Saturday, March 25, 2023

Dia naif

 



Tahun 2010 saya datang ke Bangkok untuk bertemu dengan relasi saya, Aroon.. Pagi datang. Rencana malamnya saya kembali ke Hong Kong dengan pesawat terakhir.  Janji makan siang di grand millenium hotel Bangkok. Dari bandara saya langsung ke Hotel. Jam 12.45 saya sudah di hotel. Aroon sudah menanti. Kedatangan saya untuk bertemu face to face dengan dia sekedar meyakinkan bahwa deal yang dilakukan Wenny adalah tanggung jawab saya. Dia tidak perlu ragu soal sikap Wenny. 


“ Terimakasih B, saya senang. Perubahan kontrak untuk supply nafta ke petrokimia kami tidak ada agenda lain, justru memperkuat posisi kami sebagai produsen downstream oil. Kami akan patuhi SOP supply chain dari Yuan. Termasuk standa sumber daya keuangan. Wah kami benar benar punya mitra solution provider. One stop service dan transfaran “ Kata Aroon.


Aroon tidak bisa lama lama. Dia harus kembali ke kantor. Tapi dia sediakan supir dan asistennya mendamping saya selama di Bangkok. Setidaknya sampai Sore. Ingat pesanan istri untuk beli lukisan tenun Thailand. “ Dimana saya dapat lukisan tangan dengan teknik tenun.” Tanya saya kepada asisten Aroon. Wanita. Usia mungkin belum tiga puluhan. Namanya Achara.  


Dia menunjuk ke dinding cafe. ” Seperti itu ya “ 


“ Ya.” Kata saya melirik ke arah lukisan di tempel di dinding.


“ Anda tunggu saja di sini. Dalam 20 menit saya akan bawakan lukisan itu. “ Kata Achara.  Dia langsung berlalu. Saya tunggu aja sambil minum kopi dan baca news lewat laptop ukuran portable. Benarlah tak lebih 20 menit dia sudah datang dengan bukusan panjang. Dia perlihatkan isi bungkusan itu. Gambar gajah dengan benang tenun emas.  Halus sekali. “ Berapa harganya ? Kata saya. Mau ganti uangnya. 


“ Engga perlu pak.  Boss saya yang bayar” Kata Achara. 


“ Wah jadi merepotkan. “ 


“ Kami tidak tahu harus memberi apa hadiah untuk anda. Apalagi anda tidak suka hiburan ala bangkok. Waktu anda juga sempit. “ kata Achara. Saya menangguk dan tersenyum “ terimakasih”. Kata saya dan terus asik dengan komputer.  Achara tetap berdiri sedikit menjauh dari table saya. Namun dia siap untuk melaksanakan kebutuhan saya.


“ Pak, ..” Seru Achara.

Saya mendongak beralih dari komputer kepada Achara. “ Ada apa ?


“ Maaf, kalau terkesan naif.  Saya..”


“ Ya silahkan bicara. Engga usah sungkan” Kata saya melambaikan tangan “ Duduk di sini sajalah “ kata saya memintanya duduk disamping saya. Dia melangkah dengan santun. Setelah duduk dia masih diam.


“ Ada apa? Bicaralah “tanya saya dan berusaha tersenyum agar dia bisa relak. 


“ Saya punya keluarga di kampung. “ Katanya mulai berani bicara. “ Kami punya kebun jahe merah. Tapi bingung memasarkannya. Selama ini jual lokal dan ada juga ekspor dalam keadaan mentah ke Malaysia, India, dan China. Nilai tambahnya kecil. Apa mungkin kami dapat jalan bangun pabrik minyak jahe dan dapat dukungan sebagai supply chain industri.” Kata Achara. Saya membuka kacamata baca saya. Sempat berpiki sejenak. Saya sudah pengalaman di Indonesia. Yang paling sulit mendidik petani agar bekerja sesuai standar indusri.


“ Sudah produksi minyak jahe ? tanya saya.


“ Udah pak. Tapi dengan tekhnologi sederhana.”


“ Bisa saya dapat contohnya.” 


“ Bisa pak. “ 


“ Ya udah. Kamu kirim ke alamat saya di Hong Kong.” Kata saya memberikan kartu nama. Dia senang.


***

Seminggu kemudian, sekretaris saya memberikan paket dari bangkok. Saya buka paket itu. Isinya sampel minyak jahe dalam botol. Saya hirup aromanya. Tidak begitu kuat. Memang home industri untuk pengolahan hasil pertanian tidak aplicable untuk spek kebutuhan industri minuman atau industri pharmasi. Saya ignore saja. Ini buang waktu untu di follow up. 


Dua hari kemudian, datang pria muda datang ke kantor saya. Dia menyebut nama Achara. Saya izinkan dia masuk ke kamar kerja saya. “ Saya tidak bisa bantu pasarkan produk minyak jahe kalian. Maaf. Sampaikan ke Achara.” Kata saya to the point.


“ Bisa tahu sebabnya.?


Saya ambiil file spec minyak jahe yang diperlukan industri pharmacy dan industri minuman. “ Kamu test minyak jahe ini di lab dan bandingkan dengan spec requirement untuk bahan baku industri minuman dan pharmacy.” kata saya. Dia mengangguk. Dengan tersenyum dia berkata akan segera mempelajari spec requirement dari saya.


***

Setahun kemudian, Achara telp saya.” Bapak saya Achara. Apakah anda masih ingat setahun lalu di Bangkok” Terdengar suaranya di seberang.

“ Ya ada apa?

“ Boleh ketemu anda ?

“ Loh anda kan kerja di Petrokimia.”

“ Saya udah berhenti. Saya ingin membantu bisnis keluarga” 

“ Oh ok.”

“ BIsa pak?

“ Saya sedang di Ho Chin Minh. Datanglah kemari.”

“ Siap pak,  terimakasih.”


Sore harinya dia sudah  ada di Hotel saya. Saya terima dia di lounge executive. Dia perlihatkan gambar lahan pertanian. Proses tanam dan panen. Pengolahan secara sederhana. Saya lihat satu persatu photo itu.” Maaf. Saya berharap bapak bisa meninjau lahan pertanian kami. “


Saya tatap lama wajah Achara. Ini wanita naif. Dia pikir siapa. Seenaknya provokasi saya untuk bisnis yang engga jelas. Saya senyum aja. Kesan saya tidak bisa ditutupi bahwa saya tidak tertarik masuk terlalu jauh dengan obsesinya. Terlalu banyak di dunia ini orang punya impian. Bisanya hanya mengeluh dan berharap too good to be true. Telp masuk dari luar.  Saya bicara cukup lama. Usai, saya kembai ke Achara. “ Nanti saya pikirkan. Tapi saya tidak janji apapun.” Kata saya cepat.  Achara menganguk. Dia maklum. Karena saya terus sibuk terima telp. Dia pamit. Saya mengangguk seraya menerima uluran tanganya untuk salaman.


***

Malam hari saya pergi makan di kawasan distrik 2 Ho Chin Minh. Sekretaris saya dampingi saya. Saat akan masuk ke dalam kendaraan, di luar lobi ada Achara. Dia tersenyum kepada saya.  Saya dekati. “ kamu engga pulang ? Dia terdiam. Wajahnya keliatan lelah dan muram. Artinya dia sudah lebih 5 jam menanti di luar lobi. Pertarungan yang tidak mudah diatas harapan yang sangat kecil.


“ Mau temanin saya makan malam ? tanya saya. 

“ Terimakasih pak..tapi “ dia keliatan ragu.

“ Ayolah..” Kata saya mempesilahkan pintu terbuka duduk di belakang dengan saya. Sekretaris saya duduk didepan bersama supir. Akhirnya dia mau juga masuk ke dalam kendaraan.


“ Pak..Serunya saat dalam kendaraan “  beri saya peluang. Arahkan saya apa sebaiknya yang harus saya lakukan. Itu aja saya harapkan dari bapak. Maaf pak. Mungkin saya terlalu naif.” kata Achara dengan mata berlinang. Mungkin dia sangat berharap dan kehilangan cara untuk memprovokasi saya. Saya termenung.  Sepertinya saya membaca pesan cinta dari Tuhan dari sikap naif nya itu. Tapi saya tidak bisa memberikan too good to be true. Bagaimanapun pertimbangan bisnis yang utama. 


“ Pak, kami usahakan ekspor 200 liter minyak jahe ke pabrik yang jadi member supply chain anda. Proses produksi sesuai dengan spec requirement. Saya akan bangun mini industri untuk proses sesuai standar industri supply chain. Mesin itu memastikan proses 80% tidak ada human touch. Higines dan nol kontaminasi sejak dari pencucian dan penggilingan, pemecahan sel, sampai destilasi uap. Destilasi uap itu cara efektif sebagai separator menghasilkan minyak atsiri. “ Kata Achara saat sampai di restoran. Saya terkesima. Penguasaan tekhnis luar biasa.  “ Pak, saya perlu USD 100.000 beli mesin minin industri “ Kata Achara dengan ragu ragu. Naif memang. 


Saya tatap lama dia. Sampai dia salah tingkah.” Saya akan sediakan USD 100,000. “ Kata saya akhirnya membuat keputusan.. “ Nah seebelumnya kamu harus ajukan quotation kepada divisi trading saya untuk kontrak 200 liter. Setelah kontrak, kamu akan dapat uang dari saya secara personal “ kata saya. Achara langsung berlutut depan saya. Dengan merapatkan kedua telapak di dadanya , dia mengucapkan terimakasih. 


***




Tiga bulan kemudian saya dapat kabar dari Divisi trading Yuan, bahwa Achara sukses delivery ke pabrik minuman di Korea. Memuaskan. Setahun kemudian, Achara menyanggupi  long term kontrak sesuai standar supply chain global kami. Saya udah lupakan. Itu sudah urusan management Yuan. Soal uang USD 100,000 tidak lagi saya pikirkan. Karena dua tahun kemudian, berkat dukungan supply minyak jahe itu kami berpeluang melakukan ekspansi kapasitas pabrik minuman ginger ale. Sebagian lagi memenuhi kebutuhan pabrik pharmacy di China.


***

Tahun 2015, saya bertemu dengan Achara di KL. Dia tetap seperti dulu. Rendah hati dan terkesan inferior di hadapan saya. “ Pak, ini laporan keuangan perusahaan saya” Katanya menyerahkan map berisi lembaran kertas. Saya baca laporan keuangannya. Aset USD 12 juta. Hutang bank USD 5 juta. Laba ditahan 7 juta. Modal disetor USD 100,000. Saya tatap lama Achara. “ Apa maksud kamu dengan laporan keuangan ini? 


“ Perusahaan saya bisa berkembang berkat dukungan Yuan. Saya dapat akses ke lembaga keuangan untuk investasi dan modal kerja. Saya juga dapat training product knowledge dari devisi supply chain Yuan. Sehingga produk saya bisa masuk ke downstream lebih luas. Hampir semua jenis minyak Nabati sudah saya produksi. Value makin tinggi dengan menggunakan tekhnologi SFE. Nah, ini perusahaan bapak. Saya hanya kerja. Yang penting keluarga saya dapat jaminan market dengan harga yang tidak terpengaruh dengan musiman. Harga sesuai dengan pasar international” katanya menunduk. 


“ Saya siap ubah akte perusahaan untuk melepas semua saham kepada bapak.” Katanya lagi. “ terimalah saya bagian dari visi bapak “ Dia menunduk tanpa ada keberanian menatap saya.


“ Kemari ! “ kata saya meminta Achara mendekat saya. Saya peluk dia. “ kenapa kamu terlalu terbawa perasaan. Ini hanya soal bisnis. Saya berjudi setiap hari. Kadang kalah, kadang menang. Biasa saja. Berkat kerja keras kamu, pabrik minuman saya di korea bisa berkembang dan pabrik herbal saya di china mendapatkan bahan baku yang berkualitas. Kamu telah menjadi mitra sejajar dengan saya. Tidak usah terlalu merendahkan diri. Lupakan soal transfer saham kepada saya. Kelola aja bisnis itu dengan baik. Paham ya sayang.” kata saya dan kemudian melepas pelukan saya. Tapi dia semakin mempererat pelukannya. Tanpa bersuara. Saya tahu Achara menangis.


“ Pak..” Katanya setelah melepas pelukannya. “ Saya sebenarnya anak yatim. Saya dibesarkan orang tua angkat. Mereka sekolahkan saya sampai jadi sarjana. Walau saya sudah mapan bekerja di perusahaan negara bidang Petrokimia, tapi saya tetap merasa berhutang kepada keluarga orang tua angkat saya. Makanya saya putuskan berhenti kerja. Saya ingin manfaatkan ilmu sarjana kimia  saya untuk  membantu mereka medapatkan keadilan atas sumber daya yang mereka punya. Tanpa sains tidak mungkin mereka bisa berkembang. Tapi saya tidak ada jalan dapatkan modal. Saya berdoa siang malam kepada Tuhan agar dapat jalan. Entah mengapa saat pertama bertemu bapak, seperti ada cahaya. Saya yakin. itu tanda dari Tuhan atas doa saya selama ini.” Katanya. Saya senyum aja. 


Tahun 2018, Achara sudah membangun refinery ginger oil dengan mesin modern. Omzet nya kini pertahun sudah mencapai USD 150 juta atau hampir Rp. 2 triliun. Tahun 2022 saya bertemu dengannya di Bangkok. “ menikahlah, Usia kamu udah 35 tahun. Kapan lagi mau menikah” Kata saya saat bertandang ke rumahnya.


“ Belum ada jodoh. “Katanya tersenyum. 


Saya minta izin sholat. Dia persilahkan sholat di Kamar nya yang bersih. Di dalam kamar itu ada photo saya dengan dia tahun 2010 saat saya menerima lukisan bahan tenun. Ada tulisan dibawah photo itu. You've opened my eyes. And showed me how to be smart and unselfishly.  Saya terhenyak. 

Friday, March 24, 2023

Kekuasaan ala Machiavelli



Kami duduk berhadap-hadapan di ruangan sebelum boarding pesawat. Sepertinya aku kenal. Ya pasti kenal. Betapa tidak. Diam diam aku suka dia. Entah mengapa suka. Tidak perlu dijelaskan. Dia cantik pastinya. Cerdas dan terpelajar. Doktor bidang Ekonomi. Saat aku kali pertama mengenalnya 15 tahun lalu. Usiaku 45 tahun dan dia 35 tahun. Dia salah satu pengajar program short course Supply chain management di Universitas di Eropa. Caranya mengajar sangat komunikatif. Aku yang hanya tamatan SMA bisa mencerna pelajaranya dengan cepat.  


“ Anda bisa cepat menguasai pelajaran, karena anda termotivasi pada business supply chain. Itu umum terjadi pada peserta kursus dari kalangan business man. Beda dengan peserta kursus dari karyawan atau mahasiswa.” Katanya dengan berwibawa seraya menyerahkan sertifikat. Aku tidak begitu peduli dengan sertifikat itu. Karena keberadaanku dalam program short course itu hanya mengisi waktu senggang selama 7  bulan mengembangkan bisnis Asset Management di Eropa. 


“ Apa rencana anda dengan menguasai kursus ini? Tanyanya. Aku memang merahasiakan profile ku. Dia hanya tahu aku sebagai pedagang UKM di Indonesia, yang sedang mencari ilmu untuk berkembang. Setidaknya selama kursus aku bisa lebih memahami supply chain management. Ini berkaitan pengadaan, manajemen life cycle product, perencanaan stok dan likuiditas, pemeliharaan aset, dan logistik. Pengetahuan ini sangat penting untuk  memahami sumber daya dan mendalami proses manufaktur. 


Tujuanku sebenarnya bukan sekedar mempelajari Supply chain management tetapi lebih daripada itu ingin mengembangkan bisnis jasa trading untuk membantu produsen tetap kompetitif di pasar yang terus berubah. Ini akan memastikan kesuksesan mereka di masa depan. Selain itu, dengan gangguan rantai pasokan global yang terus menjadi ancaman, memberikan solusi kepada produsen untuk merespons dan mengelola risiko ini dengan cepat. Jadi bukan sekedar bertindak sebagai pedagang tetapi solution provider. Ini obsesi-ku terhadap Yuan Holding di masa depan.


 “ Maaf, apakah nama anda Lilian? Sapaku dengan ramah. “ Pengajar supply chain mangement di London tahun 2009.”


“ Ya benar. Sudah lama sekali. Maaf kalau saya tidak bisa mengingat satu persatu perserta kursus ” Katanya. Dia Cantik. Sedangkan aku sudah menua.  


“ Nama saya Ale “Kataku memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan untuk menjabatnya. Dia menerima jabatan tanganku dengan angkuh. Aku tahu diri saja. 


“ Dari anda saya dapatkan penjelasan lebih mudah tentang supply chain. Sehingga  saya bisa melewati kursus dengan mudah. “Kataku dengan sedikit memujinya.


“ Tapi sekarang saya  bekerja di Investment Holding. Kantor saya di Singapore. Kantor Pusatnya di Hong Kong “ Katanya. “ Business nya berfacus kepada jasa supply chain untuk industri pertanian, mineral, kimia. Perusahaan dilengkapi dengan sistem digital logistik, cash management, warehousing untuk inventory dan perkapalan. “Lanjutnya.


“ Mengapa anda tidak bekerja di Indonesia. Bukankah Indonesia butuh skill seperti anda.” Kata saya.


“ Walau saya orang Indonesia, sulit untuk profesional seperti saya bekerja di lingkungan yang korup dan standar akuntabilitas yang rendah. Saya lebih memilih di Singapore saja dan tidak mau bekerja di perusahaan milik orang Indonesia.”


“ Mengapa ?


“ Pengusaha indonesia itu nepotisme. Profesionalitas tidak berkembang. Mereka hidup kebanyakan dari rente” Katanya.


“ Gimana bisnis di Singapore ? Tanyaku. Aku mau tahu perspektif nya sebagai mentorku.


“ Sekarang Singapore dapat berkah. Bank kelebihan likuiditas berkat surplus ekspor Indonesia. Itu juga berkat windfall dari kenaikan harga komoditas, bukan karena nilai tambah industri. Indonesia sejak era SBY sampai sekarang memang terjadi deindustrialisasi. Sementara Singapore industri tumbuh dengan pesat terutama industri IT. “ Katanya. 


Aku memilih menyimak saja. Ya dia memang mentorku, setidaknya aku pernah 3 bulan mendapat ilmu dari dia.


“ SDA kita besar. PDB kita terbesar 16 di dunia. Tapi likuiditas perbankan kalah jauh sama Singapore. Padahal PBD Singapore 1/3 PDB Indonesia. Asset perbankan Singapore juga lebih besar dari Aset perbankan Indonesia.  Data statistik konsumsi rumah tangga yang berkotribusi 55% dari PDB, pertumbuhannya selalu dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Itu artinya tingkat kesejahteraan kita semakin tahun semakin turun nilainya. Dan lucunya karena itu kekuasaan tetap kokoh berdiri dan setiap presiden berganti selalu dibebani harapan. Ternyata harapan omong kosong semua. Kita engga kemana mana. “ Kata Lilian. 


" Sepertinya singapore itu kaya berkat punya tetangga indonesia yang bodoh dan malas. " Kata Lilan kemudian.


Wah ini sepertinya dia punya concern yang besar terhadap nasip bangsa Indonesia. Memang pekerja migran lebih objectif menilai negaranya daripada mereka yang kerja di Indonesia. Visi mereka luas,  seluas gaulnya.


“ Mengapa ? tanyaku seperti dulu jadi muridnya.


“ Untuk menjawab pertanyaan kamu. Sebenarnya tidak sulit. Fenomena kekuasaan itu sudah dibahas secara vulgar oleh  Nicolo Machiavelli dalam bukunya the Prince.”Katanya. 


Aku menyimak.


“ Kekuasaan itu didapat dari merangkul orang lemah dan frustrasi. Dan mengajak mereka untuk bersatu melawan siapa saja dengan janji populis. Walau cara mendapatkan kekuasaan itu tidak etik dan tidak bermartabat. Itu tidak penting. Karena selalu ada pembenaran bagi pemenang. Ketika berkuasa, maka yang dilakukan adalah membuat aturan yang membungkam orang lemah itu dulu. Di era sekarang, dibungkam lewat UU ITE. Hanya dianggap melanggar pasal hate speech, itu bisa mengurung orang 5 tahun penjara sedikitnya.


Machiavelli tidak mengutuk kejahatan sebagai alat kekuasaan. Dia malah menyarankan tindakan amoral dilakukan dengan cepat. Penguasa juga perlu mencari cara agar rakyat selalu bergantung pada negara. Kalau sistem diperlukan agar simiskin tidak bisa mengakses sumber daya, ya sistem itu akan di-create. Pada waktu bersamaan penguasa membagi bagi sumber daya kepada elite yang mendukung kekuasaannya, untuk agar elite itu jadi budak kekuasaan. “ Katanya.


Lilian terdiam sebentar. Aku sabar menanti wejangannya. 


“ Sebenarnya indonesia berusaha membangun agenda state of capitalism. Namun tidak dengan agenda seperti Singapore dan China, yang mana BUMN nya lead  terhadap bisnis strategis. BUMN bertugas melaksanakan agenda ekonomi Walt Whitman Rostow. Yaitu negara diwajibkan hadir untuk mendistribusikan sumber daya  seraca proporsional kepada rakyat sesuai dengan tahapan pembangunan yang terprogram dan konsisten. Sayangnya Indonesia, sejak reformasi kita berubah bukan kepada peningkatan nilai atas dasar agenda yang jelas, tetapi lebih pragmatis dan too good to be true. Akibatnya distribusi sumber daya tidak terprogam, jatuh tidak kebawah tetapi berputar diatas saja. Rasio GINI tetap lebar.” Kata Lilian. 


Pembicaraan terhenti. Karena kami harus masuk boarding. Dia tersenyum melambaikan tangan masuk lebih dulu. Maklum dia duduk di business class. 


***

Sampai di Bandara Changi kami bertemu lagi di kuridor kedatangan. Dia menanti taksi dan aku menanti jemputan dari Yuan holding. Dia terkejut meliat supir dengan seragam Yuan. Dia mendekatiku.


“ Anda siapa ?tanyanya mengerutkan kening.


“ Ale, kan tadi saya udah beritahu nama saya.”


“ Maksud saya, mengapa anda dijemput kendaraan Limo. Ini hanya untuk CEO saya. “ Katanya. 


“ CEO ? Aku terkejut. Mangapa dia tahu ini kendaraan CEO Yuan Holding. " anda kerja di Yuan Holding? tanyaku.


" Ya saya Business development director " Katanya seraya mengangguk. 


“ Mari satu kendaraan dengan saya. Saya turun di Mandarin Hotel dan kamu terus ke kantor dengan kendaraan ini. ” Kataku ramah. 


" Tapi ini kendaraan Mrs Fiona, boss saya. Engga boleh saya dalam kendaraan ini" Katanya bingung. 


" Engga apa apa. " Kataku menguatkan untuk tidak ragu masuk kedalam kendaraan.


“ Anda belum jawab pertanyaan saya, Mengapa anda dijemput kendaraan boss saya. Yuan kan dimiliki Tycoon Hong Kong. “ Tanyanya.


“ Kebetulan saya kenal dengan salah satu pemegang sahamnya."Kataku cepat.


“ Yang mana ? Ibu Wenny atau Steven, Wada, Richard. Yang mana teman anda?


“ Ibu Wenny. “ Kataku singkat.


“ Hebat ada orang indonesia kenal dekat dengan Tycoon Hong Kong. "Katanya dengan nada percaya tidak percaya.  " Bisnis anda di Jakarta apa ? Lanjut tanya lagi.


“ Penulis dan pembaca doa.”Kataku singkat. Dia mengangguk namun menatapku dengan wajah mengerutkan kening. "  Maaf, saya naik taksi aja. " Katanya ramah. Ya udah bye bye..

Saturday, March 18, 2023

Berkah dari tercerahkan..

 





Tahun 2009 teman saya kenalkan saya dengan pengusaha wanita.  Namanya Dini. Usianya sekitar 30an tahun. Saya sendiri awalnya tidak tahu apa sih usahanya. Males tanya. Belakangan dia sering telp saya. 


“ Pak bisa ketemu kah. Saya ada peluang bisnis.” Katanya satu waktu lewat SMS. Saya sanggupi ketemu. \


“ Pak, ini ada orang punya lahan 60 hektar. Tanah itu tidak bisa dibangun. Karena ada kasus sengketa. Tapi kasusnya sudah sampai MA. Dia dipastikan menang. Dia perlu uang Rp. 2 miliar untuk bayar orang dalam MA. Dia janji setelah dana Rp. 2 miliar disetor, dalam dua hari, surat keputusan ingkrah soal tanah itu keluar. Dia beri hak bapak kelola tanah itu. Bagi hasil 30 persen untuk bapak dan 70% dia. “ Kata Dini dengan lancar dan menyerahkan dokumen untuk saya pelajari. Saya hanya menyimak. Saya jamu dia makan dan minum. Selama sebulan dia terus SMS saya. Tanyain soal tanah itu. Saya diam saja. 


Satu waktu, dia datang lagi dengan  peluang. Dia telp saya saat saya sedang di Hong Kong. Dia datangi saya di Hong Kong. Saat bertemu dia ceritakan peluang bisnis yang dimaksud “ Ini ada orang punya proyek Apartement. Sudah 70% selesai. Mereka kurang uang. Mereka mua pinjam atau kerjasama. “ Kata Dini. Dia serahkan semua dokument proyek itu. Saya pelajari dokumen itu. Lebih sebulan saya tidak respon peluangnya itu. Saya diamkan saja SMS nya.


Lain waktu dia datang lagi membawa peluang bisnis. Katanya dia dekat dengan Gubernur.  Dia tawarkan konsesi kawasan Industri. Dia sempat atur makan malam dengan Gubernur itu di Singapore.  Seperti biasa makan malam itu saya bayar.  Keesokannya dia pulang bersama Gubernur. Sayapun tidak pernah ambil peluang kedekatannya dengan Gubernur itu. Walau dia berkirim email dam SMS banyak sekali menawarkan peluang. Tapi saya tidak response apapun.


Sampai tahun 2014 tidak ada henti dia memberikan peluang kepada saya. Tidak ada satupun saya follow up. Dan setiap bertemu saya jamu dengan ramah, makan minum saya bayar.  Sampai satu waktu jam 1 pagi saya dapat telp dari Dini.  Saat itu saya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. “ Pak, bisa bantu saya. Saya ada di kantor Polisi Kelapa Gading.” katanya. Tanpa banyak tanya. Saya minta agar taksi ganti haluan ke Kelapa gading.  Dari polisi saya dapat informasi bahwa dia kena raziam narkoba. Saat Polisi grebek Apartement. Dia sedang bersama teman temannya. Ada 8 orang. Mereka pesta narkoba. Polisi sudah periksa urine nya memang negatif. Tapi mana ada yang gratis. Saya keluar uang agar DINi bisa pulang.


“ Pak saya tidak ada tempat tinggal. Suami saya ceraikan saya sejak 6 bulan lalu. Saya punya anak satu. Perempuan. Dia ikut papanya. “ kata Dini. Ya saya tempatkan malam itu Dini di hotel. “ Selama seminggu kamu punya kesempatan cari tempat kos” Kata saya bayar bill hotel itu. Dia terimakasih. Saya pulang.


Keesokanya dia telp saya untuk minta bertemu. Saya sanggupi. Kami bertemu di cafe. “ Pak ini ada peluang bisnis. Ada teman yang punya koneksi dengan pengusaha batubara. Dia mau bangun hauling road. Dia sudah ada kontrak dengan pemilik tambang. Dia hanya perlu uang untuk lobi Pemda. Soal dana kontruksi jalan, dia sudah dijanjikan dapat kredit dari bank. “ kata Dini. 


Saya tatap lamam dia. Sampai dia salah tingkah. Akhirnya saya geleng geleng kepala. “ Din,  Seru saya.” Saya kenal kamu udah lebih 5 tahun. Saya tidak tahu motif kamu kenal saya. Kamu selalu bawa peluang bisnis ke saya. Tapi peluang itu semua sampah. Tidak sulit saya tahu. Itu semua hanya modus untuk merampok investor. “ Kata saya tegas. “  Dan harap kamu catat. Tidak ada investor yang bego. Kecuali orang kaya karena warisan atau koruptor. Saya bangun bisnis dari nol, dari kaki lima. Saya hapal semua permainan. “ Kata saya. Dini terkejut. 


“ Baik saya jelaskan satu persatu mengapa saya katakan sampah. “ Kata saya untuk mencerahkan dia. “ Kamu tawarkan kerjasama selesaikan kasus sengketa lahan. Hanya Rp. 2 miliar, saya akan dapat peluang kelola lahan 60 hektar, nilainya Rp. 1,2 triliun. Keliatannya mudah. Bagi saya tidak sulit untuk tahu bahwa itu modus penipuan. Paham. Nah soal kerjasama penyesalain Apartemen yang sedang masa kontruksi. Kalau developer sudah dapat 70% pembeli, dia tidak sulit dapatkan kredit kontruksi dari bank. Dan saya tahu sebagian besar, developer rampok uang pembeli dan bank. Itu yang kamu tawarkan ke saya. “ kata saya. Dini menangis. 


“ Dan soal Gubernur teman kamu itu. Terbukti belakangan dia kena OTT KPK. Dari awal saya sudah tahu. Dari cara Gubernur itu bicara dan minta wanita penghibur. Saya udah anggap dia sampah. Bahaya ditemanin. “ kata saya. Dini menangis. Saya bayar bill. Tinggalkan dia sendirian. Sebenarnya masih banyak yang harus saya clarifikasi atas sikap saya selama ini terhadap peluang yang dia tawarkan. Tapi cukuplah itu saja. Biarlah dia berpikir. Semoga dia tobat dan mau berubah.


Tahun 2018.

Saat saya sedang perjalanan ke  Bandara dia telp saya. “ Pak bisa ketemu. Sebentar aja.” Katanya.

“ Saya sedang OTW ke bandara mau ke Hong Kong. Kamu datang aja ke bandara. Pesawat saya 2 jam lagi.” kata saya.  

“ Siap pak.!  Segera saya meluncur ke bandara. Terminal 2 ya” 

“ Ya. saya tunggu di McD

Hanya tunggu 15 menit. Dia sudah masuk MC D. 

“ Ini pak “ katanya menyerahkan dokumen.  Dia tidak mau provokasi apapun. 

“ Kamu deal langsung dengan pemilik proyek ?

“ Ya pak. Langsung tanpa perantara.”

“ Saya perlu dokumen tambahan “ kata saya seraya tulis dikertas “ Pertama, surat dari bank tentang peluang investor masuk dalam proses recovery. Kedua, kalau peluang itu bisa SWAP jaminan dengan Payment guarantee dari bank di luar negeri. Saya masuk. Kalau engga, engga usah call saya. Paham” kata saya. Dini mengangguk. Saya segera masuk ke dalam bandara untuk check in. Seperti biasa saya beri uang transfort USD 300. 


Tiga bulan setelah itu, tidak ada berita apapun dari Dini. Saya diamkan saja. Ogah tanyain. Tapi masuk bulan ke 5 dia telp saya. “ Pak bisa ketemu.? katanya. Saya sanggupi. Saat itu saya sedang di KL. Dia terbang ke KL. Saya temui dia di kantor saya. Dokumen yang saya minta dia serahkan ke saya. Saya tatap lama dia. “ Yakin kamu ini?


“ Lebih tiga bulan saya berjuang yakinkan bank dan pemilik perusahaan. Saya tidak pernah sebut nama investor dan mereka tahun saya wanita miskin, Pengangguran. Tapi saya terus aja datangi mereka. “ Kata Dini dengan grogy


“ Jadi dokumen ini asli ?  Kata saya menegaskan maksud saya.


“ Ya asli pak.” Dini berlinang airmata.


“ Ya udah. Hari ini kamu pulang bareng saya ke Jakarta. “ Kata saya. Dalam perjalanan saya telp Awi. Sampai di Bandara, Awi sudah ada.  “ Wi, ini kenalkan, Dini” Kata saya perkenalkan Dini.  “ kamu temanin Dini selesaikan peluang bisnis dari dia. Minta dokumen dari dia. Libatkan Yuni selesaikan urusan in” kata saya. Belakangan saya tahu, transaksi itu selesai sempurna. Dini dapat fee sebesar Rp. 25 miliar. Awi dapat untung hampir Rp. 150 miliar setelah exit ke Investor dari China. Tapi sejak saya kenalkan dengan Awi, Dini tidak pernah hubungi saya lagi.


***

Tahun 2023 januari…

Saya amprokan dengan Dini di Singapore. Dari jauh dia setengah berlari mendekati saya  dan memeluk saya. “ Bapak terimakasih pak.”  Katanya.  Saya senyum aja.


“ Ada apa di Singapore?


“ Saya jadi agent bahan kimia untuk  B3. Saya dapat kontrak dengan Pertamina dan beberapa perusahaan. Duh berkat uang dari koh Awi saya bisa bangkit lagi.  Saya udah beli apartement di Central Park. Putri saya ikut saya sekarang.“ Kata Dini dengan wajah cerah. 


“ Alhamdulilah”


“ Pak kalaulan dari awal bapak cerahkan saya, mungkin saya tidak perlu berkali kali bawa proyek bodong ke bapak.” 


“ Terus kenapa nangis waktu saya kuliti kamu? Tanya saya dengan tersenyum


“ Saya dari awal jatuh cinta dengan bapak. “ kata Dini dengan wajah bersemu merah. “ Saya malu dengan hidup saya yang tidak berguna. Apalagi tahu, kesan bapak saya itu komplotan penipu. “ Kata dini.


“ Hanya itu alasannya?


“ Bukan itu saja.”


“ Apalagi ?


“ Ya setiap ketemu bapak masalah kebutuhan saya yang mendesak bisa bapak atasi. Kan bapak selalu beri saya uang. Uang itu lebih dari cukup untuk bertahan “ Kata Dini menutup wajahnya. Dia malu bicara itu.


‘ Ya udah. Jaga diri kamu baik baik”  kata saya saraya memeluknya. Pergi. Karena masih ada janji ketemu relasi. Saya senang dengan keadaan Dini sekarang. Kadang kata kata pahit bisa mengubah seseorang. Setidaknya orang bisa tersadarkan bahwa dia harus berubah agar dia bisa berkembang. Tentunya itu karena dari awal Dini percaya kepada saya. Kalau tidak, kata kata pahit itu kan berubah manjadikan dia pembenci dan dia akan semakin terpuruk. 

Jangan melewati batas..

  Tahun 2013 september, Holding Company yang aku dirikan sejak tahun 2006 berada dibawah pengawasan dari pihak yang ditunjuk oleh konsorsium...