Friday, November 05, 2021

Focus kepada VISI.




Setelah pabrik elektronika diambil alih holding, tahun 2011 saya datang melihat pabrik. Saya didampingi Jemes. Sampai di pabrik sudah jam 4 sore. Setelah meeting dengan direksi dan GM, kami lanjutkan makan malam di lingkungan Pabrik yang memang menyediakan 4 ruang makan khusus VVIP untul clients. Pabrik menyediakan Chef khusus untuk melayani tamu. 


Saat makan malam itu perhatian saya kepada wanita yang sangat sigap mengawasi pekerjaan pelayan menghindangkan makanan. Setelah makanan terhidang, dia tetap berdiri dekat pintu. Seakan standby kalau diperlukan.


“ Di bagian apa wanita itu kerja ? Tanya saya kepada James.


“ Oh, dia bagian Umum. Namanya Fang Yin. Ini memang tugas bagian umum mempersiapkan makan malam untuk client, termasuk direksi dan pejabat”


“ Profesional sekali. Terlalu kompeten untuk kerjaan seperti ini. Hanya sekedar melayani tamu dan direksi.” kata saya. James tersenyum. “ Sebenarnya tadi dia kerja di Departement Business dan developement. Posisi dia manager. Tetapi  direksi yang lama geser dia jadi staff bagian umum. Katanya karena wanita itu menolak love affair dengan direksi” Kata James menjelaskan mengapa wanita itu keliatan sangat kompeten.


Setelah makan malam, saya diantar supir kantor ke Apartement. Jame pulang ke rumah. Tapi Wanita itu duduk di depan samping supir. Itu standar layanan bagian umum kepada tamu.


“ Kamu tadikan manager Business Developent. Mengapa bisa menerima dengan lapang dada jabantan diturunkan. Dan kamu tidak merasa setengah hati bekerja walau jabatan turun” Tanya saya dalam bahasa inggris. 


“ Saya bekerja untuk perusahaan dan saya percaya dengan Pimpinan. Kalau pimpinan tugaskan saya, saya harus menerima dan bekerja dengan sungguh sungguh”


“ Apa kamu tidak tahu? Kalau direksi lama pindahkan kamu karena kamu menolak love affair dengan dia.”


“ Saya tahu.” Katanya tenang.


“ Mengapa kamu tidak protes ?


“ Saya tahu batasan diri saya. Dia kaya, punya kekuasaan dan tentu wajar dia gunakan kekuasaan itu untuk menguasai siapapun, termasuk saya. Tetapi saya lebih memilih dikuasai oleh perusahaan daripada personal.”


“ Walau karena itu resikonya kamu turun jabatan”


“ Dimanapun saya akan bekerja sebaik mungkin.”


Turun dari kendaraan saya minta dia mampir ke apartement saya. kami ngobrol di lobi “ Besok kamu ke Huangzho. Pegang posisi manager market development.” Kata saya.


Dia terdiam dengan mimik terkejut, seakan berpikir dan akhinya dia berkata “ Ibu saya nasehatin saya. Kalau kamu tulus bekerja, yakinlah pimpinan Holding yang akuisisi perusahaan kamu itu akan pertahankan kamu dan jabatan kamu akan naik.” katanya berlinang.


“ Mengapa kamu sangat percaya kepada ibu kamu?


“ Saya orang miskin. Otak saya juga tidak pintar.  Saya engga mampu masuk universitas negeri. Untuk tamat kuliah, ibu saya harus kerja keras jualan jagung bakar di pasar malam. Saya tidak mau membebani ibu saya lagi. Cari kerjaan tidak mudah. Semakin hari semakin sulit uang. Dapat bekerja itu sudah berkah. Harus saya sukuri. Makanya saya tidak merasa rendah walau jabatan direndahkan. Jadi,  itu mengapa saya selalu patuh nasehat ibu saya.” Katanya. “ dan ternyata ibu saya benar.” Lanjutnya dengan suara lambat. 


“ Ma, terimakasih mah. Kalau nanti aku hasilkan uang banyak, mama akan  aku ajak tinggal bersamaku di Huangzhou.” Katanya kepada dirinya sendiri dalam bahasa mandarin. Tangannya menutup mulutnya menahan suara rintihannya. Saya terharu. Begitu sederhana cara dia berpikir dan dia sabar melewati proses itu.


" Kalau prestasi kamu hebat dalam setahun kamu bisa jadi CEO. Kesempatan terbuka lebar untuk kamu. Kerja keraslah."

***

Tahun 2018 saya datang ke Guangzho untuk meninjau persiapan pendirian pabrik mobil listrik oleh anak perusahaan.  Saat itu di China udah ada beberapa pabrik mobil elektrik. Suasananya sangat berkompetisi. Kantor sementara numpang di kantor anak perusahaan dari unit bisnis manufaktur processor dan iC. Saya menghadiri rapat semua team. Mereka team elite yang ditunjuk oleh Direktur BDG holding. Rapat team keuangan, marketing, tekhnologi dan legal saya ikuti dengan cermat. Saya tidak berkomentar apapun. Hanya jadi peninjau saja. 


Suasana tidak tegang. Saya memang ciptakan suasana santai. Setiap hari saya pakai kaus tshirt dan denim. Makan bareng bareng mereka. Di kantin saya melihat ada wanita nampak sendirian duduk. Terpisah dari teman temannya. Saya dekati. “ Kamu bagian apa ? Kata saya dalam bahasa inggris. Tidak berharap dia bisa jawab dalam bahasa inggris juga. 


“ Tadinya saya staff marketing, di unit bisnis processor dan IC. Tetatapi oleh boss saya, diperbantukan ke unit bisnis baru, proyek VE. Tapi akhirnya dipindahkan jadi staf operasional di pabrikk IC. “katanya dalam bahasa inggris sempurna.


“Apa yang kamu tahu soal bisnis VE ?


“ Sulit untuk berkembang kalau masih mengikuti penjualan cara konvensional seperti kendaraan BBM. 


“ Jadi gimana seharusnya?


“ Kendalanya adalah mendidik konsumen agar mereka aman dan nyaman menentukan pilihan. Memang ada dukungan pemerintah dalam bentuk subsidi harga dan kebebasan tarif pajak serta konpensasi emisi karbon. Tapi masalahnya adalah bagaimana menjadikan regulasi itu dalam satu platform pemasaran perusahaan. Orang tidak perlu janji, orang butuh bukti yang rasional. 


Contoh, bagaimana prosedur pembayaran konpensasi emisi karbon? Siapa yang ngitung dan gimana ngitungnya. Padahal esensi dari mobil elektrik adalah mengajak orang bertanggung jawab terhadap langit biru. ” Katanya. Saya tercengang. Hebat nih cewek.

 

“ Kita harus punya stakeholder yang mampu membangun sistem IT dengan aplikasi sederhana, sehingga konsumen bisa monitor   lewat Hape, berapa peran mereka menghemat emisi karbon dan berapa mereka dapat uang sebagai kompensasi dan setiap hari dibayar tunai. Kalau itu kita tawarkan, pasti tidak sulit meyakinkan pasar. Kalau engga, mudah dibantai oleh pemain kendaraan konvesional” Lanjutnya.


“ Apakah kamu sudah sampaikan ini kepada ketua team kamu?


“ Sudah. Justru karena itu saya dikeluarkan dari team proyek.”


“ Kamu lulusan apa ?


“ Saya sarjana Ekonomi” Katanya tersenyum.  Saya mengangguk dan tidak bisa menyembunyikan keterpesonaan saya akan kecerdasan dan visinya. Percis dengan visi saya. Tetapi tidak dipahami oleh semua direksi. Wanita ini mampu menguraikan dengan sederhana.


" Boleh tahu namanya ? Tanya saya.


" Jian Li" 


Saya perhatikan, instrik diantara mereka sangat terasa.  Itu sebannya cewek yang temui di kantin hanya bertugas sebagai anggota team saja dan akhirnya dikeluarkan juga. Maklum rencana CEO nanti akan dijabat orang lokal. CEO dari Holding akan ditarik pulang ke markas pusat di Hong kong. Nah diantara anggota team tentu bersaing untuk jadi CEO. Selama proses itu anggota team bisa saja jatuh, dan dikeluarkan sebagai anggota Team. Hanya jadi staf biasa saja di perusahaan.


Hari ketujuh, saya minta kepada CEO proyek agar masing masing ketua team Team bertemu dengan saya di Hotel secara personal. 


“ James, selama 5 hari saya ikuti meeting. Saya heran. Mereka hanya membahas soal cost dan return yang berkaitan dengan aspek teknis, sementara aspek marketing sangat kering sekali. Engga ada yang baru.  Mereka engga paham visi kita. Bagaimana mungkin semua ketua team, tidak paham visi bisnis VE. Kamu kan tahu, VE itu bukan sekedar jualan mobil seperti kendaraan convensional tetapi lebih dari itu adalah trend pasar yang butuh kesadaran akan ramah lingkungan dan kenyamanan.” Kata saya kepada CEO Holding setelah mewawancari ketua team satu persatu.


“ Jadi apa saran kamu.”Kata james.


“ Siapa CEO sementara di proyek ini? Tanya saya.


“ Dia direktur anak perusahaan di Vietnam dari unit business elektronik.  Sarjana elektro. Kompetensinya tidak perlu diragukan.”


“  Tarik pulang CEO yang ada sekarang.”


“ Kamu ada calon penggantinya? Kata James. Saya menyebut  Jian Li yang saya temui di kantin. “ Nah malam ini atur saya ketemu dia. Saya mau undang dia makan malam. “ lanjut saya


“ Saya temanin? Kata james 


“  Panggil Fang di Huangzho dan Wenny di Hong Kong. Mereka berdua harus temanin saya makan malam.  .” Jawab saya tegas 


***

Malamnya  Jian, datang ke restoran untuk makan malam. Dia tetap mengenakan blesser seragam kantor. Dia terkejut ketika masuk ruang private room di resto itu. Karena melihat saya ada di dalam ruangan itu dengan setelah jas. Saya pandang dia lama. Dia sempat kebingungan. 


“ Maafkan saya. Tempo hari saya kurang sopan. Saya tidak tahu siapa anda.  Ternyata anda adalah boss besar saya. “ katanya bergetar. “ Saya senang bekerja di perusahaan. Sungguh. Saya butuh kerjaan untuk makan dan bayar bill” katanya dengan wajah kawatir saya akan pecat dia.


“ Tenang saja. Berapa usia kamu ? Kata saya berusaha mengajaknya jangan tegang.. 


“ 32 tahun. “ 


“ Sudah menikah ?


“ Belum. “


“ Punya pacar ?


“ Tidak ada. “ 


“ Jian Li.." seru saya menatap tajam ke matanya.  Keliatan dia tegang.


" Ya pak.." Jawabnya dengan sikap sempurna.


" Pada awal Pabrik elektronik tempat kamu kerja itu saya akuisisi, kami mengalami banyak kesulitan. Tapi setelah  CEO dipegang oleh Fang Yin, kami bisa melewati semua masalah dan bisa berkembang jadi 4 pabrik. Sekarang Fang Yin jadi Direktur subholding Elektronik. Nah, kamu mulai besok jadi ketua team proyek. Semua hal berkaitan dengan management lapor ke Fang.  Saya tidak ragu. Kamu akan sehebat Fang. Mau ya..” Kata saya tersenyum. Dia terdiam lama. Giliran dia menatap saya dengan raut tidak percaya atas barusan yang dia dengar. “ Ya saya sanggup, Terimkasih. Terimakasih..” katanya berdiri dan membungkuk di hadapan saya.


“ Saya beri kamu waktu 6 bulan untuk mempersiapkan semua secara detail. Pastikan tahun depan kamu bisa ketemu saya di Hongkong untuk dilantik sebagai CEO Industri VE. “


“ Siap pak. Saya akan kerja keras. Bangun team yang solid. Berjanji tidak akan kecewakan bapak. “


“ Ok. Sebentar lagi ada Fang dan Wenny akan temanin kamu makan malam.. Saya ada meeting tempat lain. “  Kata saya. Benarlah 10 menit berselang Wenny datang bersama Fang dan saya terkenjut ternyata Risa juga datang. " Maaf B. aku terpaksa ajak Risa, untuk pastikan dia, ini perintah kamu pakai direktur dia sementara. Maklum kamu buat keputusan cepat sekali. James, minta bantu saya" Kata Wenny. Ya Risa China Pontianak adalah CEO subholding elektronik di Shanghai. 


" Kamu engga keberatan ya Risa, Saya pinjam direktur kamu 6 bulan saja." Kata saya.


" Apapun yang kamu anggap baik, saya dukung. " Kata Risa dengan sikap formal.


" Terimakasih. Temanin saya ke Shangrila. Ada acara investor party. Mau ya." Kata saya kepada Risa. Risa melihat ke Wenny. Sepertinya minta izin. Wenny mengangguk. Saya langsung jalan keluar bersama Risa. Selanjutnya tugas Wenny memotivasi Jian agar jadi petarung dan kapten yang handal menciptakan laba.


Pemimpin tidak bisa menyelesaikan masalah hanya lewat laporan. Tetapi turun ke bawah langsung akan mudah melihat dan mendengar persoalan mikro lebih spesifik. Sehingga menemukan solusi jadi mudah. Karena sebenarnya solusi itu tidak jauh. Ada didekat kita. Tetapi awan gelap intrik membuatnya jadi gelap, dan kita tidak melihat solusi itu. Akhirnya kita  sebagai pemimpin jadi korban intrik politik. Perusahaan dan negara sama saja.


6 comments:

Mohd Rizal Rambe said...

Sangat setuju uda babo, pimpinan itu harusnya turun dan melebur, supaya bisa melihat dan paham apa yang terjadi sehingga bisa mengambil kebijakan atau keputusan untuk bertindak

Asmaniar Asnif Syaukat said...

Semangat Babo.. Terus membagikan tulisan2 bernasnya buat kami. Kami juga berdoa semoga Babo dan Oma selalu sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin ya Rabb.

Unknown said...

Terimakasih ilmu Managementnya Babo

Anonymous said...

👍😍👍

TirtaKiranaDewi said...

inspiratif

Anonymous said...

kepentingan dan ambisi pribadi sering menjadi batu sandungan...

Siluet kekuasaan dan kemiskinan.

  “ Mengapa kapitalisme disalahkan ? tanya Evina saat meeting di kantor Yuan. Dia CEO pada perusahaan di Singapore. Dia sangaja datang ke J...