Friday, February 21, 2025

Bisnis model...

 



Tahun 1990 saya bangkrut. Pabrik karton saya yang bermitra dengan teman dari Korea di hostile. Dari tahun 1985 sampai tahun 1990 saya jadi pedagang, termasuk rekanan pemerintah. Dari laba itu saya bangun pabrik karton. Bisnis rekanan pemerintah saya tinggalkan. Karena mengikuti hati nurani. Tetapi setelah bankrut. Saya tidak punya uang untuk modal usaha. Ya saya balik jadi salesman aja dulu.


Dulu tahun tahun 90an, pemerintah sedang menggalakan PMDN. Pemerintah memberikan banyak fasilitas kepada PMDN. Kredit investasi dari Bapindo. Kredit modal kerja dari BDN. Belum lagi kebebasan tarif, seperti bebas bea impor untuk barang modal. Proteksi pasar dalam negeri. Hebat. Tapi apakah mudah dapatkan PMDN?  tidak. 


Engga ada uang pelicin itu jadi tembok besar. Engga ada colltateral, jangan berharap dapa kredit bank. Jadi untuk apa semua fasilitas itu, kalau tidak mudah diakses.? Ya begitulah dunia. Sementara segelintir orang dari etnis China mudah aja dapat credit bank.


Satu waktu saya dapat peluang dari encek encek di Glodok. Dia mau beli mesin genset impor. Udah capek saya cari barang tapi tetap tidak ada. “ Kalau balang itu jelas dan mudah dapatin, ngapain wo suruh lue olang cali. Bego.! Kata encek itu saat saya katakan saya nyerah.


“ Ya koh, saya memang bego.” kata saya lemas.


“ Sini wo kasih tahu. Biar lue olang engga tolol banyak. “ Kata encek itu dengan wajah serius. “ Lu olang ulus izin PMDN. Bilang lue olang mau buat pablik dan perlu mesin genset. Nah kalo izin PMDN kelual, lue olang datang ke wo. Wo yang bayal impor genset tapi pakai bendela lue olang“


“ Terus saya dapat apa ? Koh”


“ Lue olang muda banget. Pantas tolol. Itu kalau dapat izin PMDN lue olang dapat bebas bea masuk. Itu besal lo. 80%. Lue olang ambil 40%, Wo 40%. Ngelti? “ katanya. Saat itu usia saya baru 27 tahun.


“ Tapi kan boong itu koh “ Kata saya cepat.


“ Lue olang itu miskin, tolol lagi. Apa ada cara lain yang engga boong untuk dapat modal bisnis? “ Katanya ketus. 


Walau kata kata itu pahit namun saya tercerahkan. Langsung saya urus iZin PMDN. Tetapi tidak mudah. Tanpa FS engga bisa ajukan izin PMDN. Saya engga ada uang bayar konsultan. Saya harus belajar sendiri buat studi kelayakan (FS) bisnis.. Saya juga harus cari akal agar bisa dapat akses ke pajabat BKPM. Maklum saya engga ada uang untuk sogok mereka. Saya perlu kerjasama. Bayar belakangan. Untung saya bisa kenalan dengan orang punya akses tetapi bukan pengusaha. Dia hanya selir pejabat. Ya itu aja saya manfaatkan.


Benarlah. Izin PDMN keluar, encek itu beri saya cash 40% dari harga mesin. Dari bisnis ini membuat otak reptil saya menyala. Saya lakukan berkali kali. Pabrik engga pernah berdiri. Wong cuman pakai izin beli mesin bebas bea aja kok. Dan yang penting pergaulan international saya dapat. Tahu celah dapat uang mudah. 


Dalam setahun saya sudah dapat modal lagi. Saya ajukan kredit investasi kepada Bank untuk bangun pabrik garment dan casava crackers. Bank hanya mau berikan kredit investasi beli mesin. Tanah dan bangunan tidak bisa. Ya saya terbang ke Singapore. Bicara sama teman agar dia buat performa invoice jual mesin dengan harga markup 3 kali lipat. Bank setuju buka LC ke Singapore. Singapore transfer LC itu ke Taiwan sebagai real saler. Saya dapat hampir 200 % dari harga mesin. Dari keuntungan mark up itu, saya gunakan untuk beli bangunan dan tanah pabrik.


Setelah pabrik berdiri, otak reptil saya semakin menyala. Saat itu pemerintah punya program kredit ekspor. Dengan setor jaminan hanya 2%, kredit modal kerja cair asalkan ada L/C. Saya tebang ke Singapore bertemu agent. Minta mereka buka L/C untuk produksi saya. Harga diskon. Dia senang. Bank saya terima L/C dari Singapore. Kredit modal kerja cair. Duit lagi. Dari 10 L/C yang saya delivery hanya 2. 8 nya saya kantongi duitnya. Bank diam saja karena saya lakukan itu dengan skema ponzy.


Dengan cepat saya kaya. Hanya tiga tahun sudah makmur. Waktu itu tidak banyak sarjana jadi pengusaha. Tidak banyak yang punya wawasan international kecuali etnis Tionghoa. Jadi praktis tidak ada kompetisi. Saya kerja keras siang malam. Namun badai krismon melanda. Saya sadar diri. Karena ambil bagian dari kerusakan ekonomi negara. Saya tak mau ngemplang utang. Semua asset saya jual untuk lunasi hutang. Sayapun bangkrut. 


Sementara teman teman gunakan skema solusi krisis moneter sebagai peluang dapat uang mudah. Bank sehat dibuat sakit agar dapat KLBI dan BLBI. Setelah itu bancakin aset BPPN dengan menunjuk para sarjana sebagai proxy untuk ikut lelang. Saya memilih hijrah ke China.  Sampai sekarang hubungan saya dengan teman teman tetap baik. Bahkan ada yang sudah jadi konglomerat. Itu sudah terjalin lama sejak saya muda. Saya tahu kelakuan mereka. Ya TST aja. Saya sudah menua dan berusaha jadi orang baik saja.


***


Hari minggu saya ke Singapore ketemu dengan Tom, CEO AMG-SIDC, NY. Saya didampingi oleh Risa, Director SIDC holding. Usai meeting dengan Tom, saya ajak Risa nongkrong di café sebelum terbang ke Jakarta. Kami memilih tempat di Peony Jade Riverside café. Di café amprokan dengan Anwar. Dia teman lama saya yang kini berkarir di politik. “ Pak Ale, ada business meeting ke mari? Tanya Anwar. 


“ Ah engga. Ini direktur saya. “ Kata saya kenalkan Risa. “ Hanya mau santai aja..” Kata saya.


“ Kalau gitu gabung di table kami aja.” Katanya. Saya lirik ada 3 orang. Kebetulan saya kenal semua. Itu teman masalalu saya tahun 90an. Saya kenalkan Risa kepada mereka. Risa menyerahkan kartu nama kepada mereka satu persatu.


“ Ini holding company ya bu.” Kata Akhiat baca kartu nama Risa. Risa mengangguk. .” Holding company itu sama dengan group ya? Tanya Akhiat.


“ Beda. Holding company didirikan karena business model. Sementara group sama dengan konglomerat yang didirikan karena modal. Kalau holding company bertujuan untuk terciptanya sinergi dan kolaborasi. Sementara konglomerat bertujuan hegemoni. “ Kata Risa.


“ Wah menarik nih. Ilmu baru. Baru ngerti gua beda holding dengan group. Bisa beri contoh apa itu business model?


“ SQ itu tidak dapat untung dari penerbangan premium. Tetapi dari bisnis cargo. SQ gunakan popularitas plag nya sebagai on time fligh schedule. Dan ini trust tinggi dalam bisnis cargo udara. Itulah bisnis model,” kata Risa. 


“ Terus ada lagi engga contohnya. “ Tanya Achia yang dari tadi menyimak.


“Kita tahu kan Plaza Indonesia? Mal di Bundaran HI. Tanya Risa. Mereka  mengangguk cepat. ‘ Walau banyak Mall sekelas PI di Jakarta yang sepi dan nyaris bangkrut. Tetapi PI terus untung. Karena mereka engga jual space atau sewakan space pada umumnya. Tetapi mereka jual display product branded. Life style shopping kelas menengah atas.  Jadi penyewa memang tidak bertujuan jual barang tetapi hanya promosi saja. Makanya pramuniaga nya mengenakan setelan keren. PI menjual space dengan value tinggi tanpa peduli mau rame atau sepi pengunjung mal.“ kata Risa. mereka tersenyum cerah.


“ Paham saya sekarang. “ Kata Akhiat. “ Terus gimana bisa ciptakan bisnis model ?


“ Ya itu bisa lewat innovasi dari adanya business process. Contoh, SQ menjadikan Changi airport sebagai Hub Logistik international, Jadi bukan hanya menyediakan cargo tetapi juga menegement logistik. Nah cargo dan management logistik itu kan business process namun menjadi bisnis model ketika disatukan dalam 1 unit business yang tergabung dalam holding company. Waktu belum disatukan. Asset nya hanya akuntasi sesuai harga perolehan. Tapi setelah disatukan menjadi business model. Terjadi revaluasi asset. Nilai asset bisa 100 kali dari book value.


Contoh yang paling vulgar dan mudah dipahami seperti kasus GoTo. Tadinya baik Gojek maupun Tokopedia engga untung. Tetapi lewat business model mereka merger dan akuisisi (M&A) oleh holding company bernama GoTo. Business model mereka adalah pengendali komunitas market place dan jasa transfortasi. Dari komunitas ini, business ecommerce dan payment gateway seperti emoney akan berkembang di masa depan. Sehingga reliable bila asset book value direvaluasi. Dari Rp. 1 rupiah menjadi Rp 300 rupiah. “ Kata Risa.


  Rencana pemerintah membuat super holding company Danatara untuk BUMN memang seperti itu ? Kata Anwar


“ Apa business model nya dari bergabungnya BUMN, seperti Pertamina, PLN, Telkom, dan Bank BUMN? Tanya Risa. 


“ Rencananya energi baru terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, hingga produksi pangan. “ kata Anwar.


“ Itu proyek, pak. Bukan business model. “ Kata Risa tersenyum. 


“ Bisa cerahkan. Gimana business model kalau bicara proyek tersebut? Tanya Anwar.


“ Kita ambil contoh business energi baru terbarukan, seperti angin, matahari, air dan hydrogen, sampah organic, alga, dan lain lain. Itu kan luas sekali dan teknologinya berkembang terus. Mengapa tidak ciptakan bisness model tersendiri dalam 1 unit business khusus dibawah holding. Kemudian struktur bisnis itu jadi sebuah ekosistem yang saling terkait lewat collaboration dengan key player dalam dan luar negeri. 


Nah dengan Pertamina dan PLN sebagai market undertaker akan sangat mudah created financial solution untuk mengakses financial resource lewat thematic bond atau sintetic bond atau non recouse loan yang off balance sheet tanpa ada resiko financial terhadap Holding company itu sendiri. “ kata Risa. 


“ Oh gitu. Jadi engga perlu modal besar ya” Kata Junaidi.


“ Engga perlu. Yang diperlukan trust besar. Dan trust itu berasal dari system management yang akuntable dan transference. Dan dukungan SDM yang punya kompetesi tinggi dan riset bisnis yang kuat seperti layaknya boutique investment bank” kata Risa.


" Tetapi BPI Danantara itu akan beroperasi seperti Temasek. Apa iya sama" Kata Anwar.


" Beda. Temasek itu  Sovereign Fund Development. Memang didirikan dengan tujuan mengoptimalkan tabungan pemerintah Singapore dari adanya surplus dan berinvestasi pada bidang berkelanjutan yang terkait dengan geopolitik dan geostrategis. Investasi Temasek lebih 50% di luar negeri.  Walau 100% saham dimiliki negara lewat menteri keuangan namun beroperasinya layaknya korporat pada umumnya, ya semacam state  capitalism. 


Temasek tidak dibebani dengan state welfare program. Ukurannya hanya ada pada tingkat return terhadap share pemerintah. Sudah lebih 10 tahun sejak berdiri tingkat return kepada pemegang saham mencapai 14 per tahun. 70% asset Temasek Unlisted. 30% nya listed, yang sejak tahun 2003 sampai sekarang valuenya sudah 6 kali lipat. Menjadi kekuatan financial Singapore untuk bisa tumbuh berkelanjutan. 


Sementara Indonesia kan sumber dana Holding Danantara kan berasal dari APBN. Tujuan didirikan sebagai financial resource di luar APBN. Tentu tidak bijak kalau Danantara hanya seeking rent pada proyek PSO dan tentu juga tak elok hanya focus pada proyek profit oriented. 


Akan sangat bijak bila Danantara focus kepada create business model ya, semacam Humanitarian Capitalism. Tanpa mengabaikan laba tetapi tanggung jawab state welfare juga tercapai, misal create job, pemanfaatan tekhologi maju untuk downstream SDA, tanpa mengabaikan kearifan lokal dan kepedulian lingkungan. Sehingga kehadirannya bisa efektif sebagai alat tercapainya pertumbuhan inklusif..


Atau create business model Hub Logistik. Kan Indonesia punya intangible asset berupa lingkungan strategis SLOC yang diapit dua benua dan dua samudera. Itu akan bisa menarik geostrategis negara sepeti China, AS, Timur tengah  untuk membangun kolaborasi di Hub logistic di empat selat. Malaka, Makasar, Sunda dan Lombok. Itu akan jadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang berkelas dunia, yang tentu akan jadi Kawasan Ekonomi khusus sebagai pusat industry supply chain. Tidak sulit structure financingnya. Pasti akan menarik  bagi investor institusi. " Kata Risa.


“Tetapi untuk bisa membangun bisnis model dengan dukungan collaboration dan adanya sinergi dengan key player kelas dunia, butuh eksekutif yang tingkat kompetensi dan reputasi nya juga kelas dunia. Itu yang sulit kita dapatkan. Apalagi belum apa apa semua bicara tentang proyek dan penguasaan asset BUMN. Engga ada program bisnis model seperti yang anda katakan. Kompromi politik untuk mengakses BPI Danantara itu akan sangat kental. Maklum tiap elite kan piaraan Oligarki. Tentu mereka dulu yang ingin menikmati kue modal dari BPI Danantara. Sulit dapatkan trust seperti Temasek yang AA Rate “ Kata Akhiat.


Saya dari tadi hanya menyimak. Senyum aja. “Ale, bu Risa ini teman lue ya. Coba lue dan kita semua sepintar dia. Kan bisa hebat kita. Bisa bangun negara. Ini kita kita bisanya hanya bisnis rente, main impor komoditi, main IUP, main tanah, main kebun, ya rente habis. Tua gini kita engga berubah. Tetap mantiko “ Kata Akhiat tersenyum.


" Ibu dari Indonesia kan ? tanya Anwar.


" Ya dari Pontianak. " Kata Risa tersenyum.


“ Sayang sekali Amoy Kalimantan ini malah jadi diaspora dan kerja sama orang China. Padahal kompetensi nya diatas rata rata” Kata Anwar. “ engga kangen Indonesia.” Tanya Awar. 


“ Usia 30 tahun saya jadi TKW di Hong Kong. Saya ini  double minoritas di Indonesia. Kalau miskin dan tidak perpelajar akan sulit dapatkan kerjaan dan peluang bisnis. Jadi maafkan saya kalau saya terpaksa tinggalkan Indonesia. Bukan saya tidak nasionalis tetapi saya tidak punya kemewahan memilih apa yang saya suka kecuali terpaksa, dipaksa keadaan.” Kata Risa tersenyum Semua terdiam.


“ Kalau gitu gua undur diri aja “ kata saya. Karena udah jam 4 sore. Boarding pesawat saya jam 7.30. Saya pulang ke jakarta dengan pesawat komersial dan Risa dengan privat jet ke Hong Kong.

No comments:

Bisnis model...

  Tahun 1990 saya bangkrut. Pabrik karton saya yang bermitra dengan teman dari Korea di hostile. Dari tahun 1985 sampai tahun 1990 saya jadi...