Friday, March 15, 2024

Pelanggaran dan legitimasi.

 



Akhirnya Mei datang juga ke Jakarta. “ B, I'm on a business trip in Jakarta. Hope to meet you. Is it possible ? Katanya via email. Aku langsung telp. “ Kamu ada dimana say?

“ Di Ritz. “ 

“ Kapan free ?

“ Jam 4 sore. “

“ Ok saya kesana. “ Kataku dan matikan telp.


Mei kali pertama kukenal di New York tahun 2012. Dia berkeja pada perusahaan Consultant. Profesinya akuntan. Dia pemilik gelar CPA. Usai meeting di kantornya. Aku iseng mengajaknya makan siang. Dia senang. Cantik. Dari ceritanya, Ayahnya dari Korea tapi ibunya dari China.  Sejak itu kami bersahabat. Setidaknya dia jadi mata dan telingaku dalam bisnis LBO.


Hanya menanti tidak lebih 5 menit. Aku lihat Mei sudah datang ke Lounge. Dia mengenakan Blezer hitam dan rok warna merah.  Dia langsung memelukku.” I missed you” katanya berbisik. Dia perhatikan kepalaku yang sudah dipenuhi uban. “ Semakin menua kamu semakin seksi. Apalagi dengan style yang humble seperti sekarang ini. “ Katanya. Aku diamkan saja “ Kalau lihat kamu sekarang, diusia menua ini, engga kebayang jumlah wanita yang pernah dalam dekapan kamu dan akhirnya harus menerima kalah terlupakan begitu saja.” Sambungnya dengan tertawa. Gigi putihnya yang rata membuat kecantikannya semakin sempurna.


“ Mengapa datang pas menjelang Weekend? Kataku abaikan celotehnya.


“ Sengaja.” Katanya memagut lenganku. “ Sekalian  melihat lihat Jakarta. Ternyata kota besar ya Jakarta itu”. Duduk disebalahku. AKu tidak mau tanya apa bisnisnya di Jakarta. Dia sahabatku. Namun dia menganggapku sebagai mentornya. Padahal dia tidak pernah berbisnis denganku. Namun dia tidak pelit memberikan informasi apapun yang aku perlukan. Terakhir yang aku tahu dia  resign dari kerjaannya di perusahaan konsultan. Setelah itu dia terjun ke bisnis. Belakangan dia memang sukses mendirikan Asset Management. Lewat SPAC dia sukses melakukan berkali kali akuisisi lewat bursa. 


“ B, Aku mau diskusi. Boleh ? tanyanya.

“ Ya apa ?


Dia perlihatkan dokumen dari Notepad nya.  “ Ini dokumen rekening bank milik korporat. Underlying dana ini berasal dari depletion Account asset tambang. Walau depletion account itu intangible cost yang setiap tahun dicatat sebagai cost amortisasi aset. Mengurangi laba tentunya.  Namun dananya disisihkan dan ditempatkan disatu rekening.  Ketentuan amortisasi sesuai dengan aturan pajak. Jadi clean.” katanya. Aku tahu dia sedang provokasiku. Pasti ada masalah nih.


“ But..” Kataku menyela. Dia tertawa. “ Kamu tahu aja. Aku ada masalah. “ Katanya.  Nah kan benar ada masalah.


“ Pemilik rekening punya masalah. Mereka tidak bisa cairkan dana itu. Karena perusahaannya kena kasus hukum. Smelter mereka menerima material dari penambang ilegal. Belum lagi masalah lingkungan hidup akibat kerusahakan penambangan ilegal itu. Katanya. 


“ Kamu kan tahu. Saat sekarang APTask Force sedang gencar gencarnya memburu rekening ilegal mining. Jaringan APTask Force  luas sekali. Seluruh negara anggota OECD. Tidak ada  otoritas  Jasa keuangan negara berani macem macem. Harus follow mereka dan harus dukung standar kepatuhan APtask force ” Kataku.


“ Ya aku paham. “Katanya seraya merapatkan pahanya ke pahaku. “ Bantulah gimana solusinya. Kamu cukup arahkan aku. Selanjutnya urusanku “ Katanya menggoda. Aku tatap dia dari samping. Dia tersenyum membalikan wajah ke arahku. “ Bantu solusi ya” kejarnya.


“ Kalaupun aku beritahu caranya, kamu tidak akan bisa jalankan. ini masalah sangat rumit dan perlu trust tinggi untuk utilze institusi yang high rating sebagai channeling dan endorsement. “ Kataku mengibaskan tangan.


“ Oh artinya kita perlu institusi AAA rate untuk endors agar bisa menjadi agent channeling cairkan uang ini? Katanya. Duh cepat banget dia pahami. Dia memang cerdas.


“ Dan kita perlu create transaksi untuk layering dana itu. Nah dengan uang sebanyak itu, engga mudah create transaksi yang legitimate dan dipercaya oleh mereka.” Kataku. Dia terdiam. Mungkin mikir atau bingung. “ Ya pasti lah transaksi hedge fund. Hanya itu yang mungkin.” Katanya lagi. Memang cerdas dia. Aku tersenyum. 


“ Jadi engga mungkin kamu rekomendasikan saya deal dengan AAA rate financial institution. Itu closing circuit. Hanya member high financial community saja yang bisa lakukan. Engga bisa diwakilkan kepadaku saja yang urus.” Katanya menyimpulkan. Dia terdiam dan sepertinya memikirkan sesuatu. Aku biarkan saja dia dengan pikirannya.


“ Gimana kalau kita makan malam. “ Kataku kemudian memecah keheninngan


“ Di kamarku aja. Pakai layanan room service. Pesan wine sekalian” Katanya. Aku langsung berdiri. “ Ikut aku aja. Ada tempat di Jakarta yang enak untuk dinner dan dating “ kataku. Dia ikuti langkahku. “ Pelit amat “ Katanya mencubit lenganku. “ Diajak dating ke kamar engga mau. “  Aku tersenyum seraya melingkarkan tangan di pinggangnya." Nanti setelah dinner kita lanjut bicara detail di kamar kamu. " Kataku. Mei senang seraya pagut lenganku saat menuju lobi menanti kendaraan datang menjemput.


***

Aku menggunakan kendaraan punya Florence, Maybach. Aku minta driver antar kami ke Kawasan Kota tua, Chiness restoran. Mei senang sekali. Itu terihat saat dalam kendaraan. Lengket terus  .


“Terakhir kita ketemu di San Marino ya tahun 2013. Saat itu usiaku 35 tahun. Sekarang usiaku 46 tahun. Kamu tetap tidah berubah.” Kata Mei saat menati hidangan.


“ Kamu engga lihat rambutku yang sudah memutih?


“ Tadi aku pagut lenganmu. Masih tetap kekar. Sama seperti 11 tahun lalu. Engga berubah. “ katanya dengan wajah sendu. “ Sedangkan aku keliatan tua dan pasti tidak lagi menarik. “ 


“ Duh Mei, itu hanya perasaan kamu aja. “ kataku cepat.


“ Ya kan! Matanya melotot. “ aku semakin tua. Sampai makan malam di kamarku aja kamu ogah “ Air matanya mengambang.


“ Kamu juga tetap tidak berubah.“ kataku cepat. Mataku terarah ke susunya. Aku sentuh susunya dengan cepat dan tersenyum” Tuh kan masih keras. Engga lembek. Ah sudah lah. Kamu pintar banget drama” Kataku tertawa. Dia ikut tertawa tapi menahan tawa dengan menutup mulutnya.


“ Clients ku di Jakarta punya bisnis tambang. Mereka tajir banget. “ Kata Mei kemudian. Aku tahu dia memang jago lobi bisnis. Tentu dia gunakan pihak ketiga agar dipercaya oleh clients nya. Kalau sampai client nya mau menyerahkan bukti rekening koran bernilai miliaran dollar. Itu trust yang sangat luar biasa. Dengan akses sumber daya keuangan sebanyak itu, dia bisa create story ambil uang mudah dari pemain hedge fund pemula. Tetapi dia memilih datang  kepadaku. Tentu bisnis sambil belajar.


“ Sekarang ini ada istilah  state capture. Apa sih itu ? tanya Mei. 


“ Kenapa kamu tanyakan itu ? 


“ Tadi clients ku cerita kalau uang itu milik banyak pihak yang punya banyak kepentingan. Maklum itu uang dari state capture, katanya.”


“ Oh state capture itu korupsi yang bukan sekedar suap atau korupsi tradisional, tetapi sudah TSM atau terstruktur, sistematis dan massive “ Kataku. “ Maksudnya TSM itu apa ? Mei mengerutkan kening.


“ Negara itu kan design nya Konstitusi dan UU. Dilaksanakan oleh aturan pemerintah. Apa jadinya bila UU dibuat Parlemen untuk kepentingan oligarki dan pemerintah membuat aturan memudahkan oligarki menguasai sumber daya negara. Ya  yang terjadi adalah korupsi terstruktur secara legal. Sistematis karena melibat semua institusi terkait dan massive, terjadi meluas di semua level kekuasaan” Kataku.


“ Dalam  buku How Democracies Die. “ kata Mei secara terpelajar.” Ancaman terbesar bagi demokrasi kontemporer adalah erosi norma atau etika. Norma itu kan aturan dan konvensi tak terucapkan sebagai nilai nilai demokrasi. Jadi UU dan aturan itu hanya formalitas saja tetapi esensinya adalah etika moral atau norma yang dijaga oleh semua orang. Bukan hanya elite politik tetapi juga oleh rakyat. Runtuh etika maka runtuhlah demokrasi.


Nah, bila ada yang berkata dengan argumen retorik seperti, kalau memang presiden salah, silahkan buktikan di pengadilan. Kalau memang pemilu curang silahkan bawa ke pengadilan. Kalau memang calon tidak berkualitas buktikan saja dalam pemilu langsung. Menurutku, itu naif.  Apa yang bisa diharapkan kalau institusi demokrasi berdiri hanya untuk stempel kepentingan penguasa.  itu sudah semacam state capture, ya. Sejarah AS dipenuhi dengan contoh-contoh perilaku politik yang konstitusional dan legitimate, tapi tidak demokratis. 


Rezim di Amerika selatan selama ini juga begitu. Terjadi di Venezuela, Argentina, Nikaragua dan lain lain. Konstitusi dibonsai oleh prilaku premanisme brutal penguasa mempermainkan nilai nilai demokrasi. Civil society dikriminalisasi dan di-intimidasi, sementara para anggota parlemen duduk diam dan berminyak wajah saat membahas RUU. Karena setiap RUU ada uang dibaliknya. Agenda korporat yang dijalankan.


Contoh. di Afrika dan Amerika latin. Untuk dapatkan IUP kan perlu AMDAL. Nah syarat AMDAL itu dibuat sederhana aturannya. Bisa saja aturan menteri dalam bentuk Permen atau Perpres, Sehingga memudahkan korporat  dapatkan izin. Padahal AMDAL itu sangat significant mengawal keadilan dan kelestarian  lingkungan. Rakyat yang protes, dikriminalisasi atas nama  UU dan hukum “ Kata Mei. Aku senyum aja.


“ Kamu tahu.” Lanjut Mei, “ Di Amerika latin dan Afrika, state capture itu dijadikan skema bisnis yang grey area. Misal, BUMN mendapatkan konsesi tambang dari negara. Kemudian BUMN bekerja sama dengan konsorsium swasta mengelola konsesi tambang itu. Pihak konsorsiunm swasta menunjuk kontraktor swasta melakukan exploitasi dan ekstraksi. Perhatikan skema bisnisnya, BUMN hanya vehicle untuk melegitimasi skema bisnis dari konsorsium swasta menjarah SDA. Sehingga para kontraktor kerja bebas merusak lingkungan. Batasan legal dan ilegal tidak jelas lagi. Dari skema ini state capture yang kamu maksudkan terjadi. “ Sambung Mei. Aku jadi ingat modus bisnis  tambang Timah di Bangka yang sudah berlangsung sejak tahun 2015 dan baru tahun 2024 dijadikan kasus.


Gila ya. Pasti dominasi korporate itu karena uang, Engga mungkin mereka bisa atur kekuasaan tanpa uang. “  Kata Mei. Aku senyum aja. “ Kalaupun UU itu dbuat dengan draft dari korporat, kan  rakyat bisa ajukan class action. “ Sambung Mei.


“ Ya benar. Seperti di Indonesia ada MK sebagai saluran class action atas penyimpangan konstitusi oleh pemerintah. Tetapi apa sih yang engga bisa dibayar. Apalagi menyangkut kepentingan bisnis ? kataku


“ MK juga dibayar korporat?. “ Tanya Mei melotot. Sepertinyad ia tidak percaya.“ Ternyata Indonesia sama saja dengan negara di Afrika, Pakistan, Venezuela Argentina. Ya mindset negara berkembang memang begitu. Karena kebodohan, miskin literasi , miskin struktural, sehingga rakyat mudah jadi korban penguasa. . Mereka tadinya makmur tetapi by process dan by time, mereka akhirnya menjadi negara gagal dan rakyat eksodus keluar negeri. Karena tidak ada lagi hope di negaranya.” Sambung Mei.


***

Usai makan malam, jam 7 aku antar Mei kembali ke Hotel..“ Mei, kamu temui perusahaan ini” Kataku menyerahkan kartu nama Tom. “ Ini perusahaan Asset Management Group. Rating nya AAA. Mereka punya mitra global first class bank dan investment banker world class.” Kataku. “ Kamu serahkan aja urusan ke mereka. Selanjutnya kamu focus menggunakan uang itu sesuai dengan kepentingan clients kamu” sambungku.


“ Skemanya gimana ? Tanya Mei.

“ Kita tidak cairkan dana itu secara langsung. Karena pasti tidak mungkin kita melanggar hukum. Tetapi lewat skema SPV, kita jadikan dana itu sebagai entity penjamin credit default swap untuk penerbitan obligasi terstruktur atau Credit Link Note. Dari skema ini sumber dana sudah tersamarkan atau layering lewat obigasi yang dilegitimasi oleh pengelola bursa. Dalam 10 tahun, dana itu akan habis seiring adanya  redemption  obligasi.” Kataku. Mei senang sekali. Aku hanya senyum. Tanpa disadari dia telah menyerahkan kelinci ke Srigala. Dia tentu sadar pemain hedge fund adalah srigala. Mei memeluk erat lenganku saat di dalam kendaraan. Dan terus lengket sampai kamar hotel. Dia tidak risih berteman dengan Srigala…

3 comments:

Albert said...

Terlalu banyak ilmu yang diluar pengetahuan pribadi saya, kecil sekali dihadapan perwakilan Tuhan yaitu semesta..

Anonymous said...

Walaupun sangat jauh dari jangkauan keseharian orang umum, tapi ini kenyataan di tingkat tinggi. Terima kasih intelectual entertainment ini Babo.

Dimas said...

Harvey??

Harta hanya catatan saja

  Saya amprokan dengan teman di Loby hotel saat mau ke cafe “ Ale, clients gua punya rekening offshore di Singapore. Apa lue bisa monetes re...