Saturday, February 24, 2024

Harga diri dan rasa hormat

 


Sejak tahun 2003 aku hijrah bisnis ke China. Sejak itu aku diskonek dengan teman bisnisku di Jakarta. Tidak ada lagi yang mau dibicarakan. Toh mereka juga sibuk dengan dirinya masing masing. Belum tentu mereka merindukanku. Setelah krismon semua orang berusaha melakukan tranformasi bisnis atau reorientasi bisnis. Tidak lagi mengandalkan APBN, tetapi kepada kreatifitas mengelola sumber daya dan pasar. 


Aku duduk santai di lounge executive hotel bintang V sambil menikmati secangkir kopi dan rokok. Kadang aku berlama lama dalam kensendirian sampai aku bosan dan pulang ke rumah. Keliatan dari jauh langkah wanita kearahku.  Ah ini pasti sales asuransi. Kenapa di hotel bintang V ada sales berkeliaran.  “ Maaf, apakah anda bernama Robert ? tanyanya. Saya menggeleng. 

“ Terimakasih. “ Katanya dengan setengah membungkuk. Sopan dan berkelas wanita ini.


Dia duduk tidak jauh dari table ku. Mungkin dia menanti pria bernama Robert. Berkali kali waitress mendatangi table nya. Dia hanya menggeleng. Mungkin dia tidak ingin pesan minuman sebelum tamunya datang. Hampir satu jam, wanita itu akhirnya berdiri. Dia menoleh kearah saya. Tersenyum.” Tamu nya engga jadi datang ya ? tanyaku. Dia mengangguk.


“ Duduk sini aja. “ Kataku memberanikan diri. Sepertinya dia ragu menerima tawaranku. Aku biarkan dia ragu dan juga tidak peduli kalau dia menolak. Itu hanya tawaran spontan. Tetapi dia justru membuat keputusan datangi tableku.  “ Kemarin saya janjian dengan Pak Robert di sini. Dia tertarik membeli space pameran yang saya tawarkan.  Tapi..” 


“ Kenapa engga telp saja ke hape dia “tanyaku. Sekedar mengingatkan.  Ngapain menanti sesuatu yang tidak jelas. 


“ Sudah saya SMS, tak dibalas. Saya telp juga tidak dianggap. “ Katanya. Dan akhirnya dia menyerah setelah batas kesabaran dalam penantian. Hebat wanita ini. Petarung. 


“ Oh kamu sales space pameran? Kataku mengerutkan kening.


“ Ya pameran property “ jawabnya tersenyum. Dia etnis China. Usia mungkin belum 30 tahun.


***

Setiap aku ada di Jakarta setelah sekian lama di luar negeri. Seperti biasa aku SMS dia. When i am pray i know that God heard me. When i sent an massage,  i know that your read with a beautiful smile “ Tak berapa lama dia pasti respone. “ tempat biasa ya pak. Boleh Mia datang? 


“ Datanglah” replyku. 


Seperti biasa dia selalu datang membawa buah tangan. Ada saja yang dia berikan. Kadang dia bawakan kue.  Dia tahu aku suka kue pukis. Dia bungkus dengan rapi saat menyerahkan kepadaku. Tak terasa hubungan kami sudah berlangsung setahun. Menurutku dia naif. Kalau dia berharap lebih dariku, itu jelas tidak mungkin bisa deal. Aku pria berkeluarga dengan usia diatas 40 tahun. Aku sudah bertemu dengan banyak wanita dengan beragam model, baik di dalam maupun di luar negeri. Sampai kini aku tidak pernah terjebak dalan love affair. Hanya sebatas berteman saja.  Dan lagi kehidupan rumah tanggaku baik baik saja. Tidak ada alasanku untuk selingkuh.


Saat bertemu tidak ada yang penting kami bicarakan. Aku juga tidak antusias ajak dia ngobrol. Dia senang aja aku diamkan. Aku lebih suka nonton TV yang ada di lounge itu. Apalagi saat itu sedang heboh kasus Century Gate. 


“ Seperti biasanya kepemimpinan seorang presiden diuji negarawannya saat krisis terjadi. Masalah century itu memang harus cepat diambil keputusan agar tidak berdampak sistemik. Kita punya pengalaman tahun 1998. Tentu semua pihak tidak ingin itu terjadi” Kata Mia saat nonton acara Talk show TV. Sepertinya dia bicara sendiri tanpa harap aku meresponse. Aku meliriknya. Aku terpesona dengan wawasannya.


“ Apa pendapat kamu soal hak angket DPR dalam kasus century ini ? Tanyaku 


“ Itu akan jadi legacy bagi kepemimpinan SBY. Bahwa dia berani membuka jalan politik menyelidiki kasus ini. Itu bukti dia seorang Demokrat sejati dan kalau akhirnya jadi kasus hukum itu semakin mengukuhkan dia sebagai pembela trias politica. Ini akan jadi inspirasi bagi President berikutnya. “ kata Mia.  Setelah berkali kali ketemu, entah kenapa baru kali ini aku ingin tahu banyak tentang Mia. “ Kamu tadi kuliah dimana ? Tanyaku. Dia jawab dengan santai. Jadi aku tahu dia lulusan PTS.


Akhirnya kami berdiskusi. Oh ternyata dia memang teman diskusi yang enak. Tidak memaksakan argumennya untuk aku terima. Dia lebih banyak menerimanya. Mungkin dia terpesona dengan wawasanku. Saat sedang asik bicara,  ada suara dari samping menegurku “ Ale, sedang di jakarta ? Kata Faisal. Temanku. Dia pejabat BUMN. Aku hanya tersenyum. Tapi Mia, nampak seketika wajahnya pucat saat Faisal menatapnya. Faisal tidak ingin bicara banyak denganku. Hanya sekedar sapa. 


***

Tiga bulan kemudia aku pulang ke Jakarta dan seperti biasa aku SMS Mia. Tapi tidak dia tidak reply SMS ku. Seminggu di Jakarta, 7 kali aku SMS dia tidak reply. Aku telp hapenya, ternyata nomornya sudah tidak aktif lagi. Ada apa ? apakah dia baik baik saja.? Semoga ya. Satu waktu aku secara koinsiden aku bertemu dengan Faisal di lounge executive hotel. “ Itu Mia mangkal di Hotel ini ya? baru tahu gua.” kata Faisal. 


“ Mangkal? Apa maksud kamu. Apakah Mia PSK? “ Aku terkejut.


“ 2 tahun lalu gua pernah booking dia. Yang atur Alex” Kata Faisal. Aku terdiam. Tidak tahu apa yang harus aku katakan. Artinya selama setahun lebih aku berteman dengan PSK yang tidak pernah menjual dirinya kepadaku. Mungkin saat dia bersamaku, beberapa temanku yang melihatku di lounge, tahu aku sedang booking PSK. Mungkin Mia merasa bersalah. Atau  bisa juga diayakin aku akan tahu profesi dia dari Faisal. Sehingga dia memilih diskonek denganku. Nomor Hape dia ganti. 


Tapi bagaimanapun, aku tidak merasa rendah berteman dengan Mia. Toh aku bukan pelanggan. Teman satu hal, profesi lain hal. Aku tidak diskriminasi profesi atas alasan moral. Setiap orang punya sisi gelap yang dia berhak rahasiakan dihadapan orang lain. Entah mengapa aku jadi tertantang untuk mencari Mia. Aku tahu alamatnya. Beberapa bulan lalu, saat hujan deras, aku minta supirku antar dia pulang dan Aku memilih pulang naik taksi. 


Saat aku sampai di alamat rumahnya. Ternyata itu tempat kos. Temannya beri tahu bahwa Mia sudah tinggal di mess untuk persiapan jadi TKW ke Hong Kong. Aku segera meluncur ke kawasan jakarta barat menemui alamat mess nya. Dia sempat terkejut saat aku datang. “ Kamu kerja sama saya aja” kataku menawarkan peluang tanpa bertanya mengapa dia ada di mess itu dan juga tidak tanya soal profesi dia dulu. “ Kalau kamu mau, datanglah ke alamat ini” kataku menyerahkan kartu nama dengan menulis catatan dibalik kartu nama itu. “ Temui ibu Yuni? Tanyanya. Aku menganguk. 


Mia menatapku lama dan akhirnya dia  menangis tersedu sedu. “ Sejak papi meninggal, mia tidak punya siapa siapa lagi. Dua tahun lalu Mia pernah terjerumus jadi PSK. Tetapi itu hanya untuk bisa selesaikan kuliah. Setelah tamat kuliah, Mia kerja benar. Dapatnya hanya salesman. Tetapi sulit sekali dapatkan uang sebagai salesman. Makanya mia ngelamar jadi TKW di Hong kong.” katanya dengan airmata berurai. Aku peluk dia untuk menentramkan hatinya. “ Besok Mia temui bu Yuni. Terimakasih pak..” katanya. Aku tersenyum puas. 


Bagiku Mia tipe wanita pemberani dan tidak manja. Dia nerani ambil resiko terburuk menjadi PSK demi survival dan berani keluar sebagai PSK demi harapan yang lebih baik. Dia punya resilient untuk itu. Beda dengan pengecut yang selalu menyalahkan keadaan tanpa berani berubah dan selalu berharap dimanja dan dimudahkan.  Pengecut akan mati sebagai pecudang, dan mati berkali kali..


***

Tiga bulan kemudian aku dapat kabar dari Yuni. Bahwa Mia diterima di Harvard business school.  Aku memang memaksa dia untuk kuliahn lagi. Sebenanya itu tantangan yang mission impossible. Apalagi aku minta dia selesaikan paket pendidikan financial engineering. Tetapi entah bagaimana Yuni motivasi dia, akhirnya dia bisa diterima di Harvard. Mia berangkat ke Boston, AS tahun 2010.  Dia lulus dengan cemerlang tahun 2012. Dia langsung aku tempatkan di NY pada AMG Asset Management Group. Dia magang dibawah binaan Tom. 


Tahun 2015, Mia masuk dalam team shadow ku untuk bisnis Private Equity. Mia terlibat dalam team fundraising aksi aquisisi dan merger di luar negeri. Dia bersama dengan teamnya, Dhea, Presilia dan Mirna memang jago dalam merancang produk hedge Fund. Selama itu dia jarang di Indonesia. Setiap penugasan dibawah kendali proxy ku: Yuni, Victor. George, dan Tom. Namun secara personal hunganku dengan mereka tetap seperti bapak dengan anak. 


***

Tahun 2024

Waktu pulang saya mampir ke Roxy makan soto betawi kaki lima. Saya didampingi Mia. “ Tadi kan bapak udah makan. Kok makan lagi? 


“ Engga kenyang tadi. Kebanyakan ngobrol dengan teman teman” Kataku. 


Ada anak perempuan menawarkan tissue. Mungkin usianya 10 tahun. Saya beli satu. Mia bayar pakai uang pecahan Rp. 100.000. “ Ambil aja untuk kamu kembaliannya” Kata Mia. Anak kecil itu menyalami Mia dengan mencium punggung tangannya. 


“ Kamu sekolah nak” tanyaku


“ Ya om. Kelas 2 SD.” Katanya. Jam 8 malam dia masih bertarung untuk hidup dan sementara anak anak lain seusia dia mungkin kini sudah tidur.  Anak itu pergi berlalu. 


“ Hidup sangat keras menempanya. Semoga dia jadi wanita hebat kelak” katalu sambil makan.


“ Mia juga kalau engga ketemu bapak, entah jadi apa sekarang. Tetapi berkat bapak, MIa bisa jadi team international. Lebih 10 tahun kerja sama bapak sama seperti 1 abad. Keras banget didiknya. Kadang kata katanya kasar dan menyayat hati. Tetapi karena itu Mia bisa tangguh dan engga mudah baper, terutama kepada laki laki. Dengan secure income dan skill mumpuni dalam financial engineering, Mia punya free will, dignity dan respect. Thanks pak” 


“ Mia “ seruku.” Saya didik kamu dengan keras agar kamu tahu dimana kamu berdiri dan memaksa kamu keluar dari fitrah kamu. Menjadi wanita cerdas, persistence dan resilient“ 


“ Ya pak..Mia sadari dari awal niat bapak baik” kata Mia.


“ Karena sisi terlemah wanita itu adalah ingin dimanja dan ingin serba mudah. Makanya dia sangat berharap dan bergantung kepada pria. Sampai mati dia tidak akan pernah dewasa.  Saya tidak memanjakan tapi saya juga tidak pelit untuk mendidik kamu jadi hebat. investasi training kamu mahal banget. Belum lagi saya harus bersabar sampai kamu siap bergabung dengan team sirgala saya di luar negeri. Namun hasilnya saya punya team hebat sehebat kamu, Mia. “ kata saya tersenyum.


“ Saya dapatkan kamu seperti sekarang ini  tidak gratis dan kamu juga bisa seperti ini tidak mudah, kan. Artinya, hubungan kita hubungan equal tanpa perlu ada yang merasa inperior atau superior. Jadi sebaiknya menikah lah. Cari pria yang bisa membuat kamu damai dan tentram meraih sorga Tuhan" kataku membelai kepalanya dengan tulus. Mie berlinang air mata dan memelukku. " Terimakasih ayah.."


***Nama dan tempat fiksi belaka.

1 comment:

Anonymous said...

Terima kasih, cerpen ini menjadi pengingat saya, bahwa hidup harus tetap diperjuangkan, bermain cantik, dan tidak berharap untuk bergantung pada pasangan.

Uang kuliah Mahal...

  Saya ada janji dengan teman banker untuk meeting di sebuah Hotel. Dengan menggunakan taksi saya menuju tempat meeting itu. Saya merasakan ...