatkan kepalanya di pundak Diah sambil berkata “Yang harus kamu ketahui walau hidupku sangat sulit di kota namun aku tidak pernah mencuri. Ini baru kali aku lakukan karena aku tidak ada pilihan lain untuk membebaskanmu. Apa yang menimpa kita adalah karena Tuhan terlalu sayang kepada manusia seperti kita, yang tidak menginginkan kita terus dalam kesesatan. Pulanglah dan bertobatlah sekarang juga, jangan tunda sedetikpun. “


Diah langsung menyebut Istighfar berkali kali dan bersujud merapatkan pipinya ketanah seakan menghinakan dirinya dihadapan Tuhan. Seseorang yang tadi menunjuk Nurdin sebagai pelaku perampasan tasnya , mengangkat tubuh Diah dari sujud , yang kemudian menatap kearah polisi “ Pak tolong bebaskan orang itu. Saya ikhlas barang saya dirampas.” Polisi itu nampak bingung , apalagi Diah langsung sujud dikaki polisi itu sambil berkata “ Tolonglah bebaskan dia pak. Hanya dia harapan saya untuk menjaga saya dalam taubat saya. “


Karena kehendak Tuhan Polisi itu tergugah nuraninya menyaksikan perstiwa itu dan langsung membuka borgol Nurdin sambil berkata “ Besok kalau kamu ketangkap lagi maka saya langsung tembak kamu…”


Di dalam bus menuju pulang, mereka berdua tidak hentinya ber istighfar karena takut akan segala dosa dosa yang pernah mereka lakukan. Juga takut akan cobaan berat yang akan menimpa mereka. Bus melaju pulang seperti juga batin mereka pulang kepada hakikat manusia yang memang selalu diharapkan Tuhan kembali ke fitrahnya setelah terhanyut dalam kemaksiatan dan kebodohan…


Selamat hari raya Idul Fitri. 

Mohon Maaf lahir batin.

7 comments:

TRI WIDODO said...

thanks for the inspiration 🙏🏻

Anonymous said...

Subhanallaah walhamdulillah walaa ilaaha illallooh wa loohu Akbar. 🤲🤲🤲😭❤️🇮🇩♥️

Anonymous said...

Subhanallah walhamdulillah wa lailaha illallah... Allahu akbar....

Anonymous said...

Masih banyak orang baik,,,

Anonymous said...

Lailahailla anta subhanaka inikuntum minddolimin.

Anonymous said...

Subhanaloh Alhamdulillah Allohu Akbar

Dr Sugiyanto Kusuma, Univ Jember, Indonesia said...

Subhanallah walailaha ilallahu allahu akbar. Wala haula wala quwatab ilabillah. Allahumah firli

Jalan menemukan rizki...

  “ Ale, bosoboklah kita” kata Mardi lewat SMS kemarin. Walau kami jarang sekali bertemu. Mungkin setahun belum tentu ketemu. Kami saling ma...