Saya bertemu Jelian di Singapore. Tadinya dia tinggal di Kiev. Seminggu setelah perang dengan Rusia meletus. Saya minta Victor di Moscow untuk rescue dia. Victor berhasil bawa Jellian ke Polandia dan terus ke London. Kini dia menetap di Bangkok. Kali pertama mengenalnya di Dubai, di Shakespeare and Co Al Zorah cafe. Itu 10 tahun lalu. Dia mantan bodyguard international. Pasih 4 bahasa, termasuk bahasa China. Memang cerdas terutama soal visi politik dan budaya. Usai bisnis di Dubai, dia saya rekrut sebagai anggota team shadow saya untuk bisnis international.
“ Ukraina sekarang praktis rusak baik secara ekonomi maupun sosial. “ Kata Jellian saat bertemu saya di Sheraton cafe Singapore. Ketika PBB mengatakan butuh USD 100 miliar untuk perbaikan infrastruktur dan PBB minta negara donor membantu memberikan pinjaman lunak untuk rekontruksi paska perang. Tahu apa cerita berikutnya ? Politisi Ukraina langsung bicara depan pers “ Kita butuh dana sedikitnya USD 700 miliar. “ Kencang sekali mereka bicara dengan wajah duka. Kemudian polemik antar politisi terjadi soal berapa perlu dana rekontruksi itu. “ Ah USD 400 miliar juga cukup” kata politisi lain. Dan lucunya mereka berdebat atas uang yang akan didapat dari pinjaman lunak.
Saya menyimak saja.
Sementara perang dengan Rusia terus berlanjut. Kalau anda berbisnis senjata, mau temukan harga senjata dan rudal yang murah. Anda bisa dapatkan dengan mudah di pasar gelap London. Itu senjata berasal dari bantuan NATO kepada Ukraina namun tidak dipakai untuk berperang tapi dijual oleh pengusaha dan elite politik demi uang. Gila ya. Senjata untuk mempertahankan diri pun di korup.
Tahun 2010 sampai tahun 2013 saya punya bisnis di Ukraine. Tentu saya berkali kali ke Kiev. Paham apa yang dikatakan Jellian.
“Ada profesor mengatakan bahwa kehebatan ukraina adalah reformasi mampu membangun koalisi besar untuk tercapainya rekonsiliasi nasional tanpa harus lewat revolusi. Anda bisa bayangkan ada profesor tetapi hal sederhana saja dia salah memaknai. Dalan konteks demokrasi, itu sama saja dengan orang desa yang lugu dihadapan pelacur kota. “ Saya masih perawan” kata Pelacur dan dipercaya oleh orang desa. Lanjut Jellian dengan tersenyum.
Saya menyimak saja.
Meskipun Ukraina terhindar dari rezim otoritarianisme penuh, seperti kebanyakan negara tetangganya pasca-Soviet, Ukraina tetap gagal membangun tatanan demokrasi yang transparan dan stabil. Oleh karena itu, sepanjang sejarahnya sebagai negara merdeka, Ukraina diberi peringkat 'partly free' oleh Freedom House. Reformasi ekonomi tidak komprehensif. Tidak tegas untuk menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan berkelanjutan, serta mampu menghadapi gejolak ekonomi makro.
Akibatnya, antara tahun 1992 dan 2016, PDB per kapita Ukraina dalam hal paritas daya beli hanya meningkat sebesar 35% , peningkatan yang jauh lebih lemah dibandingkan negara-negara pasca-komunis lainnya. Reformasi yang gagal menghapus rente bagi mereka yang dekat kepada kekuasaan. Akses kekuasaan adalah sumber utama dari banyak kerajaan bisnis (yang dimiliki oleh kaum oligarki). Setiap kritik terhadap bisnis rente pasti dibantai oleh oligarki politik.
Bisa dikatakan sistem politik dan ekonomi Ukraina dapat dikategorikan sebagai sistem oligarki. Semua pemimpin dari level Kepala Daerah, Gubernur, Menteri, PM dan Presiden tidak bisa dilepaskan dari kendali para konglomerat. Sudah semacam simbiosisi. Antara penguasa dan pengusaha menjadi ikatan saling terkait menguras sumber daya negara. Bahkan mereka bisa melahirkan badut jadi presiden." Kata Jellian dengan tersenyum
" Sistem oligarki ini menciptakan ketidakpercayaan sosial yang mendalam terhadap pemerintah, dan melemahkan legitimasi seluruh sistem politik Ukraina. Bahkan ketika para politisi mengambil keputusan yang tepat untuk kebaikan, akan difitnah dan dikriminalisasi. Seperti kata teman di Kiev, orang baik masuk politik dan menjadi bagian dari rezim, pasti berubah jadi setan. Karena itu saya memilih keluar dari Ukraina. " Kata saya. Jellian mengacungkan jempol
"Sayangnya, lanjut Jellian. " sejak tahun 2014 belum banyak perubahan. Para pebisnis terus memegang kendali atas kekuasaan presiden. Bahkan setelah protes Euromaidan, pengaruh politik oligarki semakin meningkat. Mereka selalu mendengungkan rasa takut akan ancaman dari Rusia dan berusaha membawa Ukraina bergabung dengan UE. Ihor Kolomoysky dan Serhiy Taruta, yang masing-masing dicalonkan sebagai gubernur wilayah Dnipropetrovsk dan Donetsk. Kolomoysky aktor dalam mengorganisir dan mendanai relawan untuk mempertahankan wilayah Donbas. Namun, sebagai pemegang saham utama Privatbank (bank komersial terbesar di Ukraina), International Ukraine Airlines dan Ukrnafta, ia secara aktif menolak reformasi di sektor-sektor tersebut.
Ukraina, sama seperti negara-negara pasca-komunis lainnya, belum membentuk sistem partai politik yang stabil. Setelah Euromaidan, sebagian besar partai sebelumnya menghilang dari kancah politik, kecuali Batkivschina , dan digantikan oleh partai baru. Namun, hal ini juga terlihat rapuh dan mungkin tidak akan bertahan dalam siklus pemilu. Sebagian besar partai politik saat ini dibentuk atau didukung oleh kelompok bisnis yang kuat. Hal ini juga terjadi pada anggota parlemen yang secara finansial didukung oleh 'sponsor' bisnis, atau bahkan dibayar untuk mendukung atau menolak undang-undang. Oleh karena itu, proses legislatif sangatlah korup dan merupakan sasaran empuk bagi kelompok lobi yang kuat. Yang lebih rumit lagi, partai-partai terbesar disusupi oleh beberapa kelompok usaha, seringkali dengan tujuan yang bertentangan.
Sistem pemilu campuran di Ukraina, yang mana separuh kursi di parlemen didistribusikan melalui sistem perwakilan proporsional dan separuh anggota parlemen dipilih di daerah pemilihan dengan satu kursi berdasarkan pemungutan suara first-past-the-post, semakin melemahkan partai politik, membantu oligarki, dan mendorong korupsi politik. Karena lemahnya partai politik di Ukraina, anggota parlemen dari daerah pemilihan dengan satu kursi sering kali lebih setia kepada pihak yang membiayai kampanye mereka dibandingkan kepada partainya. Secara keseluruhan, dalam kondisi seperti ini, kabinet yang terdiri dari para menteri, meskipun secara formal mewakili mayoritas di parlemen, tidak dapat mengandalkan disiplin partai dalam pemungutan suara di parlemen.
Meskipun undang-undang mengenai pendanaan negara untuk partai politik disahkan pada tahun 2015, undang-undang tersebut harus dilengkapi dengan undang-undang lain yang mengatur sesuai kehendak pebisnis. Selain itu, walau ada peraturan mengenai pendanaan partai politik dari sumber swasta tapi dilanggar begitu saja. Semakin lama semakin jelas bahwa pejabat dan politisi adalah kumpulan orang dungu dihadapan pebisnis. Reformasi hanya memindahkan dari otoriterian tunggal kepada gerombolan atas nama demokrasi.
Pemberantasan korupsi telah menjadi salah satu tuntutan utama rakyat Ukraina. Memang Ukraina sudah ada Biro Anti-Korupsi Nasional Ukraina (NABU).Kantor Kejaksaan Khusus Anti-Korupsi (SAPO). Sudah ada aturan keharusan pejabat mendeklarasikan aset mereka. Namun itu semua mandul. Praktis lumpuh. Karena dari Hakim sampai aparat penegak hukum mudah disuap. Sepertinya perang melawan korupsi sulit dimenangkan.
Sebelum perang, record tertinggi prostitusi di dunia adalah Ukraina dan harga PSK dibawah umur lebih murah dari harga sebungkus Marlboro. Dan menemukannya lebih mudah daripada menemukan pedagang rokok. Ya ketika korupsi menjadi nadi politik maka prositusi adalah oli nya. Kini negara itu praktis no hope. Apa yang terjadi sekarang itu karena rakyat sebelumnya terbius oleh retorika politik paska reformasi dan daya kritis dialektika mati." Demikian kata Jellian.
Saya terhenyak dengan paparan Jellian yang runut itu. Padahal dalam konteks demokrasi. Indonesia lebih buruk daripada Ukraina sebelum perang. Kalau Ukraina dianggap partly free, tapi Indonesia disebut flawed democracy atau demokrasi cacat. Kalau rakyat Indonesia tidak sadari ini, maka kerusakan kita lebih buruk dari Ukraina. Hancurnya negara karena orang baik jadi setan dan orang terpelajar jadi dungu. Itu karena uang.
8 comments:
Waduh
Sebagai rakyat saya hanya bisa berdoa, Semoga Indonesia tetap mampu yg menjadi negara yg berdaulat dalam kebhinekaannya dan mampu menjadi negara yg toto titi tentrem gemah ripah loh jinawi
Ijin copas Babo...
ijin copas
Rotten democracy. What a pity! Praxis demokrasi menjijikkan yang dipertontonkan saban hari tanpa rasa malu. Saling jegal dan saling sandera hanya untuk kepentingan oligarkh yang tak berkesudahan.
Mencerahkan
Hancurnya Negara karena orang baik jadi setan.
Setuju pak.
Terima kasih babo ulasannya
Post a Comment