Saturday, August 12, 2023

Kelemahan dan kebodohan…

 




Kemarin saya bertemu dengan Hendra dan Faisal. Mereka sahabat lama saya. Kami pernah tahun 1983 sebagai satu team  Salesman di perusahaan asing. Tahun 84 saya keluar dari salesman dan terjun berwiraswasta. Setelah itu kami masih sering ketemu. Namun setelah 87 kami berpisah karena kesibukan masing masing.  Faisal pindah ke kota kelahirannya. Setelah krismon, Hendra pindah ke Malaysia dan sukses mengembangkan bisnis manufaktur dan property di sana. Saya sendiri hijrah ke China dan berkembang disana. Sementara Faisal stuck di kota kelahirannya. Secara ekonomi hidupnya tidak berkembang. Masih sibuk bermimpi tentang kemakmuran dari pemimpin yang terpilih. Masih larut dalam narasi politik hipokrit.


“ Gimana sih caranya negara kita bisa lunasi hutang tanpa harus membebani APBN. Kan sayang sekali, sekita ratus triliun rupiah habis begitu saja untuk bayar bunga. Padahal uang sebanyak itu bisa digunakan untuk macam macam meningkatkan ekonomi dan perluasan infrastruktur.” Kata Faisal. Saya dan Hendra hanya senyum. Kami sebenarnya ogah bicara politik. Saya dan hendra tahu. Kalau kami bertemu, itu cara Faisal butuh subsidi dari kami. Dia tidak meminta tapi kami tahu diri saja. Setelah bertemu, saya dan hendra akan kepalkan uang ketangan Faisal.


Hendra yang ikut serta santai di cafe menjawab” Ah gampang itu. Kita bisa bayar cepat hanya dengan cara merawat hutan. Emisi karbon yang mampu diserap Indonesia kurang lebih sebesar 113,18 gigaton, dan  pemerintah Indonesia dapat menjual kredit karbon dengan harga USD5-10 di pasar karbon, Mudah itu. Hitung aja. Potensi pendapatan Indonesia mencapai USD565,9 miliar atau setara dengan Rp8.000 triliun.”


“ Wow wow… Faisal terperanjat. “ benar begitu caranya? Mudah banget. Utang lunas kitapun bisa makmur.” Kata Faisal. Wajar Faisal terkejut. Karena lebih setengah abad dia tinggal di lingkungan negerinya yang masyarakatnya miskin literasi. Mana terjangkau otaknya soal kredit carbon.


“ Ya. Itu pendapatan pertahun. “ Kata Hendra.


“ Terus kenapa itu tidak dijadikan solusi? Tanya Faisal.


“ Ya kalau kita sepakat masuk ke pasar kredit karbon, dan berharap mendapatkan income dari pasar karbon, ya kita juga harus patuhi standar Environment Social Governance atau ESG. Artinya Negara kita jangan hanya jualan credit carbon, harus juga punya aturan denda kepada perusahaan dalam negeri yang melewati ambang batas karbon. Sehingga demand and supply credit carbon tercipta dan harganya bisa terus naik tergantung pasar. Nah dengan begitu, upaya pengurangan emisi karbon dapat terjadi berkelanjutan dan meluas “ kata saya.


“ Siapa saja yang bakalan kena denda itu ? Kata Faisal


“ Setiap usaha atau badan usaha yang terhubung dengan terjadinya pencemaran dan pengurangan penyerapan emisi karbon atau yang mengakibatkan deforestasi. “ Kata saya.


“ Contohnya ? 


“ Seperti pengusaha tambang batubara, pabrik kendaraan non baterai, pembangkit listrik bertenaga batubara, pengusaha sawit , ya semua jenis usaha yang terhubung dengan faktor pencemaran udara dan deforestasi. "Kata saya tersenyum.


Mereka berdua saling pandang. Akhirnya hening. Saya asik aja merokok. Faisal terdiam dan Hendra tersenyum. Perbedaan yang kotras. Antara kami dan Faisal. Hanya karena lingkungan yang berbeda. Padahal sebelumnya kami pernah satu team dengan Faisal. Tapi karena proses waktu kami berubah dan Faisal tidak. 


Setelah beberapa saat Faisal berkata “ Utang bukan masalah dan kita bisa bayar dengan mudah. Bayarnya cukup jual credit carbon yang memang stok kita besar. Cara membayar yang berakhlak, sekaligus memperbaiki lingkungan hidup kita dan makmur mudah. Tetapi trade off nya kita juga harus buat aturan dengan standar ESG. Apa iya pengusaha tambang, sawit, smelter dan lain lain mau dengan standar aturan ESG itu? “


“ Trade off ini yang sulit. Sulit karena sistem politik tersandera dengan oligarki bisnis. “ Kata Hendra. “ Ya sistem politik yang melegitimasi mind corruption. Seperti halnya APBN di leverage lewat proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha atau KPBU. Atas nama proyek strategis nasional  skema KPBU, proyek itu menjadi sumber daya uang mudah bagi oligarki politik dan bisnis “  Kata hendra. 


Saya termenung denga kata kata Hendra itu. Kalau saya mengkritisi proyek infrastruktur dengan skema KPBU seperti pelabuhan, bandara, jalan toll, PLN, Pertamina, KEK, smelter, itu karena saya orang bisnis. Logika saya,  selagi proyek itu terkait dengan KPBU maka itu pasti bisnis. Soal grand design pembangunan dan niat baik demi pembangunan infrastruktur nasional, itu semua omong kosong. Mengapa? dalam proses deal bisnis, melibatkan banyak pihak dan semua pihak bicara tentang berapa dapat duit. Proses deal terjadi terus menerus dari 8 penjuru mata angin.


Yang jadi masalah adalah wawasan pemerintah terhadap proses bisnis dari adanya proyek KPBU itu sangat terbatas. Misal jalan tol. Pemerintah tidak paham bisnis model dari jalan tol. Sebagian besar pejabat menganggap jalan tol itu bagian dari PSO. Engga percaya? itu buktinya ada Kepres penugasan kepada BUMN karya untuk membangun jalan tol. Ketika negara intervensi maka terjadilah moral hazard. Memang tidak ada dana APBN keluar secara langsung, tapi keluar secara tidak langsung lewat PMN, kemudian di leverage melalui perbankan. Lucunya perbankan BUMN juga. Belum lagi, melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN), pembebasan tanah toll dibayarkan melalui APBN. Hingga Agustus 2022, LMAN telah mendanai 104 PSN dengan nilai mencapai Rp97,36 triliun. Sangat miris. Skema Bisnis tapi negara subsidi. Rente yang sangat vulgar.


Karena salah dalam strategi bisnis model, jalan tol yang dibangun tidak menghasilkan cash flow yang cukup untuk bayar bunga dan cicilan hutang bank. Akibatnya semua BUMN Karya sekarang terjebak hutang dan gagal bayar. Terpaksa akhirnya nanti di bailout negara lewat PMN. Artinya pembangunan jalan tol itu sebenarnya bersumber dari APBN. Sementara skema KPBU hanya cara mudah untuk mark up proyek dari sejak pembebasan tanah, biaya konsultant dan EPC. Engga percaya? upaya divestasi terhadap aset BUMN karya untuk lunasi utang, tidak berjalan mulus. Apa pasal?  harga kemahalan. Biaya jalan tol termasuk termahal di dunia. Mencapai USD 7 juta per KM. Padahal di Eropa $1,1-1,3 juta per kilometer. Di India, $1,3-1,6 juta. Di Cina $2,5-3,5 juta.


Apa yang terjadi pada jalan tol juga terjadi pada proyek infrastruktur lainnya. Jokowi sendiri mengakui. Kualitas perencanaan program pemerintah tidak efektif. Misalnya saja, ada pelabuhan baru dibangun tapi tidak memiliki jalan akses. Beberapa Pelabuhan international seperti Sabang dan Kuala Tanjung yang sudah dibangun sepi kapal bongkar muat. Ada pembangunan waduk namun tak memiliki irigasi. Mulai dari irigasi primer, sekunder, maupun tersier. 


Ada 32 bandara berstatus bandara internasional di Indonesia. Akhirnya 15 harus diubah status jadi Bandara domestik. Penyebabnya sepi penumpang. Padahal membangun bandara berstandar international itu triliunan.  Dan itu akan jadi beban bagi PT. Angkasa Pura, yang tentu bersumber dari utang bank. Nanti pasti akan dibailout APBN lewat PMN. Seperti kasus LRT yang salah design.  Kereta cepat yang ternyata jalan akses ke stasiun tidak tersedia. Sehingga baik LRT dan Kereta cepat Jakarta Bandung terjadi cost overrun dan terpaksa molor operasionalnya. Semua  KEK sepi pembangunan industri.


Bahkan amanah UU Minerba untuk hilirisasi. Perencanaan dan aturan tidak mendukung substansi dari program hilirisasi itu. Terkesan tanpa perencanaan. Tidak konsisten. Seperti aturan insentif pajak dan bea atas Industri downstream minerba. Akhirnya akan dicabut. Karena tidak memberikan keuntungan bagi negara. Bahkan mempercepat habisnya SDA. Misal cadangan nikel kadar tinggi hanya tinggal 7 tahun saja. Sementara kadar rendah masih ada 33 tahun. Kadar rendah itu 15KG nikel untuk 1 ton ore.  Bayangkan kerusakan lingkungan akibat exploitasi 1 ton ore agar dapat 15KG nikel. Benar benar tidak cerdas. Makanya pemerintah menghimbau agar stop smelter untuk produksi feronikel (FeNi) dan Nickel Pig Iron (NPI).


" Terima aja nasip " Kata Faisal lesu. “ Tapi bagi kalian yang sudah aman secara financial memang mudah saja kritik pemerintah. Karena kalian hidup sudah mapan secara financial dan tidak hidup dengan mimpi. Hal hitam putih di depan kalain bisa kalian lihat dengan jelas. Tapi bagi saya yang masih miskin dan tidak aman secara financial, berharap kepada pemimpin itu adalah impian. Walau impian bias terhadap realita yang brengsek, namun tetap bermimpi. Memang harus diakui mayoritas rakyat terjebak  kebodohan. Itu kelemahan yang memabukan. “ Kata Faisal. Saya dan Hendra mengerutkan kening. “ Apa peduli kalian. Bagi kalian si miskin itu adalah korban dari kebodohan dan kelemahan. Sama saja dengan ikan kecil dimakan ikan besar di samudera. “ Sambung Faisal. Ada apa dengan Faisal. Mengapa dia paranoid dengan kami sahabatnya


“ Faisal” kata Hendra dengan senyum. “ Begitu banyak pihak yang mencintai negeri ini dan peduli. Kamu baca tulisan Ale di Blog. Itu semua cara dia menncintai negeri ini. Yang bagus dia support dan yang salah dia kritik. Bukan hanya Ale, tapi banyak orang lain yang berusaha mengingatkan lewat kritik tetapi pemerintah tidak mendengar. Bagi pemerintah setiap kritik dianggap politik. Disikapi sinis oleh para partai koalisi pemerintah dan relawan, influencer. Baru disadari belakangan. Tapi semua sudah terlambat. Sementara elite politik dan semua pihak yang punya akses kepada kekuasaan sudah menikmati keuntungan dari kesalahan perencanaan dan pelaksanaan tersebut. 


Mereka sibuk menciptakan narasi excuse, “ oh kita masih belajar. Oh yang penting engga mangkrak. Yang penting proyek selesai. Menutup mata bila ICOR kita sangat buruk. Index korupsi memburuk. Index logistik juga buruk. Gembyar pembangunan hanya ada dalam cerita media massa yang dibayar sebagai influencer. Tak ubahnya dengan lembaga survey yang dibayar untuk membentuk persepsi bahwa tingkat kepuasan rakyat diatas 60%. Kami tahu itu. Rakyat yang percaya karena mereka bodoh. Tapi kami tidak. “ Lanjut hendra.

" Sebenarnya kalau kita membangun dengan akhlak yang baik, maka lingkungan terjaga, udara jadi bersih, ketertipan sosial terbangun dan utang masa lalu bisa dilunasi, bahkan kita bisa dapatkan kemakmuran dari menjaga lingkungan itu " Kata saya. " Tapi masalahnya menerapkan akhlak itu sulit, apalagi harus stop rakus.." Lanjut saya berusaha berdamai dengan realita, setidaknya memberikan hope tetap ada pada orang seperti Faisal…yang lemah dan bodoh.

Wednesday, August 09, 2023

Korupsi..





Tadi siang saya bertemu dengan Aling dan Ira. Kedua mereka adalah sahabat masa muda saya. Walau Ira berkarir sebagai profesional namun hubungan persahabatan dengan saya dan Aling yang pengusaha tidak berubah. Kami makan siang di restoran di  Plaza Indonesia. Yang menarik baik Ira maupun Aling keduanya lulusan luar negeri. Aling S2 dan Ira , S3. Hanya saya yang tidak pernah masuk universitas. Tapi mereka tetap mau menjadi sahabat saya.


 “ Pada bulan juli lalu Windu Aji Sutanto, mantan relawan Presiden Joko Widodo di Jawa Tengah ditetapkan sebagai tersangka ilegal mining nikel di Blok Mandiodo, Sulawesi Tenggara oleh Jaksa Agung. Ini secuil rangkaian dari ekspor ilegal nikel 5 juta ton yang tak jelas ending kasus TPPU nya. Sebelumnya ada kasus judi online ilegal menyebut angka diatas Rp. 100 triliun dan kasus TPPU diatas Rp. 300 triliun. Kedua kasus itu gelap. Kasus BTS Menkoinfo tidak menjangkau korporasi dan anggota DPR dan Parpol. Mengapa sisi penegakan hukum pemberantasan korupsi jadi melemah. Data index korupsi memburuk. Balik lagi ke tahun 2014.” Kata Aling.


“ Masalah pemberantasan korupsi di Indonesia memang buruk. Korupsi tetap menjadi bagian integral dari sistem politik negara dan, jika tidak ada revolusi politik, kemungkinan besar tidak akan hilang dalam waktu dekat. “ Kata Ira.


“ Sejak era Soeharto, korupsi membantu indonesia mencapai stabilitas politik. Itu juga tetap menjadi perekat NKRI. Sistem ini begitu mengakar sehingga bahkan ketika reformasi, tokoh partai yang tadinya oposisi terhadap Soeharto mengambil alih kekuasaan lewat Pemilu , KPK dibentuk tapi nyatanya sejak era Gus Dur, Megawati, SBY dan Jokowi trend korupsi terus meningkat, bahkan menurut Mahfud MD, lebih  buruk dari Soeharto. “ Kata Aling.


Saya tersenyum mendengar kata kata mereka.  “ Sis, masalah korupsi Indonesia bukanlah produk kebetulan. Sistem politik di Indonesia yang murni idealis adalah paska Pemilu 1955. Namun karena idealis itu diantara partai yang dapat kursi di Konstituante gagal membuat sistem yang ideal. Akhirnya  kembali kepada UUD 45. Soekarno mengkonsolidasikan kekuatan politik Nasionalis, agama dan komunis. Dia memberi mereka akses ke pos-pos pemerintah. Jadilah kabinet 100 menteri. Sistem yang dihasilkan didasarkan pada transaksi sederhana: kesetiaan kepada presiden, di semua lembaga politik dan peradilan, dengan imbalan akses kekuasaan politik. Tentu ini menimbulkan kecemburuan bagi TNI yang merasa ikut saham mendirikan republik ini.


Era Soeharto , era ABRI berkuasa. Sejak saat itu, jabatan-jabatan pemerintah, baik yang dipilih maupun yang ditunjuk, telah diberikan sebagai bagian dari proses negosiasi tanpa henti untuk mempertahankan kendali kelas politik atas negara dan sistem. Pejabat melihat posisi mereka sebagai peluang untuk menghasilkan uang lewat pemberian fasilitas kepada konglomerat  menguras SDA. Mereka tidak kawatir. Karena kejahatan laten di era Soeharto bukan korupsi tetapi menentang presiden atau dianggap tidak lagi loyal. Tidak ada perbedaan antara partai politik dalam upaya ini. Semua patuh  kepada Soeharto.


Pemerintahan Soeharto berganti dengan rezim reformasi. Meskipun semua partai didirikan sebagai partai pembaharu, namun amandemen UUD 45 tetap saja memberi celah korupsi untuk mengamankan loyalitas di seluruh arena politik. Selama era reformasi, Indonesia telah mengalami dua proses amandemen UUD 45. Di satu sisi, persetujuan DPR atas RUU  liberalisasi besar-besaran, khususnya di bidang energi, minerba, telekomunikasi, dan investasi. Reformasi ekonomi disetujui melalui pengaturan antara partai politik besar. Kesepakatan itu mengakibatkan partai oposisi harus dibungkam lewat kriminalisasi atau ambil bagian korup. Akibatnya mereka , kehilangan kredibilitasnya, karena  publik anggap mereka sama saja dengan koalisi partai pemenang. Semua pengesahan UU Itu dilakukan melalui korupsi, dengan suara yang dibeli, yang memungkinkan aktor ekonomi mendapatkan keuntungan dari sumber daya ekonomi. " Kata saya.


“ Ya.korupsi tiba-tiba menjadi raison d'ĂȘtre komunitas elite. “ Kata Ira. “ Korupsi telah menjadi motif utama orang terjun ke politik. Betapapun mereka menyangkalnya. Faktanya subjek di mana pembahasan APBN, pastilah transaksional diantara mereka. Dan UU KPK dibentuk, hanya untuk menyenangkan para aktivis.  Dan puncaknya era Jokowi, saat DPR 80% dikuasai Partai koalisi pemerintah, UU KPK direvisi. KPK dibonsai sudah. 


Walau retorika begitu indah tentang nilai demokrasi, tetap saja itu semua omong kosong. Mengapa?Pertama, belum ada UU pembuktian terbalik dan perampasan aset koruptor. Secara lebih luas, undang-undang anti korupsi yang ada sebagian besar membahas gejala epidemi korupsi, sehingga membantu mempertahankan status quo. Ia tidak bertujuan untuk menghilangkan sebab-sebab korupsi, seperti halnya lemah nya check and balance antara executive dan legisltatif.


Penting untuk diingat bahwa sistem korup Indonesia  tidak hanya mencakup lembaga dan partai politik, tetapi juga sistem peradilan. Aturan hukum yang mengatur institusi politik selalu didefinisikan dengan cara yang ambigu dan diskresioner. Sehingga memungkinkan mereka untuk mempolitisasi tuduhan korupsi sesuai keinginan mereka. Sebagai sarana untuk menghukum musuh politik dan menjaga disiplin politik. Justru karena korupsi merajalela, selalu menjadi cara termudah bagi mereka yang berkuasa untuk menyerang dan melemahkan musuh politik mereka.


Kekuasaan Presiden yang tidak terkendali digunakan pejabat pemerintah, di semua tingkat pemerintahan, untuk mengkorup APBN dan menguras SDA. Ini juga menyisakan terlalu banyak kekuasaan untuk memutuskan apa yang harus diselidiki di tangan pejabat yang ditunjuk yang terikat pada bos Partai politik. Politisi seenaknya mengabaikan orang-orang yang kritis. Meradang  marah ketika pemimpin dihujat. Yang kritis dipersekusi dan dikriminalisasi. Sementara politisi dan pemerintah tidak malu bila fakta index korupsi terus memburuk. “ Lanjut Ira.


“ Lantas bagaimana mengubah itu semua ? tanya Aling.


“ Saat sekarang sebagian besar rakyat tidak memiliki akses ke sumber daya dan miskin literasi. Dan, justru karena alasan itu, mereka tidak terlalu peduli dengan sistem yang korup. Kekhawatiran dan kepentingan rata-rata rakyat  malah berkisar pada hal-hal yang lebih mendasar dalam hidup, seperti keamanan, pekerjaan, dan pendapatan. Itupun  dengan standar minimal. Kalau yang minimal itu pemerintah bisa develivey, mereka  puja pemimpin seperti Nabi. " Kata saya.


" Tapi kalau minimal itu tidak terpenuhi ?Tanya Aling.


" Ya bersualah seperti kata Tan Malaka, Revolusi tidak bisa di create tapi terjadi dengan sendirinya karena situasi hopeless.. Maka yang terjadi, terjadilah..” Kata saya. Kami semua terdiam. Usia kami sudah menua. Tentu harapan kami agar semua baik baik saja...karena kami tidak pernah berhenti mencintai republik ini.

Tuesday, August 08, 2023

Cerita lama yang berulang

 


Tidak mungkin sebuah  republik dipimpin oleh orang yang sama selama lebih dari 25 tahun. Kita inginkan kemerdekaan sebenarnya. Kita tidak ingin perubahan dari dinasti ke republik tidak mengubah secara subtansi tentang kekuasaan itu sendiri. Ya walau republik tetapi kembali ke pada sistem dinasti yang mudah dikendalikan oleh kolonial asing. Setelah chaos terjadi di Medan, jakarta dan kota lainnya, tuntutan reformasi berdengung keras. Mendesak, agar Soeharto segera mengundurkan diri. Ketika suhu udara sejuk dan langit kebetulan sedang biru tanpa ditutupi oleh awan, ribuan mahasiswa menerobos pagar gedung DPR, dan berteriak-teriak dengan nada celaan, Soeharto jatuh.


Tahun 98 itu saya tidak punya bisnis. Karena jauh sebelum reformasi atau tepatnya tahun 96 saya sudah bangkrut. Saya bekerja sebagai konsultan secara independent. Tidak ada kantor. Tapi beberapa teman  pengusaha yang punya masalah keuangan akibat kurs yang terus melemah meminta saya untuk mencarikan alternatif sumber pembiayaan mengatasi cash flow mereka. Namun tidak ada yang bisa dilakukan. Kecuali memberikan pencerahan saja kepada mereka.


“ Mengapa kurs melemah. Padahal sebelumnya ekonomi kita sangat kuat dan pertumbuhan ekonomi kita dicap sebagai macan Asia. Bank Dunia dan IMF bahkan selalu memuji kehebatan Soeharto. Tapi hanya hitungan tahun, semua kehebatan itu runtuh. Mengapa ? Tanya Ira teman saya yang juga kader partai.


“ Biang persoalan karena inflasi. Kamu tahu, mengapa inflasi terjadi ? karena uang yang beredar tidak semua masuk ke sektor real. Contoh, uang dipompa negara dari bank central melalui perbankan Rp. 100 juta. Terus masuk ke rumah tangga perusahaan Rp. 50 juta. Masuk ke rumah tangga publik Rp. 10 juta. Kembali ke bank central Rp. 2 juta. Kemana yang 98 juta? masuk ke sektor financial. Apa yang terjadi ? Antara sektor produksi dan financial tidak balance. Atau disebut imbalance economy. Sampai disini paham ya. Ira mengangguk.


“ Lama lama, uang beredar semakin banyak dan produksi stuck. Ketimpangan antara produksi dan keuangan semakin lebar. Maka hukum demand and supply berlaku. Kalau engga, ya akan terjadi adjustment secara paksa. Uang akan terjun bebas nilainya. Siapa yang korban? ya orang kaya yang punya aset financial. Nah agar orang kaya tidak korban. Maka negara naikan suku bunga. Dengan suku bunga tinggi, orang kaya akan pindahkan uangnya ke bank dan akhirnya bank central kuasai lewat SBI. Orang kaya semakin kaya dapat bunga tinggi.  Berharap dari itu inflasi bisa ditekan. 


Tapi karena sebagian besar uang yang beredar masuk ke sektor non tradable alias rente. 40% APBN dikorupsi dan jelas uangnya masuk ke bank. Yang terjadi bukannya inflasi turun, malah sektor real melambat. Harga kebutuhan pokok dan BBM terus naik, sementara pasar domestik lesu akibat kebijakan suku bunga tinggi. Ya otomatis banyak kredit macet. Cash flow bank terganggu karena arus kas masuk dari debitur macet. Sementara bunga deposan tetap harus dibayar. Terpaksa pemerintah melalui BI keluarkan kredit likuiditas kepada perbankan yang kesulitan cash flow. Itu untuk menjaga dampak sistemik.  


Namun yang jadi persoalan adalah kredit macet itu bukan hanya kredit program rupiah tapi juga kredit non program yang non rupiah. Maklum banyak debitur bank menarik pinjaman luar negeri lewat penjaminan bank dalam negeri. BI harus talangi hutang yang jatuh tempo itu dalam bentuk  bantuan likuiditas atau BLBI, dan ini cepat sekali menguras devisa. Situasi ini dibaca oleh pemain hedge fund luar negeri seperti George Soros. Mereka take advantage menyerang rupiah. BI tidak mampu menahan serangan itu. Ya rupiah terjun bebas. Maka resmilah kita masuk ke jurang krisis moneter dan krisis struktural sekaligus.. kata saya.


***

Pada Era Gus, Ira ajak saya menghadiri seminar ekonomi di salah satu hotel Bintang V. Seminar dengan tema mencari solusi penyelesaian BLBI. Ketika  ajang diskusi terhadap materi seminar. Saya perhatikan mereka membahas tentang referensi materi seminar. Terkesan mengkritisi referensi. Bukan mencari solusi. Saya acungkan tangan. Saya duduk di belakang. Moderator persilahkan saya bicara.


“ Masalah BLBI itu adalah rescue perbankan. Itu tidak perlu dibahas lagi. Karena sudah ada literatur ekonomi. Soal caranya salah atau benar. Itu kita harus maklumi. Ya namanya krisis. Kadang crass program memang tidak sempurna pelaksanaannya. Yang ingin saya sampaikan adalah apakah skema BPPN lewat lelang aset adalah satu satunya solusi ? Itu referensi kuno. Itu dipelajari tahun 1960an. Tahun 70an sudah ada bidang studi baru tentang Velue Engineering, termasuk financial engineering.


Mengapa tidak terapkan skema MBO atau management by out. Yang kita lelang bukan asset tetapi managementnya. Pihak pemenang tender dapat hak mengelola asset sesuai waktu yang kita tentukan. Kalau mereka untung mereka bayar pajak. Kalau rugi, itu resiko mereka. Yang penting tidak ada PHK. Aset tidak lepas ke private. Tetap milik negara. Nanti value nya kita bisa lepas di bursa. Value pasti tinggi. Apalagi yang menang tender pastilah perusahaan yang punya sumber daya untuk kelola. Kalau engga mana mau mereka ikut lelang MBO.” Kata saya.


“ Dari mana kita dapatkan uang untuk APBN? tanya anggota panel.


“ Kita bisa sekuritisasi kontrak MBO itu dengan menjual obligasi di market. Pasti laku. Apalagi pihak MBO nya perusahaan punya reputasi. Exit obligasi  nanti lewat bursa. "


“ Emang ada referensinya ? Tanya moderator. “ sebutkan referensinya. Itu teori ngayal ala wallstreet. “


“ Saya tidak hapal. Tetapi cara MBO itu lebih sederhana dan tidak merugikan negara. Tidak menjual asset yang diserahkan obligor. Jauh lebih baik daripada lelang skema BPPN. Harga bisa jatuh sampai 30% “ Kata saya. Tetapi moderator langsung hentikan saya bicara.


***


Tahun 2010 , Ira berkata kepada saya“ Kalau ide kamu dijalankan. BCA itu masih milik negara. Valuenya milik negara. Sekarang yang nikmati swasta. Mungkin negara masih pemilik kebun sawit terbesar di dunia. Kini dikuasai swata. Yang miris, yang beli aset dalam proses lelang adalah obligor itu sendiri lewat proxy. Harga diskon 70%. Itu sama saja bayar utang hanya 30%. Tetapi semua sudah terlambat. Hanya karena kurang pengetahuan kita salah membuat kebijakan. Mahal sekali harga yang harus dibayar rakyat”


“ Sebenarnya kalau disaat krisis itu kita bersatu dan tidak berusaha menciptakan chaos politik, situasi akan lebih mudah diatasi. Karena saat itu harga komoditas ekspor pertanian sedang tinggi dan kurs rupiah melemah. Petani cengkeh, coklat, kopi, lada, karet, sawit diuntungkan akibat kurs rupiah yang melemah. Kenaikan harga kebutuhan jauh lebih rendah dibandingkan keuntungan dari kenaikan harga komoditas pertanian. Banyak petani di daerah yang kaya mendadak akibat rupiah terjun bebas. Pasar tradisional bergairah. Daya beli  rakyat tetap tinggi. Jadi yang krisis itu sebenarnya adalah pemerintah, bukan rakyat. Rakyat baik baik saja. “ Kata saya.


“ Dan sebenarnya kaum reformis digerakan oleh mesin politik dari orang kaya dan asing untuk merebut sumber daya dari tangan  Soeharto dan kroninya. Dan terbukti setelah Soeharto jatuh, kita amandemen UUD 45. Pasal 33 UUD 45 yang merupakan fondasi kokoh ekonomi kerakyatan dibonsai lewat UU PMA/PMDN dan UU Migas. Trade off nya dibuatlah UU Sistem Jaminan sosial Nasional. Itu sudah memisahkan tanggung jawab negara ke pasar. Ya kita total masuk ke sistem neoliberal. “ kata saya.


“ Ale..” kata ira dengan air mata berlinang. “ Saya merasa berdosa, Karena sebelum soeharto jatuh saya anggota DPR dan saya juga ikut menjatuhkan Soeharto. Ternyata tanpa disadari saya korban dari kebodohan yang diciptakan oleh komprador yang mengaku tokoh reformis. “ 


***


Tahun 2023, Kemarin saya undang ira makan malam. Usia kami tidak lagi muda. Usia saya 60 tahun dan Ira 63 tahun. Kami telah bersahabat 33 tahun. 


“ Ale, kamu kan tahu selama seminggu ini rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat setelah lembaga pemeringkatan menurunkan rating obligasi Amerika Serikat. Dan kemudian semakin terpuruk  pasca rilis data ekspor-impor China yang memburuk. Data BPS  menyebutkan Ekspor Indonesia alami kontraksi pada kuartal II-2023. Apakah devisa kita cukup kuat menghadapi situasi eksternal itu. ? Aku kawatir ini seperti fenomena tahun 1998”  Tanya Ira.


“ Devisa negara kita memang besar. Itu menjadi acuan setiap pengamat bahwa Indonesia akan daya tahan terhadap goncangan eksternal. Tapi orang lupa tentang teori dalam dunia keuangan. N = Px/Pm. N, merupakan TOT ( term of trade ), indeks harga ekspor (Px) berbanding terbalik dengan indeks harga impor (Pm). Dengan rumus itu artinya kenaikan N, karena perubahan harga ekspor yang lebih besar relatif terhadap harga impor. Indonesia, ekspor kita didominasi SDA, memiliki volatilitas TOT yang 3 kali lebih volatil dibandingkan negara-negara yang mengekspor barang manufaktur. Selain besaran pergerakan TOT, volatilitas ini juga mempengaruhi nilai tukar riil suatu negara.


Apa artinya?, kalau ekspor turun maka devisa kita cepat sekali tergerus. Karena 60% ekspor kita dari komoditas tradisional berbasis SDA, itu cepat sekali mempengaruhi nilai tukar riil.  Rupiah bisa terjun bebas. Pengalaman tahun 1998, itu contoh sederhana dan faktual. Kita bisa saja bangga dengan kemajuan kita sekarang dan anggota G20. Bisa saja merasa aman karena kata IMF kecil sekali kita kena resesi. Namun fakta,  struktur bangun ekonomi kita tidak berubah sejak era Soeharto. Makan dari komoditas pemberian Tuhan. Sama dengan monyet. Engga pakai otak untuk kembangkan value tetapi otot dan ngoceh.


Apa yang terjadi kalau resesi dunia tahun depan meluas ? Tahun ini tidak akan ada lagi Windfall profit yang berasal dari komoditas. Permintaan dunia turun, slowdown sebagai dampak dari resesi.  Nah kalau permintaan turun, harga juga pasti akan turun. Efek rambatan turunnya ekspor ini sangat kuat saat Eropa, terutama Jerman, mengalami resesi. Ketika Eropa resesi, ekspor China akan terdampak. Produksi China akan drop. Tentu demand china terhadap komoditas juga turun. Padahal partner dagang terbesar Indonesia adalah China.


Tidak banyak pihak yang sadar, AS sudah menjadi net exporter komoditas energi saat ini. Jika harga komoditas energi naik, otomatis dolar akan terkerek naik. Nah, kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve akan menarik dolar di pasar global kembali ke AS. Dollar akan semakin kuat. Dampaknya sangat significant terhadap balance sheet effect. SBN dalam dollar AS akan semakin tinggi bunga dan angsurannya dalam rupiah. Pagu utang yang diatur UU harus direvisi agar pemerintah tidak default. Begitu juga hutang  valas korporat seperti PLN dan Pertamina dan lain lain harus dibailout, kalau engga ya default.  Pasar modal terancam pastinya.


Dampak lebih luas terhadap dunia usaha ? Perhatikan, semua korporat yang berbisnis komoditas SDA seperti tambang, CPO, dan lain lain itu semua berkembang karena hutang bank. Baik hutang langsung maupun instrument credit antar bank berupa Non Cash loan. Kalau cash flow mereka macet akibat permintaan ekspor  turun dan harga juga turun, pastilah mereka akan mengalami kesulitan bayar bunga dan cicilan. Nah kredit korporat akan banyak masuk program recovery perbankan, mengharapkan fasilitas pemerintah agar selamat.  Kalau lambat mengantisipasi maka itu akan menjadi pasien NPL. Dampaknya juga kepada transaksi antar bank. Satu NPL akan diikuti oleh yang lainnya dengan cepat. Maklum moral hazar dari adanya crisis. Sistemik. Akan merambat ke sektor jasa seperti logistik, perdagangan dan pariwista.


Bagi pengusaha besar, keadaan tersebut sudah diantisipasi. Mereka belajar dari krisis tahun 1998. Hampir semua kepemilikan saham perusahaan sudah terdaftar di luar negeri. Engga mudah dibeslah. Laba mengalir ke luar negeri lewat skema yang rumit. Setiap ekspansi  bisnis, 70% dari bank dalam negeri. Hanya 30% dari laba. Kalau ada apa apa, mereka tinggal angkat koper dan terbang keluar negeri. Tunggu keadaan normal. Sambil menanti itu mereka menikmati kemewahah hidup,  sementara rakyat suffering akibat kurs rupiah yang terjun bebas, harga pada naik semua, inflasi merangkak naik, gelombang PHK terjadi meluas. Chaos terjadi. Dan kita akan mengulang cerita lama. Ganti rezim namun kita tidak berubah lebih baik..” Kata saya. Ira terhenyak. Kesalahan kami sejak era Soeharto adalah selalu anggap Indonesia akan baik baik saja dan anggap rezim hebat. Daya kritis terhalau karena hope yang berlebihan. Nyatanya hopeless.

Saturday, August 05, 2023

Keadilan bagi diri sendiri.

 


Supir taksi minta izin kepada saya untuk terima telp. Saya mengangguk saja.  Kemudian lanjut membaca news lewat hape. “ Ya, bu. Sabar. Bapak sedang usahakan” Kata supir taksi itu. Berkali dia berkata : sabar bu. Sabar bu. Saya tahu, kata kata sabar itu kalimat terakhir ketika orang tidak tahu jalan keluar. Tidak tahu harus berbuat apa. Tidak bisa melepaskan beban di pundaknya. 


“ Maaf boleh tahu. Tadi istrinya ya pak “ kata saya ingin tahu masalah dia.  Supir itu terdiam. Hidup ini sudah masalah bagi orang kecil. Mungkin pertanyaan saya itu naif. Sayapun tidak berharap jawaban. Setidaknya dia tahu saya punya empati. Itu saja.


“ Pak, putri saya diterima di PTN. Dia anak tertua saya. Saya sudah larang dia ikut test. Karena hidup kami sulit. Saya punya anak empat. Kalau dia masuk universitas, dia harus pindah ke luar kota. Saya harus sediakan biaya enggkos dan makannya. Belum lagi biaya kegiatannya di kampus. Berat pak..” Kata Supir itu. “ Tapi membuat dia gagal masuk PTN, itu beban mental paling berat bagi saya. Mungkin seumur hidup saya tidak akan bisa memaafkan diri saya. “ Lanjtu supir itu dengan suara lirih.


Saya tahu supir taksi itu perlu uang untuk anaknya masuk universitas. Dengan itu, dia punya hope akan masa depannya. Setidaknya dia yakin, anaknya tidak akan bernasip buruk seperti dia. Tingkat pendidikan diyakini oleh semua orang untuk bebas dari lingkaran kemiskinan. Semua orang tua ingin anaknya jadi sarjana agar bernasip lebih baik. Di indonesia sarjana adalah kemewahan. Karena tidak semua  orang punya kesempatan jadi sarjana. Hanya 4,5 % dari populasi yang jadi sarjana. Tapi apakah supir taksi itu tidak tahu bahwa dari 10 lulusan universitas 2 orang jadi pengangguran. 5 orang bekerja kontrak dengan UMR.  Hanya empat orang yang beruntung keluar dari lingkaran kemiskinn. 


Apa pasal? rendahnya index pembangunan manusia. Berdasarkan data human development report yang dirilis United Nation Development Programme (UNDP) , Indonesia masih termasuk dalam negara dengan pembangunan manusia yang menengah dengan peringkat 114. Masih kalah dengan Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura. Kelas Indonesia soal IPM (70-79) selevel dengan Filipina, Thailand dan Vietnam. 


“ Apa sih yang dimaksud dengan pembangunan manusia ? Tanya teman. 


“ Hobi rakyat membaca itu karena mereka sehat lahir batin. Itulah buah dari pembangunan manusia. Orang haus akan informasi, bukan sekedar tahu tapi terpacu untuk belajar. Potensi yang terpendam bangkit menjadi potensi real. Dari sanalah industri kreatif berkembang. Nah rendahnya literasi rakyat dan mudah terprovokasi media massa dan sosial media, itu bukti rendahnya kualitas pembangunan manusia. “ Kata saya.


“ Literasi itu apa  ?tanya teman lagi.


“ Membaca untuk belajar menganalisa informasi dan pengetahuan, dan menyelesaikan masalah secara rasional.” Kata saya. 


Mungkin teman saya tidak begitu paham. Tapi ketidak pahaman itu juga karena dia termasuk orang yang malas membaca. Perkembangan sosial media membuat orang gemar mendengar channel podcast atau membaca postingan singkat.  Semangat membaca semakin terhalau. Tingkat literasi yang rendah ini membuat politisi hidup nyaman. Karena mereka bisa memproduksi issue yang membuat orang lupa akan ketidak adilan yang bersumber dari politik sebagai panglima. Hukum jadi keset kaki. Mereka bebas membonsai kekuatan oposisi yang berusaha mencerdaskan hak hak politik rakyat.


Saya tidak pernah masuk perguruan tinggi. Tamat SMA adalah kewewahan bagi saya. Itu saya sukuri dengan sangat. Saya bersukur. Ibu saya lulusan sekolah Guru Agama dan pernah 3 tahun di ponpes. Jadi sedikit banyak dia paham agama. Saya belajar bahasa arab dan inggris dari ibu saya. Ibu saya sadar bahwa saya disleksia. Tidak bisa menghapal dengan baik.  Dengan kelemahan saya itu, ibu saya mendidik saya. Tidak melalui pelajaran tata bahasa. Tetapi lewat komunikasi langsung. Sehingga dua bahasa itu bisa saya kuasai. Dengan menguasai dua bahasa itu, saya punya kemampuan belajar secara mandiri.


Yang menarik dan sampai kini jadi dasar saya belajar adalah metodelogi belajar yang diajarkan ibu saya. Pertama. Kamu tidak akan pernah memahami ilmu apapun kalau kamu tidak tahu apa manfaatnya. Kedua, kamu tidak akan bisa memanfaatkannya dengan benar kalau kamu tidak paham mengapa ilmu itu ada. Ketiga, jangan pernah puas dengan pengetahuan yang ada. Sudut pandang pada satu hal bisa beragam. Dari keberagaman itu tidak ada satupun yang pasti benar kecuali Tuhan. Atas dasar itulah jangan pernah sombong dengan pengetahuan yang ada.


Pertama kali saya belajar ilmu marketing dan salesmanship usia 21 saat bekerja sebagai salesman di perushaan Asing. Saya dapat training. Dari sana saya tahu Seni menjual. Tahu pentingnya product knowledge, business process. Setelah berhenti kerja dan terjun ke bisnis, pengetahuan tentang product dan business process terus saya pelajari lewat bergami bacaan dan kursus serta ikut dalam seminar international tentang product knowledge. Dari produk mineral tambang, Agro, jasa logistik , migas, kimia dan biokimia, pharmasi, termasuk produk Hitech saya pelajari dengan tekun. 


Saya juga gunakan kesempatan untuk kursus pajak sampai lulus brevet B. Itu penting agar saya bisa mandiri membayar dan menghitung pajak. Saya juga belajar international trade dengan berbagai metode. Dari metode TT sampai LC, dan terus mendalami counter trade. Saya juga belajar ilmu management modern. Saya hanya Tamatan SMA-IPA. Tentu tidak pernah belajar ilmu Ekonomi dan tidak pernah lulus sarjana ekonomi. Tetapi saya bisa lulus terbaik ketika ikut kursus financial engineering yang diadakan lembaga keuangan multilateral. Sehingga saya termasuk segelintir orang pemegang certificate financial engineering di dunia ini.


Agar saya bisa berinteraksi dengan beragam kelas, Etnis, agama , saya belajar ilmu filasafat dan teologi.  Dengan dasar itu saya tahu mengapa perlu ilmu sosiologi, ekonomi, cultural, agama dan psikoanalisa. Sehingga mudah saya belajar ilmu tersebut. Maka pikiran saya terbuka dan karenanya saya bisa diterima oleh semua golongan di dalam dan luar negeri. Dan begitulah saya membangun network international dalam bisnis. 


Nah hidup saya sebenarnya berproses lewat belajar sepanjang usia. Dari proses belajar itulah saya termotivasi menegakan keadilan bagi diri saya sendiri. Berusaha survival ditengah kehidupan yang memang tidak ramah bagi si tolol dan si lemah. Engga mungkin saya berharap dari manusia untuk keadilan bagi saya. Apalagi berharap kepada pemerintah. Engga mudah memang. Dan bukan too Good to Be true …


Sampai di tempat tujuan. Saya katakan kepada supir taksi. “ Ini kartu nama saya. Suruh putri bapak temui saya.  Mungkin saya akan beri beasiswa untuk dia” Kata saya. Supir taksi itu terdiam. Mungkin tidak percaya sesuatu yang too good to be true. Setelah saya bayar ongkos taksi dan uang tip, saya masuk loby hotel untuk bertemu relasi.


***


Sorenya saya dapat telp dari seorang wanita. Dia perkenalkan dirinya sebagai putri dari supir taksi itu. Saya minta dia datang ke kantor saya di Jakarta Barat. “ Saya bayar uang kuliah kamu sampai tamat. Tetapi  biaya hari hari kamu tidak saya bayar. Gimana ? Kata saya. 


“ Terimakasih pak. Dhea akan kerja apa saja untuk hidup hari hari. Tidak akan bebani orang tua Dhea.” Katanya. Saya lihat matanya dan saya tidak perlu curiga dan ragu. Karena setiap orang perlu kesempatan untuk melewati hidupnya. Namun saya tidak akan memberikan kemudahan untuk itu. Tuhan telah memberikan akal dan kercerdasan spiritual untuk dia survival. Itu lebih dari apa yang saya beri. Benarlah, empat tahun kemudian, saya dapat kabar dia lulus jadi insinyer TI. Dhea pulang ke kampung neneknya di Jateng. Dia membuka home industri natadecoco. Ijasahnya di simpan aja di lemari. Produknya dijual lewat koperasi Ponpes. 


Setahun usaha itu digelutinnya. Dhea datang ke saya mengajukan proposal bisnis bangun pabrik minuman ringan dari Cincau. Saya miinta Yuni mitra saya di GI  untuk follow up proposal bisnisnya. Minuman ringan dari bahan cincau itu sebenarnya minum tradisional. Proses produksinya tidak rumit. Itu hanya tiga tahap proses. Mengeluarkan serat dari daun cincau lewat mesin press dicampur air hangat. Kemudian masuk ke mesin mixer untuk dicampur dengan tepung tapioka. Setelah itu masuk proses kemasan tinplate lewat tekhnologi seaming dan sealing standar FDA. Saya bangun pabrik di Malaysia.


Tapi menjualnya masuk pasar premium, itu tidak mudah. Saya  arahkan Yuni untuk memotivasi Dhea untuk memenuhi standar kepatuhan pasar ekspor yang berkaitan dengan standar higines.  Dhea perlu setahun untuk mendapatkan sertifikasi dari "Standards and Criteria for Food and Additives" yang diterbikan the Food Sanitation Act, and the standards for pesticide residues dari jepang, Eropa, Korea dan China. Dhea perlu kirim sample berkali kali dan terbang ke negara tujuan ekspor. Bahasa inggrisnya bagus sekali dan itu sangat membantunya dalam berkomunikasi. Dia juga orangnya ramah. Jawa banget. Dhea dibantu consultant international untuk mengeluarkan sertifikasi audit terhadap proses produksi HS code 2202.90. Tentu perlu kesabaran.


Setelah setahun barulah kami dapat sertifikasi. Tapi belum tentu sukses menjual. Kami harus membujuk mitra distributor dan agent lokal untuk membantu kami memasarkan produk tersebut. Kami harus berani mengirim 3 bulan hasil produksi tanpa dibayar. Memang kami memilih business model tanpa branded. Tapi kemitraan dalam marketing chain. Jadi kami tidak menanggung biaya promosi dan stok tapi kami harus berinvestasi dalam strategi promosi oleh mitra.


Setelah 4 tahun berdiri kami sudah punya mitra marketing chain untuk 6 branded di China, Korea, Jepang dan Singapore, termasuk Indonesia..Mengapa kami pilih Malaysia untuk proses produksi? karena malaysia punya Supply chain financial bagi petani yang memasok bahan baku kepada pabrik. Jadi kami tidak perlu repot bina dan modali suplier. Dan tidak perlu ongkos untuk stok bahan baku.  Dan setelah berkembang, dia menjadi  mitra dan direktur GI pada unit bisnis di luar negeri, Malaysia. Dhea sukses. Mengapa saya katakan sukses. ? Adik adiknya dia bina sama seperti saya membinanya dan kedua orang tuanya dijaganya. Dhea tetap hidup sederhana.


Kemudahan bisa melemahkan orang. Kalau dia lemah, di akan menghadapi banyak kesulitan.  Kesulitan dibalik kesulitan adalah survival,  yang bisa membuat orang kuat. Namun kekuatan karena kemudahan membuat orang mudah melakukan apa saja. Dan akhirnya melemahkan dirinya. Tapi saya percaya, orang yang berproses melewati beragam kesulitan, dia akan suskes dalam arti sesungguhnya. Dia akan tetap Focus kepada kebutuhan saja, abaikan keinginan. Nah saat itulah dia bersiap menjadi sebaik baiknya kesudahan.


Uang kuliah Mahal...

  Saya ada janji dengan teman banker untuk meeting di sebuah Hotel. Dengan menggunakan taksi saya menuju tempat meeting itu. Saya merasakan ...