Saturday, November 27, 2021

Hidup bersemangat.






Di Shanghai di suatu cafe yang terletak dalam Hotel,  aku janjian dengan teman untuk bertemu. Ketika masuk cafe temanku belum datang. Aku memesan minuman ringan. Wanita melintas di depanku. Ia terlihat menawan. Tubuhnya beraroma lembut parfum. Ramput sebahu dengan poni. Mantel panjang warna coklat membungkus tubuh semampainya dari dinginnya malam. Parasnya oval. Mata gemintangnya dibingkai warna ungu pucat. Maskara melentikkan bulu matanya yang panjang. Bibir tipisnya berulas warna shocking pink berkilat tersapu lipgloss. Oya, ini Jumat malam. Sudah pasti wanita   menikmati  malam panjang friday nigh.


Kulihat ia berhenti sejenak. Mengeluarkan handphone mungil warna merah darah di dalam genggaman tangannya. Ia tampak mengangguk-angguk sejenak. Kemudian ia memasukkan handphone itu ke dalam tasnya. Lantas segera berjalan cepat setengah menunduk ke arah table. Aku sempat berpikir sebentar. Kalau 15 menit tidak ada orang lain di tablenya, aku akan hampiri. Lewat 15 menit, ada pria mendatangi table itu. Aku perhatikan, mereka sudah kenal lama. Keliatan akrab. 


Tak berapa lama ada kegaduhan kecil. Pria itu menyiram wine ke wajah wanita itu. Pengunjung terkejut. Suara pria itu terdengar keras membully wanita itu. Wanita itu hanya menunduk. Mungkin menahan tangis. Pria itu bayar bill. Kemudian menarik lengan wanita itu dengan keras untuk berdiri. Tetapi wanita itu berontak. Terjadi saling tarik. Akhirnya wanita itu terjatuh. Spontan saya berdiri segera melangkah ke arah wanita itu. Membantunya berdiri.  Waktu pria itu mau melayangkan tanganya. Saya tahan. Hanya sekian detik, pria itu menatap saya sebelum dia berlalu. 


“ Apakah anda tidak apa apa.” Kata saya menegur dalam bahasa inggris. Dia tersenyum walau terkesan terpaksa. “ Ya. Saya tidak apa apa.” jawabnya dalam bahasa inggris sempurna. Dia seperti sedang menahan sedih atau marah. Wajahnya nampak dingin. “ Dia pantas marah. Saya terlalu naif. “ Katanya dengan air mata berlinang.  “ Saya punya hutang 60.000 yuan ( sekitar Rp. 90 juta). Saya belum bisa bayar. Dalam sebulan ini sudah berkali kali saya ingkar janji. Wajar dia marah. Apalagi saya menolak diajak tidur. 


“ Pacar ?


“ Bukan. Dia relasi saya. Bekerja di lembaga keuangan di sini.”


“ Hutang personal atau  bisnis.”


“ Hutang personal tapi untuk bisnis. “


“ Bisnis apa ?


“ Saya eksportir produk fashion merek international. Tadi saya maklon. Belakangan saya berencana bangun pabrik garmen khusus produk branded. Sudah hampir setahun cari investor, belum juga dapat. Sekarang saya nyaris bangkrut. Hutang dimana mana. Untuk bayar apartement saja tidak ada uang. Mungkin besok , musim dingin ini saya tidur di jalan.” Katanya. Saya berusaha memotivasi dia untuk tabah. Karena dia eksport garmen, pembicaraan jadi lancar. Karena saya kuasai bisnis process garment. Kenal dengan semua supply chain. Diapun sangat kompoten soal garmen. Apalagi dia lulusan Akademi design dan tekstil. Tak terasa pembicaraan berlangsung lebih 1 jam.


“ Kamu ada proposal bisnis yang bisa saya pelajari.”  Tanyaku. Dia tatap aku. Mungkin engga begitu percaya. Tapi akhirnya dia tersenyum. “ Apakah anda tertarik untuk kerjasama? 

“ Kirim saja proposalnya. “ Kataku kembali menegaskan. Dia gunakan hapenya sebentar. “ tolong beri tahu alamat email anda.” tanyanya. Aku berikan alamat email. “ Saya sudah kirim proposalnya. “ Lanjutnya.

“ Baik, Saya akan pelajari. Saya rencana besok sore kembali ke Hong kong. Apa bisa ketemu waktu sarapan pagi. Di Hotel ini” Kata saya. 

“ Terimakasih. Saya pasti datang.” Dia mulai tersenyum cerah. “ Kenalkan nama saya Alin “ 

“ Oh ya. Saya B “ Kata saya. Kami berjabat tangan.



***

Jam 8 pagi dia sudah ada di Lobi hotel. Saya ajak dia ke restoran yang ada di lantai 4. 


 “Saya sudah pelajari proposal kamu. Kamu punya keahlian bidang design dan teksti. Punya pengalaman sebagai eksportir walau sekedar broker. Tahu pasar dan kuasai supply chain. Kamu kompeten bermitra dengan saya. Tetapi ada catatan yang harus diperbaiki"


“ Oh ya apa yang harus diperbaiki.”


“ Saya tahu produk fashion ini sebagian dikerjakan handmade. Saya tidak melihat data kapasitas pabrik sejenis di Shanghai. Saya ingin tahu skill rata rata pekerja China. Karena ini menyangkut kualitas dan kapasitan pabrik yang akan kita bangun.  Kemudian, proses produkis saya maunya, kita hanya kerjakan bagian handmade. Khusus kerah dan lipatan jahitan bawah dan pinggir. Selebihnya kita serahkan kepada rekanan. Saya butuh rekanan yang punya kompetensi mengerjakan produk branded. Itu aja. “


“ Oh  Anda paham sekali bisnis garment.”


“ Ya setuju.? tanya saya. Focus kepada rencana bisnis dia. 


“ Tentu saya setuju. Tunggu waktu makan siang nanti kita ketemu lagi. Semua data yang anda perlukan sudah ada. Proposal sudah saya perbaiki. “ katanya sigap. Dia tidak jadi sarapan. Langsung berdiri dan pergi. Janji akan ketemu lagi makan siang. Saya geleng  geleng kepala. Semangat bisnisnya luar biasa.  Aku  telp Lena, sekretarisku di Hong Kong. " Lena, saya sudah kirim file proposal. Suruh Wenny check semua data suppy chain.  Suruh James periksa data buyer yang ada di Eropa. Pastikan sebelum jam 12 siang saya sudah dapat semua confirmasi. Apakah data itu valid atau tidak. " Kata saya. Kalau benar data  proposal vali. Ini peluang yang sudah lama aku dambakan. Yaitu jadi mitra strategis pemilik merek produk fashion berkelas dunia. Kalau tidak, aku akan lupakan Alin. Engga perlu ketemu lagi.


Siangnya usai meeting dengan ralasi, aku temui Alin yang sudah menantiku lebih 1 jam. Dia tersenyum menyambutku di lobi. “ Udah makan? tanyaku.  Dia hanya tersenyum. Tapi aku tahu dia belum makan. Aku ajak dia kerestoran yang ada di hotel. Proposal yang dia serahkan sudah diperbiki. Lengkap dengan data yang aku perlukan. Aku tersenyum. 

“ Sudah berapa lama kenal dengan buyer di Eropa ini? Tanya saya.

“ Dua tahun lebih. Saya hanya jadi broker saja. " Katanya seraya memperlihatkan lembaran dokumen LC yang pernah dia kerjakan.

“ OK. Sekarang kamu siap kalau saya ajak ke Eropa. Kita temui buyer itu.” 

“ Ke Eropa ? dia terkejut.

“ Ya. “

“ Ya siap. Tapi saya harus urus visa dulu. “

“ Ya uruslah. Saya tunggu kamu di Hong Kong. “ Kataku. Dia terdiam dan menunduk. .

“ Alin, ini ada uang. Kamu pakai untuk bayar utang dan sewa apartement. “ Kataku menyerahkan amplop berisi USD 25,000. Dia terkejut. Bibirnya bergetar menatap saya. 

“ Saya tidak pernah mendapatkan empati seumur hidup saya. Saya kerja paruh waktu untuk selesaikan kuliah saya. Bagaimanapun terimakasih.”. Katanya. Saya mengangguk dengan tersenyum. Lama dia tatap saya kembali. Lambat laun mendung diwajahnya hilang. Dia tersenyum. “ Saya berjanji tidak akan mengecewakan anda.”


***

investasi awal aku USD 3 juta. Alin dapat saham 30% dalam skema share loan yang harus dia bayar dari deviden. Bangunan pabrik kami sewa di Kawasan Industri Dongguan, China. Setahun  kemudian  pabrik garmen sudah eskpor ke Eropa. Itu tahun 2008. Kalau tadinya kami hanya produksi 4 merek. Tetapi tahun 2013, kami udah produksi beragam merek. Pabrik sudah punya sendiri. Tidak lagi sewa. Berkat dukungan pembiayaan dari Bank Of China, kami sudah merambah ke pabrik aksesoris wanita seperti Kancing, kacamata dan ikat pinggang.


Bila week end kadang aku sempatkan bertemu Alien. Namun dia tidak mau diajak makan ke tempat berkelas. Kami menghabiskan waktu makan malam di restoran kecil tempat orang kebanyakan dan setelah itu biasanya kami ikut latihan dance di taman kota bersama orang kebanyakan. “ Aku engga mau perubahan financial mengubah gaya hidupku. Aku tetaplah gadis desa. Setiap hari aku kerja keras. Setelah itu pulang ke apartement. Engga ada waktu kumpul dengan teman teman di cafe menghabiskan waktu engga jelas.”


“ Kamu harus sempatkan waktu bergaul. Siapa tahu dapat pacar. Kan bisa menikah. “


“ Dulu waktu saya tidak punya uang. Pacaran sama pria kaya, saya diperlakukan seperti keset kaki. Bahkan pria yang tadinya kuanggap teman, dia tiduri saya namun ketika saya berhutang dia bentak dan siram wine ke muka saya di depan umum. Waktu kuliah. saya punya pacar  pria miskin. Dia baik. Saya terpaksa kerja paruh waktu dan cuti di kampus agar dia lebih dulu selesai kuliah. Tetapi setelah dia dapat kerjaan. dia pergi ke wanita lain tanpa rasa  bersalah.


Saya bertemu dengan kamu disaat saya sedang terpuruk dalam usia emas saya. Kamu memang cepat mendukung saya, tapi itu tidak too good to be true. Saya harus kerja keras siang malam merealiasirkan bisnis ini. Karena kamu kan rewel sekali dan sangat detail dalam setiap perencanaan. Kamu bisa telp saya dini hari, kapan saja. Telp harus diterima.  Belum lagi kamu kadang tempramental kalau saya lambat memahami kamu. Saya akhirnya sadar. Hidup ini keras. Terlalu naif mengharapkan kebahagian dari sebuah perkawinan." katanya. Seakan dia punya dendam masalalu. 


" Hidup ini memang keras tapi lihatlah orang kebanyakan,  mereka bisa menikmati kebahagiaan dengan cara sederhana dan tetap punya harapan walau harus menghadapi kehidupan yang kadang terasa tidak adil. Menikahlah..sebelum kamu terlambat dan kamu menyesal“ Kataku.


Lama lama aku tidak ingin lagi provokasi dia untuk menikah. " Saya memang tidak punya suami dan atau pacar. Namun saya ada kamu. Kamu pria yang jadi boss saya dan juga mentor saya. Ketika saya memeluk kamu saya merasa hidup begitu aman. Dan itu saja yang saya sukuri dan selalu berterimakasih kepada Tuhan. Cukup."  Katanya dengan wajah merona.  Kini usianya sudah kepala 4 tetap bersemangat dan  tetap cantik tentunya. 

12 comments:

R. Wahyuni Triana said...

Dari beberapa 'cerpen' Babo tampaknya sering terjadi kebetulan. Babo menolong seseorang dan seseorang tersebut adalah orang yg kapabel dalam berbisnis, lalu terjadi kerjasama bisnis yang saling membesarkan. Tampaknya semesta alam turut bekerja pertemukan Babo dgn orang2 yang tepat dan orang yg dibantupun menemukan Babo yg memahami kemampuan dan visinya. Jika ini cuma cerpen fiksi mungkin saya akan katakan to good to be true, tapi entah mengapa saya koq yakin cerpen ini based on true story.

Arthur James said...

Keren skali cerita nya Babo.. sy sangat menikmati tiap tulisan Babo,byk pelajaran yg bisa di dapat.
Terimakasih Babo.

Arthur James said...

Keren skali cerita nya Babo.. sy sangat menikmati tiap tulisan Babo,byk pelajaran yg bisa di dapat.
Terimakasih Babo.

Anonymous said...

thanks renungannya, menyentuh dan mencerahkan.

Anonymous said...

🤗💖🤗💖

Anonymous said...

Alhamdulillah tks pencerahannya Babo..kisahnya menginspirasi
Salam sehat selalu

Anonymous said...

Semua Cerita Babo Bandaro Penuh Dengan Gaya Yang Inspiratif, Semoga Anak Muda Bisa Menyemangati Dirinya Dalam Maraih Masa Yang Lebih Baik...

Anonymous said...

Gurihhhhh

Anonymous said...

Terima kasih sudah mau berbagi kisahnya pak...

Anonymous said...

Cerita yg penuh motivasi. Bahwa kita harus bangkit dari keterpurukan pasti ada tangan tangan Tuhan yg membantu , thx sharingnya

Anonymous said...

Luar biasa pengalaman Babo, sangat menginspirasi. Suka membantu sesama. Terimakasih untuk ceritanya Babo.

Kino said...

Kebaikan selalu memiliki cara tersendiri, ada kalanya bergembira di jalan sunyi, setiap peristiwa bukan lah kebetulan, salam sehat 🙏

Hijrah dari atmosfir kemiskinan

  ” Udah tembus 16 ribu rupiah harga beras sekilo. Gula juga udah tembus 17 ribu rupiah. Cepat sekali berubah harga. Sebentar lagi listrik j...