Saturday, February 24, 2024

Harga diri dan rasa hormat

 


Sejak tahun 2003 aku hijrah bisnis ke China. Sejak itu aku diskonek dengan teman bisnisku di Jakarta. Tidak ada lagi yang mau dibicarakan. Toh mereka juga sibuk dengan dirinya masing masing. Belum tentu mereka merindukanku. Setelah krismon semua orang berusaha melakukan tranformasi bisnis atau reorientasi bisnis. Tidak lagi mengandalkan APBN, tetapi kepada kreatifitas mengelola sumber daya dan pasar. 


Aku duduk santai di lounge executive hotel bintang V sambil menikmati secangkir kopi dan rokok. Kadang aku berlama lama dalam kensendirian sampai aku bosan dan pulang ke rumah. Keliatan dari jauh langkah wanita kearahku.  Ah ini pasti sales asuransi. Kenapa di hotel bintang V ada sales berkeliaran.  “ Maaf, apakah anda bernama Robert ? tanyanya. Saya menggeleng. 

“ Terimakasih. “ Katanya dengan setengah membungkuk. Sopan dan berkelas wanita ini.


Dia duduk tidak jauh dari table ku. Mungkin dia menanti pria bernama Robert. Berkali kali waitress mendatangi table nya. Dia hanya menggeleng. Mungkin dia tidak ingin pesan minuman sebelum tamunya datang. Hampir satu jam, wanita itu akhirnya berdiri. Dia menoleh kearah saya. Tersenyum.” Tamu nya engga jadi datang ya ? tanyaku. Dia mengangguk.


“ Duduk sini aja. “ Kataku memberanikan diri. Sepertinya dia ragu menerima tawaranku. Aku biarkan dia ragu dan juga tidak peduli kalau dia menolak. Itu hanya tawaran spontan. Tetapi dia justru membuat keputusan datangi tableku.  “ Kemarin saya janjian dengan Pak Robert di sini. Dia tertarik membeli space pameran yang saya tawarkan.  Tapi..” 


“ Kenapa engga telp saja ke hape dia “tanyaku. Sekedar mengingatkan.  Ngapain menanti sesuatu yang tidak jelas. 


“ Sudah saya SMS, tak dibalas. Saya telp juga tidak dianggap. “ Katanya. Dan akhirnya dia menyerah setelah batas kesabaran dalam penantian. Hebat wanita ini. Petarung. 


“ Oh kamu sales space pameran? Kataku mengerutkan kening.


“ Ya pameran property “ jawabnya tersenyum. Dia etnis China. Usia mungkin belum 30 tahun.


***

Setiap aku ada di Jakarta setelah sekian lama di luar negeri. Seperti biasa aku SMS dia. When i am pray i know that God heard me. When i sent an massage,  i know that your read with a beautiful smile “ Tak berapa lama dia pasti respone. “ tempat biasa ya pak. Boleh Mia datang? 


“ Datanglah” replyku. 


Seperti biasa dia selalu datang membawa buah tangan. Ada saja yang dia berikan. Kadang dia bawakan kue.  Dia tahu aku suka kue pukis. Dia bungkus dengan rapi saat menyerahkan kepadaku. Tak terasa hubungan kami sudah berlangsung setahun. Menurutku dia naif. Kalau dia berharap lebih dariku, itu jelas tidak mungkin bisa deal. Aku pria berkeluarga dengan usia diatas 40 tahun. Aku sudah bertemu dengan banyak wanita dengan beragam model, baik di dalam maupun di luar negeri. Sampai kini aku tidak pernah terjebak dalan love affair. Hanya sebatas berteman saja.  Dan lagi kehidupan rumah tanggaku baik baik saja. Tidak ada alasanku untuk selingkuh.


Saat bertemu tidak ada yang penting kami bicarakan. Aku juga tidak antusias ajak dia ngobrol. Dia senang aja aku diamkan. Aku lebih suka nonton TV yang ada di lounge itu. Apalagi saat itu sedang heboh kasus Century Gate. 


“ Seperti biasanya kepemimpinan seorang presiden diuji negarawannya saat krisis terjadi. Masalah century itu memang harus cepat diambil keputusan agar tidak berdampak sistemik. Kita punya pengalaman tahun 1998. Tentu semua pihak tidak ingin itu terjadi” Kata Mia saat nonton acara Talk show TV. Sepertinya dia bicara sendiri tanpa harap aku meresponse. Aku meliriknya. Aku terpesona dengan wawasannya.


“ Apa pendapat kamu soal hak angket DPR dalam kasus century ini ? Tanyaku 


“ Itu akan jadi legacy bagi kepemimpinan SBY. Bahwa dia berani membuka jalan politik menyelidiki kasus ini. Itu bukti dia seorang Demokrat sejati dan kalau akhirnya jadi kasus hukum itu semakin mengukuhkan dia sebagai pembela trias politica. Ini akan jadi inspirasi bagi President berikutnya. “ kata Mia.  Setelah berkali kali ketemu, entah kenapa baru kali ini aku ingin tahu banyak tentang Mia. “ Kamu tadi kuliah dimana ? Tanyaku. Dia jawab dengan santai. Jadi aku tahu dia lulusan PTS.


Akhirnya kami berdiskusi. Oh ternyata dia memang teman diskusi yang enak. Tidak memaksakan argumennya untuk aku terima. Dia lebih banyak menerimanya. Mungkin dia terpesona dengan wawasanku. Saat sedang asik bicara,  ada suara dari samping menegurku “ Ale, sedang di jakarta ? Kata Faisal. Temanku. Dia pejabat BUMN. Aku hanya tersenyum. Tapi Mia, nampak seketika wajahnya pucat saat Faisal menatapnya. Faisal tidak ingin bicara banyak denganku. Hanya sekedar sapa. 


***

Tiga bulan kemudia aku pulang ke Jakarta dan seperti biasa aku SMS Mia. Tapi tidak dia tidak reply SMS ku. Seminggu di Jakarta, 7 kali aku SMS dia tidak reply. Aku telp hapenya, ternyata nomornya sudah tidak aktif lagi. Ada apa ? apakah dia baik baik saja.? Semoga ya. Satu waktu aku secara koinsiden aku bertemu dengan Faisal di lounge executive hotel. “ Itu Mia mangkal di Hotel ini ya? baru tahu gua.” kata Faisal. 


“ Mangkal? Apa maksud kamu. Apakah Mia PSK? “ Aku terkejut.


“ 2 tahun lalu gua pernah booking dia. Yang atur Alex” Kata Faisal. Aku terdiam. Tidak tahu apa yang harus aku katakan. Artinya selama setahun lebih aku berteman dengan PSK yang tidak pernah menjual dirinya kepadaku. Mungkin saat dia bersamaku, beberapa temanku yang melihatku di lounge, tahu aku sedang booking PSK. Mungkin Mia merasa bersalah. Atau  bisa juga diayakin aku akan tahu profesi dia dari Faisal. Sehingga dia memilih diskonek denganku. Nomor Hape dia ganti. 


Tapi bagaimanapun, aku tidak merasa rendah berteman dengan Mia. Toh aku bukan pelanggan. Teman satu hal, profesi lain hal. Aku tidak diskriminasi profesi atas alasan moral. Setiap orang punya sisi gelap yang dia berhak rahasiakan dihadapan orang lain. Entah mengapa aku jadi tertantang untuk mencari Mia. Aku tahu alamatnya. Beberapa bulan lalu, saat hujan deras, aku minta supirku antar dia pulang dan Aku memilih pulang naik taksi. 


Saat aku sampai di alamat rumahnya. Ternyata itu tempat kos. Temannya beri tahu bahwa Mia sudah tinggal di mess untuk persiapan jadi TKW ke Hong Kong. Aku segera meluncur ke kawasan jakarta barat menemui alamat mess nya. Dia sempat terkejut saat aku datang. “ Kamu kerja sama saya aja” kataku menawarkan peluang tanpa bertanya mengapa dia ada di mess itu dan juga tidak tanya soal profesi dia dulu. “ Kalau kamu mau, datanglah ke alamat ini” kataku menyerahkan kartu nama dengan menulis catatan dibalik kartu nama itu. “ Temui ibu Yuni? Tanyanya. Aku menganguk. 


Mia menatapku lama dan akhirnya dia  menangis tersedu sedu. “ Sejak papi meninggal, mia tidak punya siapa siapa lagi. Dua tahun lalu Mia pernah terjerumus jadi PSK. Tetapi itu hanya untuk bisa selesaikan kuliah. Setelah tamat kuliah, Mia kerja benar. Dapatnya hanya salesman. Tetapi sulit sekali dapatkan uang sebagai salesman. Makanya mia ngelamar jadi TKW di Hong kong.” katanya dengan airmata berurai. Aku peluk dia untuk menentramkan hatinya. “ Besok Mia temui bu Yuni. Terimakasih pak..” katanya. Aku tersenyum puas. 


Bagiku Mia tipe wanita pemberani dan tidak manja. Dia nerani ambil resiko terburuk menjadi PSK demi survival dan berani keluar sebagai PSK demi harapan yang lebih baik. Dia punya resilient untuk itu. Beda dengan pengecut yang selalu menyalahkan keadaan tanpa berani berubah dan selalu berharap dimanja dan dimudahkan.  Pengecut akan mati sebagai pecudang, dan mati berkali kali..


***

Tiga bulan kemudian aku dapat kabar dari Yuni. Bahwa Mia diterima di Harvard business school.  Aku memang memaksa dia untuk kuliahn lagi. Sebenanya itu tantangan yang mission impossible. Apalagi aku minta dia selesaikan paket pendidikan financial engineering. Tetapi entah bagaimana Yuni motivasi dia, akhirnya dia bisa diterima di Harvard. Mia berangkat ke Boston, AS tahun 2010.  Dia lulus dengan cemerlang tahun 2012. Dia langsung aku tempatkan di NY pada AMG Asset Management Group. Dia magang dibawah binaan Tom. 


Tahun 2015, Mia masuk dalam team shadow ku untuk bisnis Private Equity. Mia terlibat dalam team fundraising aksi aquisisi dan merger di luar negeri. Dia bersama dengan teamnya, Dhea, Presilia dan Mirna memang jago dalam merancang produk hedge Fund. Selama itu dia jarang di Indonesia. Setiap penugasan dibawah kendali proxy ku: Yuni, Victor. George, dan Tom. Namun secara personal hunganku dengan mereka tetap seperti bapak dengan anak. 


***

Tahun 2024

Waktu pulang saya mampir ke Roxy makan soto betawi kaki lima. Saya didampingi Mia. “ Tadi kan bapak udah makan. Kok makan lagi? 


“ Engga kenyang tadi. Kebanyakan ngobrol dengan teman teman” Kataku. 


Ada anak perempuan menawarkan tissue. Mungkin usianya 10 tahun. Saya beli satu. Mia bayar pakai uang pecahan Rp. 100.000. “ Ambil aja untuk kamu kembaliannya” Kata Mia. Anak kecil itu menyalami Mia dengan mencium punggung tangannya. 


“ Kamu sekolah nak” tanyaku


“ Ya om. Kelas 2 SD.” Katanya. Jam 8 malam dia masih bertarung untuk hidup dan sementara anak anak lain seusia dia mungkin kini sudah tidur.  Anak itu pergi berlalu. 


“ Hidup sangat keras menempanya. Semoga dia jadi wanita hebat kelak” katalu sambil makan.


“ Mia juga kalau engga ketemu bapak, entah jadi apa sekarang. Tetapi berkat bapak, MIa bisa jadi team international. Lebih 10 tahun kerja sama bapak sama seperti 1 abad. Keras banget didiknya. Kadang kata katanya kasar dan menyayat hati. Tetapi karena itu Mia bisa tangguh dan engga mudah baper, terutama kepada laki laki. Dengan secure income dan skill mumpuni dalam financial engineering, Mia punya free will, dignity dan respect. Thanks pak” 


“ Mia “ seruku.” Saya didik kamu dengan keras agar kamu tahu dimana kamu berdiri dan memaksa kamu keluar dari fitrah kamu. Menjadi wanita cerdas, persistence dan resilient“ 


“ Ya pak..Mia sadari dari awal niat bapak baik” kata Mia.


“ Karena sisi terlemah wanita itu adalah ingin dimanja dan ingin serba mudah. Makanya dia sangat berharap dan bergantung kepada pria. Sampai mati dia tidak akan pernah dewasa.  Saya tidak memanjakan tapi saya juga tidak pelit untuk mendidik kamu jadi hebat. investasi training kamu mahal banget. Belum lagi saya harus bersabar sampai kamu siap bergabung dengan team sirgala saya di luar negeri. Namun hasilnya saya punya team hebat sehebat kamu, Mia. “ kata saya tersenyum.


“ Saya dapatkan kamu seperti sekarang ini  tidak gratis dan kamu juga bisa seperti ini tidak mudah, kan. Artinya, hubungan kita hubungan equal tanpa perlu ada yang merasa inperior atau superior. Jadi sebaiknya menikah lah. Cari pria yang bisa membuat kamu damai dan tentram meraih sorga Tuhan" kataku membelai kepalanya dengan tulus. Mie berlinang air mata dan memelukku. " Terimakasih ayah.."


***Nama dan tempat fiksi belaka.

Sunday, February 11, 2024

Dagang senjata dan korupsi

 




Dari Beijing saya terbang ke Kiev. Di bandara saya dijemput oleh Jellian. Dia tersenyum seraya merentangkan kedua lengannya untuk memeluk saya. ‘ Apa kabar B? katanya  berbisik “ I missed yuo” Sambungnya. Saya senyum aja. Dia team shadow saya. Dia mantan militer para komando. Sebelum jadi team shadow saya dia bekerja sebagai body guard international. Sarjana Sospol. Dia cerdas dan jago mengatur strategi di lapangan. Menguasai 4 bahasa. Inggris, Rusia, German dan Perancis. Dalam perjalanan ke Hotel dari Bandara, saya beri amplop berisi beberapa photo“ Kamu temui mereka. Saya sudah atur. “ Kata saya.


“ Yang perempuan keliatannya cantik dan cerdas. Ini another woman kamu? Kata jelian setelah lihat photo satu persatu. Wajahnya seperti cemburu namun berusaha dibalutnya dengan senyum. “ Bukan. Dia elite partai di Yunani. “ Jawab saya tegas.


Saya briefing Jellian apa saja yang harus dia lakukan. Saya juga memberikan profile network saya di Rusia, Ukraina, Turki, Eropa dan AS. Tugasnya menghubungi mereka dan melobi.  Malamnya saya dinner dengan ketua Parlemen Ukraina di Bao, Chainess restoran. Saya didampingi Jellian. Saat bertemu itu saya memberikan hadiah royal Ginseng dari Korea. Itu saya beli seharga 300.000 Yuan di Beijing. Dia senang. Karena tahu itu baik untuk vitalitas pria. Keesokan paginya saya terbang ke Moscow. Saya minta Jelian stand by di Kiev. 


***

Saya jalan kaki dari Stasiun metro Mayakovskaya ke Area Patriarch Ponds, Central Moscow. Saat itu musim semi tahun 2013. Saya memilih Bar di jalan  Bronnaya untuk bertemu dengan Victor. Saat saya datang Victor sudah ada di tempat. Saya lirik banyak gadis Rusia killing time. Mungkin sebagian mereka slut. Entahlah. “ Dubai menghubungi saya, dia minta bantuan untuk mendapatkan akses pengambil alihan pabrik senjata di Ukraina..” Kata saya. 


“ Memang banyak pabrik senjata warisan Unisoviet di Ukraina yang terbengkalai karena tidak ada modal dan memang tidak ada lagi pasarnya. Tadinya pabrik itu berdiri untuk mensuplai kebutuhan dalam Negeri Unisoviet. Kamu tertarik dengan tawaran itu? 


“ Saya tidak serta-merta menerima tawaran itu sebelum saya tahu siapa yang akan membeli pabrik senjata itu. Dia meminta saya datang ke Dubai yang akan diperkenalkan dengan seseorang.”  Kata saya sambil menoleh ke samping.


“ Apa tugas untuk saya.” kata victor seraya menyerahkan minuman Vodka ke saya. “ Kalau peluang ini saya ambil. Apa ada cara dapatkan akses politik ke Rusia. Mereka butuh special service. Termasuk delivery” kata saya teguk minuman itu.


“ Ah Rusia, tidak ada yang tidak mungkin. Semua tergantung uang. “ Kata Victor tersenyum penuh arti. Sama dengan Indonesia Kami menghabiskan malam itu dengan vodka. Tak berapa lama ada rombongan gadis datang ke table kami. Victor ajak saya pergi ke tempat lain “ Kita akan pesta “ Serunya. " Saya undang pejabat" sambungnya.


“ Dimana ?


“ Ikut aja.” Kata Victor melangkah keluar Cafe.


Kami pergi bersama para gadis itu ke satu castle dengan pekarangan luas. Pesta berlanjut di ruang VVIP bersama para gadis. Tak berapa lama datang rombongan pria masuk ruangan itu. Saya pergi ke kolam renang dengan segelas Vodka. Victor mendatangi saya. “ Besok kita ke Dubai dengan private jet saya. Kita bicara di dalam pesawat detailnya. Dua pejabat penting akan ikut. Kita dapat big fish bro. No worry. Ayo masuk ke dalam. Kita habiskan malam ini dengan happy.”


***


“ Soal pengambilalihan pabrik senjata itu tidak ada masalah.  Tidak ada pejabat Ukrain yang tidak bisa dibeli.” Kata pria yang ikut kami dalam penerbangan ke Dubai. “ Tapi patokan harga black market. Karena kita juga harus atur delivery keluar dari Ukraina tanpa terdeteksi aparat. “ Lanjut pria itu dengan mata Srigala. Saya tahu ini hanya bisnis. Mereka minta fee besar. Walau Rusia bukan lagi USSR namun sebagian besar pejabat adalah alumni KGB. Mereka ahli dalam operasi intelijen.


Di Dubai kami diatur oleh kontak saya bertemu dengan seseorang. Pertemuan ini di ruang Penthouse di salah satu hotel bintang lima. Saya bersama Victor datang berdua saja. Saya tahu pasti siapa pria di hadapan saya itu. Dia tidak menggunakan pakaian tradisional arab. Dia mengenakan setelan mewah. Dia cerita kedekatannya dengan Menteri Luar negeri Arab Pangeran Saud al-Faisal dan Pangeran Abdul Rahman al-Faisal dan Pangeran Turki al-Faisal. 


“ Kami dapat SPK suplai senjata. “ katanya memperlihatkan dokumen dalam bahasa Arab. “ Ok. Yang saya mau anda take over pabrik senjata di Ukraina. Anda juga atur kepemilikan pabrik senjata itu. Anda lebih tahu bagaimana menyamarkan kepemilikan itu. Semua tentu ada harganya. Kami yang bayar.” Lanjutnya.


“ Termasuk delivery ? Kata Victor. 


“ Ya tepat. “ 


“ Harga delivery harga black market ? Kata saya menyerahkan selembar kertas berisi detail singkat proposal yang kami tawarkan. Saya jelaskan secara ringkas esensi dari proposal itu dalam bahasa Arab. Kemudian dia baca seksama “ Excellent. Saya setuju. Saya tunggu realisasi akuisisi pabrik senjata. Payment guarantee sesuai proposal anda ini, besok saya kirim ke bank anda di London. " Katanya. Pria itu berdiri dan menyalami kami. Oh ya B, Bahasa Arab kamu bagus. " Katanya menepuk bahu saya.


***


Saya bersama Victor terbang ke Kiev bertemu dengan Jellian. Dia akan bergabung dengan team Victor.


“ Victor akan mengawal kamu melobi pejabat Ukraina. Gunakan koneksi dengan pejabat Rusia untuk atur itu. Juga melobi militer Turki untuk delivery senjata ke designated address sesuai dengan kontrak. Gunakan koneksi dengan Elite partai di Eropa. Saya minta George di London mendampingi kamu deal dengan elite parlemen Eropa. Pengawalan cargo oleh tentara bayaran yang di kontrak oleh Victor dari agent di Boston, AS.. Kebutuhan budget minta dengan George. Jelas ? Kata saya briefing dia secara jelas. " Dan ingat. " Seru saya. " Sebelum delivery uang fee kepada pejabat yang menjadi koneksi kita harus dbayar lebih dulu. "


" Kalau delivery gagal ? tanya Jellian.


" Ya itu resiko kita." kata saya.


" Dan lagi kita untung 10 kali lipat dari harga pasar. Belum lagi biaya produksi rendah. Wajarlah resiko ada. " Sambung Victor.


“ Kamu lead dalam operasi ini” kata saya. 


“ Siap” Kata Jelian mantap.


Keesokannya saya terbang ke Hong Kong dengan berdoa semoga Jellian sukses dalam misinya. Namun saya terus keep in touch mereka. Akuisisi pabrik itu dilaksanakan oleh team Gorge di London. Menggunakan SPC yang terdaftar di Isle of Man. Menunjuk lawyer di London sebagai proxy untuk melaksanakan perjanjian akuisisi. “ Deal yang bagus” Kata George “ Kita dapat bayaran dari Pria Arab itu 20 kali dari harga akuisisi pabrik. Dan harga jual produk 10 kali dari harga pasar“ Sambungnya dengan tersenyum. Skema pembayaran lewat cross settlement antara rekening pria Arab itu dengan rekening SPC di bank yang sama di isle of man.


Urusan selanjutnya ada pada team Victor. Untuk mengoperasikan pabrik senjata dia kontrak outsourcing kepada perusahaan di Ukraina yang punya koneksi dengan militer. Produk diterbangkan ke Bandara militer Turki. Kemudian Cargo  diangkut lewat jalur kereta. Semua diatur oleh MIT. Pengawalan oleh tentara bayaran. Operasi yang mahal dan semua perlu biaya membayar para petinggi militer. Tapi dengan harga jual 10 kali dari harga pasar, itu sepadan. Semua transaksi keuangan itu diatur oleh lawyer di London.


****

Operasi itu berlangsung 4 tahun. Jellian sukses. Saya sarankan agar dia tinggal di Bangkok untuk sementara. Setahun kemudian saya bertemu lagi dengan Jellian ketika business trip ke  Bangkok. “ Operasi yang kamu tugaskan memang awalnya keliatan sederhana. Pembelian pabrik senjata itu agenda pangeran Arab. Mereka percaya kepada kamu karena kamu punya koneksi dagang senjata di pasar gelap. Koneksi kamu sangat luas. Kontak kamu di Parlemen Eropa, Militer di Turki, mantan KGB, Milisi di Irak. Itu sangat membantu saya untuk meyakinkan mereka ambil bagian dalam operasi ini. 


Namun di lapangan urusannya jadi rumit dan beresiko sekali. Karena kita tidak hanya sebagai proxy Arab akuisisi pabrik senjata tetapi juga bertugas melakukan delivery ke wilayah konflik. Tetapi team victor memang hebat. Apalagi dukungan dari tentara bayaran yang kita kontrak. Mereka sangat profesional mengamankan saya bertemu dengan elite ISIS dan keluar dengan aman.


Saya tersenyum seraya seruput kopi.  Jellian menatap saya lama. Saya diam saja. “ Dalam operasi ini semua pihak diuntungkan secara politik.  Rusia ambil bagian di Suriah untuk masuk dalam lingkaran ISIS dan akhirnya menciptakan konflik antara elite ISIS, terutama antara elite ISIS dengan Al Qaeda. Maklum Rusia punya dendam dengan Al Qaeda waktu di Afganistan. Turki diuntungkan akan share nya dalam penyelesaian masalah Suriah. Eropa dan AS juga diuntungkan dalam mengamankan geostrategisnya di timur tengah dari ancaman ISIS.


Maklum saya juga membantu elite ISIS untuk mengamankan uang dan aset mereka di Luar negeri. Termasuk membantu elite Militer Turki, Eropa, Arab, Rusia menyemnbunyikan uang korup dari setiap transaksi. Sehingga tanpa disadari operasi ini menjadi sumber daya informasi strategis tentang ISIS. Mencakup peta pertahanan, sampai kepada tempat persembunyian elite ISIS. Sehingga Iran dan Irak punya cara efektif menghabisi ISIS. AS dapat informasi keberadaan mastermind ISS, Anbari. Dia tewas oleh operasi militer AS. Karena uang dari transaksi ini juga membuat antar elite ISIS dan AlQaeda saling serang. Akhirnya mereka lemah dan mudah dihabisi. Uang mereka di luar negeri disita oleh CIA” Kata Jellian di Condominium nya di Bangkok. Di luar hujan semakin  deras. 

Saya mengangguk dan tersenyum. 


 “ Victor sangat menjaga saya. Dalam segala hal dia selalu proteksi saya.  Terimakasih sudah memberikan kepercayaan besar kepada saya.” Kata Jellian. Malam itu wajahnya sangat dekat dengan saya " Dan kamu boss dan mentor saya. Disaat saya di sandera oleh pedagang senjata dari Columbia, kamu sendiri yang memimpin operasi pembebasan saya. Engga ada boss yang mau ambil resiko nyawa demi anak buahnya. Padahal saya bukan siapa tanpa kamu. " Kata Jelian dengan mata redup.


" Kalau saya tidak bisa menjaga anak buah, bagaimana saya bisa manfaatkan mereka dan memastikan mereka loyal?. Biasa saja. Engga usah baper kamu. " Kata saya jentik jidat dia " Besok, kamu bergabung dengan team Wenny dalam proses Pemilu di TZN. Targetnya adalah konsesi tambang emas. Detail operasi akan kamu dapat dari Wenny" kata saya. 




Saturday, February 03, 2024

Teresia..

 




“ Kalau begitu atur pertemuan saya dengan dia di Milan.” Kata saya. Saya perhatikan gambar yang ada di hape. Cantik dan aura cerdas. Keliatan dari matanya. “ Ini data soal wanita  ini. “Kata George ketika bertemu saya di London. Saya baca profile wanita itu. Namanya Teresia. Kelahiran Italia. master financial engineering. Usia 32 tahun. Berpengalaman sebagai Manager hedge fund. 


“ Ok. Saya akan atur. Beri waktu saya 3 hari. Tapi saya tidak jamin dia akan bersedia bekerja dengan kamu“ kata George. 


“ atur saja, selanjutnya urusan saya”


Teresia dikenal oleh kalangan terbatas financial komunitas karena kepiawaian dia membongkar skandal akuntasi korporat papan atas yang berkonspirasi dengan pengelola hedge fund. Resikonya, tidak ada lagi lembaga keuangan yang mau pakai skill nya. Dia sudah bad news. Kini dia hidup nyaman di Italia sebagai guru TK.


***

 

Tiga hari kemudian. George sudah bisa temukan Teresia. Antara saya dan Teresia memang dikenal hantu dalam dunia hedge fund. Saling kenal nama tapi tidak pernah saling bertemu.  Bedanya, dia dikenal sebagai malaikat baik dan saya dikenal sebagai predator. Sebenarnya, tidak ada aktor hedge fund yang malaikat. Samahalnya mana ada pelacur yang perawan. Atau mana ada politisi yang jujur.


Malam di Milan, di Navigli berjajar puluhan restoran dan bar di kedua sisi kanal. Saya memilih Bar and Cafe menikmati aperitivo. Dari profile nya. Saya tahu, Teresia sangat suka tempat ini. 


“ Aku tahu kamu akan datang, cepat atau lambat,” kata Teresia. Saat menghempaskan pantatnya di kursi“ Bagi B, tidak ada yang tidak mungkin. Tidak ada tempat bersembunyi bagi orang yang jadi targetnya. Dan sama sama tidak akan bertemu kalau bukan saling menguntungkan..”Sambungnya. Saya senyum saja. Akhirnya lambat laun suasana jadi cair. Tidak lagi kaku. Ternyata antara saya dan Teresia hampir sama. Ayam kampung yang berusaha jadi ayam merak. Dia urakan, dan tidak begitu peduli dengan norma.


“ Mengapa kamu tidak terkesan seperti orang Eropa.” Tanya saya. Teresa jawab dengan sendawa. ”That’s all my answer”. Ha-ha-ha… orang-orang di Eropa tidak suka dengan sendawa. Mereka menganggap itu tidak sopan. Tetapi, dia tertawa sambil salah satu telapak tangannya beradu di udara dengan tangan saya. Saya hanya senyum aja menyaksikan dia tertawa..


“ Mari Dance? katanya menarik lengan saya. Saya terpaksa ikuti alunan masik sekenanya. “ Saya sebenarnya tidak terlalu familiar dengan suasana ini. Tetapi, kamu begitu sabar. Menata gerakan saya. Saya bisa bilang begitu karena ketika kamu memegang tangan saya, saya  hanya membiarkanmu saja menariknya ke sana kemari. ”I’m a cow,” kata saya.


”No, do not say that, you are not a cow,” balasnya.


“”Yeah.., following another cow.”


”What? Ha-ha-ha….”


Setelah dua jam dalam suasana santai. Kami akhiri dengan keluar dari Bar. Menyusuri jalan di pinggir kanal. “ Ada salam dari Steven. Rekening 1080“ Kata saya sekonyong. 


“ Siapa ? say again” Keningnya berkerut. Nama itu seperti petir di siang hari bolong. Karena sebenarnya Teresia bongkar skandal itu bukan bertujuan baik tetapi memeras para CEO yang terlibat dalam skandal. Rekeningnya di kelola oleh Steven, yang juga Networking saya.


Dia hendak lari, tetapi tangan saya cepat mencengkram lengannya dan kemudian memeluknya sambil  berbisik” Saya teman kamu. We're in the same boat. “  


Dia tatap saya. Saya balas dengan tatapan teduh. Matanya jatuh terkulai. Dia kehilangan aura sebagai wanita hebat. Dia sadar, hanya hitungan detik uang di rekeningnya bisa lenyap dan dia jadi pesakitan. “ Mau terlibat dalam operasi saya? Tanya saya.


 “ Walau kali ini bertemu, namun semua hal tentang kamu saya sudah pelajari. Tetapi saya tidak pernah tahu kamu begitu berpengaruhnya. Sampai kamu tahu rekening saya. Sepertinya saya tidak dalam posisi menolak. Saya siap bekerja, apalagi dibawah arahan kamu. “ Katanya dan saya lepaskan tangan saya dari lengannya. Dan balik dia pagut lengan saya saat berjalan.


“ Saya minta kamu lakukan window dressing lewat financial engineering. “ Kata saya.  Saya langsung kirim email lewat secure line yang terenskripsi di aplikasi mobile phone saya. “ Kamu baca email saya. Itu penjelasan singkat operasi ini.” kata saya. Dia segera buka emailnya. Dibacanya cepat. 


“ I see. Smart idea” dia mengangguk nganguk setelah baca email. “ Saya akan atur secara komputasi cash flow pendapatan dan pengeluaran. Pendapatan pretender dengan menggunakan arus dana casino, kemudian dialirkan kembali ke dalam rekening casino lewat akuisisi perusahaan cangkang di negara antah berantah. Dengan demikian nilai saham emiten akan terdongkrak naik berlipat  Peluang berhutang terbuka luas. Dari Repo sampai penerbitan obligasi dan Righ issue.” Katanya.


“ Nah ini target kita…” kata saya seraya mengirim profile perusahaan target.  “ Kita akan beli emiten secara backdoor yang sahamnya sudah deadduck di Bursa. Kemudian kita akuisisi perusahaan target untuk kita cemplungkan ke dalam emiten itu. “ Kata saya menjelaskan.  


“ Dan yang jadi target adalah start up Fintec yang sedang mengembangkan sistem pembayaran.” Kata Teresia mengerutkan kening.  Sepertinya dia agak ragu. 


“ Kamu tahu Phantasmagoria” Tanya saya. Dia menggeleng.


“ Phantasmagoria adalah berbaurnya rentetan gambar, citra, figur-figur yang menipu penglihatan, sampai kita susah membedakan mana nyata mana tidak nyata. “ Kata saya. 


Teresia masih keliatan bingung. 


“ Contoh, kamu berdiri di pinggir jalan di depan rentetan toko-toko, kafe, butik, melihat bayanganmu sendiri terpantul membaur dengan manekin, benda-benda, dan huruf-huruf besar yang melekat di kaca etalase. Kamu terpesona. Sekedar mengingatkan: Walter Benjamin juga pernah tertegun melihat citraan bayang-bayang yang berbaur dengan kenyataan seperti itu di Paris. Seperti sebuah mimpi-phantasmagoria meminjam istilah filsuf Jerman mazhab Frankfurt itu. Dunia uang dan kekuasaan politik ,semua orang terjebak dalam phantasmagoria? Menipu dan tertipu. Paham.” Kata saya mencerahkan. Teresia tersenyum dan menganguk, Dia tercerahkan. 


“ Kamu akan bergabung dengan team saya di London. Besok saya kembali ke Hong Kong. George akan briefing kamu. “ Kata saya. 


***

Tiga tahun kemudian. Saya bertemu kembali dengan Teresia di Hong Kong pada musim panas. Kami bersantai di Bar. Dia mengenakan blouse putih lengan pendek, memperlihatkan putih kulit lengannya dan payudara indah. Celana jins membalut pinggangnya yang padat.


“How’s life…” tanyanya. Saya senyum aja. 


“3 tahun bekerja dengan kamu dalam operasi yang beresiko dan rumit, akhirnya bisa keluar sebagai pemenang secara elegant. Emiten dan fintech itu kini suffering karena harga saham yang terus turun. Bahkan pada tahun awal IPO saja harga sudah jatuh 45%. Sementara kita sudah exit sebagai investor pra IPO dengan laba gigantik.  “ Katanya sambil seruput kopi 


“ Model bisnis utama ecommerce adalah berbohong kepada publik, mengklaim keuntungan besar, sehingga investor akan menaikkan harga saham di bursa. Namun, memang tidak mudah memalsukan keuntungan. Karena  akan berakhir dengan masalah uang tunai palsu. Pada akhir tahun, hal pertama yang auditor otoritas periksa adalah saldo bank. Jadi harus ada tracking membelanjakan uang palsu itu untuk aset palsu sebagai investasi yang menguntungkan. “ sambungnya.


Saya  terdiam tak tahu harus menjawab apa. Kembali Teresia tersenyum. Ia menuju alat pemutar lagu. Kuku-kuku jarinya yang juga ber-cutex merah menyala memencet tombol alat pemutar. Lagu “ I have a dream “ mengalun indah.


“Irama lagu adalah cara efektif membangun ilusi?” ucap Teresia seperti hendak menebak, mengapa saya tak menjawab pertanyaannya. “Kamu menyebut, semua adalah soal irama. Soal Phantasmagoria.”


“Bersamamu, mungkin realita” tukas saya. Dia bersegera memeluk dan kiss dried. “Kamu merayu saya?”


“Aku sungguh-sungguh.”


“Aku tahu. “ Katanya melepas pelukan. “ Kamu jujur mengungkapkan apa yang kamu rasakan, meski aku juga tahu, seusai ini pada keadaan yang lain lagi kamu berkata hal serupa pada perempuan lain.”

Saya tersenyum. Teresia terlatih dalam dunia hedge fund. Tidak akan mudah baper. Meski, pertemuan kali ini berujung pada malam yang panas dan liar. Ya semua hanya phantasmagoria. Selanjutnya dia jadi team srigala saya yang loyal dan tangguh di medan tarung kapitalisme. Sampai kini atau 10 tahun sejak terakhir bertemu dengannya di hong kong, saya tidak pernah bertemu lagi dengan dia. Namun laporan tentang dia,  saya terima secara rutin dari George. 


Bertemu lagi.

  Siska menemukan nomor telp dan email saya dari sosial media. Lewat telp dia memberi tahu bahwa papanya Danil, mau bertemu saya. Sejak tahu...