Friday, September 15, 2023

Negeri diatas Awan.

 




Saya bertemu dengan Florence di cafe pavorit kami. Wajahnya nampak murung. Galaukah dia? saya diamkan saja. Tetapi dia menutup mata saya dengan telapak tangannya “ Kenapa sih pandangin gua terus? emang gua anak ABG? Gua udah tua tahu! “ Kata Florence.


“ Lue sahabat gua sejak saya usia 20 tahun. Gua suka lu. Salah!


“ Ya gua tahu. Tapi udah dech jangan seperti kita muda dulu. Engga perlu goda gua. Genit luh .” Katanya merengut.


“ Ada apa kamu? kenapa nampaknya seperti galau? 


“ Coba dech lu bayangin. Rakyat yang tinggal turun temurun sebelum Indonesia merdeka, mau diusir begitu saja dari lahan mereka di Pulau Rempang hanya karena membela kepentingan investor “ kata Florence. Oh ini soal Pulau Rempang. Saya mengangguk. “ Lantas apa bedanya dengan era Kolonial ? lanjutnya.


“ Ah kamu aja yang baper. “ Kata saya santai. FLorence meolotot mau tabok saya. “ Kamu terlanjur punya persepsi bahwa kemerdekaan itu adalah hak semua rakyat atas sumber daya dan lahan. Engga begitu say. Merdeka kita itu adalah kelanjutan dari sistem kolonialisme. Walau berganti era namun esensinya tetap sama. yaitu kekuasaan kaum pemodal. Itu tidak pernah berubah sejak sebelum Indonesia di proklamirkan. Hanya saja jalan perubahan itu berliku..” Sambung saya. Sepertinya Florence mengerutkan kening dan termenung. “ Coba jelaskan mengapa gua  terjebak soal persepsi kemerdekaan itu” tanya Florence


Saya senyum aja. Engga mau jelaskan. Nanti dia makin stress. Usianya tidak beda dengan saya. Usia 60 tahun. Dulu masih muda dia marah, saya engga kawatir. Tapi usia menua, kawatir darah tingginya naik. Saya inginkan dia sehat. “ Jelek, “ teriak Florence. Kalau suasana hatinya tidak sedang blue selalu panggil saya dengan sebut jelek “ Jelaskan ke gua. Apa maksud lue soal persepsi merdeka yang salah itu. “ Kata Florence. 


“ Ok gua ceritain tapi jangan dipotong kalau gua  sedang bicara” 


“ ya gua siap menyimak “ katanya. Saya seruput kopi dan entah mengpa saya termenung ke sejarah masa lalu.


“ Dibalik sejarah kisah proklamasi kemerdakaan yang kita baca. Apakah kita pernah merenung tentang suasana kebatinan Soekarno dan Hatta saat akan memproklamirkan kemedekaan Indonesia. Para pemuda pelopor yang mayoritas kaum kiri maksa Soekarno Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan. Jepang sudah jatuh. Apalagi yang ditunggu, kata para pemuda militan itu. Tapi Soekarno dan Hatta menolak. Bahkan para pemuda itu sempat menculik mereka berdua dan diancam akan dibunuh bila tidak segera memproklamirkan kemerdekaan. Tetap saja mereka berdua menolak. Nah cobalah renungkan. Renungkan suasana batin mereka..Bahkan saat akhirnya Kemerdekaan Indonesia di proklamirkan juga, di kediaman Soekarno di Jalan Penggansaan, Jakarta, Soekarno sedang sakit malaria. Dia juga tidak serius amat.  Terpaksa saja. ” Kata saya. Florence bengong. 


‘ Mengapa Soekarno Hatta sampai ragu memproklamirkan kemerdekaan Indonesia ? 


“ Kala itu, Soekarno , Hatta sangat tahu diri. Mereka bukan siapa siapa dihadapan Pemerintahan Dai Nippon. Jepang walau sudah kalah perang dunia kedua tidak punya legitimasi menentukan masa depan Indonesia. Yang berhak itu adalah pemenang perang, dan dalam hal ini adalah Belanda dan sekutunya. “Kata saya. Saya seruput lagi kopi dan hisap rokok dalam dalam.


“ Tantangan yang dihadapi mereka dalam mencapai kemerdekaan adalah Belanda yang ingin kembali berkuasa di Indonesia. Di sisi lain, Belanda mengakui juga kaum feodal yang bernaung dibawah sistem kerajaan yang sudah eksis sebelum Indonesia merdeka.  Soekarno Hatta bukan keluarga kerajaan. Mereka berdua sama dengan elite pergerakan yang tidak legitimit. Kalau diibaratkan era sekarang, mereka berdua dianggap pemberontak, kaum radikal dan para pemuda kiri pendukungnya dianggap teroris. 


Dan lagi Soekarno Hatta tidak punya kekuatan akar rumput. Mereka hanya intelektual yang dianggap berbahaya oleh pemerintahan kolonial. Tapi mereka punya sahabat yang cerdas dan militan. Dia adalah Sutan Sjahrir, yang punya akses kepada kekuatan akar rumput kaum kiri. Soekarno , Hatta dan Sutan Sjahrir sudah bersahabat jauh sebelum Indonesia merdeka. Walau ketiganya adalah nasionalis namun cara mereka memperjuangkan nasionalisme itu berbeda jalan. Soekarno ingin merangkul semua golongan dalam satu barisan nasional ( front nasional). Hatta condong kepada sosialis religius.  Sedangkan Sjahrir adalah sosok sosialis international. Ketiga orang ini punya keyakinan sama. Yaitu anti kolonialisme.


Sebagai sahabat antar mereka tidak ada sekat. Kadang bertengkar, kadang tersenyum dan kadang saling becanda. Hubungan lebih kepada personal. Mereka  bertiga pernah di penjara dan dibuang kepengasingan oleh Belanda. Hatta dan Sjahrir diasingkan ke Pulau Banda Neira. Soekarno dibuang ke Bengkulu. Setelah Jepang masuk dan Belanda terusir, mereka dibebaskan. “ Kata saya. Saya terdiam. Lama. 


“ Terus..” desak Florence.


“ Ya. Selanjutnya mereka atur strategi. Soekarno dan Hatta tampil di permukaan mengutamakan jalan dialogh dengan Dai Nippon , dan kemudian dengan Belanda, walau tahu itu tidak produktif untuk dapatkan kemerdekaan. Sementara Sjahrir bergerak dibawah tanah. Memprovokasi kaum kiri (komunis ) untuk mengganyang kaum feodal. Kalau lue baca sejarah Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56, tidak ada satupun wakil dari keluarga kerajaan. Sebagian besar yang hadir dalam acara proklamasi itu adalah kaum kiri. Kebanyakan mereka penghuni Asrama Menteng 31 yang diasuh oleh Sutan Sjahrir.


Kaum kerajaan yang pertama kali proaktif mendukung berdirinya republik adalah kesultan Yogyakarta dan Surakarta. Sementara kerajaan lain seperti kerajaan Melayu setuju bergabung dengan Republik tapi tidak melebur. Tetap mempertahankan kerajaan dalam sistem federal. Bisa dibaca sejarah hasil rapat Komite Nasional Indonesia (KNI) di Medan pada tanggal 3 Februari 1946. “ Kata saya. 


“ Tentu kerajaan yang masih eksis itu hambatan serius bagi Soekarno dan Hatta terutama dalam berunding dengan Belanda. “ Kata Florence.


“ Ya benar. Itu sebabnya Soekarno dan Hatta perintahkan Sjahrir untuk menggerakan kaum kiri melakukan revolusi sosial di Sumatera timur yang merupakan kekuasaan Kesultanan Melayu. “ Kata saya.


“ Mengapa kaum kiri? Tanya Florence. Dia sepertinya larut dalam kisah ini.


“ Karena kaum kiri udah pengalaman melakukan pemberontakan di era kolonial Belanda. Para aktifis dan organisasi bawa tanah mereka memang militan dan punya cara hebat menggerakan kaum tertindas, seperti para petani yang lahannya digusur oleh Belanda atas restu kerajaan. Para buruh kebun dan tambang yang dapat upah ala kadarnya, kerajaan malah ikut mendukung penindasan oleh kolonias Belanda. 


Nah aksi ini motori oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Barisan Harimau Liar (BHL). Volksfront dan Partai Sosialis Indonesia (Parsi) besutan Mr. Amir Syarifuddin yang berdiri November 1945. Organisasi inilah yang melakukan aksi. Walau Kerajaan islam Melayu sangat kuat dan didukung ulama, engga ada urusan bagi mereka.  Tak terbilang korban dari kaum bangsawan dan raja yang dibantai mereka. Benar benar bar bar. Satu keluarga bangsawan dikumpulkan di halaman masjid dan dibunuh. Dikubur dalam satu lubang. Ya kalau boleh dikatakan revolusi Indonesia adalah revolusi kaum kiri revolusi bau amis darah.


Walau keluarga kerajaan dibunuh dan kesultanan runtuh oleh revolusi sosial rakyat, namun tidak menghllangkan legitimasi  eksistensi kesultanan itu dihadapan Belanda dan PBB. Pengakuan kedaulatan Indonesia sesuai dengan hasil KMB yang berlangsung di Den Haag, Belanda, 23 Agustus - 2 November 1949. Mengakui keberadaan Indonesia Serikat atau negara federal. Mengapa? karena memang saat itu sudah terbentuk negara negara federasi seperti Negara Indonesia Timur (NIT) yang berdiri tahun 1946. Negara Sumatera Timur tahun 16 Februari 1946. Negara Sumatera Selatan pada 30 Agustus 1948, daerah meliputi Palembang dan sekitarnya, dengan Presiden Abdul Malik. Negara Pasundan. Negara Jawa Timur pada 26 november 1948. Negara Madura  pada 21 Januari 1948. 


Juga Balanda melegitimasi terbentuknya negara Kalimantan Barat, Kalimantan Timur Dayak Besar (daerah Kalimantan Tengah) Daerah Banjar (Kalimantan Selatan) Kalimantan Tenggara,  Jawa Tengah,  Bangka Belitung,  Riau Kepulauan. Semua negara itu, delegasinya hadir dalam KMB. Mereka itu melanjutkan monarki di Indonesia. Belanda memang mendesign Indonesia seperti negara di Timur Tengah. Jadi sebenarnya Belanda ingin melanjutkan kolonialisme dalam bentuk pan nasionalis atau republik Indonessia serikat ( federal).


Namun Soekarno , Hatta dan Sjahrir smart. Mereka provokasi elite islam. Maklum anggota Parlemen Republik Indonesia Serikat mayoritas tokoh islam. Mereka tampil kepermukaan setelah kaum kiri sukses mengganyang elite kesultanan. Pada waktu bersamaan  Sjahrir menggerakan mesin politik kaum kiri untuk melakukan revolusi rakyat melawan negara bentukan Belanda itu. Chaos ini memang dibenarkan oleh konstitusi RIS pada pasal 43 dan 44. Penggabungan antara negara atau daerah dimungkinkan karena kehendak rakyat. 


Di tengah krisis politik itu. Parlemen setuju dengan gasasan Natsir untuk kembali ke negara kesatuan. Dengan demikian, negara RIS berakhir dan secara resmi pada 17 Agustus 1950 terbentuk kembali NKRI. Dengan Soekarno sebagai Presiden dan Moh Hatta sebagai Wakil Presiden RI. Setelah itu Pemilu langsung digelar tahun 1955 untuk melegitimasi Republik Indonesia. “ Kata saya.


“ Terus dimana bedanya era sekarang dengan era kolonialsme” tanya Florence. Saya tersenyum. Memang kadang naif orang terpelajar di Indonesia. 


“ Duh say, yang harus kamu tahu. “ Kata saya. “ Tanpa dukungan Politik AS terhadap Indonesia, tidak mungkin Belanda diam saja saat krisis  politik di   wilayah federal itu terjadi. Belanda tahu kok chaos politik itu karena rekayasa Soekarno yang memang dari awal menolak negara federal, dan tidak nyaman bila irian barat tidak termasuk yang diakui sebagai bagian dari Indonesia. Serangan militer Indonesia merebut irian barat tahun 1962  itu juga dukungan AS. Tanpa itu, tidak mungkin Indonesia bisa menang mudah dan sukses melakukan referendum Politik Irian Barat yang melegitimasi kekuasaan Indonesia. " Sambung saya. Kembali hisap rokok.


" Setelah itu " Lanjut saya. " Soekarno berusaha melepaskan diri dari jejak sejarah dukungan AS dan sekutu. Dia membentuk Gerakan non Blok setelah indonesia resmi keluar dari PBB. Dia juga berdansa dengan .China untuk mengimbangi hegemoni AS. Tapi karena itu Soekarno di jatuhkan oleh kekuatan inteligent CIA. Seoharto tampil ke panggung kekuasaan dengan bau amis darah kaum kiri. Dia patuh kepada AS, jadi golden boy pama Sam. 32 tahun kekuasaan Soeharto, hampir 90% wilayah Indonsia dikuasi AS dan sekutunya lewat konsesi MIgas dan Mineral tambang. Sementara kaum kiri diganyang dan kaum agama dibonsai” kata saya. Saya hisap rokok dan seruput kopi. Saya termenung.


“ Terus..” desak florence.


“ Era reformasi, UUD 45 di amandem. Pada tahun 2002, OECD berkantor di DPR sebagai mentor melakukan amandemen  UUD 45. Semua partai yang kini berkuasa adalah mereka yang merubah UUD 45. Dari 194 ayat, 3 Pasal Aturan Tambahan, 2 Aturan Peralihan yang terdapat dalam UUD 2002 hanya 25 ayat yang terdapat dalam UUD 45 dipertahankan. Jadi ini bukan amendment tapi merubah UUD 45. “ Kata saya.


“ Bagaimana struktur Indonesia setelah perubahan UUD 45 ini ?


“ Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan langsung oleh rakyat tapi bukan lagi penguasa tertinggi. Karena MPR sebagai wakil rakyat tertinggi diubah. MPR hanyalah sekedar majelis pertemuan bersama atu joint session assembly yang tidak punya kewenangan mengubah dan menetapkan UUD, karena bukan merupakan lembaga tertinggi pelaksana kedaulatan rakyat; menggunakan sistem presidensial, dan memisahkan perekonomian nasional dengan kesejahteraan  sosial.


Sehingga mengakibatkan sistem perekonomian Negara tidak lagi dilandasi oleh asas kekeluargaan untuk keadilan sosial, tetapi telah berubah menjadi sistem ekonomi individualistis dan bebas seperti pemikiran ekonomi kapitalistis. Pada tahun 2002, Asian Development Bank memberikan pinjaman lunak kepada Pemerintah Indonesia untuk mendukung Program Financial Governance and Social Security Reform senilai USD 250 juta. 


Saya ingat ketika bantuan itu diberikan, salah satu teman aktifis berkata bahwa ada dua agenda besar dari program ini, yaitu mereformasi koperasi dan jaminan social dalam Blue Print Economic reform. ST-MPR 2002,  secara konstitusional, bangun usaha koperasi tidak lagi dianggap perlu atau wajib dikembangkan di Indonesia. Sehingga secara konstitusi Koperasi sebagai alat perjuangan rakyat dalam bidang ekonomi tidak lagi mendapat tempat istimewa dihadapan Negara.


Kemudian diperkuat lagi dalam amandemen UUD 45 Pasal 33 dengan menambah ayat 4. Ayat  ini seakan mengingkari secara halus ayat 1,2, dan 3-nya dimana perekonomian disusun secara prinsip demokrasi. Jadi tidak ada lagi perlakuan istimewa kepada satu pelaku ekonomi. Siapapun dapat mengusahakan perekonomian secara bebas alias liberalisasi perekonomian. Hal ini tertuang dalam ayat selanjutnya yaitu ayat 5 dimana ketentuan lebih lanjut diatur UU. UU yang mana? lihat saja UU penanaman modal dan UU Cipta Kerja,  yang kental sekali nuansa liberalnya. “ kata saya.


“ Oh..” Florence berlinang air mata.” Ternyata persepsi saya selama ini salah. Ternyata kemerdakaan itu hanya omong kosong. Itu tak lain kelanjutan dari sistem kolonialisme dimana kepentingan pemodal dan investor sebagai prioritas. 


“ Dan kamu harus tahu. Tahun 2003 keluarlah UU BUMN dan tahun 2003 juga UU SJSN masuk dalam proglegnas. Tahun 2004 UU SJSN disahkan. Dengan demikian pendekatan BUMN dan SJSN yang kemudian melahirkan UU BPJS memang bisnis oriented. Rakyat sebagai konsumen harus siap membayar atas dasar ekonomi semata. Jangan kaget kalau jasa dan Produk BUMN dan tarif BPJS tidak pernah turun, terus naik dari tahun ke tahun. 


Bukan hanya dari tarif negara rampas penghasilan rakyat, tetapi juga lewat pelemahan kurs rupiah. Belum cukup puas, Lewat tangan investor dengan alasan pembangunan ekonomi,  negara melegitimasi penggusuran tanah milk rakyat. Ganti untung dalam jangka pendek tapi merugikan rakyat  dalam jangka panjang. “ Kata saya. Florence bengong dan akhirnya termenung. Airmatanya berlinang. Saya tahu dia marhaen sejati. Dari muda saya tahu dia sangat setia dengan idiologi Seokarno. Kaum marhaen pasti menangis kalau mendengar rintihan rakyat ditengah konflik agraria.


“ Engga usah dipikirkan terlalu jauh.” Kata saya dan rangkul dia “ Besukur saja, kita bukan korban dari sistem kekuasaan, tapi kita justru menikmati hidup makmur berkat kemerdekaan. Soal rakyat miskin, itu udan takdir mereka jadi korban kebodohan atas nama agama dan idiologi. Biarkan itu tugas pemerintah yang urus. Setiap era ada tangan Tuhan untuk mengubahnya. Sejarah membuktikan itu. “ Kata saya. Florence tersenyum. 


“ Lue kan punya rumah di Singapore. Punya tabungan jutaan dollar. Kenapa engga menetapkan aja disana. Lupakan saja Indonesia. Nikmati masa tuan dengan damai disana.” Kata saya.

“ Disana engga ada lue. Engga rame hidup gua tanpa lue.” kata FLorence dengan wajah bersemu merah. Saya senyum aja.

Sunday, September 10, 2023

Cinta dan kemanusiaan.

 




“ Ale, sejak Yuni di Hong kong, urusan adik asuh lue, gua yang urus. “ kata Awi. Saya mengangguk. “ Sekarang gua ada masalah.” Lanjut Awi kemarin waktu ketemu saya. Dia terdiam.  Saya tunggu dia bicara. 


“ Gini ale..”’ Suara Awi tertahan. Sepertinya dia ragu untuk mengatakan sesuatu.


“ Ya gua siap dengar. Ada apa ? Desak saya


“ Puput, anak Mira ditolak oleh orang tua pacarnya.  Padahal mereka sudah sepakat untuk melanjutkan hubungan ke pernikahan” Kata Awi kemudian.


“ Masalahnya apa ?” 


“ Masalahnya, orang tua pacar Puput itu kan, Chadra. Dia direktur anak perusahaan kita dari unit bisnis pabrik tableware… “


“ Kan mereka saling cinta. “ Kata saya. “ Kenapa Chandra begitu ?


“ Masalahnya beda kelas lah Ale. Satu anak kerja di kantin, dan satu lagi direktur. “ Kata Awi berusaha menegaskan pokok persoalan yang terjadi.


“ Oh itu masalahnya.”


“ Kemarin gua dengar, Mira di  bully oleh Chandra. Semua orang dengar. Dia minta agar Mira jauhkan Puput dengan anaknya. Sekarang Mira sakit. Engga masuk kerja…”


***

Tahun 90an. Suatu saat ada teman banker nawarkan lelang terbatas rumah yang disita karena gagal bayar. Harganya murah. Saya beli rumah itu tanpa mikir apapun. Rumah itu saya jadikan rumah singgah bagi PL yang mau tobat. Mengapa saya beri nama Rumah Singgah? karena saya tidak mau rumah itu jadi tempat permanen atau semacam tempat rehabilitasi. 


Saya ingin mereka jadikan rumah itu hanya transit menuju dunia normal. Kebetulan ada teman yang engga punya uang bayar kontrakan, saya tawarkan dia tinggal di rumah itu sekaligus sebagai bapak dan ibu asuh terhadap anak anak PL yang tinggal di rumah itu.


Biaya makan mereka saya tanggung. Biaya pendidikan kursus trampilan untuk yang tidak punya ijazah SMU saya tanggung. Yang mau kuliah, saya tanggung. Lambat laun jumlah penghuni rumah singgah mencapai 18 orang. Saya batasi sampai sebanyak itu saja. Karena saya tidak mungkin menanggung semua mereka yang bermasalah. Setidaknya dengan kemampuan saya, saya bisa berbuat walau kecil. Selebihnya saya berserah diri kepada Tuhan. Sehari hari yang urus anak anak mantan PL itu adalah pengurus , sementara saya sendiri tidak pernah datang ke rumah singgah itu karena kesibukan saya sendiri.


Apakah sulit saya menanggung mereka ? tidak. Ada saja teman yang berempati membantu biaya bulanan itu. “ Kamu menghabiskkan uang lebih 10 juta untuk 4 jam di KTV tapi kalau uang sebanyak itu kamu gunakan membantu rumah singgah, itu sudah bisa menghidupi mereka sebulan, Dan kamu telah berperan memberi cahaya bagi mereka yang sedang dalam gelap. “ BIasanya setelah itu mereka bisa disadarkan dan ikut membantu. Tahun 2004 ke 18 orang itu keluar semua dari rumah singgah. Rumah singgah itu saya sewakan ke orang lain dan akhirnya saya jual.


Dari Yuni saya tahu bahwa para alumni 18 orang itu, semua sukses menjalani hidupnya sebagai wanita terhormat. Tentu usia mereka kini tidak muda lagi. Sebagian besar mereka mendapaktan jodoh yang hebat dan ada juga yang masih sendiri, atau jadi single parent. Tapi sukses mandiri. Mereka para PSK itu memang salah dan berdosa. Tidak bisa dihadapi dengan dakwah dan hujatan bernada ancaman neraka. Mereka hanya lupa bahwa Tuhan mencintai mereka. Dan tugas kita mewakili Tuhan untuk menyampaikan pesan cinta itu. Lewat berbagi dengan tulus setulusnya..itu aja. Selebihnya, soal hidayah, itu urusan Tuhan.


Mira adalah salah satu dari penghuni Rumah Singgah Namun hanya tiga bulan, dia sudah merasa bosan. Dengan janji akan pulang ke kampong, dia minta modal kepada pengurus Rumah Singgah agar dapat bisa memulai hidup barunya. Tapi ternyata uang yang dia terima seharusnya untuk modal malah dia gunakan untuk pesta. Mendatangi tempat hiburan malam sambil menghabiskan uang. Hanya seminggu uang itu habis. 


Dia terpaksa mencari pelanggan di bar dan café untuk menyambung hidupnya. Saat itulah dia bertemu dengan pria yang ingin menikahinya. Empat bulan kemudian dia menikah namun perkawinan itu hanya bertahan tiga bulan. Karena perkawinannya di ketahui oleh istri pertama dari suaminya. Dia memilih mundur dan melupakan pernikahannya.  


Diapun kembali ke dunia malam. Saat itulah dari temannya Muktar dia berkenalan dengan seorang pria, Mamat. Entah mengapa kenalan pertama, dia tidak melihat Mamat sebagai pelanggan tapi pria yang membuat dia jatuh cinta. Awalnya dia ragu untuk memulainya tapi akhirnya dia beranikan melakukan tindakan cepat. Dan cepat pula berlalu dan setelah itu dia hamil. 


Mira tidak bodoh untuk mengetahui bahwa anak dalam rahimnya itu buah dari hubungan dengan Mamat. Dengan kekecewaan Mamat terhadap dirinya, membuat dia terluka dan menyesal akan kehidupan masa lalunya. Sejak itupula dia berniat benar benar bertobat dengan menjaga cabang bayi dalam rahimnya tumbuh. Mira tahu dia banyak dosa dengan menzolimi dirinya sendiri tapi dia bukan pembunuh. Apalagi bayi dalam rahimnya ada karena kehendak Tuhan. Ini pesan cinta dari Tuhan agar dia melihat kehidupan dengan mata hati dan sabar. Tentu ada hikmah.


Tahun 2003, Mira menghubungi saya kembali. Itu setelah 8 tahun tidak berjumpa. Dia tidak ada jalan lain untuk dapatkan bantuan biaya berobat anaknya. Karena saya sedang di luar negeri, saya minta Yuni beri Mira uang. Setelah itu tidak ada berita lagi dari dia. Tahun 2014 Mira kembali menghubungi saya. Mengabarkan bahwa Putrinya diterima di PTN. Dia tidak ada uang untuk biaya kuliah anaknya. Saya minta perusahaan Yuni memberikan beasiswa. Pada saat itu juga Yuni tawari Mira kerja kelola kantin di Pabrik. Karena kerjaan tadinya sebagai kuli konveksi. Tahun 2018 Putrinya sudah sarjana. Tahun 2019, Putrinya, diterima berkeja di MNC bidang riset Marketing dan keuangan. 


18 orang dari penghuni rumah singgah saya dulu itu, sampai kini mereka sudah saya anggap seperti adik saya sendiri. Usia mereka hanya bertaut tidak lebih 10 tahun dari saya. Walau mereka sudah mandiri namun kalau ada masalah, selalu mereka kembali kepada saya. Karena saya sibuk, saya minta Yuni membantu saya mengatasi masalah mereka.


***

Saya minta Awi antar saya ke rumah Mira di kawasan Pasar Kemis. Dia sudah dua hari tidak masuk kerja. Saat saya sampai di rumah. Dia keliatan pucat. “ Abang …” katanya membungkuk. “ Mira buatkan kopi ya” Katanya.


“ Engga usah. Saya buru buru. Masih ada urusan lain. “Kata saya menahannya pergi ke dapur. “ Ada apa kamu? sakit apa ? kata saya.


Mira terdiam. Lama lama Mira menangis tanpa bersuara. Airmatanya jatuh berurai. Saya diamkan saja. “ Dari awal Mira sudah kawatir hubungan Puput dengan putranya Pak Chandra. Mereka kenalan di Kantin. Kan Puput kalau liburan kuliah dia bantuin Mira di kantin pabrik. Saat itulah mereka kenalan. Mana tahu kalau ternyata hubungan mereka berlanjut. “ Kata Mira. 


Saya menyimak saja.


“ Minggu lalu Pak Chadra marah besar sama Mira. Di hadapan orang banyak di kantin dia hujat Mira. Karena putranya memilih jodoh dengan Puput. Pak Chandra tidak salah. Yang salah Mira, Bang. Masa lalu mira yang buruk rasanya tak pantas berbesan dengan keluarga Pak Chandra yang terhormat. “ Kata mira menangis sesenggukan. 


“ Puput tidak seharusnya menanggung akibat perbuatan  dosa masa lalu Mira, abang. Membayangkan Puput gagal menikah dengan pria yang dicintainya, rasanya beban yang tak sanggup Mira tanggung. Akan lebih baik bagi Mira, andaikan Puput tidak mengakui Mira sebagai Ibu kandungnya. Mira ikhlas. Demi kebahagiaan Puput apapun Mira lakukan, abang” Kata Mira dengan airmata berurai. Dia bersimpuh di lantai.


“ Mira..” kata saya “ Kamu engga boleh terus mengutuki diri kamu hanya karena  masa lalu kamu. Kamu sudah melewati jalan taubah yang panjang. Melewati banyak kesulitan. Dan sampai kini kamu sudah berhasil mendidik Puput jadi anak yang baik. Dia sudah sarjana dan berkeja di perusahaan asing. Itu hikmah yang harus kamu sukuri. Puput adalah hadiah dari Tuhan atas taubah kamu yang sungguh sungguh. Dia akan jadi tongkat kamu di masa tua nanti “ Kata saya. Mira terus menangis.


“ Berdiri kamu” Kata saya. Mira dengan lambat berdiri dari duduk bersimpuh. Saya peluk dia. “Kamu memang paling bandel dibandingkan adik adi saya yang lain. Tapi tidak mengurangi sayang saya. Udahan nangisnya ya. Biar saya urus soal Puput. Besok kamu kembali kerja lagi. Kasihan hampir 1000 buruh kebingungan soal makan siang. Karena kantin tutup.” Kata saya.


“ Ya abang” 


Setelah keluar dari rumah Mira, saya minta Awi atur pertemuan saya dengan Chandra dan putranya. 


***


Sorenya saya undang Puput makan malam di Restoran Hokian. Tak berapa lama datang Awi dan Chandra bersama Putranya. Chadra terkejut karena saya bersama Puput. Duduk di samping saya. Memang saya ketemu Chandra hanya dua kali sejak dia diangkat jadi direktur oleh Yuni. Saya senyum aja ketika dia menyalami saya. Saya tidak bicara apapun. Saya dengan ramah layani mereka makan malam. Tapi wajah Chandra keliatan kecut setiap memandang Puput. Puput kadang saling tatap dengan pacarnya. Saya cuek aja.


Usai makan malam. Saya pulang bareng Awi. Tak berapa lama Awi dapat telp dari luar “ Ya. Puput itu anak angkat Bapak. “ Kata Awi. Setelah sekian lama bicara dan telp ditutup. Awi, berkata kepada saya. “ Ale, tadi Chandra telp. Dia malu dengan lue. Dia sekarang tulus untuk merestui pernikahan anaknya dengan Puput” kata Awi.

Saya baca SMS yang dikirim Mira tadi siang. “ Abang, terimakasih. Selalu ada untuk Mira..” 


“ Ya jaga kesehatan kamu” kata saya segera balas SMS nya..


“ Ya abang” Reply Mira segera. “ Tadi Pak Chandra telp dia akan melamar Puput hari minggu. “


“ Alhamduililah… Hebat kamu mira. Bakalan punya cucu kamu” 


“ Terimakasih abang..” 


Saya lega. Saat ini saya merindukan Yuni. Selama ini masalah adik angkat saya, Yuni yang urus. Memang engga mudah. 

Saya tidak bisa paksa Chandra mengikuti apa yang saya mau. Ini masalah personal. Hak dia menentukan yang terbaik bagi putranya. Yang bisa saya lakukan hanyalah membuatnya mengerti arti human being. Itu aja. Andaikan tetap tidak mengerti, maka tugas saya memikirkan soal puput untuk mau menerima kenyataan. Tapi Tuhan berkata lain. Ternyata walau berbeda strata namun sama soal kemanusiaan.


Sunday, August 27, 2023

Sempak...

 





Henky adalah seorang insinyur. Selama berkarir di politik mindset seorang insinyur berubah total. Dari tadinya berbuat  dan  berbpikir berdasarkan fakta, berubah menjadi paranoia. “ Berpolitik atas dasar kekuasaan kolonialisme saratnya kamu harus cerdas. Kecerdasan itu yang membuat negara kita yang seukuran liliput di Eropa bisa menjadi penguasa atas wilayah Hindia Belanda yang kaya namun penduduknya bodoh seperti monyet.”  Kata Coorvaben, mentor politiknya seorang politisi dan juga perwira tinggi militer di Belanda. 


“ Bangsa inlander ini, tegas Coorvaben “  akan sangat berbahaya apabila dibiarkan di luar kendali Belanda. Karena biadab dan malas, kalau dibiarkan, maka bangsa inlander akan menjadi bangsa yang korup, dan apabila dibiarkan terus, akan menjadi bangsa anarkis, yang kalau dibiarkan terus-menerus justru akan menghancurkan bangsa ini sendiri.”


Sebelum akhirnya Henky dapat posisi sebagai Walikota dia lebih dulu merebut hati Anneke, Putri dari Coorvaben. Dari itu tidak sulit dia mendapat akses kepada kekuasaan termasuk restu tuan Gubernur Jenderal yang ada di Batavia. Belakangan dia merasa terintimidasi oleh pilihannya sendiri. Anneke sebelum menikah langsing. Namun setelah menikah jadi gendut. Wajahnya seperti Babi malas. Kadang dia malu membawa Anneke ke tempat berkelas kaum bangsawan dan Belanda. Untuk acara resmi dia tidak bisa menolak. Harus membawa Anneke. 


Mungkin karena pernikahan politik. Henky melewati perkawinan itu dengan prilaku politik juga. Penuh kemunafikan. Dia tidak merasa berdosa atau berkhianat bila dia punya selir pribumi. Lain halnya dengan  Coorvaben yang justru jatuh cinta kepada Imih, perempuan pribumi asal Jawa Timur, dan akhirnya menjadikan perempuan hina-dina itu sebagai Nyai. Itu sama saja berkhianat kepada Belanda. Sepertinya urusan wanita dan jatuh cinta tidak ada istilah pengkhianatan politik apalagi dilakukan secara informal. Biasa saja.


Itu sebabnya Henky tidak bisa menolak hasratnya untuk bertemu secara diam diam dengan Marry, pribumi peranakan Belanda. Marry memang cantik sempurna. Kali pertama dia bertemu di Simpangsche Societeit dikenalkan oleh Lim Tan, pedagang etnis Tionghoa. Setelah itu Marry selalu secara diam diam mendampingnya di De Club di pojok Embong Malang, Societeit Concordia di Societeitstraat, Militair Cantine di Krembangan, dan Marine Societeit Moderlust di Oedjoeng. Lim Tan yang atur semua itu. Lim Tan tentu berharap dapatkan konsesi dagang dari Henky. Henky tidak sampai jatuh hati kepada Marry. Tapi dia suka. Bukan hanya karena kecantikan tapi bisa menjadi teman bicara yang seimbang.


Namun setelah bertemu Darti, anak bedeng Tuan Thong, persepsinya tentang wanita berubah.  Dengan Darti dia tidak mendapatkan kehangatan teman bicara di tempat berkelas, tetapi kehangatan di tempat tidur. Sebelum melayaninya tidur, Darti akan datang membawa baskom dengan air hangat. Darti akan menghangatkan telapak kaki dan sekaligus membersihkan kaki Hanky dan mengurutnya dengan lembut. Kemudian membersih tubuh Henky. Andaikan Henky suruh minum air kotor itu, Darti tidak akan menolak. Henky hanya senang melihat wajah pasrah dan kalah dalam keadaan terhina seorang perempuan pribumi.


Berkali kali Tuan Thong berbisik kepada Henky soal quota dagang tembakau untuk dikapalkan ke Singapora. Henky tidak bisa menolak. Dengan aksesnya ke pada tuan gubernur di Batavia, tidak sulit dia dapatkan quota itu. Padahal berkali kali pula dia dapat bisikan dari Lim Tan untuk hal yang sama. Dia tolak dengan dalih macam macam. Henky  tidak merasa kawatir Marry dihilangkan Tuan Lim. Karena dia bisa dapatkan Nyai lain yang biasa mangkal di De Club. Uang bicara. 


Sebeum bertemu Darti, hampir setiap waktu, dia menikmati tubuh wanita pribumi. Karena setiap kali dia melihat perempuan pribumi cantik, dia tinggal suruh centeng untuk membawa perempuan itu ke tempat pesanggrahannya. Perempuan pribumi asal Mojokerto, Jombang, Sidoarjo, Manado, Aceh, bahkan Batavia dia kangkangi dan setelah itu dibuang begitu saja. Tapi dengan Darti, itu lain. Dia bisa saja dengan mudah dapatkan perempuan pribumi tanpa bersalah menghina dinakan mereka. Tapi tidak untuk Darti. 


***

Pagi itu, ketika cuaca Surabaya benar-benar cerah, Henky datang ke kantor lebih awal, dengan gaya percaya diri, dan jalan agak digagah-gagahkan. Bahkan, beberapa saksi mata menuturkan, sambil berjalan menuju ke ke ruang kerjanya, Henky sempat menggumamkan lagu. Keriangan pagi itu bubar begitu saja ketika dia usai membaca surat dari Batavia. 


“ Laporan inteligent menyebutkan bahwa tuan Thong terlibat sebagai donasi gerakan bawah tanah penentang  Belanda.” Isi surat itu.


 “ Bereskan Tuan Thong.” Perintah keras harus dia laksanakan. 


“ Ini Tuan. “ Kata Herman staf intel memberikan dokumen dari mata mata yang dia terjunkan ke gerakan bawah tanah. Termasuk tempat pertemuan “ mereka jadikan tempat rumah selir Tuan Thong untuk diskusi dan membuat rencana, termasuk yang hadir dari gerakan komunis international.  Kalau dibiarkan ini akan menjadi bola salju. “ Kata Herman. 


Henky terperanjat. “ Tuan harus paham. Sebelum terjadinya pemberontakan Diponegoro 1825-1830, pemberontakan Sitti Margopoh di Lubukbasung, Kabupaten Agam, Minangkabau, pada tahun 1908-1910, serta perkelahian antara kelasi-kelasi pribumi dan perwira-perwira Belanda di atas kapal perang Belanda Lucas Roemeltje pada tanggal 4 Februari 1924 di Laut Jawa, tidak jauh dari Surabaya. Itu berawal dari gerakan rahasia. Mereka segelintir tapi mereka terpelajar. Sangat efektif mejadi provokator kaum pribumi. Biang keroknya karena gerakan itu ada yang ongkosi. Siapa lagi kalau bukan toke toke Tionghoa itu. “ Kata Herman.


“ Sebenarnya ini intrik persaingan antar sesama toke yang ingin dapatkan akses kepada pemerintah kolonial Belanda agar dapatkan sumber daya. Dengan uang, mereka mudah memprovokasi gerakan perlawanan agar melawan kita. Walau mereka tahu toh pada akhirnya kita juga yang menang. Namun karena itu mereka berhasil menumpas pesaingnya yang berada dibalik gerombolan itu. Tanpa disadari mereka sengaja membelah persatuan antara pangeran, antar bangsawan dan tentu pada akhirnya mereka korbankan rakyat jelatah yang bodoh dan tolol” kata Herman lagi.


Henky sadar bahwa Data inteligent ini menguatkan bahwa Tuan Lim dibalik rencana pemerintah kolonial menghabisi gerakan bawah tanah yang diongkosi oleh Tuan Thong. Memang selama ini dia juga  dapatkan kemewahan dan memenuhi rongrongan Anneke dan Marry dari uang suap Tuan Lim. Dia merasa terhormat dari kedua wanita itu karena uang dan kekuasaan. Tapi dari Darti dia tidak tidak perlu keluar uang. Karena dia tidak butuh kehormatan tapi kepuasan.


***

Suatu malam sebelum Henky memutuskan untuk memerintahkan pasukannya dan intel menangkapi orang yang terlibat dalam  gerakan bawah tanah itu. Dia menemui Darti. Mengapa ? karena pada akhirnya dia harus memilih rasa hormat lewat uang dan kekuasaan atau kepuasan. Rasa hormat dan kekuasaan itu soal rasa. Sementara kepuasan itu soal kebutuhan. Dia menghadapi dilema. Walau kesetiaannya kepada Ratu Belanda tidak perlu diragukan namun kolonialisme bukanlah Ratu belanda tapi politisi kapital.


Seperti biasa Darti menyambutnya di rumah dengan senyum seperti hewan buruan yang tenang menyerahkan dirinya dihadapan predator.  “ Saya akan membunuh Tuan Thong. Juga kamu. Tuan Thong dan kamu akan mati dengan tenang dan tanpa jejak hukum. Kamu harus patuhi saya” kata Henky. 


“ Silahkan Tuan. Lakukan apa saja yang tuan suka.. “ Kata Darti tanpa menolak dan tidak pula terkejut. Sangat pasrah. “ Tapi …”


“ Tapi apa ? Bentak Henky. 


“ Jangan bunuh tuan Thong. “ kata Darti dengan tatapan kalah.


“ Mengapa ? Teriak Henky.


“  Dia telah membeli jiwa saya lewat orang tua saya yang miskin. “ kata Darti berlinang air mata. “ Saya harus patuh kepada orang tua saya” Lanjut Darti dengan menatap ujung kakinya.  Entah mengapa hati Henky luluh. Manusia macam apa perempuan pribumi ini. Dia rela mati tapi tidak siap mati bila Tuan Thong yang telah membelinya ikut juga mati. Ternyata Darti adalah pedagang sejati. Dia menjual dirinya untuk dapatkan trade off dari Tuan Thong. 


“ Jangan ragu tuan. Lakukanlah” Kata Darti merebahkan dirinya di tempat tidur. “ Kalau tuan inginkan saya minum racun, saya akan minum tampa ragu. Kalau tuan inginkan saya mati tercekik, saya tidak akan berteriak. Lakukanlah” Lanjut Darti pasrah.


Seperti ada cahaya terang melingkari tubuh Darti. Mata Hengky silau. Terduduk lemas tak berdaya. Darti bangkit dari tempat tidurnya. Dia mengambil baskom dan mencuci kaki Henky. Melepas bajunya satu persatu. Dia tersenyum sambil merebahkan dirinya kelantai. Meletakan kedua telapak kaki Hengky di perutnya sebagai keset kaki. Henky melirik tubuh Darti yang bugil. Sangat exotic, hairy yang halus dan tentu harum. Ciri khas wanita Jawa. Entah mengapa? Malam itu Henky hilang niat membunuh Darti dan Tuan Thong.


Dan hari hari berikutnya, tahun tahun berikutnya,  berbisik-bisik itu datang dari berbagai suku. Inilah awal gerakan nasional Indonesia,  yang kali pertama diperkenalkan oleh Tan Malaka dalam bukunya Naar de 'Republiek Indonesia’. Beda dengan Perang Pangeran Diponegoro, yang hanya melibatkan orang-orang Jawa. Tidak sama pula dengan pemberontakan Sitti Margopoh, di Sumatera Barat, dan sama sekali tidak menyuarakan ke-Indonesia-an.  Berbisik bisik kaum kiri yang komunis dibiayai para toke etnis Tionghoa. Kaum kanan dibiayai oleh saudagar islam etnis Arab. Lambat laun bisik bisik itu telah bersatu menjadi gerakan terorganisir menuju Indonesia merdeka. 


Dengan Anneke, Henky berada dilingkungan berkelas. Dengan Marry, dia merasa punya selera berkelas. Dengan Darti, dia merasa  kebutuhanya sebagai pria menjadi sempurna. Toh soal kebutuhan tidak perlu orang lain tahu. Sama dengan sempak yang tidak perlu dilihat orang lain. Entah apa gunanya sempak?. Memang pilihan yang tidak rasional. Itu sudah jadi kebutuhan bagi semua orang namun karena alasan moral sempak harus disembunyikan dibalik pakaian luar… Samahalnya begitu banyak pahlawan yang tidak tercatat dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Eksistensi mereka bukan untuk kehormatan kekuasaan indonesia merdeka tapi karena kebutuhan akan kedilan…

Jalan menemukan rizki...

  “ Ale, bosoboklah kita” kata Mardi lewat SMS kemarin. Walau kami jarang sekali bertemu. Mungkin setahun belum tentu ketemu. Kami saling ma...